BAB VIII.
ASPAL
8.1 Pendahuluan
Pengertian Aspal
Bitumen adalah zat perekat (cementitious) berwarna hitam atau gelap, yang dapat
diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi. Bitumen terutama mengandung senyawa
hidrokarbon seperti aspal, tar, atau pitch
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam sampai
coklat gelap, bersifat perekat (cementitious) yang akan melembek dan meleleh bila dipanasi,
tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat
atau setengah padat dari alam atau dari hasil pemurnian minyak bumi, atau merupakan
campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya
Tar adalah material berwarna coklat atau hitam, berbentuk cair atau semi padat,
dengan unsur utama bitumen sebagai hasil konsedat dalam destilasi destruktif dari batubara,
minyak bumi, atau material organik lainnya.
Pitch didefinisikan sebagai material perekat (cementitious) padat , berwarna hitam
atau coklat tua, yang berbentuk cair jika dipanaskan. Pitch diperoleh sebagai residu dari
destilasi fraksional tar. Tar dan pitch tidak diperoleh di alam, tetapi merupakan produk
kimiawi.
Dari ketiga material pengikat di atas, aspal merupakan material yang umum
digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu seringkali bitumen disebut pula
sebagai aspal.
Aspal merupakan bahan perekat termoplastis, yaitu pada suhu ruang bersifat keras
atau padat tetapi akan menjadi plastis atau encer apabila temperaturnya dinaikkan, dan akan
menjadi keras kembali apabila suhunya diturunkan.
Berdasarkan sumbernya, aspal dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu aspal alam dan aspal
buatan (aspal minyak). Aspal alam yaitu aspal yang didapat secara langsung dari alam, dan
dapat dipakai langsung atau diolah terlebih dahulu, sedangkan aspal minyak adalah aspal
hasil sampingan yang merupakan residu dari pengilangan minyak bumi
1.Aspal alam
Aspal alam sumbernya ada yang berasal dari gunung seperti aspal di Pulau Buton, dan
ada pula yang diperoleh di danau seperti di Trinidad. Aspal alam terbesar di dunia terdapat di
Trinidad, berupa aspal danau (Trinidad Lake Aspalt).
Indonesia memiliki sumber aspal alam di Pulau Buton, yang berupa aspal gunung, terkenal
dengan nama Asbuton. Asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan bahan mineral
lainnya dalam bentuk batuan. Karena asbuton merupakan material yang ditemukan begitu
saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai
tinggi. Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1) Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti asbuton kasar,asbuton
halus,asbuton mikro, dan butonite mastik asphalt.
2) Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses ekstrasi atau
proses kimiawi
2.Aspal minyak
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi. Setiap
minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphalticbase crude oil yang banyak
mengandung aspal, parafin base crude oil yang banyak mengandung paraffin, atau mixed
base crude oil yang mengandung campuran antara paraffin dan aspal. Untuk perkerasan jalan
umumnya digunakan aspal minyak jenis asphaltic base crude oil.
Gambar 1 memberikan ilustrasi tentang proses destilasi minyak bumi. Bensin
(gasoline), minyak tanah (kerosene), dan solar (minyak diesel) merupakan hasil destilasi pada
temperatur yang berbeda-beda, sedangkan aspal merupakan residunya. Residu aspal
berbentuk padat, tetapi melalui pengolahan hasil residu ini dapat pula berbentuk cair atau
emulsi pada pada temperatur ruang. Jadi, jika dilihat bentuknya pada temperatur ruang, maka
aspal dibedakan atas aspal padat, aspal cair, dan aspal amulsi.
Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang dan
menjadi cair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal juga dengan nama aspal keras (asphalt
cement). Oleh karena aspal keras bentuknya padat atau keras maka dalam pemakainnya harus
dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan pengikat agregat.
Aspal cair (cut back asphalt) yaitu aspal yang berbentuk cair pada suhu ruang. Aspal
cair merupakan aspal keras yang dicairkan dengan bahan pencair dari hasil penyulingan
minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar. Bahan pencair membedakan aspal cair
menjadi :
a) Rapid curing cut back asphalt (RC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair bensin. RC
merupakan aspal cair yang paling cepat menguap.
b) Medium curing cut back asphalt (MC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair minyak tanah
(kerosene).
c) Slow curing cut back asphalt (SC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair solar (minyak
diesel). SC merupakan aspal cair yang paling lambat menguap.
Aspal emulsi (emulsified asphalt) adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan
pengemulsi, yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi ini lebih cair daripada aspal
cair. Di dalam aspal emulsi, butir-butir aspal larut dalam air. Untuk menghindari butiran aspal
saling menarik membentuk butir-butir yang lebih besar, maka butiran tersebut diberi muatan
listrik.
