Anda di halaman 1dari 13

BAB I

BERAT JENIS ZAT CAIR


ASPAL DAN MINYAK TANAH
A. LANDASAN TEORI
1. Aspal
Menurut Bambang Irianto (1988) dan Silvia Sukirman (1999), aspal beton adalah
suatu bahan yang terdiri dari campuran antara batuan (agregat kasar dan agregat halus)
dengan bahan ikat aspal yang mempunyai persyaratan tertentu, dimana kedua material
sebelum dicampur secara homogen, harus dipanaskan terlebih dahulu. Karena dicampur
dalam keadaan panas, maka sering disebut sebagai hot mix. Semua pekerjaan
pencampuran hot mix dilakukan di pabrik pencampur yang disebut sebagai AsphaltMixing
Plant (AMP).
Konstruksi jalan terdiri dari beBeratpa lapis, antara lain: Subgrade, Sub Base Course,
Base Course, dan Surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk lapisperkerasan jalan juga
terdiri dari beBeratpa jenis, yaitu: lapis pondasi, lapis aus satu, danlapis aus dua.
Aspal keras dapat di klasifikasikan kedalam tingkatan ( grade ) atau kelas
berdasarkan dua sisten yang berbeda, yaitu:
1. Viskositas, viskositas setelah penuaan dan penetrasi. Masing-masing sistem
mengelompokan aspal dalam tingkatan atau kelas yang berbeda pula. Dalam
pengklasifikasian aspal yang ada, yang paling banyak digunakan adalah sistem
pengklasifikasin berdasarkan viskositas dan penetrasi. Dalam sistem viskositas, satuan
poise adalah estándar pengukuran viskositas absolut. Makin tinggi nilai poise statu aspal
makin kental aspal tersebut.
AC-25 ( aspal keras dengan viskositasn250 pose pada temperature 60°C) adalah jenis
aspal keras yang bersifat lunak, AC-40 (aspal keras dengan 400 poise pada temperature
60ºC) adalah jenis aspal keras yang bersifat keras. BeBeratpa Negara mengelompokan
aspal berdasarkan viskositas estela penuaan. Ide ini untuk mengidentifikasikan viskositas
aspal estela penghamparan di lapangan. Untuk mensimulasikan penuaan aspal selama
pencampuran, aspal segar yang akan digunakan dituangkan terlebihdahul dalam oven
melalui pengujian Thin Film Oven Test (TFOT) dan Rolling Film Oven Test (RTFOT).
Sisa aspal yang tertinggal (residu) kemudian ditentukan tingkatannya (grade) berdasarkan
fiskositasnya dalam satuan poise.

I|1
2. Uji Penetrasi, Pada uji ini, sebuah jarum standar dengna beban 10 gram ( termasuk Beratt
jarum) ditusukan keatas permukaan aspal, panjang jarum yang masuk kedalam contoh
aspal dalam waktu lima detik diukur dalam satuan persepuluh mili meter (0,1 mm) dan
dinyatakan sebagai nilai penetrasi aspal. Semakin kecil nilai penetrasi aspal, semakin keras
aspal tersebut.
2. Minyak Tanah
Minyak tanah (bahasa Inggris: kerosene atau paraffin) adalah cairan hidrokarbon yang
tak berwarna dan mudah terbakar. Dia diperoleh dengan cara distilasi
fraksional dari petroleum pada 150 °C dan 275 °C (rantai karbon dari C12 sampai C15). Pada
suatu waktu dia banyak digunakan dalam lampu minyak tanah tetapi sekarang utamanya
digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8).
Sebuah bentuk dari minyak tanah dikenal sebagai RP-1 dibakar dengan oksigen cair sebagai
bahan bakar roket. Nama kerosene diturunkan dari bahasa Yunani keros (κερωσ, malam).

Penggunaanya sebagai bahan bakar untuk memasak terbatas di negara berkembang,


setelah melalui proses penyulingan seperlunya dan masih tidak murni dan bahkan memilki
pengotor (debris). Avtur (bahan bakar mesin jet) adalah minyak tanah dengan spesifikasi
yang diperketat, terutama mengenai titik uap dan titik beku

3. Berat Jenis
Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara Berat zat yang dibandingkan dengan
volume zat pada suhu tertentu (biasanya 250 C). Berat jenis adalah perbandingan Berat zat
terhadap air volume yang sama ditimbang di udara pada suhu yang sama (Anonim, 1995). Air
digunakan untuk standar zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi,
perhitungan Berat jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan
yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan dimurnikan. Pada 40
C, kepadatan air adalah 1 g dalam satu centimeter kubik. Karena USP menetapkan 1 mL
dapat dianggap sebagai equivalen dengan 1 cc. Penentuan Berat jenis dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut : ρ= m/V (g⁄mL) Bilangan Berat jenis merupakan
perbandingan dimensi yang mengacu pada Berat jenis air pada suhu 40 C (ρ = 1,000 g / mL).
ρ= (zat padat t° C)/(zat padat 4° C).

