Anda di halaman 1dari 84

Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

BAB I
JENIS – JENIS ASPAL

A. Apa yang kita pelajari pada modul ini ?

Telah kita ketahui bersama bahwa aspal adalah bahan yang sangat
penting dalam pekerjaan perkerasan lentur. Karena itu pengetahuan
tentang bagaimana mengolah aspal agar mencapai fungsinya dengan
maksimal sangat diperlukan oleh para praktisi jalan. Pertama mulailah kita
mengenal jenis-jenis aspal yaitu aspal minyak, aspal olahan dan aspal
alam. Pengenalan dilanjutkan dengan sifat-sifat dasar bahan aspal,
misalnya karena aspal bersifat thermoplastis, kita mengenal aspal keras
(penetrasi rendah) dan aspal lunak (penetrasi tinggi). Selanjutnya kita
mengenal sifat yang penting dari campuran beraspal, dan pada bab
terakhir kita akan mengenal bagaimana pengambilan contoh dan
pengujian aspal untuk pekerjaan campuran beraspal.

B. Jenis-jenis Aspal

Aspal minyak (disebut juga aspal semen, aspal keras, bitumen, atau aspal
baku) adalah kumpulan bahan-bahan tersisa dari proses destilasi minyak
bumi, sisa produk kilang minyak, Selain aspal minyak kita mengenal juga
aspal alam, contohnya “Trinidad Lake Asphalt”, dan juga di pulau Buton
ada aspal alam Kabungka dan aspal alam Lawele, demikian juga
dibeberapa tempat di Indonesia maupun di Kanada. Kita juga mengenal
aspal olahan seperti Aspal Semen, Aspal Emulsi, Aspal Cair, Aspal
Modifikasi dan sebagainya.

1. Aspal Minyak

Aspal minyak adalah bahan tersisa yang dianggap sudah sudah tidak lagi
bisa diproses secara ekonomi dari proses destilasi minyak bumi di pabrik
kilang minyak. Bahan tersebut kita kenal dalam tiga kelas Penetrasi yaitu

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 1


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Pen 40/50, Pen 80/70 dan Pen 80/100. Semakin rendah angka penetrasi
maka akan semakin keras wujud aspal, semakin susah cara
penanganannya karena diperlukan suhu lebih tinggi agar aspal menjadi
lunak atau cair. Sebaliknya semakin tinggi angka penetrasi maka aspal
akan mudah encer, mudah dikerjakan, tetapi terancam sulit untuk
mencapai kestabilan campuran aspal, terutama pada iklim panas seperti
di Indonesia, karena aspal cenderung melunak pada suhu udara tinggi.

Pengerjaan aspal umumnya memerlukan pemanasan pada suhu sekitar


1100 - 1700C supaya aspal menjadi encer sehingga mudah untuk
dipompa, dipindahkan dan dicampur dengan agregat ataupun dipadatkan.
Kalau aspal dipanaskan berkali-kali dan dalam waktu lama, maka banyak
minyak aromatik yang menguap sehingga aspal mengeras, artinya angka
penetrasinya menurun. Aspal dengan penetrasi rendah akan gampang
kena oksidasi sehingga menjadi getas, kehilangan daya lengketnya,
akibatnya lapis aspal akan terburai atau lepas butir. Karena itu di
Indonesia ditetapkan bahwa angka terendah untuk penetrasi bahan aspal
adalah 50 (Spesifikasi Bina Marga sejak tahun 2003). Aspal yang diolah
menjadi campuran beraspal akan mengalami oksidasi akibat sinar
matahari dan mencapai penetrasi 25, yaitu batas terendah penetrasi
sebelum terburai.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 2


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

R e fin e ry O p e ra tio n

L IG H T D IS T IL L A T E

P U M P IN G M E D IU M D IS T IL L A T E
F IE L D S T O R A G E S T A T IO N

H E A V Y D IS T IL L A T E
TO W ER
D IS T IL L A T IO N
R E F IN E R Y

R E S ID U U M
PROCESS
U N IT
OR
S TO R AG E TUBE CONDENSERS
HEATER AND ASPHALT
G AS COOLERS CEM EN TS
A IR
P E TR O LE U M BLOW N F O R P R O C E S S IN G IN T O
ASPHALT E M U L S IF IE D A N D
C U TB AC K AS P H AL TS
SAND AND W ATER A IR
S T IL L

Pada wilayah yang belum berkembang, jalan masih sepi lalu lintas,
panjang jalan masih sedikit, beban sumbu kendaraan belum berat, kita
mengenal cara pelaksanaan pekerjaan lapis perkerasan dengan Metoda
Surface Dressing (Burtu/Burda) dan Metoda Penetrasi Macadam.
Aspal dengan angka penetrasi rendah (pen 40/50) sangat sesuai dengan
metode ini dan pekerjaannya dilaksanakan secara padat karya, dimana
aspal dipasok dengan drum-drum yang berfungsi sekaligus sebagai
“storage tank”. Pemanasan cukup memakai kayu bakar dipinggir jalan,
dan ketika aspal panas tersebut dikucurkan ke permukaan lapis batuan
yang telah dipadatkan setengah jadi (lapisan masih berongga besar),
maka aspal 40/50 (penetrasi rendah, aspal keras) akan cepat mengering,
cepat dingin dan mengental. Aspal tidak akan “drain off” (mengalir
kebawah). Sangat sesuai, karena aspal tersebut diperlukannya diatas
permukaan, untuk menutup rongga agar tidak tembus air.
Sebaliknya untuk membuat Beton aspal sebisa mungkin menggunakan
aspal dengan penetrasi tinggi (aspal lunak) karena proses pencampuran
dan pengangkutan memerlukan waktu lama, yang menyebabkan
menguapnya minyak-minyak alami dan mengakibatkan aspal kering dan
kehilangan daya lengketnya. Hot Rolled Sheet (HRS) pada tahun 80-an

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 3


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

pernah menggunakan aspal pen 80/100, menggunakan gradasi senjang


untuk membentuk rongga antar butir (void) yang lebih besar, banyak
butir kecil sehingga membantu menahan aspal pada matrixnya, karena itu
kadar aspal dalam campuran HRS biasanya >7% (beton aspal jenis lain
umumnya berkisar hanya 5,3 – 5,8%). Peningkatan kadar aspal pada HRS
agar lapis perkerasan tidak mudah retak (karena lebih lentur), permukaan
lebih kedap, tidak mudah retak, tidak mudah berlubang. Kelemahannya
adalah terlalu lunak dan lentur sehingga mudah bergelombang. Bila
dalam kecepatan tinggi, mobil akan bergetar dan mudah lepas kendali.
Dengan pengalaman tersebut diatas, maka dipilihlah aspal minyak dengan
angka penetrasi 60/70 sebagai bahan perkerasan beraspal.

Di negara lain selain kelas Penetrasi dikenal juga kelas Viskositas, di


Australia dikenal AC-2,5, AC-5 dst. Ada juga kelas Performance Grade,
misalnya yang dikaitkan dengan ketahanannya terhadap suhu, PG 64-10,
PG 70-20 dst.

2. Aspal Emulsi

Aspal emulsi adalah campuran aspal dengan air (60-70%) dalam bentuk
emulsi, sehingga molekul-molekul aspal melayang didalam air. Hal ini
dimungkinkan karena adanya bahan tambah bersifat katalis.
Pencampuran aspal dengan air dan katalis tadi dilewatkan mesin
colloidmill. Saat aspal emulsi disimpan lama (sekitar 3 bulan) maka emulsi
bisa terlepas (break) dan aspal mengendap ke dasar kontainer/ drum.
Agar ikatan emulsi terbentuk lagi, cukup digoyang goyang atau
digelinding-gelindingkan. Penggunaan aspal emulsi yang paling baik
adalah sudah digunakan sebelum terlepas ikatan emulsinya.
Penggunaan aspal emulsi biasanya pada hal-hal sebagai berikut :

a. Untuk lapis beton aspal campuran dingin misalnya pada daerah yang
belum punya AMP tetapi ingin kualitas jalannya setara dengan aspal
beton aspal), pada lokasi yang tidak boleh ada api terbuka misalnya
wilayah pemboran minyak, komplek penyimpanan bahan bakar,
Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 4
Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

b. Untuk lapis Tack coat, Prime coat atau campuran untuk bahan
“tambal siap pakai”. Sebagai gambaran dilampirkan dibawah ini
Tabel takaran penggunaan Aspal cair dan aspal Emulsi sebagai Lapis
Perekat (Spesifikasi Umum Ditjen Bina Marga tahun 2006) :

Tabel 1. Takaran Pemakaian Lapis Perekat

Takaran (liter per meter persegi) pada


Jenis Aspal Permukaan Baru atau Permukan
Aspal Lama Yang Licin Porous dan
Terekpos Cuaca
Aspal Cair 0,15 0,15 - 0,35
Aspal Emulsi 0,20 0,20 - 0,50
Aspal Emulsi yang diencerkan 0,40 0,40 - 1,00 *
(1:1)
Catatan :
* Takaran pemakaian yang berlebih akan mengalir pada bidang permukaan yang terjal,
lereng melintang yang besar atau permukaan yang tidak rata.

Tabel 2 Suhu Penyemprotan


c.
Jenis Aspal Rentang Suhu
Penyemprotan
Aspal cair, 25 pph minyak tanah 110 ± 10 ºC
Aspal cair, 50 pph minyak tanah (MC-70) 70 ± 10 ºC
Aspal cair, 75 pph minyak tanah (MC-30) 45 ± 10 ºC
Aspal cair, 100 pph minyak tanah 30 ± 10 ºC
Aspal cair, lebih dari 100 pph minyak ta-nah Tidak dipanaskan
Aspal emulsi atau aspal emulsi yang di-encerkan Tidak dipanaskan
Catatan :
Tindakan yang sangat hati-hati harus dilaksanakan bila memanaskan setiap aspal cair.

Tahun 1993 pernah dicoba pemakaian aspal emulsi untuk beton aspal
campuran dingin dengan tebal 0,8 cm yang menggunakan mesin
penggetar khusus (teknologi dari Spanyol), disebut teknologi lapis tipis
Macroseal (secara generik dikenal sebagai teknologi slurry seal). Lapis
tipis ini dimaksudkan sebagai lapis pelindung untuk menahan air dan
meningkatkan kekesatan permukaan jalan (misalnya pada permukaan
perkerasan kaku yang sudah licin, daripada melakukan re-grooving yang
dianggap terlalu lambat dan mahal)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 5


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

3. Aspal Busa (foamed asphalt)

Adalah aspal panas yang dicampurkan dengan air secara mendadak


sehingga aspal berbusa dan seketika menjadi semacam emulsi yang
dapat dimanfaatkan keencerannya untuk membentuk lapis tipis aspal
yang menyelimuti agregat. Aspal busa ini kita kenal sebagai bagian dari
proses Recycling beton aspal yang dilakukan di ebagian ruas permukaan
jalan di Pantura.

4. Cutback asphalt

Adalah aspal yang dicairkan dengan cara ditambah pelarut dari keluarga
hidrokarbon (minyak tanah/kerosin, bensin, solar). Untuk Primecoat dan
Tackcoat digunakan jenis Rapi Curing (RC), Medium Curing (MC) atau
Slow Curing (SC). Saat ini, aspal Emulsi mulai digunakan sebagai
Tackcoat karena aspal Cutback yang dicampur bensin sering
menimbulkan kebakaran, demikian juga bila menggunakan pelarut
kerosene atau solar sering tidak sempat menguap, sehingga ketika
campuran beton aspal harus digelar diatasnya, aspal beton
terkontaminasi pelarut yang mengakibatkan aspal beton menjadi lunak
dan pada akhirnya menimbulkan problem perubahan bentuk (deformasi,
bleeding, licin).

5. Aspal Modifikasi

Nama lain dari Aspal Modifikasi adalah Polymer Modified Asphalt (PMA)
atau Polymer Modified Bitumen (PMB), ini adalah aspal minyak ditambah
dengan bahan tambah (additive) agar meningkat kinerjanyanya, yaitu
aspal yang tahan beban dan tahan lama (awet). Di Indonesia,
kesadaran untuk menggunakan aspal modifikasi karena diperlukan hal-hal
sebagai berikut :

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 6


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

a) aspal yang lebih tahan panas (menaikkan titik lembek), digunakan


aditif berbasis plastomer, elastomer, selulosa, filler atau penambahan
asphalten seperti asbuton, gilsonite, Trinidad asphalt, atau aditif
khusus dengan sifat beragam (jenis jenis polimer tertentu). Aspal
polimer biasanya merupakan produk hilir dari pabrik kilang minyak.

b) aspal yang lebih lengket (menaikkan adhesi) agar agregat tidak


mudah terburai, digunakan aditif yang bersifat lengket dan lentur yaitu
aditif yang berbasis karet.

c) aspal yang lebih tahan ultra violet agar tidak mudah menua
(ageing).

Sebagai gambaran, di pasar kita mengenal Aspal modifikasi yang telah


dijual di Indonesia (dan ini sudah sejak tahun 1996) seperti : High
Bonding Asphalt, Mexphalt, Cariphalt, Bituplus, Superfleks, Superphalt,
Starbit, Aspal Prima 50, Retona dsb.

6. Aspal Buton (asbuton)

Adalah aspal alam yang terdapat di pulau Buton, berupa batuan yang
mengandung aspal (rock asphalt) yang ditemukan sejak tahun 1920,
dengan cadangan lebih dari 600 juta ton, terbesar didunia. Ada dua lokasi
tambang di Buton, yaitu di Kabungka dan Lawele. Perbedaan aspal
Kabungka dan aspal Lawele adalah sebagai berikut :

a) Aspal Buton Kabungka, batuan induknya adalah batu kapur, dan


aspalnya meresap kedalam pori-pori batuan sebesar 12-20%, karena
itu penambangannya menggunakan bahan peledak. Batuan dipecah
menjadi kecil-kecil dengan mesin pemecah batu (stone crusher).
Aspal alam Kabungka yang dalam bentuk curah dikirim dengan
tongkang dan dump truck ke proyek yang akan memanfaatkannya.
Selanjutnya proses pengaktifan aspal adalah dengan mencampur
aspal curah tersebut dengan modifier (minyak pelarut khusus)
Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 7
Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

dengan tujuan menjemput aspal alam Kabungka dari cangkangnya


melalui pemeraman selama 2 – 5 hari. Hasil dari pemeraman tersebut
adalah maka terjadilah mastik yang siap dicampur dengan agregat
menjadi campuran aspal yang siap gelar.

b) Aspal Buton Lawele, batuan induknya adalah batuan Silika, dimana


aspalnya tidak meresap tetapi menempel di batuan sebanyak 20 -
35%, sehingga lebih mudah diaktifkan (tidak perlu pemeraman
seperti pada proses pengaktifan aspal di aspal Kabungka). Kesulitan
penanganan aspal Buton Lawele justru terletak pada kelengketannya
yang terlalu tinggi (bergumpal-gumpal) sehingga susah untuk ditakar
menurut jumlah yang dibutuhkan.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 8


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

BAB II
FUNGSI DAN KEMAMPUAN CAMPURAN ASPAL

A. Mengapa perlu mengerti fungsi dan kemampuan


campuran aspal ?