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas
a) Aspal kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang butiran
aspalnya bermuatan arus listrik positip.
b) Aspal anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang butiran
aspalnya bermuatan negatif.
c) Aspal Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti aspal emulsi
tersebut tidak bermuatan.
Berdasarkan kecepatan mengerasnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas :
a) Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi sehingga pengikatan
yang terjadi cepat, dan aspal cepat menjadi padat atau keras kembali.
b) Medium Setting (MS)
c) Slow Setting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat mengeras.
Gambar .1 Proses destilasi minyak bumi
8.3 Kepekaan aspal terhadap temperatur
Telah diketahui bahwa aspal merupakan bahan perekat termoplastis. Dengan sifat
seperti ini aspal sangat peka terhadap perubahan temperatur. Setiap jenis aspal memiliki
kepekaan yang berbeda-beda, walaupun aspal tersebut memiliki penetrasi dan vskositas yang
sama, karena kepekaan sangat dipengaruhi oleh komposisi bahan kimia yang dikandung aspal
tersebut. Pemeriksaan sifat kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur perlu dilakukan
untuk memperoleh gambaran tentang temperatur yang cocok untuk pelaksanaan pekerjaan.
Pada Gambar 2 dibawah memberikan ilustrasi tentang dua jenis aspal yang
mempunyai nilai viskositas yang sama pada temperatur 60º C, tetapi berbeda pada temperatur
yang lainnya.
60ºC
Aspal A
Aspal B
Aspal A dan B memi- liki viskositas yg ssamasama
Gambar 2 : Kepekaan aspal terhadap temperatur
Dari Gambar di atas, aspal A lebih peka terhadap perubahan temperatur dibandingkan
dengan aspal B. Kepekaan terhadap lama waktu pelaksanaan perkerasan jalan dan perubahan
temperatur sepanjang masa pelayanan jalan, jika menggunakan aspal A lebih tinggi daripada
jika menggunakan aspal B
Aspal yang mengandung lilin (wax) lebih peka terhadap temperatur dibandingkan
dengan aspal yang tidak mengandung lilin. Kepekaan temperatur akan menjadi dasar
perbedaan umur aspal untuk menjadi retak/mengeras. Parameter pengukur kepekaan aspal
terhadap temperatur adalah indeks penetrasi ( Penetration index = PI )
Di mana
PI = Indeks Penetrasi
TRB = Temperatur titik lembek aspal, º C
Pen25ºC = Nilai penetrasi pada suhu 25 ºC dengan pembebanan 100 gram
selama 5 detik
PenRB = Nilai penetrasi pada suhu TRB, pada pembebanan 100 gram
selama 5 detik, jika tidak ada data, nilai dapat diasumsikan = 800
Nilai PI antara – 1 dan + 1 adalah nilai PI yang umum dimiliki oleh aspal yang digunakan
untuk material perkerasan jalan
Dengan adanya aspal dalam campuran diharapkan diperoleh lapisan perkerasan yang
kedap air sehingga mampu melayani arus lalu lintas selama masa pelayanan jalan. Oleh
karena itu aspal haruslah mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh) terhadap cuaca, dan
mempunyai sifat adhesi dan kohesi yang baik.
Spesifikasi aspal sesuai spesifikasi baru campuran beraspal panas yang diterbitkan
oleh Depkimpraswil menetapkan aspal yang digunakan untuk betonaspal campuran panas
adalah aspal keras pen 60/70, sesuai spesifikasi AASHTO M 20-70(1990), seperti pada Tabel
di atas
Kualitas aspal dapat diketahui dari penurunan berat aspal apabila dilakukan dengan tebal dan
berat tertentu dalam waktu + 24 jam. Aspal yang kualitasnya baik menutur standar ASTM D-
6-80 adalah aspal yang mengalami penurunan berat kurang dari 0,4%. Kehilangan berat aspal
dapat diuji dengan memanaskan contoh aspal yang telah diketahui berat asalnya dalam oven
khusus yang dilengkapi piringan yang dapat berputar pada suhu (163 ± 1)º C selama lima
jam. Setelah itu aspal ditimbang dan diuji penetrasinya, sehingga didapat kehilangan
beratnya, dan penurunan penitrasi setelah kehilangan berat.
Untuk menguji kemurnian aspal, karena kemungkinan aspal mengandung bahan tak
larut seperti garam, kotoran abu, karbon atau mineral lainnya, dilakukan pengujiannya
dengan melarutkan aspal dalam Carbon Bisulfida (CS2), kemudian bagian yang tidak larut
ditimbang. Cairan pelarut lainnya yang biasa dipakai adalah karbon Tetraklorida (CCL4).
Cairan ini tidak mudah terbakar dibanding dengan CS2, maka lebih sering pakai, meskipun
hasilnya kurang teliti karena ada zat karbon yang seharusnya larut dalam CS 2 tapi tidak larut
dalam CCl4.
e.Daktilitas Aspal
Pengujian daktilitas dibutuhkan untuk mengetahui sifat kohesi dan plastisitas aspal.