Berat jenis didefinisikan sebagai massa suatu bahan per satuan volume bahan tersebut.
Bentuk persamaannya adalah :
Berat Jenis atau ρ

I|2
Satuan dari berat jenis adalah kg/dm3, gr/cm3atau gr/ml. Berat jenis mempunyai harga
konstan pada suatu temperatur tertentu dan tidak tergantung pada bahan cuplikan atau
sampel.
Dikenal beberapa alat yang dapat digunakan untuk menentukan berat jenis yaitu
aerometer, piknometer, dan neraca whestpal.

B. TEORI MENGENAI BERAT JENIS ZAT CAIR


Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume
zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25ºC tapi yang kita gunakan 27 ºC), sedangkan
rapat jenis adalah perbandingan antara bobot zat pada suhu tertentu ( dalam bidang farmasi
biasanya digunakan 25º/25º). Berat jenis didefenisikan sebagai perbandingan kerapatan suatu
zat terhadap kerapatan air. Harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika
tidak dengan cara lain yang khusus. Oleh karena itu, dilihat dari defenisinya, istilah berat
jenis sangat lemah. Akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Berat jenis
adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air
murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000 kg/m³. Berat jenis merupakan bilangan murni tanpa
dimensi (Berat jenis tidak memiliki satuan), dapat diubah menjadi kerapatan dengan
menggunakan rumus yang cocok.
Dalam bidang farmasi kerapatan dan berat jenis suatu zat atau cairan digunakan
sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan
pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta
dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat. alat yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis dan
hidrometer digunakan untuk mencari rapat jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk
erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10ml-50ml.
Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan
menggunakan aquadest, kemudian dibilas dengan alkohol untuk mempercepat pengeringan
piknometer kosong tadi. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan,
karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan,
sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga
mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Pemakaian alkohol sebagai pembilas memiliki sifat-
sifat yang baik seperti mudah mengalir, mudah menguap dan bersifat antiseptikum. Jadi sisa-
sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada
di dalam piknometer itu sendiri.

I|3
Piknometer kemudian dikeringkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengembalikan piknometer pada bobot sesungguhnya. Akhirnya piknometer ditimbang pada
timbangan analitik dalam keadaan kosong. Setelah ditimbang kosong, piknometer lalu
diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest sebagai pembanding nantinya dengan sampel
yang lain. Pengisiannya harus melalui bagian dinding dalam dari piknometer untuk
mengelakkan terjadinya gelembung udara. Akhirnya piknometer yang berisi sampel tadi
ditimbang.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer
adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian
dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan
menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah Temperatur,
dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga
dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah
dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
Oleh karena itu, digunakan suhudimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu
kamar).
Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi lebih besar.
Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung
pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta
kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
Berat jenis relatif (spesifik) adalah perbandingan antara berat jenis zat pada suhu
tertentu terhadap berat jenis air pada suhu tertentu pula. Berat jenis relatif tidak mempunyai
satuan. Berat jenis relatif akan sama dengan berat jenis absolut bila sebagai pembanding
adalah air pada suhu 40C. Penentuan berat jenis zat cair dengan areometer Penentuan berat
jenis dengan areometer berdasarkan pada prinsip Archimedes. Setiap benda yang dicelupkan
ke dalam suatu cairan, akan mengalami gaya angkat yang besarnya sama dengan berat zat
cair yang dipindahkan, karena adanya benda tersebut. Areometer berbentuk sebuah silinder
yang berlubang. Agar areometer dapat tercelup dengan posisi yang tepat (skala tercelup
dalam cairan), maka areometer diisi dengan butir-butir Pb. Skala-skala pada areometer
menunjukkan berat jenis cairan. Semakin kecil berat jenis cairan, areometer akan tercelup
semakin dalam. Karena itu skala pada areometer menunjukkan angka yang semakin besar