Dari pertimbangan lingkungan hidup, penggunaan aspal untuk perkerasan


jalan sangat menguntungkan, karena dengan aspal dijadikan perkerasan
jalan, hal ini dapat menyerap dalam volume besar sisa produksi minyak
yang dapat berpotensi sebagai limbah berbahaya. Maka layaklah kita
sebagai praktisi jalan untuk mengenal sifat dan kemampuan aspal sebagai
lapis perkerasan agar diperoleh mutu yang baik. Dalam bab II ini
diuraikan pengetahuan tentang sifat-sifat penting aspal yang harus
dimengerti oleh Praktisi Jalan agar pekerjaan pengolahan bahan aspal
untuk dijadikan lapis perkerasan jalan dapat mencapai hasil maksimal,
sebagai berikut :
1. Uraian tentang fungsi dan kemampuan aspal,
2. Uraian tentang karakteristik campuran aspal beton.
Dari uraian tersebut, nanti kita dapat lebih memahami fungsi aspal
sebagai material pendukung konstruksi perkerasan jalan melalui tes-tes
yang diperlukan seperti penetrasi, titik lembek, kelarutan, kehilangan
berat, stabilitas statis/dinamis, Marshall. Demikian juga dengan analisa
kerusakan permukaan yang diakibatkan oleh aspal seperti lepas buir,
bergelombang, shoving, bulking/jembul, retak buaya dan lain sebagainya.

B. Fungsi dan kemampuan aspal

Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi


sebagai berikut :
1) Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan
agregat dan antara aspal itu sendiri.
2) Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan
pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 9


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Karena itu, untuk dapat berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi,
aspal haruslah mempunyai kemampuan daya tahan (tidak cepat rapuh)
terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan
sifat elastis yang baik.

Uraian tentang kemampuan aspal ini adalah sebagai berikut :

a. Daya tahan (durability) aspal.


Adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya akibat
pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan
sifat dari campuran aspal, yang tergantung dari sifat agregat yang
terseliputi aspal, tergantung juga dengan faktor pelaksanaan. Sifat ini
dapat diperkirakan dalam pemeriksaan Thin Film Oven Test (TFOT).

b. Adhesi dan Kohesi Aspal.


Sifat Adhesi aspal adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat
sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal,
sedangkan Kohesi aspal adalah kemampuan aspal untuk tetap
mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi
pengikatan.

c. Kepekaan terhadap temperatur.


Aspal adalah material yang termoplastis,berarti akan menjadi keras
atau lebih kental jika temperatur berkurang, dan akan lunak atau cair
jika temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap
perubahan temperatur.

d. Kekerasan Aspal.
Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan
agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan
kepermukaan agregat yang telah disiapkan pada proses pelaburan.
Setelah campuran aspal tergelar dan dipadatkan, maka terjadi proses
oksidasi yang akan menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas
bertambah tinggi), ini adalah proses perapuhan. Jadi selama masa

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 10


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

pelayanan aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi yang besarnya


dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat.
Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan yang
terjadi.

C. Karakteristik Campuran Aspal Beton

Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh campuran aspal beton


campuran panas, selain Kedap air, adalah :
1. Stabilitas
2. Durabilitas
3. Fleksibilitas
4. Skid resistance (tahanan geser)
5. Ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance)
6. Kemudahan pelaksanaan (workability)

1. Stabilitas

Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan


perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk
tetap seperti gelombang, alur ataupun bleeding.
Kebutuhan akan stabilitas setingkat dengan jumlah lalu lintas dan
beban kendaraan yang akan memakai jalan tersebut. Jalan dengan
volume lalu lintas tinggi dan sebagian besar merupakan kendaraan
berat menuntut stabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan jalan
yang bervolume lalu lintas kendaraan penumpang saja.

Tetapi kestabilan yang terlalu tinggi menyebabkan lapisan


perkerasan itu menjadi kaku dan cepat mengalami retak, disamping itu
karena volume antar agregat kurang, mengakibatkan kadar aspal yang
dibutuhkan pun rendah. Hal ini menghasilkan film aspal tipis dan
mengakibatkan ikatan aspal mudah lepas sehingga durabilitasnya
rendah

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 11


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir, penguncian antar


partikel dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal. Dengan demikian
stabilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan mengusahakan
penggunaan :
a) Agregat dengan gradasi yang rapat (dense graded)
b) Agregat dengan permukaan kasar.
c) Agregat berbentuk kubus
d) Aspal dengan penetrasi rendah
e) Aspal dalam jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir.

a. Apa yang disebut VMA (voids in mineral aggregate) ?


VMA adalah rongga antar butir. Bila VMA kecil, akan menghasilkan
stabilitas yang tinggi, tetapi membutuhkan kadar aspal yang rendah
untuk mengikat agregat. VMA yang kecil mengakibatkan aspal yang
dapat menyelimuti agregat terbatas dan menghasilkan film aspal yang
tipis. Film aspal yang tipis mudah lepas yang mengakibatkan lapis tidak
kedap air, oksidasi mudah terjadi, dan lapis perkerasan menjadi rusak.

b. Apa yang disebut VIM (voids in mix) ?


VIM adalah rongga udara dalam campuran. Pemakaian aspal
yang banyak mengakibatkan aspal tidak lagi dapat menyelimuti
agregat dengan baik (karena VMA kecil), dan juga menghasilkan VIM
yang kecil (rongga udara di campuran yang kecil). Adanya beban lalu
lintas yang menambah pemadatan lapisan perkerasan mengakibatkan
lapisan aspal meleleh keluar yang dinamakan bleeding.

2. Durabilitas (keawetan / daya tahan)

Durabilitas diperlukan pada lapisan permukaan (surface dressing) agar


lapisan mampu menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air dan
perubahan suhu ataupun keausan akibat gesekan kendaraan.
Faktor yang mempengaruhi durabilitas lapis aspal beton adalah :

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 12


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

a) Film aspal atau selimut aspal, film aspal yang tebal dapat
menghasilkan lapis aspal beton yang berdurabilitas tinggi, tetapi
kemungkinan terjadinya bleeding menjadi tinggi.
b) VIM kecil sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk
kedalam campuran yang menyebabkan terjadinya oksidasi dan
aspal menjadi rapuh/getas.
c) VMA besar, sehingga film aspal dapat dibuat tebal. Jika VMA
dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi kemungkinan terjadinya
bleeding besar. Untuk mencapai VMA yang besar ini
dipergunakan agregat bergradasi senjang.

3. Fleksibilitas (kelenturan)

Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk


dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang
tanpa timbulnya retak dan perubahan volume.

Fleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan :


a) Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh
VMA yang besar.
b) Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi yang tinggi)
c) Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM
yang kecil.

4. Skid resistance (tahanan geser / kekesatan)

Tahanan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh perkerasan


sehingga kendaraan tidak mengalami slip baik diwaktu hujan atau basah
maupun diwaktu kering. Kekesatan dinyatakan dengan koefisien gesek
antar permukaan jalan dan ban kendaraan.

Tahanan geser tinggi, jika :


a) Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tak terjadi bleeding.
b) Penggunaan agregat dengan permukaan kasar.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 13


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

c) Penggunaan agregat berbentuk kubus.


d) Penggunaan agregat kasar yang cukup.

5. Ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance)

Ketahanan terhadap kelelahan adalah ketahanan lapis aspal beton dalam


menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelahan yang berupa alur
(ruting) dan retak.
Faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap kelelahan adalah :

a) VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan
kelelahan yang lebih cepat.
b) VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan
lapis perkerasan menjadi fleksibel.

6. Kemudahan pelaksanaan (workability)

Yang dimaksud dengan kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu


campuran untuk dihampar dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang
memenuhi kepadatan yang diharapkan.

Faktor yang mempengaruhi kemudahan dalam pelaksanaan adalah

a) Gradasi agregat. Agregat bergradasi baik lebih mudah


dilaksanakan daripada agregat bergradasi lain.
b) Temperatur campuran, yang ikut mempengaruhi
kekerasan bahan pengikat yang bersifat termoplastis.
c) Kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi
menyebabkan pelaksanaan lebih sukar.

D. Perencanaan Campuran Aspal

1. Apa yang terjadi jika agregat dicampur dengan aspal ?


Jika agregat dicampur dengan aspal, maka :
a. Partikel – partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh aspal,
Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 14
Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

b. Rongga – rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi
udara,
c. Terdapat rongga antar butir yang terisi udara,
d. Terdapat lapisan aspal yang ketebalannya tergantung dari kadar aspal
yang dipergunakan untuk menyelimuti partikel-partikel agregat.

2. Apa pengaruh gradasi & kadar aspal pada syarat campuran ?


Lapisan aspal yang baik haruslah memenuhi 4 syarat yaitu : stabilitas,
durabilitas, fleksibilitas dan tahanan geser.

Apa pengaruhnya terhadap gradasi campuran aspal ?


a. Jika kita memakai gradasi rapat (dense graded) akan menghasilkan
kepadatan yang baik, berarti memberikan stabilitas yang baik, tetapi
memberikan kelenturan (fleksibilitas) yang kurang baik, dan akibat
tambahan pemadatan (dari beban lalu-lintas yang berulang) serta
aspal yang mencair (akibat pengaruh cuaca) akan memberikan
tahanan geser yang kecil.
b. Jika kita menggunakan gradasi terbuka, akan diperoleh kelenturan
yang baik, tetapi stabilitas yang kecil.

Apa pengaruhnya terhadap kadar aspal ?

a. Kadar aspal yang terlalu sedikit akan mengakibatkan lapisan


pengikat antar butir kurang, lebih-lebih bila kadar rongga yang
dapat diresapi aspal besar. Kadar aspal yang terlalu sedikit
mengakibatkan lapisan pengikat aspal cepat lepas dan durabilitas
berkurang.
b. Kadar aspal yang tinggi mengakibatkan kelenturan yang baik, tetapi
dapat terjadi bleeding sehingga stabilitas dan tahanan geser
berkurang

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 15


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

3. Apa tujuan membuat Jobmix Formula ?

Oleh sebab hal-hal diatas, kita harus membuat Jobmix formula (JMF),
yaitu rencana campuran yang harus dikembangkan dari rencana gradasi
yang dipilih, sesuai dengan batasan-batasan dalam spesifikasi, sehingga
memenuhi syarat-syarat, antara lain sebagai berikut :
a. Kadar aspal cukup memberikan kelenturan,
b. Stabilitas cukup memberikan kemampuan memikul beban sehingga tak
terjadi deformasi yang merusak,
c. Kadar rongga cukup memberikan kesempatan untuk pemadatan
tambahan akibat beban lalu lintas berulang dan flow dari aspal,
d. Dapat memberikan kemudahan kerja sehingga tak terjadi segregasi.

4. Faktor apa saja yang mempengaruhi aspal beton ?

Faktor yang mempengaruhi kualitas aspal beton adalah, sebagai berikut :


a. Absorbsi aspal,
b. Kadar aspal efektif,
c. Rongga antar butir (VMA)
d. Rongga udara dalam campuran (VIM)
e. Gradasi Agregat.

5. Apa Prosedur untuk test Marshall ?

Dalam prakteknya kita membuat benda uji dengan kadar aspal yang
bervariasi, umumnya dimulai dari kadar aspal 5%, 5,5% dan 6%,
kemudian dilakukan pemeriksaan Marshall. Pemeriksaan Marshall ini
pertama kali diperkenalkan oleh Bruce Marshall, dikembangkan oleh U.S.
Corps of Engineer. Saat ini kita mengikuti prosedur AASHTO T 245-74
atau ASTM D 1559-62T.

6. Data apa saja yang akan kita peroleh dari test Marshall ?

Dari Tes Marshall akan diketahui berapa persen kandungan aspal yang
diperlukan untuk gradasi batuan yang telah direncanakan, yang akan

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 16


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

menghasilkan kuat tekan optimum (disebut sebagai Stabilitas Marshall,


atau juga disebut Static Stability test, dinyatakan dalam kg) dari silinder
beton aspal (benda uji), yang telah direndam satu jam pada suhu 60 0C
Selain itu Tes Marshall dilakukan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal dan agregat.
Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran yang
terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam
mm.
Dari proses persiapan benda uji sampai pemeriksaan dengan alat Marshall,
diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Kadar aspal, dinyatakan dalam bilangan desimal satu angka
dibelakang koma

2. Berat volume, dinyatakan dalam ton/m3

3. Stabilitas. dinyatakan dalam bilangan bulat. Stabilitas menunjukkan


kekuatan, ketahanan terhadap terjadinya alur (ruting).

4. Kelelehan plastis (flow), dinyatakan dalam mm. Flow menunjukkan


tingkat kelenturan atau kegetasan campuran beton aspal.

5. Hasil bagi Marshall (Marshall quotient), merupakan hasil bagi


stabilitas dan flow. Dinyatakan dalam kN/mm. Merupakan indikator
kelenturan yang potensial terhadap keretakan. Akan menunjukkan
angka getas kalau lebih dari 400 kg/mm, dan terlalu lentur kalau
kurang dari 200 kg/mm, idealnya kalau berada diantara angka angka
tersebut.

6. VIM (Void in Mix, atau sering disingkat dengan ‘voids’), persen rongga
dalam campuran, dinyatakan dalam bilangan desimal satu angka
dibelakang koma. VIM merupakan indikator dari durabilitas,
kemungkinan bleeding.

7. VMA (Void in Mineral Aggregate), persen rongga terhadap agregat,


dinyatakan dalam bilangan bulat. VMA bersama dengan VIM
merupakan indikator dari durabilitas.

8. Penyerapan aspal, persen terhadap berat campuran, sehingga


diperoleh gambaran berapa kadar aspal efektifnya. Digambarkan dalam
grafik kandungan aspal vs kuat tekan, yang menunjukkan angka
optimum untuk kadar aspal tertentu.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 17


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

9. Kadar aspal efektif, dinyatakan dalam bilangan desimal satu angka


dibelakang koma.

10. Tebal lapisan aspal (asphalt film), dinyatakan dalam mm. Film
aspal merupakan petunjuk tentang sifat durabilitas campuran.

Sebagai gambaran, dilampirkan dibawah ini Ketentuan Sifat campuran Latasir


(Tabel 3), Sifat campuran Lataston (Tabel 4), Sifat campuran Laston (AC)
pada Tabel 5 serta Sifat campuran Laston di modifikasi (AC Modified) pada
Tabel 6. Tabel 3 sampai 6 ini diambil dari Spesifikasi Jalan Ditjen Bina Marga
Tahun 2006.