Pengujian dilakukan dengan mencetak aspal dalam cetakan khusus dan meletakannya
kedalam tempat pengujian. Tempat pengujian berisi airyang memiliki berat jenis yang sama
dengan berat jenis aspal. Agar berat jenis air mendekati berat jenis aspal, maka jika berat
jenis air lebih tinggi dari berat jenis aspal, air tersebut harus ditambah Methyl Alcohol, tetapi
sebaliknya jika berat jenis air lebih rendah dari berat jenis aspal, tambah dengan Sodium
Klorida (NaCl) Nilai daktilitas aspal adalah panjang contoh ketika putus pada saat dilakukan
penarikan dengan kecepatan 5 cm permenit.
Aspal dengan angka daktilitas yang rendah dapat mengalami retak akibat lapisan aspal
mengalami perubahan suhu yang tinggi. Sifat daktilitas ini dipengaruhi oleh sifat kimia aspal,
yaitu akibat susunan senyawa hidrokarbon yang dikandungnya. Bila aspal banyak
mengandung senyawa parafin dengan rantai panjang, daktilitas rendah, demikian juga dengan
aspal yang didapat dari proses blowing (blown asphalt) dimana banyak terdapat gugusan
hidrokarbon tak jenuh yang dapat menyusut, sedangkan yang banyak mengandung parafin
karena susunan rantai karbon yang kekuatan strukturnya kurang plastis.
f. Titik lembek aspal,
Yang dimaksud titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu mendesak
turun suatu lapisan aspal suatu lapisan aspal yang tertahan dalam cincin ukuran tertentu,
sehingga aspal tersebut menyentuh plat dasar yang terletak dibawah cincin dengan ketinggian
tertentu akibat kecepatan pamanasan suhu. Alat untuk menguji titik lembek adalah Ring and
Ball
Gambar : Alat pengujian titik lembek Ring and ball
Titik lembek diuji untuk mengetahui pada suhu berapa aspal tersebut dari kondisi keras
menjadi lembek. Jika diketahui suhunya, maka pemakaian aspal tersebut tidak boleh
digunakan pada kondisi jalan dengan suhu permukaan lebih besar dari suhu titik lemeknya.
Jadi jika aspal memeiliki titik lembek 45ºC, artinya aspal tersebut jangan dipakai pada suhu
permukaan jalan lebih dari 45ºC.
g.Berat Jenis Aspal
Di dalam perhitungan rancangan campuran dibutuhkan parameter penunjuk berat, yaitu berat
jenis agregat. Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan berat
volume air.Berat jenis aspal tanpa campuran biasanya berkisar antara 1,02 sampai 1,05 pada
suhu 250 C. Angka yang tinggi dicapai untuk aspal keras, dan yang rendah untuk aspal cair.
Makin keras aspal umumnya berat jenis makin tinggi. Berat jenis dipengaruhi oleh perubahan
suhu dimana pemuaian dapat mengakibatkan perubahan volume. Pada Gambar terlihat
skema volume butir agregat, yang terdiri dari volume agregat masif (Vs), volume pori yang
tidak dapat diresapi oleh air (Vi), volume pori yang dapat diresapi air (VP + Vc), dan volume
pori yang dapat diresapi aspal (VC).
VS + VP + Vi + Vc = volume total butir agregat
Vp + Vi + Vc = volume pori agregat
Vs = volume bagian masif
Vi = volume pori yang tak dapat diresapi air
Vp = volume pori yang tak dapat diresapi aspal, tetapi dapat diresapi
air
Vc = volume pori yang dapat diresapi aspal dan air
Gambar. Skematis bagian dari butir agregat
Terdapat tiga jenis berat jenis (specific gravity) yaitu: berat jenis bulk (bulk specific gravity),
berat jenis kering permukaan (saturated surface dry), dan berat jenis semu (apparent specific
gravity). Berat jenis efektif (efective specific gravity), adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering, jadi merupakan berat agregat kering,
dan volume agregat yang tak dapat diresapi aspal (Vs+Vi +Vp). Penyerapan adalah persentase
berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.
Harga – harga berat jenis dibutuhkan untuk membuat bermacam – macam variasi campuran
aspal atau jenis – jenis pengujian aspal lainnya. Berat jenis ditentukan dengan menggunakan
metode picnometer sesuai ASTM D-70 untuk aspal semen.
Dalam rentang suhu antara 250 C sampai 2000 koefisien pemuaian adalah 0,0006per 0C. Cara
menentukan berat jenis biasanya untuk aspal padat menggunakan piknometer (untuk
mengukur berat serta volumenya) sedang untuk aspal cair dipakai aero meter.