I|4
dari atas ke bawah. Penentuan berat jenis dengan piknometer. Berat jenis suatu zat dapat
dihitung yaitu mengukur secara langsung berat zat dalam piknometer (dengan menimbang)
dan volume zat (ditentukan dengan piknometer).
C. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :
1. Mengetahui teori dan rumus yang digunakan dalam praktikum berat jenis zat cair.
2. Mengadakan koreksi terhadap hasil percobaan.
3. Mengetahui cara menimbang zat cair menggunakan neraca torsi.
D. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
1. Memahami sifat – sifat zat ciar.
2. Mengetahui prosedur pengukuran berat jenis zat cair.
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang Digunakan
 Termometer

 Picnometer

I|5
 Kompor

 Gelas ukur

2. Bahan yang Digunakan


 Aspal Cair
 Minyak Tanah
 Air Suling
3. Benda Uji
1. Panaskan contoh aspal keras sebanyak 50 gram sampai mencair dan aduklah
untuk mencegah pemanasan setempat , pemanasan tidak boleh lebih dari 30
menit pada suhu 56˚C di atas titik lembek
2. Tuangkan contoh tersebut kedalam picno yang telah kering sampai kira kira
¾ bagian.

I|6
F. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Isi bejana dengan air suling sehingga di perkirakan bagian atas picnometer yang tidak
terendam setinggi 40 cm.
b. Kemudian rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak perendam sehingga
terendam 10 cm , suhu bak perendam 25˚C ( Ruang AC).
c. Bersihkan , keringkan dan timbanglah picnometer dengan ketelitian 0,01 gram ( A ).
d. Angkat bejana dari bak perendam dan isi picnometer dengan air suling , kemudian
tutup picnometer tanpa di tekan.
e. Letakkan picnometer dalam bejana dan tekanlah penutup hingga rapat , kemudian
kembalikan bejana berisi picnometer kedalam bak perendam dan diamkan selama 20
menit , kemudian angkat picnometer tersebut dan keringkan dengan lap kemudian
timbang dengan ketelitian 0,01 gram ( B).
f. Tuangkan benda uji kedalam picnometer yang telah kering hingga terisi % bagian
picnometer . Biarkan picnometer sampai dingin selama 40 menit , kemudian timbang
dengan ketelitian 0,01 gram ( C ).
g. Isi picnometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah tanpa ditekan ,
diamkan agar gelembung keluar .
h. Angkat bejana dan bak perendam letakkan picnometer didalamnya dan tekan penutup
hingga rapat.
i. Masukkan dan diamkan bejana dalam bak perendam selama 30 menit kemudian
angkat dan keringkan picnometer dan timbang beratnya ( D ).

I|7
G. TABEL PENGAMATAN PERCOBAAN

Berat Jenis ZatCair

Kelompok : 15 (Lima Belas)

JenisZatCair I : Minyak Tanah

JenisZatCair II : Aspal

 Minyak Tanah

Sampel I II
BeratPicnometer, (W1) Gram 52,2 gr 51,5 gr
BeratPicnometer + Air, (W2) Gram 111,9 gr 112 gr
BeratPicnometer + Air + Tanah, (W3) Gram 109,3 gr 107,8 gr
BeratZatCair, (Ws) Gram 22,4 gr 22,9 gr
Temperatur ˚C 280 280
FaktorKoreksi, α=ᵧT/ᵧ20 - 0,99267 0,99267
BeratJenis (Gs) 0,88 gr 0,95 gr
BeratJenis rata-rata 0,915 gr

 Aspal

Sampel I II
BeratPicnometer, (W1) Gram 52,2 gr 51,5 gr
BeratPicnometer + Air, (W2) Gram 111,9 gr 112
BeratPicnometer + Air + Tanah, (W3) Gram 114,2 gr 115,25 gr
BeratZatCair, (Ws) Gram 33,15 gr 33,85 gr
Temperatur ˚C 290 290
FaktorKoreksi, α=ᵧT/ᵧ20 - 0,99598 0,99598
BeratJenis (Gs) 1,074 gr 1,071 gr
BeratJenis rata-rata 1,0725 gr