Tabel 3. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Latasir


(untuk Lalu-lintas < 0,5 juta ESA/tahun)

Latasir
Sifat-sifat Campuran
Kelas A & B
Penyerapan aspal (%) Maks. 2,0
Jumlah tumbukan per bidang 50
Rongga dalam campuran (%) Min. 3,0
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 20
Rongga terisi aspal (%)
Min. 75
Stabilitas Marshall (kg)
Min. 200
Pelelehan (mm) Min. 2
Maks. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah peren-daman selama
Min. 75
24 jam, 60 ºC

Tabel 4. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Lataston


(untuk Lalu-lintas < 1 juta ESA/tahun)
Lataston
Sifat-sifat Campuran
WC BC
Penyerapan aspal (%) Maks. 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75
Rongga dalam campuran (%) Min. 3,0
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min. 68
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800
Pelelehan (mm) Min. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah peren-daman selama 24
Min. 75
jam, 60 ºC
Rongga dalam campuran (%) pada
Min. 2
Kepadatan membal (refusal)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 18


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Tabel 5. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC)

Laston
Sifat-sifat Campuran
WC BC Base
Penyerapan aspal (%) Maks 1,2
.
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
Min. 3,5
Rongga dalam campuran (%)
Maks 5,5
.
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min. 65 63 60
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1500
Maks - -
.
Pelelehan (mm) Min. 3 5
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250 300
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama
Min. 75
24 jam, 60 ºC
Rongga dalam campuran (%) pada
Min. 2,5
Kepadatan membal (refusal)

Tabel 6. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston Dimodifikasi


(AC Modified)
Laston (AC)
Sifat-sifat Campuran
WC BC Base
Mod Mod Mod
Penyerapan kadar aspal Maks 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
Rongga dalam campuran (%) Min. 3,5
Maks 5,5
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min. 65 63 60
Stabilitas Marshall (kg) Min. 1000 1800
Maks - -
.
Kelelehan (mm) Min. 3 5
Maks - -
.
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 300 350
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama
Min. 75
24 jam, 60 ºC
Rongga dalam campuran (%) pada
Min. 2,5
Kepadatan membal (refusal)
Stabilitas Dinamis, lintasan/mm Min. 2500

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 19


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

BAB III
PENGAMBILAN CONTOH DAN PENGUJIAN ASPAL
UNTUK PEKERJAAN CAMPURAN BERASPAL PANAS

A. Mengapa diperlukan pengujian pada campuran beraspal ?

Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan


aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem
antar partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat
mekanis dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-
bahan pembentuknya. Friksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat
(interlocking), dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan,
bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan. Sedangkan
sifat kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan. Oleh sebab itu
kinerja campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat dan
aspal serta sifat-sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan
tersebut.

Pada campuran beraspal, sifat-sifat fisik aspal yang sangat mempengaruhi


perencanaan, produksi dan kinerja campuran beraspal, untuk itu sifat aspal
yang harus diperiksa antara lain adalah : durabilitas, adesi dan kohesi,
kepekaan terhadap temperatur, pengerasan dan penuaan.

Pengambilan contoh dan pengujian merupakan dua hal yang sangat penting
dalam fungsi pengendalian mutu. Data dari pengujian ini merupakan alat
untuk menilai kualitas produksi apakah memenuhi syarat atau tidak. Dengan
alasan ini, pengambilan contoh dan prosedur pengujian harus dilakukan
dengan hati-hati dan benar.

Salah satu kesalahan yang besar dalam menguji material adalah kegagalan
untuk mengambil contoh yang mewakili. Apabila contoh yang dikirim ke
laboratorium tidak mewakili kondisi bahan yang sebenarnya, maka hasil
pengujian akan sia-sia, bahkan apabila digunakan, mungkin menyesatkan.
Oleh karena itu, pengambilan contoh harus dilakukan dengan prosedur

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 20


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

standar, baik Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun AASHTO atau ASTM
atau standar internasional yang lain.

Pengujian kualitas untuk pekerjaan campuran beraspal secara umum dapat


dipisahkan menjadi 3 kelompok, yaitu :

 Pengujian kualitas bahan baku (agregat, bahan pengisi dan aspal),


 Pengujian kualitas bahan olahan
 Pengujian kualitas bahan jadi.

Hasil pengujian akan menentukan penerimaan atau penolakan, baik bahan


maupun hasil pekerjaan, maka pengujian harus dilakukan sesuai dengan
standar yang berlaku.

Pengujian laboratorium terhadap sifai-sifat fisik aspal yang digunakan sebagai


bahan baku, meliputi untuk :

 Durabilitas aspal, yaitu dengan melakukan uji : penetrasi, titik lembek,


kehilangan berat, daktilitas, Thin Film Oven Test (TFOT), dan Rolling Thin
Film Oven Test (RTFOT)
 Adhesi dan kohesi, yaitu dengan melakukan uji kelekatan aspal terhadap
agregat
 Kepekaan terhadap temperatur, yaitu dengan melakukan uji penetrasi
 Pengerasan dan penuaan, yaitu dengan melakukan uji penetrasi
 Pengaruh terhadap temperatur pada proses pencampuran, pengangkutan,
penghamparan, dan pemadatan, yaitu dengan melakukan uji viskositas
 Keamanan dalam pelaksanaan, yaitu dengan melakukan uji titik nyala
 Kelelehan aspal, yaitu dengan melakukan uji titik lembek.

B. Pengambilan Contoh Aspal

Pengambilan contoh aspal untuk pengujian harus mewakili dan dijaga agar
tidak terkontaminasi oleh bahan lain sebelum dilakukan pengujian.
Alat dan prosedur pengambilan contoh aspal mengacu pada SNI 06-6399-
2002, meliputi sebagai berikut :
1. Pengambilan Contoh Aspal dari Drum

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 21


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

2. Pengambilan Contoh dari Mobil Tangki / Truk Penyemprot Aspal atau


Tangki Penyimpanan Aspal yang dilengkapi Alat Sirkulasi.
3. Pengambilan Contoh di Pabrik
a) Pengambilan Contoh dengan Keran
b) Pengambilan dengan Cara Tabung Celup.
c) Pengambilan Contoh Cara Wadah/Kaleng dengan Pemberat Sekali
Pakai
4. Pengambilan Contoh dari Tangker atau Tongkang
5. Pengambilan Contoh dari Pipa Selama Pemuatan dan Pembongkaran.
6. Pengambilan Contoh Bahan Semi Padat atau Bahan Padat yang Belum
Dipecah (Drum, barrel, kardus atau kantong).
7. Pengambilan Contoh Bahan Hasil Pemecahan atau Berbentuk Tepung
8. Pengambilan Contoh di Tempat Tujuan Pengiriman

1. Pengambilan Contoh Aspal dari Drum

Alat dan prosedur pengambilan contoh aspal mengacu pada SNI 06-6399-
2002

a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup


o Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
mengambil contoh aspal dari drum dengan menggunakan wadah yang
mempunyai ukuran volume

o Untuk mendapatkan contoh aspal yang mewakili, yang akan digunakan


untuk prosedur pengujian mutu di laboratorium.

o Mencakup peralatan, persiapan pengambilan contoh, serta cara


pengambilan contoh aspal di mobil tangki, tapi tidak mencakup semua
permasalahan keselamatan yang berkaitan dengn penggunaannya.

b. Peralatan
 Wadah untuk contoh aspal yang
mempunyai ukuran volume.

 Peralatan untuk pengambilan contoh


aspal keras/minyak dan aspal cair;
(Gambar 1. Peralatan)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 22


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

c. Persiapan Pengambilan Contoh

Contoh aspal yang akan diambil sudah


tersedia pada drum dengan kondisi liquid
atau cair (untuk aspal cair); (Gambar 2.)

d. Prosedur/Pelaksanaan Pengambilan Contoh

1). Lakukan pemilihan drum yang berisi


aspal yang akan diambil secara acak,
dengan jumlah drum terpilih seperti
diperlihatkan pada Tabel 1.;

Tabel 1. Jumlah Contoh yang dipilih


secara acak

Dalam pengiriman Yang diambil


2 –8 2
9 – 27 3
28 – 64 4
65 – 125 5
126 – 216 6
217 – 343 7
344 – 512 8
513 – 729 9 Gambar 2. Drum aspal diam-
730 – 1000 10 bil secara acak dengan jumlah
1001 - 1331 11 sesuai tabel 1.

2). Aspal diambil dari drum dengan menggunakan alat yang sedapat
mungkin tidak dipanaskan terlebih dahulu (pemanasan keseluruhan),
untuk menghindari rusaknya aspal akibat pemanasan berulang;

Gambar 3.a. Buka penutup drum Gambar 3.b. Masukkan bor


tangan (contoh aspal keras)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 23


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 3.c. Panaskan Gambar 3.d. Buat potongan Gambar 3.d. Angkat aspal
pisau, untuk memudahkan lingkaran batas contoh yang dengan cara memutar balik
memotong aspal akan diambil dengan pisau bor tangan

3). Setelah pengadukan secara sempurna dilakukan pengambilan contoh


sebanyak 1 liter dari drum terpilih (khusus aspal cair);

4). Simpan hasil pengambilan contoh ke dalam wadah yang mempunyai


ukuran volume; (Gambar 4.)

Catatan : Untuk semua bahan yang menjadi cair karena pemanasan


contoh diambil hanya pada bagian atas.

Gambar 4.a. Angkat lebih Gambar 4.b. Masukkan Gambar 4.c. Lepaskan
tinggi untuk melepaskan kedalam wadah tangkai bor dari aspal

Gambar 4.d. Pastikan jumlah Gambar 4.e. Tutup rapat- Gambar 4.f. Aspal siap
aspal cukup untuk keperluan rapat wadah aspal dibawa ke laboratorium
pengujian mutu untuk diuji mutunya

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 24


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

2. Pengambilan Contoh dari Mobil Tangki / Truk Penyemprot Aspal atau


Tangki Penyimpanan Aspal yang dilengkapi Alat Sirkulasi.

Alat dan prosedur pengambilan contoh aspal mengacu pada SNI 06-6399-2002

a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup

o Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam


pengambilan contoh aspal dari mobil tangki dengan menggunakan
wadah yang mempunyai ukuran volume
o Untuk mendapatkan contoh aspal yang mewakili, yang akan digunakan
untuk prosedur pengujian mutu di laboratorium.
o Mencakup peralatan, persiapan pengambilan contoh, serta cara
pengambilan contoh aspal di mobil tangki, tapi tidak mencakup semua
permasalahan keselamatan yang berkaitan dengn penggunaannya.

b. Peralatan
 Wadah untuk contoh aspal
yang mem-punyai ukuran
volume.
 Peralatan pembantu.

Gambar 1. >
Peralatan pengambilan contoh
dengan kaleng celup

c. Persiapan Pengambilan Contoh

Contoh yang akan diambil sudah tersedia pada mobil tangki dengan
kondisi cair dan dapat dialirkan melalui keran pengeluar.

d. Prosedur/Pelaksanaan Pengambilan Contoh

1). Aspal diambil dari tangki yang dilengkapi keran;


2). Sebelum pengambilan contoh dilakukan, keluarkan 4 liter dan buang;
3). Contoh aspal cair dan aspal yang dicairkan melalui pemanasan harus
diambil dengan metode celup menggunakan kaleng;
4). Banyaknya contoh yang harus disiapkan, untuk pengujian rutin aspal
keras 1 liter dan untuk aspal emulsi 4 liter.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 25


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 1. Truk tangki aspal

3. Pengambilan Contoh Aspal di Pabrik


Alat dan prosedur pengambilan contoh aspal mengacu pada SNI 06-6399-
2002, terdapat 3 (tiga) cara pengambilan contoh, yaitu :

3.1. Pengambilan Contoh dengan Keran


□ Desain keran pengambilan contoh yang disarankan sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 1. berikut ini :

Keterangan :
(1) : Sambungan T ¾ “ terbuat dari besi atau
sejenisnya
(2) : ¾” baja/besi sambung 90o
(3) : ¾“ baja/besi sambung 45o
(4) : Benang asbes bergasket dililitkan pada
drat/ulir atau dibalut dengan kain
(5). : Locknut ¾”
(6) : Pipa besi berniple  ¾”
(7) : Pipa baja berulir  ¾” panjang 3”
(8) : Penutup pipa baja tuang

Gambar 1. Alat pengambil contoh dengan keran

□ Pengambilan contoh dengan keran, dengan cara sebagai berikut :

1). Sebelum pengambilan contoh keluarkan minimum 4 liter;


2). Aspal diambil dari keran pada 1/3 bagian atas, tengah dan 1/3 bagian
bawah;
3). Dari tiap keran diambil contoh 1 – 4 liter.

3.2. Pengambilan dengan Cara Tabung Celup.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 26


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

□ Tabung celup ini dapat digunakan untuk


pengambilan contoh ulang, karena
kontaminasi akibat pengambilan contoh
sebelumnya dapat dihindari dengan
tindakan kebersihan, dengan cara
menaikkan dan menurunkan tabung yeng
kedua ujungnya terbuka 3 atau 4 kali pada
jarak kira-kira ½ - 1 meter pada kedalaman
yang dikehendaki. (Gambar 1.)
Gambar 1. >
Alat pengambil Contoh
dengan Tabung celup

□ Pengambilan dengan cara tabung celup (untuk aspal cair, tidak cocok
untuk aspal keras), dengan cara sebagai berikut :

1). Tabung dicelupkan kedalam aspal dengan ujung keran bawah terbuka;
2). Pada kedalaman yang diinginkan, rantai ditarik sehingga keran bagian
bawah tertutup;
3). Keluarkan tabung dari tangki;
4). Isinya pindahkan kedalam wadah.

3.3. Pengambilan Contoh Cara Wadah/Kaleng dengan Pemberat Sekali


Pakai

□ Bentuk dan petunjuk penggunaan ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. >

Alat pengambil
contoh dengan
Wadah pemberat
sekali pakai

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 27


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

□ Pengambilan contoh cara wadah/kaleng dengan pemberat sekali pakai :


(tidak boleh dipakai kembali).

1). Masukkan wadah dalam keadaan terbuka kedalam tangki aspal pada
kedalaman yang diinginkan;
2). Bila kedalaman telah tercapai, kemudian penutupnya dibuka dengan
cara menarik rantai;
3). Biarkan terisi sampai penuh dengan ditandai oleh berhentinya
gelembung udara pada permukaan aspal;
4). Setelah penuh angkat dari tangki dan tuangkan kedalam tempat yang
bersih

4. Pengambilan Contoh dari Tangker atau Tongkang

□ Pengambilan contoh dari tangker atau tongkang :

1). Untuk bahan cair contoh harus diambil dari atas, tengah dan bawah;
2). Untuk semua bahan yang menjadi cair karena pemanasan contoh
diambil hanya pada bagian atas.

5. Pengambilan Contoh dari Pipa Selama Pemuatan dan Pembongkaran.

□ Bentuk dan petunjuk penggunaan


ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. >
Alat pengambil contoh
pada pipa

□ Pengambilan contoh dari pipa selama pemuatan dan pembongkaran :

1). Pengambilan contoh dilakukan dari jaringan pipa yang mengalirkan


aspal;
2). Pipa harus dilengkapi keran atau penutup dan dapat dimasukkan
kedalam wadah contoh. Paling sedikit 3 x 4 liter contoh harus diambil

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 28


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

pada interval seluruh pengangkutan atau pembong-karan. Seluruh


contoh dicampur dan diambil 4 liter;
3). Bila kapasitas 4000 m3 atau kurang, diambil paling sedikit 5 contoh
masing-masing 4 ltr.;
4). Untuk kapasitas 4000 m3 atau lebih diambil paling sedikit 10 contoh
masing-masing 4 liter.