I|8
H. PENYELESAIAN PERHITUNGAN

JenisZat Cair I : Minyak


 Sampel I
Berat Picnometer ( W1 ) = 52,2 gr
Berat Picnometer + Air ( W2) = 111,9 gr
Berat Air = (B. Picnometer + Air) – (B. Picnometer )
= 111,9 – 52,2
= 59,7 gr
Berat Picnometer + Minyak = 74,6 gr
Berat Minyak ( Ws ) = (B. Picno + Minyak) – (B. Picno)
= 74,6 – 52,2 = 22,4 gr
Berat Picno + Air + Minyak ( W3 ) = 109,3 gr
Dik : A = 52,2 gr
B = 111,9 gr
C = 74,6 gr
D = 109,3 gr
Dit :BeratJenis = . . . . . . ?
Penyelesaian =
𝐶−𝐴
BJ =
(𝐵−𝐴)– ( 𝐷−𝐶 )
74,6 − 52,2
=
(111,9−52,2)− (109,3−74,6)

22,4
=
59,9 − 34,7
22,4
=
25,2

= 0,88 gr

I|9
 Sampel II
Berat Picnometer ( W1 ) = 51,5 gr
Berat Picnometer + Air ( W2) = 112 gr
Berat Air = (B. Picnometer + Air) – (B. Picnometer )
= 112 – 51,5
= 60,5 gr
Berat Picnometer + Minyak = 71,4 gr
Berat Minyak ( Ws ) = (B. Picno + Minyak) – (B. Picno)
= 71,4– 51,5
= 22,9 gr
Berat Picno + Air + Minyak ( W3 ) = 107,8 gr
Dik : A = 51,5 gr
B = 112 gr
C = 71,4 gr
D = 107,8 gr
Dit :BeratJenis = . . . . . . ?
Penyelesaian =
𝐶−𝐴
BJ =
(𝐵−𝐴)– ( 𝐷−𝐶 )
71,4−51,5
=
( 112 −51,5 )− ( 107,8−71,4 )

22,9
=
60,5 −36,4
22,9
=
24,1

\ = 0,95 gr
𝐵𝐽𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐼+𝐵𝐽𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐼𝐼
BeratJenis Rata-rata =
2

0,88 + 095
=
2
1,83
=
2

= 0,915 gr

I | 10
JenisZat Cair II :Aspal
 Sampel I
Berat Picnometer ( W1 ) = 52,2 gr
Berat Picnometer + Air ( W2) = 111,9 gr
Berat Air = (B. Picnometer + Air) – (B. Picnometer )
= 111,9 – 52,2
= 59,7 gr
Berat Picnometer + Aspal = 85,35 gr
Berat Aspal ( Ws ) = (B. Picno + Aspal) – (B. Picno)
= 85,35 – 52,2 = 33,15 gr
Berat Picno + Air + Aspal ( W3 ) = 114,2 gr
Dik : A = 52,2 gr
B = 111,9 gr
C = 85,35 gr
D = 114,2 gr
Dit :BeratJenis = . . . . . . ?
Penyelesaian =
𝐶−𝐴
BJ =
(𝐵−𝐴)– ( 𝐷−𝐶 )
85,35−52,2
=
( 111,9 − 52,2)− ( 114,2−85,35 )
33,15
=
59,7 – 28,85
33,15
=
30,85

= 1,074 gr

 Sampel II
I | 11
Berat Picnometer ( W1 ) = 51,5 gr
Berat Picnometer + Air ( W2) = 113 gr
Berat Air = (B. Picnometer + Air) – (B. Picnometer )
= 113 – 51,5
= 61,5 gr
Berat Picnometer + Aspal = 85,35 gr
Berat Minyak ( Ws ) = (B. Picno + Minyak) – (B. Picno)
= 85,35 – 51,5 = 33,85 gr
Berat Picno + Air + Minyak ( W3 ) = 115,25 gr
Dik : A = 51,5 gr
B = 113 gr
C = 85,35 gr
D = 115,25 gr
Dit :BeratJenis = . . . . . . ?

Penyelesaian =
𝐶−𝐴
BJ =
(𝐵−𝐴)– ( 𝐷−𝐶 )
85,35 – 51,5
=
( 113 – 51,5)− ( 115,26 −85,35 )
33,85
=
61,5 – 29,9
33,85
=
31,6

= 1,071 gr
𝐵𝐽𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐼+𝐵𝐽𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐼𝐼
BeratJenis =
2

1,074 + 1,071
=
2
2,145
=
2

= 1,0725 gr

I | 12
DOKUMENTASI
PENGUJIAN BERAT JENIS ZAT CAIR

I | 13

Anda mungkin juga menyukai