6). Pengambilan Contoh Bahan Semi Padat atau Bahan Padat yang
Belum Dipecah (Drum, barrel, kardus atau kantong).

□ Pengambilan contoh bahan semi padat atau bahan padat yang belum
dipecah :

1). Apabila contoh diambil dari produksi menerus atau satu kemasan,
dipilih secara acak seperti pada Tabel 1.;
2). Apabila tidak jelas (tidak menerus) contoh diambil dengan akar tiga
dari jumlah kemasan dilokasi.

7). Pengambilan Contoh Bahan Hasil Pemecahan atau Berbentuk


Tepung

□ Pengambilan contoh bahan hasil pemecahan atau berbentuk tepung :

1). Untuk bentuk timbunan, Contoh berbentuk kasar harus tidak kurang
dari 25 kg dan dari contoh tersebut diambil 1 – 1,50 kg untuk
pengujian;
2). Untuk dalam drum, barrel, kardus atau kantong, jumlah kemasan
diambil secara acak sesuai Tabel 1. Contoh diambil dari bagian tengah
setiap wadah.

8). Pengambilan Contoh di Tempat Tujuan Pengiriman

□ Pengambilan contoh di tempat tujuan pengiriman :

1). Pengambilan contoh harus dilaksanakan dalam waktu secepatnya


setelah aspal tiba di lokasi;
2). Jumlah contoh yang diperlukan harus diambil tiap pengiriman aspal.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 29


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

C. Pengujian Aspal

Pengujian aspal meliputi pengujian aspal keras (padat) termasuk aspal


modifikasi, aspal cair dan emulsi. Aspal keras digunakan untuk
campuran beraspal, sedangkan aspal cair atau aspal emulsi pada
pekerjaan campuran beraspal panas umumnya digunakan sebagai lapis
resap ikat (prime coat) atau lapis pengikat (tack coat).

Jenis pengujian aspal keras, aspal cair dan aspal emulsi diperlihatkan
berturut-turut pada Tabel 1, 2, dan 3, sebagai berikut :

Tabel 1.a. Jenis Pengujian Aspal Keras Pen 60

Jenis Pengujian Standar Pengujian


1. Penetrasi, 25 ‘C, 100 gr, 5 dctik; 0,1 mill SNI 06-2456-1991
2. Titik Nyala dan Titik Bakar; ‘C RSNI3 2433-2008
3. Titik Lembek;’C SNI 06-2434-1991
4. Daktilitas, 25 ‘C; cm RSNI3 2432-2008
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991
6. Cara Uji Kelarutan Aspal RSNI M04-2004
7. Penurunan/kehilangan Berat (dengan TFOT); % berat SNI 06-2440-1991
8. Uji bintik (spot Tes) - Standar Naptha; - Naptha Xylene; SNI 06-6885-2002
- Hephtane Xylene
9. Penetrasi setelah penurunan berat; % asli SNI 06-2456-1991
10. Daktilitas setelah penurunan berat; % cm SNI 06-2432-1991
Sumber : Spesifikasi seksi 6.3, campuran beraspal panas, Desember 2006,
Catatan : Penggunaan pcngujian spot tes adalah pilihan (optional). Bila disyaratkan, dapat
digunakan pelarut yang naptha, naptha xylcne atau heptane xylane

Tabel 1.b. Jenis Pengujian Aspal Polimer

SEKSI 7.1 Jenis Pengujian SEKSI 7.2 Standar


Pengujian
1. Penetrasi, 25 ‘C, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991
2. Titik Nyala dan Titik Bakar; °C RSNI3 2433-2008
3. TitikLembek;°C SNI 06-2434-1991
4. Daktilitas, 25 ‘C; cm SNI 06-2432-1991
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991
6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen/Kadar aspal; % berat SNI 06-2438-1991
7. Kekentalan pada 135: cSt SNI 06-6721-2002
8. Stabilitas Penyimpanan pada 163 °C selama 48 jam
SNI 06-2434-1991
- Perbedaan Titik Lembek;’C
9. Penurunan Berat (dengan TFOT); berat SNI 06-2440-1991
10. Perbedaan Penetrasi setelah TFOT; % asli SNI 06-2456-1991
11. Perbedaan Titik Lembek setelah TFOT; % asli SNI 06-2434-1991
12. Elastic recovery pada 25 °C; % RSNI M-04-2005*
Sumber : Spesifikasi seksi 6.3, campuran beraspal panas, Desember 2006,

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 30


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Tabel 1.c. Jenis Pengujian Aspal Dimodifikasi dengan Aspal alam

Jenis Pengujian SEKSI 7.3 Standar


Pengujian
1. Penetrasi, 25 °C, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991
2. Titik Nyala; °C SNI 06-2433-1991
3. Titik Lembek; °C SNI 06-2434-1991
4. Daktilitas, 25 °C; cm SNI 06-2432-1991
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991
6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen/Kadar aspal; % berat SNI 06-2438-1991
7. Penurunan Berat (dengan TFOT); % berat SNI 06-2440-1991
8. Penetrasi setelah kehilangan berat; % asli SNI 06-2456-1991

Tabel 1.c. (Lanjutan)

Jenis Pengujian
SEKSI 7.4 Standar
Pengujian
9. Daktilitas setelah TFOT; % asli SNI 06-2432-1991
10. Mineral Lolos Saringan No. 100; % * SNI 03-1968-1990
Sumber : Spesifikasi seksi 6.3, campuran beraspal panas, Desember 2006,
Catatan : * Hasil Ekstraksi

Tabel 1.d. Jenis Pengujian Aspal Multigrade


Jenis Pengujian SEKSI 7.5 Standar
Pengujian
1. Penetrasi, 25 ‘C, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991
2. Titik Nyala:’C SNI 06-2433-1991
3. Titik Lembek; ‘C SNI 06-2434-1991
4. Daktilitas, 25 C: cm SNI 06-2432-1991
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991
6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen/Kadar aspal; % berat SNI 06-2438-1991
7. Penurunan Berat (dengan TFOT); %berat SNI 06-2440-1991
8. Penetrasi setelah penurunan berat; % asli SNI 06-2456-1991
9. Daktilitas setelah penurunan berat; % asli SNI 06-2432-1991
Sumber : Spesifikasi seksi 6.3, campuran beraspal panas, Desember 2006,

1. Pengujian Untuk Aspal Keras/Padat

1.1. Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen/Aspal

Alat dan prosedur pengujian mengacu pada SNI 06-2456-1991

a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup

o Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam


menguji penetrasi bahan-bahan aspal dengan menggunakan
alat penguji penetrasi

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 31


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

 Tujuan pengujian untuk mengetahui angka penetrasi/nilai


kekerasan aspal keras atau aspal lembek
Penetrasi aspal, dinyatakan dengan masuknya jarum sebagai
akibat beban (100 gr.) pada suhu 25 oC ke dalam permukaan
aspal, yang besarnya diukur dengan angka yang terbaca pada
arloji penetrometer.
 Mencakup peralatan, persiapan benda uji, dan cara pengujian
untuk menentukan penetrasi aspal keras atau lembek.

Gambar
1. >
Prinsip
kerja
pengujian
penetrasi

b. Peralatan

 1 Unit alat pengujian nilai penetrasi lengkap, mencakup : pemegang


jarum (47,5 ± 0,05) gram, pemberat (50 ± 0,05) gram atau (100 ± 0,05)
gram masing2 untuk pengukuran penetrasi beban 100 gr dan 200
gram.
 Cawan contoh atau gelas berbentuk silinder dasar rata
 Bak perendam
 Tempat air kecil untuk merendam contoh
 Termometer.
 Pengukur waktu, stop wacth.

Gambar 2.c.
Gambar 2.b. Bak
Timbangan
perendam
Gambar 2.a. Peralatan

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 32


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

c. Persiapan Pengujian

1). Persiapan Benda Uji


 Siapkan benda uji (aspal keras) sebanyak ± 100 gram
 Panaskan benda uji perlahan-lahan dan aduk, hingga cukup cair,
(Gambar 2.)
 Tuang bahan uji ke kap penetrasi, diamkan hingga dingin, buat 2
benda uji (duplo); (Gambar 3.)
 Tutup benda uji dan diamkan pada suhu ruangh selama 1 – 1,5
jam (benda uji kecil) atau 1,5 – 2 jam (benda uji besar).

Gambar 3.a. Aduk benda uji Gambar 3.b. Tuangkan ke kap


setelah dipanaskan penetrasi

2). Persiapan Peralatan

 Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk


pemakaian.

d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian

1). Letakkan benda uji ke dalam tempat air kecil, berikutnya masukan
tempat air kecil berikut benda uji kedalam bak perendam bersuhu 25 o
C, selama 1 - 2 jam;

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 33


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

(Gambar 4.)

Gambar 4.a. Masukkan ben- Gambar 4.b. Masukkan tempat Gambar 4.c. Rendam bersu-
da uji kedalan tempat air air kecil bersama benda uji ke hu ruangan selama 1-2 jam
kecil dalam bak perendam

2). Periksa pemegang jarum dan bersihkan jarum penetrasi dan pasang,
kemudian letakkan pemberat 50 gram pada pemegang jarum hingga
berat total 100 gram; (Gamber 5.)
3). Pindahkan tempat air berikut benda uji dari bak perendam ke bawah
alat penetrasi; (Gambar 6.)

Gambar 5. Periksa jarum Gambar 6. Pindahkan tempat air bersama benda uji dari
bak perendam ke alat penetrasi

4). Atur jarum hingga menyentuh permukaan benda uji dan tentukan angka
nol pada arloji penetrometer; (Gambar 7.)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 34


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 7.a. Atur jarum hingga menyentuh permukaan Gambar 7.b. Tentukan angka
benda uji nol pada arloji penetrometer

5). Lepaskan pemegang jarum dan bersamaan itu jalankan stop watch
selama (5+0,1) detik; (Gambar 8.)

Gambar 8.a. Lepaskan Gambar 8.b. Bersamaan itu jalankan stop watch selama
pemegang jarum (5+0,1) detik dan jarum masuk kedalam benda uji

6). Putarlah arloji penetrometer dan baca serta catat angka penetrasinya
(bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat); (Gambar 9.)

Gambar 9.a. Putarlah arloji penetrometer hingga Gambar 9.b. Baca serta catat
menyentuh pemegang jarum angka penetrasinya

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 35


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

7). Lepaskan jarum dari pemegang jarum, kemudian lakukan pengujian


pada benda uji yang sama paling sedikit 3 kali; (Gambar 10.)

Gambar 10. Lepaskan jarum, kemudian lakukan pengujian


min. 3 x

1.2. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland Open
Cup

Alat dan prosedur pengujian mengacu pada RSNI3 2433-2008 (revisi dari SNI
06-2433-1991)

a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup

 Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji titik nyala
dan titik bakar aspal dengan menggunakan alat cleveland open cup.

 Tujuan pengujian untuk mengetahui besaran suhu dimana terlihat nyala singkat <
5 detik (titik nyala) dan terlihat nyala minimal 5 detik (titik bakar) diatas
permukaan aspal.

 Titik nyala, merupakan temperatur terendah dimana uap benda uji dapat menyala
(nyala biru singkat) apabila dilewatkan api penguji. Temperatur titik nyala
tersebut harus dikoreksi pada tekanan barometer udara 101,3 kPa (760 mm Hg)
 Titik bakar, merupakan temperatur terendah ketika uap benda uji terbakar selama
minimum 5 detik apabila dilewatkan api penguji. Temperatur titik bakar tersebut
harus dikoreksi pada tekanan barometer udara 101,3 kPa (760 mm Hg)

 Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, cara pengujian untuk menentukan
titik nyala dan titik bakar aspal dengan menggunakan alat Cleveland open cup,
secara manual dan dapat digunakan untuk semua jenis aspal yang mempunyai
titik nyala dalam rentang 79C sampai dengan 400C

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 36


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

d. Peralatan
 Alat cleveland open cup, terdiri dari : nyala api penguji, pelat pemanas,
pemanas dan penyangga; (Gambar 1.a.).

 Cawan cleveland; (Gambar 1.b.)

 Termometer, dengan rentang pengukuran – 6C s/d 400C. dan Barometer,


untuk mengukur tekanan udara; (Gambar 1.c.).
 Sebagai sumber nyala penguji digunakan gas alam cair (LPG). Suplai tekanan
gas ke alat tidak boleh melebihi 3 kPa. (Gambar 1.d.)

Gambar 1.b. Cawan Gambar 1.c. Temperatur,


cleveland Pengukur waktu

Gambar 1.a. Alat cleveland open


Gambar 1.d. Sumber nyala
cup dengan nyala api penguji, pelat
pemanas, pemanas, dan penyangga penguji (LPG)

Kalibrasi dan standardisasi :


1). Kalibrasi alat pengukur temperatur sesuai petunjuk.

2). Periksa untuk kerja alat penguji manual paling sedikit sekali dalam
setahun dengan menentukan titik nyala dari CRM (Certified Reference
Material) dengan temperatur mendekati rentang temperatur benda uji.
Material aspal diuji sesuai prosedur pengujian dan pengamatan titik nyala
yang dikoreksi pada tekanan barometer.
Titik nyala diperoleh dalam batas sesuai Tabel 1. untuk identifikasi CRM.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 37


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Tabel 1. Nilai titik nyala dan batas CRM

Hidrokarbon Kemurnian Titik nyala Batas (C)


(C)
N tetradecane 99% 115,5  8.0
N hexadecane 99% 138,8  8.0

3). Salah satu cara kerja alat titik nyala dapat diperiksa dengan menggunakan
SWSs (Secondary Working Standards) dan ditentukan sepanjang batas
kontrolnya.
SWSs material dapat digunakan untuk pengecekan berkala terhadap
kinerja alat,

4). Pada saat titik nyala diperoleh tidak dalam batas yang ditentukan pada
Butir 2) atau 3) periksa kondisi dan cara kerja alat untuk memastikan
sesuai dengan urutan pengujian cleveland open cup, terutama perihal
posisi termometer, posisi nyala penguji dan kecepatan pemanasan.

c. Persiapan Pengujian

c.1. Persiapan Benda Uji

 Siapkan benda uji aspal sekurang-


kurangnya 70 ml.
 Simpan contoh aspal pada temperatur
ruang di dalam wadah yang kedap untuk
Gambar 2. Contoh aspal
 menghindari terjadinya difusi bahan
dengan dinding wadah.

 Untuk contoh yang mengandung air,


tambahkan kalsium klorida kemudian
keringkan dengan kertas filter atau kain
penyerap.

 Untuk contoh uji yang kental dipanaskan


pada tem-peratur 150C, sampai cukup
cair untuk dituang.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 38


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

c.2. Persiapan Peralatan

 Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk


pemakaian, yaitu :

o Cuci cawan cleveland dengan larutan pembersih untuk


membersihkan aspal dari cawan cleveland, kemudian keringkan;

o Apabila ada arang harus dibersihkan dengan sabut baja halus.


Pastikan cawan cleveland bersih dan kering sebelum digunakan
kembali. Bila perlu, bilas cawan cleveland dengan air dingin dan
keringkan selama beberapa menit di atas nyala api atau pelat
pemanas untuk menghilangkan sisa dari pelarut dan air,
kemudian dinginkan cawan cleveland pada temperatur ruang
(27C);

o Letakkan alat cleveland open cup di atas dudukan yang kokoh,


permukaannya rata dan datar, misalnya meja; (Gambar 3.a.)

o Pasang termometer pada posisi tegak dengan jarak ketinggian


6,4 mm  0,1 mm dari dasar cawan cleveland dan berada di
tengah-tengah antara titik pusat dengan tepi cawan cleveland di
luar lintasan api penguji; (Gambar 3.b.)

o Pengujian dapat dilakukan pada ruang bebas angin atau ruang


asam, agar tidak mempengaruhi hasil pengujian; (Gambar 3.c.)

Gambar 3.a. Tempatkan alat Gambar 3.b. Pasang Gambar 3.c. Pengujian dila-
cleveland open cup di atas termometer kukan pada ruang bebas
dudukan yang kokoh/meja angina atau ruang asam

d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian

d.1. Cara Pengujian

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 39


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

1). Panaskan contoh bahan yang keras atau semi padat sampai cair,
temperatur pemanasan contoh uji tidak boleh > 150C;

2). Isi cawan cleveland dengan contoh uji sampai garis batas pengisian, dan
tempatkan cawan cleveland di atas pelat pemanas ; (Gambar 4.)

Gambar 4.a. Isi cawan dengan Gambar 4.b. Tempatkan cawan


contoh uji sampai garis batas pada pelat pemanas

Catatan 1. :

 Bila benda uji diisi berlebih pada cawan cleveland, pindahkan bagian
yang berlebih dengan pipet atau alat lainnya untuk menghindari
bagian yang meleleh.
 Bila ada bagian aspal yang menempel pada bagian luar cawan,
bersihkan.
 Hilangkan gelembung udara atau busa yang terjadi pada permukaan
benda uji dengan pisau yang tajam atau alat pemotong.
 Bila busa tetap ada sampai tahap akhir dari pengujian, pengujian
dihentikan dan diulangi;

3). Nyalakan api penguji dan atur diameter api penguji antara 3,2 mm s/d
4,8 mm, atau nyala api penguji seukuran dengan ujung pipa api penguji;
(Gambar 5.)

Gambar 5.a. Nyalakan pemanas Gambar 5.b. Nyalakan api pe-


nguji dan atur diameter apinya

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 40


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

4).Lakukan dengan hati-hati penggunaan


gas untuk nyala api penguji Gambar 6

Catatan 2. :

 Bila api penguji padam, gas untuk


nyala penguji akan mempengaruhi
hasil uji;
 Teknisi harus berhati-hati selama
melakukan pengujian ini.
 Aspal dengan titik nyala rendah dapat
menyala besar seketika.
 Selain itu pengujian sampai dengan
temperatur 400C dapat mengeluarkan Gambar 6. Pengaturan gas
untuk nyala penguji
uap beracun;

5). Lakukan pemanasan awal dengan kenaikan temperatur antara 14C s/d

17C per menit sampai benda uji mencapai temperatur 56C di bawah
titik nyala-perkiraan.
Kurangi pemanasan hingga kecepatan kenaikan temperatur antara 5C
s/d 6C per menit sampai benda uji mencapai temperatur 28C di bawah
titik nyala-perkiraan; (Gambar 7.)

o o
Gambar 7. Pemanasan awal dengan kenaikan temp. 14 - 17 C per menit sampai
o
benda uji mencapai temp. 56 C dibawah titik nyala-perkiraan, lalu kurangi 5C - 6C
per menit sampai benda uji mencapai temp. 28C di bawah titik nyala-perkiraan

6). Gunakan nyala penguji pada waktu temperatur benda uji mencapai
± 28C di ba-wah titik nyala-perkiraan dan lintaskan api penguji
setiap kenaikan temperatur 2C. Lintasan api penguji mengikuti
garis lengkung yang mempunyai jari-jari minimum 150  1 mm;

7). Api penguji harus bergerak horizontal dan jarak dengan tepi atas
cawan tidak lebih dari 2 mm. Waktu yang dibutuhkan api penguji
untuk melintasi cawan kurang lebih 1  0,1 detik; (Gambar 8.)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 41


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 8. Gunakan nyala penguji bila temp. benda uji mencapai ± 28C di bawah titik
nyala-perkiraan, bergerak horizontal melintasi cawan dengan waktu 1  0,1 detik

8).Lakukan pemanasan dari temperatur 28C di bawah titik nyala-


perkiraan sampai titik nyala-perkiraan untuk menghindari
terganggunya nyala api penguji akibat pengaruh angin di atas uap
pada cawan cleveland lakukan lintasan api penguji dengan cepat
dan hati-hati;

9).Bilamana terjadi pembusaan dipermukaan benda uji sampai

temperatur 28C di bawah titik nyala-perkiraan, pengujian

dihentikan dan diulangi;

10). Perhatikan besarnya nyala api penguji, kecepatan kenaikan


temperatur dan kecepatan gerakkan api penguji di atas benda
uji;

Catatan 3. :
Bila titik nyala-perkiraan aspal belum diketahui, maka lakukan pengujian
pendahuluan dengan temperatur tidak lebih dari 50C, atau bila aspal harus
dicairkan terlebih dahulu untuk penuangan, maka lakukan pengujian
pendahuluan dengan temperatur awal mulai dari temperatur penuangan 150C.
Lakukan pemanasan sesuai Butir 5). dengan kecepatan 5C s/d 6C per menit
dan lintaskan nyala api penguji sesuai Butir 6). paling sedikit setiap kenaikan
temperatur 2C sampai diperoleh titik nyala.

11). Catat hasil pengujian titik nyala yang diperoleh dari pembacaan
termometer pada saat benda uji mulai menyala; (Gambar 9.)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 42


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 9.a. Benda uji mulai Gambar 9.b. Catat temperatur saat
berasap terjadinya benda uji mulai menyala
/nyala biru (sebagai titik nyala)

12). Untuk menentukan titik bakar,


lanjutkan pemanasan pada
benda uji setelah titik nyala
dicatat, kenaikan temperatur 5C
s/d 6C per menit.
Teruskan penggunaan nyala
penguji pada interval kenaikan
temperatur 2C sampai benda uji
menyala dan terbakar minimal 5
detik.
Catat temperatur tersebut
Gambar 10. Catat temperatur saat terja-
sebagai titik bakar benda uji; dinya benda uji menyala dan terbakar
(Gambar 10.) minimal 5 detik. (sebagai titik bakar)

d.2. Perhitungan

1). Amati dan catat tekanan baromater udara pada saat pengujian.

Bila tekanan berbeda dari 101,3 kPa (760 mm Hg), koreksi titik nyala
atau titik bakar atau keduanya, sebagai berikut :

Titik nyala/titi k bakar terkoreksi  C  0,25 (101,3  K) …….. (1)

dimana : C = titik nyala/titik bakar,C;


K = tekanan barometer udara, kPa.

2). Bulatkan titik nyala dan titik bakar terkoreksi ke nilai 1C terdekat.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 43


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

TABEL 1. CONTOH ISIAN FORMULIR CARA UJI TITIK NYALA DAN TITIK
BAKAR ASPAL DENGAN ALAT CLEVELAND OPEN CUP

1 No.Order/contoh 10 / As-IV –06/BBPJ


2 Jenis contoh uji Aspal Pen 60
3 Jenis pekerjaan Pengujian Titik Nyala dengan alat Cleveland
4 Diterima tanggal 25-4-2006
5 Diuji tanggal 25-4-2006
6 Cara uji SNI 06-2433
7 Kondisi Lingkungan
-Temperatur 27C
- Kelembaban 80%
- Tekanan Barometer 101,3 kPa ( 760 mm Hg)
Contoh 1 Contoh 2
Contoh dipanaskan Mulai : PK10.00 PK 10.40
Selesai : Pk 10.05 PK 10.45

Pemanasan dari : Pk 10.05 Pk 10.45 15C per Temperatur


56C dibawah ttk nyala Pk 10.14 Pk10.53 menit oven 150C

Dari 56C sampai 28C dibawah titik nyala Pk 10.14 Pk 10.53 5-6C per Titik nyala
perkiraan Pk 10.20 Pk 10.59 menit perkiraan

Dari 28C sampai titik nyala Pk10.33 Pk 11.15 2C per


menit 320C
Temp di bawah titik nyala Pembacaan Temperatur Pembacaan temperatur
(1) (2)
Menit C Menit C
1 170 17 24 170C 298C 170C 298C
2 155 18 22 185C 300C 185C 300C
3 140 19 20 200C 302C 200C 302C
4 125 20 18 215C 304C 215C 304C
5 110 21 16 230C 306C 230C 306C
6 95 22 14 245C 308C 245C 308C
7 80 23 12 260C 310C 260C 310C
8 65 24 10 265C 312C 265C 312C
9 56 25 8 270C 314C 270C 314C
10 51 26 6 275C 316C 275C 316C
11 46 27 4 280C 318C 280C 318C
12 41 28 2 285C 320C 285C 320C
13 36 29 - 290C 322C 290C 322C
14 31 30 - 292C 324C 292C 324C
15 28 31 - 294C - 294C 325C
16 26 32 - 296C - 296C -
Titik Nyala terkoreksi (bila Titik nyala 324oC 325oC
tek barometer berbeda) Titik nyala rata2 o
325 C
= C + 0,25 (101,3-K)
Titik bakar 327oC 329oC
Dimana : C = titik nyala (C) o
K = tekanan barometer (kPa) Titik bakar rata2 328 C

1.3. Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter

Alat dan prosedur pengujian mengacu pada SNI 06-2434-1991.

a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 44


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

 Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji


titik lembek aspal, dengan menggunakan alat penguji titik lembek
aspal.
 Tujuan pengujian untuk mengetahui besaran suhu titik lembek aspal
dan ter.
Titik lembek, dinyatakan dengan suhu pada saat bola baja dengan
berat tertentu mendesak turun pada lapisan aspal atau ter yang
tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga menyentuh pelat
dasar yang terletak di bawah cincin pada tinggi 25,4 mm, sebagai
akibat kecepatan pemanasan tertentu.
 Mencakup peralatan, persiapan benda uji, dan cara pengujian untuk
menentukan titik lembek bahan aspal dan ter yang berkisar 30 oC
sampai 200oC dengan cara ring and ball

b. Peralatan

 1 unit alat pengujian titik lembek


aspal, men-cakup : cincin
kuningan, bola baja berdiame-ter
9,53 mm dengan berat
(3,50±0,05) gram, dudukan benda
uji, alat pengarah bola.
 Termometer.
 Pemanas
 Oven dengan pengatur suhu
 Alat bantu seperti : spatula dan
Gambar 1.a. Peralatan uji
pisau.

Gambar 1.b. Dudukan benda uji Gambar 1.c. Alat Gambar 1.c. Oven
pemanas contoh

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 45


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

c. Persiapan Pengujian

c.1. Persiapan Benda Uji

 Siapkan benda uji sebanyak + 25 gram dan panaskan hingga cukup cair.
 Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang benda uji dan
tempatkan di atas pelat kuningan yang telah diolesi talk-gliserol. (Gambar
2.)
 Tuang contoh ke dalam cincin cetakan, diamkan pada suhu sekurang-
kurangnya 8oC di bawah titik lembek selama 30 menit. (Gambar 3.)

Gambar 2. Oleskan talk-gliserol Gambar 3. Tuangkan benda uji


pada pelat kuningan kedalam cincin cetakan

 Setelah dingin ratakan permukaan benda uji dalam cincin dengan pisau
yang telah dipanaskan; (Gambar 4.)

Gambar 4.a. Panaskan pisau Gambar 4.b. Ratakan permukaan


benda uji dengan pisau

c.2. Persiapan Peralatan

 Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk


pemakaian

d.Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
1). Pasang dan atur kedua benda uji serta tempatkan pada pengarah bola
diatasnya; (Gambar 5.)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 46


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 5.a. Benda uji Gambar 5.b. Pasang benda uji Gambar 5.c. Pasang benda
dengan tempatnya kesatu pada pengarah bola uji kedua pada pengarah bola

2). Masukkan ke dalam bejana gelas dan isi air suling bersuhu (5 + 1)o C
sampai tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 mm – 108 mm;
(Gambar 6.)

Gambar 6.a. Masukan pengarah bola kedalam bejana gelas Gambar 6.b. Tinggi permukaan
o
berisi air suling bersuhu (5 + 1) C pada mesin pendingin air berkisar 101,6 – 108 mm;

3). Kemudian tempatkan bola-bola baja di atas tengah benda uji pada
pengarah bola menggunakan tangan atau penjepit dengan
mengeluarkan/memasang kembali pengarah bola; (Gambar 7.)

Gambar 7.b. Tempatkan Gambar 7.c. Tempatkan du-


Gambar 7.a. Ambil
dudukan bola baja kesatu dukan bola baja kedua diatas
dudukan bola baja
diatas tengah benda uji tengah benda uji

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 47


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 7.d. Ambil bola Gambar 7.e. Tempatkan bola Gambar 7.f. Tempatkan bola
baja baja kesatu diatas tengah baja kedua diatas tengah
benda uji pada pengarah bola benda uji pada pengarah bola

4). Tempatkan termometer diantara kedua benda uji (+ 12,7 mm dari tiap
cincin) dan atur jarak antara permukaan pelat dasar dengan benda uji
menjadi 25,4mm; (Gambar 8.)

Gambar 8.a. Masukkan Gambar 8.b. Tempatkan beja-


kembali pengarah bola na gelas pada alat pemanas
kedalam bejana gelas
Gambar 8.c. >
Tempatkan temperatur
diantara kedua benda uji

5). Panaskan bejana dengan


kenaikan temperatur air 5o
C/menit; (Gambar 9.)
6). Atur kecepatan pemanasan untuk 3
menit pertama 5o C + 0,5 /menit.
Gambar 9. >
Panaskan bejana berisi
benda uji

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 48


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

7). Catat temperatur yang ditunjukkan saat bola baja mendesak turun
lapisan benda uji (aspal) hingga menyentuh pelat dasar yang terletak
di bawah cincin, sebagai akibat kecepatan pemanasan; (Gambar 10.)

Gambar 10. Proses penurunan benda uji sebagai akibat bola baja dan kecepatan
pemanasan

Gambar 11.a. Saat benda uji


turun menyentuh plat dasar
segera lihat temperaturnya Gambar 11.b. Catat temperatur saat benda uji turun
menyentuh plat dasar

Contoh hasil pengujian, lihat Tabel dibawah ini.


Tabel 1. Contoh Formulir isian pengujian titik lembek aspal

Prt. No. : Nama pemeriksa :


Contoh dari : 1. Winne
Jenis contoh : AC 80/100
Terima tanggal : 25-1-1990
Dikerjakan tgl. : 26-1-1990
Selesai tgl. : 28-1-1990
Pengujian Titik Lembek
Pembukaan contoh Contoh dipanaskan Pembacaan waktu Pembacaan suhu Oven
Mulai jam : 07.30 Temp.=130oC
Selesai jam : 08.00
Mendinginkan contoh Didiamkan pada suhu ruang
Mulai jam : 08.00
Selesai jam : 09.00
Mencapai suhu Direncanakan pada suhu 5oC Pembacaan suhu
lemari es
Pemeriksaan Mulai jam : 09.00 Temp. = 5oC
Selesai jam : 09.15
Pemeriksaan Titik lembek
Mulai jam 09.15
Selesai jam 09.35

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 49


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Suhu yang diamati Waktu (detik) Titik lembek (oC)


No.
oC oF I II I II
5 41 6 -
10 50 65 50
15 59 122 120
20 68 184 185
25 77 245 240
30 86,6 303 302
35 95 360 365
40 104 422 427
45 113 484 486
50 122 488 490 46.0-46.0 45.8-46.0

1.4. Cara Uji Daktilitas Aspal

Alat dan prosedur pengujian mengacu pada RSNI3 2432-2008 (Revisi dari
SNI 06-2432-1991)

a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup

 Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji


daktilitas aspal, dengan menggunakan alat penguji daktilitas aspal,
Pengujian dilakukan pada temperatur 25C±0,5C atau temperatur
lainnya.
 Tujuan pengujian untuk menentukan jarak pemuluran aspal dalam
cetakan pada saat putus setelah ditarik dengan kecepatan 50 mm per
menit ± 2,5 mm, yang ditunjukkan oleh panjangnya benang aspal yang
ditarik hingga putus.
Daktilitas aspal adalah nilai keelastisitasan aspal, yang diukur dari
jarak terpanjang, apabila antara dua cetakan berisi bitumen keras yang
ditarik sebelum putus pada suhu 25o C±0,5C dan dengan kecepaan
50 mm/menit
 Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan dan cara pengujian
daktilitas aspal keras, residu aspal emulsi, residu aspal cair dan
bitumen aspal alam yang menunjukkan pemuluran aspal.

b. Peralatan

 Cetakan benda uji daktilitas, terbuat dari kuningan (Gambar 1.a.);

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 50


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Keterangan :
A = Jarak pusat jari-jari : 111,5 - 113,5 mm
B = Panjang total benda uji : 74,5 - 75,5 mm
C = Jarak antar penjepit (clip) : 29,7 - 30,3 mm
D = Tepi/bahu : 6,8 - 7,2 mm
E = Jari-jari : 15,75 - 16,25 mm
F = Lebar min potongan : 9,9 - 10,1 mm
G = Lebar penjepit (clip) : 19,8 - 20,2 mm
H = Jarak antar pusat dengan
jari-jari kiri dan kanan : 42,9 - 43,1 mm
I = Diameter lubang : 6,5 - 6,7 mm
J = Tebal : 9,9 - 10,1mm
a dan a’ : Penjepit
b dan b’ : Cetakan daktilitas

< Gambar 1.a.


Cetakan benda
uji daktilitas

 Bak perendam, harus dapat mempertahankan


Gambar 1.b. Bak perendam
tempe-ratur pengujian 25C atau temperatur
lainnya dengan ketelitian 0,1C. Isi air dalam
bak perendam tidak boleh kurang dari 10 liter,
kedalaman air di dalam bak tidak boleh kurang
dari 50 mm agar benda uji dapat terendam
pada kedalaman 25 mm; (Gambar 1.b.)

 Mesin penguji, dengan ketentuan sebagai berikut : (Gambar 1.c.)

 Dapat menjaga benda uji tetap terendam;


 Dapat menarik benda uji tanpa menimbulkan getaran pada kecepatan
tetap;

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 51


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

 Termometer, dengan rentang pengukuran - 8C s/d 32C .

Gambar 1.c. >


Alat uji daktilitas

c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
1). Lapisi seluruh permukaan pelat dasar
dan bagian yang akan dilepas dengan
campuran gliserin dan talk atau kaolin
dengan perbandingan 3 gram gliserin
dan 5 gram talk untuk mencegah
melekatnya benda uji pada cetakan;
(Gambar 2.)
Gambar 2. >
Oleskan permukaan pelat dasar
dengan campuran gliserin dan talk
2). Letakkan cetakan daktilitas di atas pelat dasar pada tempat yang datar
dan rata, sehingga semua bagian bawah cetakan menempel baik pada
pelat dasar; (Gambar 3.)

Gambar 3. Oleskan bagian-bagian cetakan dan susun dengan menempatkan diatas


pelat dasar pada tempat yang datar

3). Panaskan benda uji sekitar 150 gram


sambil diaduk untuk menghindari
pemanasan setempat yang berlebihan,
sampai cukup cair untuk dituangkan;
Gambar 4.)4). Saring benda uji dengan
Saringan No.50 (300 µm);

Gambar 4. >
Panaskan benda uji dengan
memasukkan kedalam oven

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 52


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

5). Setelah diaduk, tuangkan benda uji ke dalam cetakan mulai dari
ujung ke ujung hingga sedikit melebihi cetakan; (Gambar 5.)
6). Diamkan benda uji pada temperatur ruang selama 30 s/d 40 menit;
(Gambar 6.)

Gambar 5. Tuangkan benda uji kedalam cetakan dari Gambar 6. Diamkan benda
ujung keujung hungga melebihi cetakan uji pada temperatur ruang
selama 30-40 menit

7). Ratakan permukaan benda uji yang berlebihan dengan pisau atau
spatula yang panas agar rata.
8). Rendam benda uji dalam bak perendam pada temperatur pengujian 25oC
selama 85 menit s/d 95 menit; (Gambar 7.)

Gambar 7.a. Masukkan benda Gambar 7.b. Rendam pada


uji kedalam bak perendam temperatur pengujian selama
85-95 menit

c.2. Persiapan Peralatan

 Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian

d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian

1). Lepaskan benda uji dari pelat dasar dari sisi cetakannya dan langsung
pasangkan benda uji ke mesin uji dengan cara memasukkan lubang cetakan
ke pemegang di mesin uji. (Gambar 8.)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 53


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 8.a. Ambil benda uji dari bak perendam Gambar 8.b. Lepaskan benda
uji dari sisi cetakan pada pelat
dasar

Gambar 8.c. Langsung pasangkan benda uji ke mesin uji dengan cara memasukkan lubang
cetakan ke pemegang di mesin uji daktilitas.

2). Jalankan mesin uji sehingga menarik benda uji dengan kecepatan sesuai
persyaratan (50 mm per menit). Perbedaan kecepatan lebih atau kurang dari
2,5 mm per menit masih diperbolehkan; (Gambar 9.)

Gambar 9.a. Jalankan mesin Gambar 9.b. benda uji ditarik dengan kece-
uji daktilitas patan 50 mm/menit

Catatan : Selama pengujian,


air dalam bak mesin uji harus
diatur sedemikian rupa
sehingga jarak benda uji
kepermukaan dan dasar air
tidak kurang dari 25 mm dan
temperatur pengujian
dipertahan-kan konstan pada
temperatur pengujian 25C ±
0,5C. Gambar 9.c. Selama pengujian, perbedaan kecepat-
an ± 2,5 mm/menit masih diijinkan dan temperatur
dipertahankan konstan 25C ± 0,5C

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 54


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

3). Baca pemuluran benda uji pada saat putus dalam satuan mm (cm). (Gambar
10.)

80 90

Gambar 10.a. Baca pada saat permuluran benda uji putus dan catat dalam satun mm atau cm
Contoh hasil pengujian lihat Tabel 1.

Tabel 1. Contoh formulir isian cara uji daktilitas aspal

1. No. order /contoh :


2. Jenis contoh uji :
3. Nama pengirim contoh :
4. Diterima tanggal :
5. Diuji tanggal :
6. Cara uji :
7. Persiapan contoh dan pengujian :

Contoh uji dipanaskan mulai : jam ........... Temperatur oven : ........ ˚C


selesai : jam ...........
Contoh uji dituangkan : jam .......... Temperatur : ..........˚C

Didiamkan pada temperatur ruang mulai : jam ........... Temperatur ruang : .........˚C
selesai : jam ...........
Direndam pada bak perendam mulai : jam ........... Temperatur bak perendam
selesai : jam ...........
Persiapan pengujian direndam pada bak mulai : jam ...........
perendam selesai : jam ...........

Pemeriksaan daktilitas pada temperatur mulai : jam ...........


25˚C selesai : jam ...........

Hasil pengujian
Daktilitas pada 25˚C, 5 cm/menit
1
Pengamatan 2
3
Rata-rata

1.4.1. Pengujian Berat Jenis Aspal Padat

Alat dan prosedur pengujian mengacu pada SNI 06-2441-1991.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 55


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup

 Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji berat
jenis aspal padat/keras, dengan menggunakan piknometer dan dihitung
dengan rumus berat jenis hasil pengujian

 Tujuan pengujian untuk mengetahui nilai berat jenis aspal padat.

 Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, cara pengujian untuk


menentukan berat jenis aspal padat dan ter dengan menggunakan
piknometer

b. Peralatan

 Piknometer 30 ml
 Bak Perendam, dilengkapi
peng-atur suhu (ketelitian 25
± 0,1) oC
 Termometer
 Air suling, sebanyak 1000 ml
 Bejana gelas, kapasitas 1000 ml
 Timbangan

Gambar 1.a. Piknometer

Gambar 1.b. Bak Gambar 1.c. Gambar 1.d. Timbangan


perendam Bejana gelas

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 56


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

c. Persiapan Pengujian

c.1. Persiapan Benda Uji

 Siapkan benda uji sebanyak + 100


gram dan panaskan sampai cukup
cair dan aduk. (Gambar 2.)

c.2. Persiapan Peralatan

 Siapkan peralatan yang akan


digunakan sesuai petunjuk
Gambar 2. Benda uji
pemakaian

d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian

d.1. Cara Pengujian

1). Isi bejana dengan air suling hingga bagian atas tidak terendam 40 mm,
kemudian rendam dalam bak perendam, atur suhu bak perendam pada
25o C; (Gambar 3.)

Gambar 3.a. Masukkan Gambar 3.b. Rendam dalam


o
bejana dalam bak perendam bak perendam ber suhu 25 C

2). Timbang piknometer


keadaan bersih dan
kering, dengan
keteli-tian 1 mg
(=A);
(Gambar 4.)

Gambar 4. >
Timbang piknometer
kosong

3). Angkat bejana dari bak perendam dan isi piknometer dengan air suling
kemudian tutuplah piknometer; (Gambar 5.)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 57


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 5.a. Angkat bejana Gambar 5.b. Isi piknometer Gambar 5.c. Tutup
dari bak perendam dengan air suling piknometer

4). Tempatkan piknometer ke dalam bejana, kemudian rendam kembali


bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam selama se-kurang2nya
30 menit, selanjutnya angkat dan keringkan dan timbang dengan
ketelitian 1 mg (=B); (Gambar 6.)

Gambar 6.a. Tempatkan Gambar 6.b. Angkat Gambar 6.c. Timbang


piknometer dalam bejana piknometer dan keringkan piknometer

5). Tuangkan benda uji cair ke dalam piknometer yang telah kering hingga
terisi ¾ bagian dan biarkan piknometer sampai dingin selama tidak
kurang dari 40 menit, selanjutnya timbang (=C); (Gambar 7.)

Gambar 7.a. Tuangkan ben- Gambar 7.b. Hingga terisi Gambar 7.c. Timbang pikno-
da uji kedalam piknometer ¾ bagian piknometer meter berisi benda uji (=C)

6). Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutup; (Gambar 8.)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 58


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 8.a. Isi piknometer yang berisi benda uji Gambar 8.b. Tutup
dengan air suling piknometer

7). Angkatlah bejana dari bak perendam dan tempatkan piknometer di


dalamnya, kemudian masukkan dan diamkan bejana ke dalam bak
perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit, angkat keringkan, dan
timbang piknometer (=D); (Gambar 9.)

Gambar 9.a. Tempatkan Gambar 9.b. Angkat Gambar 9.c. Timbang pikno-
piknometer dalam bejana piknometer dan keringkan meter berisi benda uji dan
air suling
1.4.2. Cara Uji Kelarutan Aspal

Alat dan prosedur pengujian mengacu pada RSNI M 04-2004, merupakan revisi dari
SNI 06-2438-1991 (Pengujian Kelarutan aspal dalam Trichlor Ethylen)

a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup

 Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji


kelarutan aspal dalam larutan TCE
 Tujuan pengujian untuk mengetahui derajat kelarutan aspal dalam TCE
(trichloroethylene).

 Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, cara pengujian untuk


menentukan kadar aspal dari bahan-bahan yang mengandung aspal

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 59


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

b. Peralatan

 Cawan Gooch (cawan porselin berlubang) berdiameter atas 44 mm, diameter


dasar 36 mm, tinggi bagian dalam cawan 28 mm;
 Saringan fiber glas, berdiameter 32 mm, 35 mm atau 37 mm atau asbestos;
 Labu penyaring, berkapasitas 250 ml, berdinding tebal dan memiliki pipa
pengeluaran;
 Tabung penyaring, berdiameter dalam dalam 40 mm - 42 mm;
 Silinder atau sambungan karet (rubber tubing atau adapter) untuk menahan
cawan Gooch di dalam tabung penyaring;
 Pompa aspirator untuk pompa hampa udara;
 Labu Erlenmeyer berkapasitas 125 ml atau wadah lain yang sesuai;
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110 ± 5) oC;
 Desikator dengan ukuran sesuai kebutuhan;
 Timbangan berkapasitas 200 gram ± 0,001 gram.

Pengikat Cawan Gooch


karet
Tabung penyaring

Penutup karet

Labu penyaring/
Erlenmeyer
Gambar 1.c. >
Oven

Gambar 1.a. Sketsa alat penyaring


kelarutan aspal

Gambar 1.d.
Desikator

Gambar 1.b. Peralatan uji kelarutan aspal

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 60


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

c. Persiapan Pengujian

c.1. Persiapan Benda Uji dan Bahan Pelarut

 Siapkan benda uji (aspal) yang telah


dikeringkan dibawah suhu penguapan
sekurang-kurangnya 2 gram,
(Gambar 2.)
 Apabila contoh uji tidak cukup cair,
panaskan contoh uji dengan hati-hati
sehingga dapat dituang. Aduk sekali-
Gambar 2. Benda uji

sekali contoh uji agar panas dapat


merata pada campuran dan campuran
menjadi homogen. Hindari udara
terperangkap dalam contoh uji.
 Bahan pelarut yang digunakan adalah
trichloroethylene atau 1.1.1
trichloroethane.

c.2. Persiapan Peralatan

 Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian,


yaitu :
Siapkan Cawan Gooth, sebagai berikut :
1). Setel alat penyaring.
2). Alternatif 1 : Tempatkan saringan fiber glas ke dalam cawan Gooch,
lekatkan dengan cara membasahinya dengan bahan pelarut dan
tempelkan pada dasar cawan Gooch;
Alernatif 2 : Tempatkan asbestos ke dalam cawan Gooch, basahi
dengan air, padatkan dan ratakan pada dasar cawan Gooch;

3). Keringkan cawan Gooch beserta isinya pada temperatur 110oC  5 oC


sedikitnya selama 20 menit;
4). Dinginkan cawan Gooch beserta isinya dalam desikator sedikitnya
selama 20 menit;
5). Timbang cawan Gooch beserta isinya dengan ketelitian 0,001 gram;

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 61


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

6). Ulangi pekerjaan butir 3), 4) dan 5) hingga diperoleh berat yang
konstan (perbedaan dua kali penimbangan tidak lebih dari 0,0003 gr.)
dan catat sebagai berat cawan Gooch kosong (=A).

d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian

d.1. Cara Pengujian

1). Masukkan kira-kira 2 gram benda uji ke dalam labu Erlenmeyer yang
sudah ditimbang dengan ketelitian 0,001 gram; (Gambar 3.)

Gambar 3.a. Timbang Gambar 3.b. Ambil benda Gambar 3.c. Masukkan
labu kosong uji ± 2 gr. benda uji kedalam labu

2). Diamkan labu Erlenmeyer beserta isinya sampai mencapai temperatur ruang;
(Gambar 4.)

3). Timbang dengan ketelitian 0,001 gram dan catat berat benda uji (=B); (Gambar
5.)

Gambar 4. Diamkan labu Gambar 5. Timbang labu


sampai temperatur ruang berisi benda uji, didapat
berat benda uji (=B)

4). Tambahkan 100 ml trichloroethylene atau 1.1.1 trichloroethane ke dalam labu


Erlenmeyer; (Gambar 6.)

5). Tutup dan goyangkan secara berputar sampai benda uji larut dan tidak ada
bagian benda uji yang tidak larut menempel pada labu Erlenmeyer. Diamkan
selama sedikitnya 15 menit dan periksa bagian yang tidak larut; (Gambar 7.)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 62


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 6. Tambahkan Gambar 7.a. Tutup labu Gambar 7.b. Goyangkan


100 ml TCE kedalam labu secara berputar

6). Siapkan cawan Gooch di atas tabung penyaring; (Gambar 8.)

7). Basahi saringan fiber glas atau asbestos dengan sedikit pelarut;
(Gambar 9.)

Gambar 8. Timbang cawan Gambar 9. Basahi saringan fiber glas atau asbestos
Gooch kosong dengan sedikit pelarut
8). Saring larutan secara dekantasi melalui saringan fiber gelas atau
asbestos dalam cawan Gooch dibantu vacum dari pompa aspirator;
(Gambar 10).
9). Bagian yang tidak terlarut biarkan tertinggal dalam labu Erlenmeyer
sampai semua larutan tertuang ke dalam cawan Gooch;

Gambar 10. Saring larutan secara dekantasi melalui saringan


fiber gelas atau asbestos dalam cawan dibantu vacum dari
pompa aspirator

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 63


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

10). Cuci Erlenmeyer dengan sedikit pelarut dari botol pencuci dan pindahkan
semua bagian yang tidak larut ke dalam cawan Gooch;
11).Gunakan batang pengaduk berujung karet jika dibutuhkan untuk
memindahkan bahan yang tidak larut dan menempel pada labu
Erlenmeyer ke dalam cawan Gooch, serta cuci batang pengaduk dan
labu Erlenmeyer;
12). Cuci bahan yang tidak larut dalam cawan Gooch dengan pelarut sampai
bersih atau sampai larutan tidak berwarna;
13). Lepaskan cawan Gooch dari tabung penyaring dan cuci bagian bawah
cawan Gooch hingga bebas dari bahan yang larut; (Gambar 11.)

Gambar 11. Lepaskan cawan dari tabung penyaring dan cuci


bagian bawah cawan hingga bebas dari bahan yang larut

14). Keringkan cawan Gooch dan isinya pada temperatur 110 oC ± 5 oC (230
o
F ± 9 oF) paling sedikit selama 20 menit; (Gambar 12.)

Gambar 12.a. Masukkan Gambar 12.b. Keringkan Gambar 12.c. Kemudian


o o
cawan kedalam oven pada temp. 110 C ± 5 C keluarkan
minimal selama 20 menit

15). Dinginkan cawan Gooch dan isinya di dalam desikator paling sedikit 20
menit dan tentukan beratnya; (Gambar 13.)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 64


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 13.a. Dinginkan cawan Gooch dan isinya di Gambar 13.b. Timbang
dalam desikator paling sedikit 20 menit beratnya

16). Ulangi pekerjaan pada butir 14). dan 15). sampai diperoleh berat
konstan dengan ketelitian ± 0,0003 gr. Catat sebagai berat cawan
Gooch dengan bagian tak larut (=C).

d.2. Perhitungan

 Hitung persentase total bahan yang tidak larut maupun persen bahan
yang larut, sebagai berikut :

(C - A)
Bahan yang tidak larut = x 100%
B

(C - A)
Bahan yang larut = 100% - x 100%
B

dimana : A = cawan Gooch kosong


B = berat benda uji
C = berat cawan Gooch dengan bahan yang tidak larut

Tabel 1. Contoh Formulir Isian Uji Kelarutan Aspal

Perintah No : .......................................... Nama penguji :


Aspal dari : PT...................................... 1. Tuti
Jenis contoh : Aspal Pen 60 2. ............................
Tanggal diterima : 22 Mei 2003
Tanggal diuji : 27 Mei 2003
Tanggal selesai : 27 Mei 2003

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 65


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

PENGUJIAN KELARUTAN ASPAL

Contoh dipanaskan : Mulai : pk. Temperatur oven :


10.00 130 oC
Selesai : pk.
10.15
Penimbangan : Mulai : pk.
10.50
Selesai : pk.
11.00
Pelarutan : Mulai : pk.
11.00
Selesai : pk.
14.00
Penyaringan, pengeringan, Mulai : pk.
penimbangan : 14.20
Selesai : pk.
15.30
Berat Erlenmeyer + aspal 123,4967 120,2102
Berat Erlenmeyer kosong gram gram
121,4285 118,1182
gram gram
Berat aspal (B) 2,0682 2,0920
gram gram
Berat cawan Gooch + bhn tak 11,3269 13,4257
larut (C) gram gram
Berat cawan Gooch (A) 11,3232 13,4173
gram gram
Persen bahan yang tidak larut :
(C-A) 0,2 0,4 %
%
 x 100%
B
Persen bahan yang larut :
(C - A) 99,8 99,6
% %
100% -  X 100%
B
Persen bahan tak larut rata-rata : 0,3 %
Persen bahan terlarut rata-rata : 99,7 %

1.4.3. Pengujian Kehilangan Berat Minyak dan Aspal dengan Cara A


Alat dan prosedur pengujian mengacu pada SNI 06-2440-1991.

a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup

 Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji


kehilangan/ penurunan berat aspal dengan menggunakan pinggan berputar,
dipanaskan dalam oven pada suhu tertentu
 Tujuan pengujian untuk mengetahui besaran kehilangan berat minyak dan
aspal yang dinyatakan dalam persen berat semula.
Kehilangan atau penurunan berat minyak dan aspal, adalah selisih berat
sebelum dan sesudah pemanasan pada tebal dan suhu tetentu.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 66


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

 Mencakup persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian kehilangan


berat minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan tebal tertentu

b. Peralatan

 Oven untuk pengujian yang dilengkapi dengan :

- pengatur suhu (180 ± 1)o C


- pinggan berputar
 Cawan baja tahan karat bentuk silinder dasar rata berdiameter dalam 140
mm.
 Neraca analitik (kapasitas 200 ± 0,001) gram

Gambar 1.c. Cawan

Gambar 1.a. Oven yang di-


dalamnya dilengkapi dengan
pinggan berputar

Gambar 1.b.
Pinggan berputar Gambar 1.d. Neraca
analitik

c. Persiapan Pengujian

c.1. Persiapan Benda Uji

 Siapkan benda uji sebanyak ± 100 gram, bebas air; (Gambar 2.)
 Tuangkan benda uji kira-kira (50 ± 0,5) gram ke dalam cawan dan
dinginkan, timbang dengan ketelitian 0,01 gram (=A); (Gambar 3.)
 Siapkan benda uji ganda (duplo)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 67


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 2. Benda uji


Gambar 3.a. Tuangkan keda- Gambar 3.b. Timbang cawan
lam cawan dan dinginkan bersama benda uji  berat
benda uji =A

c.2. Persiapan Peralatan

 Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian

d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian

d.1. Cara Pengujian

1). Tempatkan benda uji diatas “pinggan berputar” setelah oven mencapai
(163 ± 1)o C; (Gambar 4.)

Gambar 4.a. Masukkan cawan dalam oven Gambar 4.c. Tempatkan ca-
wan diatas pinggan berpu-
tar dalam oven

2).Pasang
termometer
pada
dudukannya;
(Gambar 5.)

Gambar 5.a. Pasang termo- Gambar 5.b. Jalankan


meter pada dudukannya oven

3). Ambil benda uji dari dalam oven setelah mencapai 5 jam s/d 5 jam 15
menit; Gambar 6.)

4). Dinginkan benda uji pada suhu ruang, timbang dengan ketelitian 0,01
gram (=B); (Gambar 7.)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 68


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 6. Ambil benda uji dari dalam oven setelah Gambar 7. Timbang cawan
mencapai 5 jam s/d 5 jam 15 menit kemudian dingin- berisi benda uji (berat
kan dalam suhu ruang benda uji = B)

d.2. Perhitungan

Kehilangan (penurunan) berat minyak dan aspal dinyatakan dengan persamaan :

Penurunan berat = {(A-B) / A} x 100 %

dimana : A = Berat benda uji semula


B = Berat benda uji setelah pemanasan
Tabel 1. Contoh Formulir isian pengujian kehilangan berat aspal
Prt. No. : Nama pemeriksa :

Contoh dari : 1. Tri

Jenis contoh : AC 80/100

Terima tanggal : 25-1-1990

Dikerjakan tgl. : 26-1-1990

Selesai tgl. : 27-1-1990

Pengujian Kehilangan Berat Aspal

Pembukaan contoh Contoh dipanaskan Pembacaan waktu Pembacaan suhu Oven


Mulai jam : 08.00 Temp.=130oC
Selesai jam : 08.30
Mendinginkan contoh Didiamkan pada suhu ruang
Mulai jam : 08.30
Selesai jam :
Pemeriksaan Kehilangan berat aspal Pembacaan suhu Oven
Mulai jam 08.00 Temp. = 163oC
Pembacaan termometer
Selesai jam 13.00
dalam contoh 163oC

Contoh (1) Contoh (2)


Cawan + aspal keras = 146.8922 gram 142.5942 gram
Cawan kosong = 43.8825 gram 42,5672 gram
Aspal keras = 103.0097 gram 100,020 gram
Berat sebelum pemanasan = 146.8022 gram 142,5942 gram
Berat sesudah pemanasan = 146.1865 gram 141,9043 gram
0,7057 gram 0,6899 gram
atau = 0,6851 % 0,6897 %
Rata-rata = 0,6874 %

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 69


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

1.4.4. Pengujian Noda untuk Aspal Minyak

Alat dan prosedur pengujian mengacu pada SNI 03-6885-2002.

a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup

 Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji noda pada
kertas saring akibat tetesan larutan aspal hasil campuran aspal dengan pelarut
tertentu (naptha, xylen, normal heptan), Noda dilihat pada kertas saring tegak lurus
pandang dengan sinar terang dari arah belakang, disarankan gunakan sinar
matahari

 Tujuan pengujian untuk mengetahui homogenitas dan kemurnian aspal

 Mencakup persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian noda bahan-bahan
aspal yang hanya berlaku untuk aspal yang dihasilkan dari petroleum dan tidak
digunakan terhadap aspal alam yang mengandung bahan tetap yang tidak larut
dalam xylen

b. Peralatan
 Labu dengan kapasitas 50 ml
 Gabus penutup yang dilengkapi pipa gelas
Ø 6,4 mm dengan panjang 200 mm
 Kertas saring Whatman No. 50 ukuran 70
mm
 Pipet atau buret, dengan ketelitian 0,1 mm
 Termometer
 Timbangan analitis dengan kapasitas 1200
gram (ketelitian 0,001 gr) Gambar 1.a. >
 Penangas Peralatan uji
 Plat kaca penguji

Gambar 1.b. >


Timbangan
analitis

Gambar 1.c. Penangas air

c. Persiapan Pengujian

c.1. Persiapan Benda Uji

 Siapkan benda uji sebanyak (2 ± 0,02) gram, untuk :

- Benda uji aspal keras atau setengah keras, harus meterial aslinya

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 70


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

- Benda uji aspal cair jenis SC, mempunyai nilai distilat (dibawah 360 oC
AASHTO T.78) kurang dari 15 % terhadap volume, harus material asli
atau residunya.
- Benda uji aspal cair jenis lain, dilakukan terhadap residu hasil
AASHTO T.78

c.2. Persiapan Peralatan

 Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian

d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian

1). Timbang benda uji seberat (2 ± 0,02) gram di dalam labu. (Gambar 2.)

Gambar 2.a. Timbang labu Gambar 2.b. Masukkan ben- Gambar 2.c. Timbang
kosong da uji kedalam labu benda uji

2). Bila benda uji tidak dapat mengalir di dasar labu pada suhu ruang,
panaskan labu tersebut dengan hati-hati sampai contoh tersebar melapisi
secara tipis di dasar labu, kemudian dinginkan pada suhu ruang;
3). Masukkan pelarut yang memenuhi ketentuan sebanyak 10,2 ml
menggunakan pipet atau buret; (Gambar 3.)

Gambar 3.a. Tuangkan pelarut Gambar 3.b. Tuangkan pelarut


kedalam gelas ukur 10,2 ml kedalam labu berisi benda
uji

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 71


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

4). Secepatnya tutup labu dengan gabus yang dilengkapi pipa gelas sepanjang
200 mm dan digoyang-goyang dengan gerakan melingkar secara cepat
selama 5 detik; (Gambar 4.)

Gambar 4.a. Tutup labu dengan Gambar 4.b. Goyangkan labu


penutup gabus yang dilengkapi dengan gerakan melingkar
pipa gelas secara cepat selama 5 detik

5). Rendam labu dalam penangas air yang mendidih pelan sampai sedalam
lehernya se-lama 55 detik; bila contoh sesudah berupa cairan yang tipis
pemanasan tidak diperlukan. (Gambar 5.)

Gambar 5.a. Rendam labu kedalam penangas air yang mendidih sedalam
leher labu selama 55 detik

6). Angkat labu dari penangas dan digoyang-goyang selama 5 detik kemudian
direndam 55 detik; (Gambar 6.)

Gambar 6.a. Angkat labu Gambar 6.b. Goyangkan selama


5 detik

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 72


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

7). Selanjutnya setiap menit berikut labu digoyang 5 detik, direndam 55 detik
sampai benda uji benar-benar telah terdispersi.
8). Bila larutan benar-benar telah terdispersi dibuktikan dengan memiringkan
labu, ujung pipa gelas diturunkan sampai di bawah permukaan larutan.
9). Dinginkan labu serta isinya sampai mencapai suhu ruang selama 30 menit.
10). Larutan aspal kemudian harus dihangatkan kembali selama I5 menit
dalam penangas air (32 ± 0,5)°C.

11). Aduk larutan tersebut, kemudian dengan batang yang bersih teteskan
pada kertas saring whatman No. 50.

Gambar 7.a. Ambil salah satu Gambar 7.b. Buka penu- Gambar 7.c. Teteskan diatas
kertas saring tup labu dari gabus yang kertas saring
dilengkapi pipa gelas

12). Setelah 5 (lima) menit amati tetesan pada kertas saringan dengan cara
memegangnya sambil : (Gambar 8.)

 Tangan direntangkan.
 Bidang kertas tegak lurus garis
pandang;
 Sinar terang dari arah belakang
peninjau; diutamakan sinar
tersebut adalah sinar matahari
Gambar 8. >
yang menyebar. Setelah 5 (lima) menit amati
tetesan pada kertas saringan

13). Catat jenis noda akibat tetesan pada kertas saring. (Gambar 9.).

a). Noda positif, bila tetesan berwarna coklat atau coklat kekuning-
kuningan de-ngan bagian tengah gelap atau berbintik-bintik;

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 73


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Tetesan Tetesan
positip negatif

Gambar 9.a. Catat jenis noda akibat Gambar 9.b. Hasil pengujian
tetesan pada kertas saring.

b). Bila tetesan berupa noda berbentuk lingkaran berwarna coklat merata,
maka harus dilakukan tindakan, sebagai berikut :

(1). Simpan labu yang berisi larutan tersebut dalam keadaan rapat
pada suhu ruang di bawah sinar redup selama 24jam.
(2). Hangatkan larutan pada suhu (32 ± 0,5) 0C selama 15 menit
kemudian aduk dengan cepat sampai merata.
(3). Teteskan larutan menggunakan batang pengaduk di kertas saring.
(4). Setelah 5 menit amati tetesan dengan cara sesuai dengan butir
12). :
 Bila tetesan masih tetap berwarna coklat merata sesuai
dengan butir 13), b)., laporkan sebagai noda negatif.
 Bila bagian tengah tetesan berwarna gelap atau berbintik-bintik
sesuai dengan butir 13). a), laporkan sebagai noda positif.
 Bila tetesan masih meragukan, ulangi.

a. Tetesan positip b. Tetesan negatip

Gambar 10. Sketsa petunjuk hasil pengujian noda aspal

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 74


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Tabel 1. Contoh Formulir Isian Pengujian Noda Aspal Minyak


Pengujian Noda Aspal Minyak (cara normal)
Bahan pelarut : Xylen :

Uji Pertama Uji Ulang

Uraian Benda Benda Benda Benda


uji 1 uji 2 uji 1 uji 2

Labu + benda uji


(gram)

Labu kosong
(gram)

Berat benda uji

Pengadukan ke satu 5 Simpan


detk 24 jam

Rendaman 55
detik

Rata / Rata /
belum belum

Pengadukan ke dua 5
detk

Rendaman 55
detik

Rata / Rata /
belum belum

Teteskan di kertas kering Tunggu


5 menit

Miringkan labu Rata / Rata /


belum belum

Pengadukan ke tiga 5
detk

Rendaman 55
detik

Rata / Rata /
belum belum

Miringkan labu Rata / Rata /


belum belum

Simpan dalanm suhu ruang 30 menit dalam


penangas 32oC selama 15 menit

Lihat noda Tidak Tidak Tidak Tidak


rata / rata / rata / rata /
rata rata rata rata

Cata : Positif Positif


/ /
Negatif Negatif

Kesimpulan sifat bahan : noda positif / noda negatif

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 75


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

1.4.5. Pengujian Penetrasi Setelah Penurunan/Kehilangan Berat

Prosedur pengujian untuk penetrasi setelah penurunan/kehilangan berat, sama


dengan metode pengujian penetrasi berdasarkan SNI 06-2456-1991, bedanya hanya
benda uji diambil dari hasil “Pengujian untuk kehilangan berat minyak dan aspal
dengan cara A” (SNI 06-2440- 1991)

1.4.6. Pengujian Daktilitas Setelah Penurunan/Kehilangan Berat

Prosedur pengujian untuk daktilitas setelah penurunan/kehilangan berat, sama


dengan metode pengujian daktilitas berdasarkan RSNI 06-2432-2008, bedanya
hanya benda uji diambil dari hasil “Pengujian untuk kehilangan berat minyak dan
aspal dengan cara A” (SNI 06-2440- 1991)

CARA UJI ELASTISITAS ASPAL DENGAN ALAT DAKTILITAS


(ELASTIC RECOVERY PADA 25 °C)

Alat dan prosedur pengujian mengacu pada RSNI M-04-2005.

a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup

 Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji


daktilitas aspal khususnya aspal yang dimodifikasi polimer jenis elastomer,
dengan menggunakan alat penguji daktilitas aspal
 Tujuan pengujian untuk menentukan persen elastisitas aspal polimer setelah
ditarik dengan alat daktilitas dengan kecepatan 5 cm/menit  5% dan pada
temperatur 25 oC  0,5 oC sampai panjang yang ditentukan (perpanjangan 10
cm), kemudian dipotong pada bagian tengahnya dan dibiarkan mengalami
elastisitas selama satu jam.
 Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian

b. Peralatan

 Cetakan (mold) harus sama dengan desain yang ditunjukkan pada Gambar
1.a. dimana penampang bagian a dan a’ harus memberikan luas penampang
contoh 1 (satu) cm2. Cetakan harus dibuat dari bahan kuningan. Ukuran
cetakan harus sesuai dengan ukuran yang ditentukan;
 Plat dasar harus dibuat dari bahan yang tidak menyerap benda uji dengan
ketebalan yang cukup untuk mencegah terjadinya deformasi dan ukuran yang
cukup untuk meletakan satu sampai tiga cetakan;

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 76


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

A
B
C
Keterangan :
D
A : 111,5 sampai 113,5 mm
B : 74,5 sampai 75,5 mm
K
a
C : 30  0,1 mm
G D : 6,8 sampai 7,2 mm
b E : Jari-jari 15,75 sampai 16,25
a’ b’ F mm
I E H
F : 17  0,1 mm
L
G : 19,8 sampai 20,2 mm
J H : 42,9 sampai 43,1 mm
I : Diameter 6,5 sampai 6,7 mm
J : Tebal cetakan 9,9 sampai
10,1mm
K : 10  0,1 mm
L : 36,5  0,1 mm

< Gambar 1.a.


Perletakan benda uji
dan Plat dasar pada
pengujian elastisitas
aspal

 Bak perendam, harus dapat diatur pada


temperatur 25 oC atau pada temperatur Gambar 1.b. Bak
perendam
pengujian yang dikehendaki dengan variasi
tidak lebih dari  0,1 oC.

Volume air tidak boleh kurang dari 10 liter 


0,1 liter dan dapat merendam benda uji
pada kedalaman tidak kurang dari 10 cm 
0,5 cm, serta memiliki penyangga yang
dapat menyangga benda uji dengan
ketinggian tidak kurang dari 5 cm di atas
dasar bak perendam;

 Mesin penguji untuk menarik benda uji


yang sedemikian rupa sehingga dapat
menjaga benda uji terendam dalam air
sesuai ketentuan dan menarik benda uji
tersebut dengan kecepatan tetap serta
tidak menimbulkan getaran selama
pengujian berlangsung;

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 77


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

 Termometer ASTM Nomor 63C yang mem-punyai rentang temperatur dari –


8 oC sampai 32 oC;

 Gunting yang memadai untuk memotong benda uji aspal,

c. Persiapan Pengujian

c.1. Persiapan Benda Uji

 Pasang cetakan dan letakkan pada pelat dasar yang mendatar dan
permukaannya rata sehingga permukaan pelat dasar dapat
bersentuhan (rapat) dengan seluruh bagian bawah cetakan;
 Lapisi permukaan pelat dasar dan bagian dalam cetakan a dan a’ (lihat
Gambar 1.a.) dengan campuran gliserin dengan dekstrin, talek atau
kaolin untuk mencegah melekatnya benda uji; (Gambar 2.)

Gambar 2.a. Oleskan bagian-bagian cetakan dan susun dengan menempatkan diatas
pelat dasar pada tempat yang datar

 Panaskan contoh uji dengan hati-


hati agar tidak terjadi pemanasan
setempat yang berlebih. Kemudian
setelah contoh uji cukup cair untuk
dituangkan, saring contoh uji
dengan saringan Nomor 50 (300-
m);
Gambar 3.
(Gambar 3.) Panaskan benda uji dengan
memasukan kedalam oven

 Setelah diaduk merata, tuangkan contoh uji kedalam cetakan secara


hati-hati agar tidak merusak posisi cetakan.
Cetakan diisi dari ujung ke ujung sampai penuh dan sedikit berlebih;
(Gambar 4.)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 78


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Gambar 4.a. Tuangkan contoh uji kedalam cetakan Gambar 4.b. Cetakan di-
secara hati-hati agar tidak merusak posisi cetakan isi sampai penuh dan se-
dikit berlebih
 Biarkan cetakan yang berisi benda uji pada temperatur ruang sampai
dingin atau selama 30 - 40 menit.
 Potong bagian permukaan benda uji yang berlebih dengan pisau atau
spatula panas hingga permukaan benda uji rata dengan cetakan;
 Rendam kembali plat dasar dan cetakan yang berisi benda uji dalam
bak perendam pada temperatur (25  0,5) oC atau sesuai temperatur
pengujian yang diinginkan selama 85 - 95 menit; (Gambar 5.)

Gambar 5.a. Masukkan benda Gambar 5.b. Rendam pada


uji kedalam bak perendam suhu pengujian selama 85-95
menit

 Lepaskan cetakan dan benda uji dari pelat dasar dan lepaskan cetakan
bagian a dan a’ dari benda uji.

Gambar 6.a. Ambil benda Gambar 6.b. Lepaskan benda


uji dari bak perendam uji dari sisi cetakan pada pelat
dasar

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 79


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

c.2. Persiapan Peralatan

 Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian

d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian

d.1. Cara Pengujian

1). Pasang benda uji pada mesin penguji dengan cara mengaitkan masing-
masing lubang di kedua ujung benda uji pada masing-masing pengait di
mesin penguji; (Gambar 7.)

Gambar 7. Langsung pasangkan benda uji ke mesin uji dengan cara memasukkan
lubang cetakan ke pemegang di mesin uji daktilitas.

2). Atur kedudukan benda uji sedemikian rupa sehingga jarum penunjuk
jarak berada pada posisi 0 (nol) cm;
3). Selama pengujian, benda uji harus berada dalam cairan sedikitnya 2,5
cm di bawah permukaan cairan dan 2,5 cm di atas dasar bak
perendam. Selain itu, selama pengujian temperatur cairan harus selalu
pada temperatur (25  0,5) oC atau pada temperatur pengujian yang
diinginkan;
4). Tarik benda uji dengan kecepatan yang konstan 5 cm/menit  5%
hingga menunjukkan perpanjangan 10 cm; (Gambar 8.)

10

Gambar 8.a. Hidupkan Gambar 8.b. Tarik benda uji dengan kecepatan konstan
mesin penarik 5 cm/menit  5% hingga perpanjangan 10 cm

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 80


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

5). Matikan mesin penarik dan segera potong benda uji pada bagian
tengahnya hingga menjadi dua bagian dengan menggunakan gunting;
(Gambar 9.)

Gambar 9.a. Matikan mesin Gambar 9.b. Potong benda uji


penarik pada bagian tengahnya

6). Biarkan selama satu jam untuk memberi kesempatan elastisitas pada
benda uji yang sudah dipotong tersebut; (Gambar 10.)
7). Setelah dibiarkan satu jam kemudian geserkan kembali kedua sisi
benda uji sehingga kedua ujung benda uji yang telah dipotong dan
mengalami elastisitas bersentuhan kembali; (Gambar 11.)

Gambar 10. Biarkan selama 1 Gambar 11. Geser kembali kedua


(satu) jam ujung sisi benda uji hingga ber-
sentuhan

8). Ukur perpanjangan benda


uji pada butir 6) dan
nyatakan sebagai X;

Gambar 10.c. >


Ukur perpanjangan
benda uji (= X)

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 81


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

9). Lakukan pengujian secara triplo;


10). Apabila saat pengujian, benda uji berada di permukaan cairan atau
menyentuh dasar maka pengujian dianggap tidak normal dan gagal.
Bila terjadi demikian maka sesuaikan kembali berat jenis cairan dengan
berat jenis benda uji dengan menambahkan air atau gliserin.

d.2. Perhitungan

 Hitung persen elastisitas dari benda uji dengan menggunakan


persamaan berikut :
10 - X
% elastisitas =  X 100
10
dimana :
X = perpanjangan benda uji dalam satuan centi meter (cm) setelah
mengalami elastisitas.

 Nilai elastisitas adalah hasil dari rata-rata tiga benda uji (triplo) yang
berjalan normal.

Gambar 11.
Skema proses
pengujian
elastisitas
aspal

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 82


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Tabel 1. Contoh Formulir Isian Pengujian Elastisitas Aspal dengan Alat Daktilitas

Perintah No :..........................................
Aspal dari : ..........................................
Jenis contoh : ..........................................
Tanggal diterima : ..........................................
Tanggal diuji : ..........................................
Tanggal selesai : ..........................................

Contoh dipanaskan Mulai : pk. ……… Temperatur oven : ……….oC


Selesai : pk. ………
Contoh dituangkan : pk ……….
Diamkan pada temperatur ruang Mulai : pk. ………
Selesai : pk. ………
Direndam pada temperatur pengujian Mulai : pk. ……… Temperatur bak perendam:
Selesai : pk. ……… ……………. oC
Pemeriksaan elastisitas Mulai : pk. ……… Temperatur pengujian :
Selesai : pk. ……… ………..….. oC

Jenis Pengukuran Benda Uji 1 Benda Uji 2 Benda Uji 3


Panjang Awal 10 cm 10 cm 10 cm
Panjang setelah elastisitas (X) ……..… cm …….….. cm …….….. cm
10 - X
% Elastisitas = x 100 ………… % ….………. % ….….… %
10
Rata-rata % elastisitas ………………………%

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 83


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Daftar Pustaka

1. Teknologi Aspal dan Penggunaannya dalam Konstruksi Perkerasan


Jalan, Ir. Soehartono, 2010

2. Modul Pengambilan Contoh dan Pengujian Aspal Keras untuk Pekerjaan


Campuran Beraspal Panas, Balai Bahan dan Perkerasan Jalan, Pusat
Litbang Jalan dan Jembatan, 2009

3. Manual Pekerjaan Campuran Beraspal panas, Direktorat Jenderal Bina


Marga, Edisi 2008

4. Spesifikasi Jalan dan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga,


Desember 2006

5. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Silvia Sukirman, Januari 1992.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 84

Anda mungkin juga menyukai