Aspal adalah material berwarna hitam atau coklat tua. Pada temperatur ruang berbentuk padat sampai
agak padat, jika dianaskan sampai temperatur tentu dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat
membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan campuran aspal beton atau sapat masuk kedalam
pori-pori yang ada pada penyemprotan/ penyiraman pada perkerasan macadam atau pelaburan. Jika
temperatur mulai turun. Aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat Termoplastis)
Hidrocarbon adalah bahan dasar utama dari aspal yang umumnya disebut bitumen.
Sehingga aspal sering juga disebut bitumen,
Aspal merupakan salah satu material konstruksi perkerasan lentur . Aspal merupakan
komponen kecil . Umumnya 4 – 10 % dari berat campuran. Tetapi merupakan komponen
yang relatif mahal
Aspal umumnya berasal dari salah satu hasil destilasi minyak bumi (Aspal Minyak) dan
bahan alami (aspal Alam),
Aspal minyak (Aspal cemen) bersifat mengikat agregat pada campuran aspal beton dan
memberikan lapisan kedap air. Serta tahan terhadap pengaruh asam, Basa dan garam,
Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh dan
akhirnya daya adhesinya terhadap partikal agregat akan berkurang.
ex : Aspal P. Buton
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau buton, dan ada pula
yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal alam terbesar di dunia terdapat di
Trinidad, berupa aspal danau. Indonesia memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal
dengan nama Asbuton (Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material
perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional. Asbuton
merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan material yang ditemukan begitu
saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai
tinggi.
Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1) Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti asbuton kasar,asbuton
2) Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses ekstrasi atau
proses kimiawi
Berdasarkan bentuknya
aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu ruang berbentuk padat
- AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 – 100
- AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300
*) Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas, volume lalu lintas tinggi.
*) Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin, lalu lintas rendah.
aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair, pada suhu ruang berbentuk cair
*) Aspal cair merupakan campuran aspal keras dengan bahan pencair dari hasil penyulingan
minyak bumi
*) Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan penguapan bahan pelarutnya, aspal cair
dibedakan atas :
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan minyak tanah (Kerosine). MC merupakan
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar, SC merupakan cut back asphal yang paling
lama menguap.
SC Cut back asphalt digunakan sebagai:
- Prime coat
Cut back aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada suhu 600 (makin kental)
ex :
RC 30 – 60 MC 30 – 60 SC 30 – 60
aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dandigunakan dalam kondisi dingin dan cair
*) Aspal emulsi adlah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi
*) Emulsifer agent merupakan ion bermuatan listrik (Elektrolit), (+) Cation ; (-) Annion
*) Partikel aspal melayang-layang dalam air karena partikel aspal diberi muatan listrik.
*) Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dapat dibedakan atas ;
1. Kationik,
disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus listrik posirif
2. Anionik,
disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan negatif
3. Nonionik,
merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak mengantarkan listrik.
*) Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal emulsi anionik dan
kationik.
- Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi sehingga pengikatan
Tack Coat
- Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap, Digunakan Sebagai
Prime coat
Aspal Buton
Aspal buton merupakan aspal alam yang berasal dari pulau buton, Indonesia.
Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk
bantuan.
Karena aspal buton merupakan bahan alam maka kadar bitumennya bervariasi dari rendah
sampai tinggi.
Berdasarkan kadar bitumennya aspal buton dibedakan atas B10, B13, B20, B25, dan B30 (Aspal
Buotn B10 adalah aspal buton dengan kadar bitumen rata-rata 10%)
Selain itu, keberadaannya juga mampu mengurangi sifat rentan jalan terhadap temperatur.
Selanjutnya, bahna pengisi akan mampu meningkatkan volume.
Bukan hanya kualitas bahan pengisi, kuantitasnya juga harus diperhitungkan. Hal ini disebabkan,
jumlah dari bahan pengisi dapat mempengaruhi sifat campuran aspal.
Jika ada terlalu banyak bahan ini maka aspal beton ini akan menjadi kaki dan akibatnya akan mudah
retak.
Sebaliknya, jika bahan pengisi terlalu sedikit maka akan membuat aspal beton menjadi lentur.
Akhirnya, jalan akan menjadi bergelombang setelah terkena beban lintas di atasnya.
Aspal sebenarnya merupakan material berwarna hitam coklat tua. Material yang satu ini terbuat dari
minyak mentah yang telah melalui proses penyulingan dan dapat ditemukan dalam kandungan alam.
Adanya aspal akan mampu mengikat campuran lain. Aspal ini terdiri dari senyawa-senyawa komplek
seperti halnya Asphaltenese, Resins dan Oils.
Setelah bejana pipa dan bejana lain dengan pemanasan pada suhu tertentu
dalam proses yang kemudian dihasilkan destilat ringan, destilat sedang,
destilat berat dan destilat residu, dari destilat-destilat ini dalam suatu
prosesing dihasilkan :
- Bensin, pelarut ringan
- Minyak diesel
- Minyak pelumas
terdapat tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh beton aspal adalah stabilitas, keawetan,
kelenturan atau fleksibilitas, ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance), kekesatan permukaan
atau ketahanan geser (skid resistance), kedap air dan kemudahan pelaksanaan (workability). Durabilitas
lapis keras jalan adalah kemampuan untuk mencegah terjadinya perubahan pada bitumen, kehancuran
agregat, dan mengelupasnya selaput aspal pada batuan agregat. Faktor eksternal yang mempengaruhi
durabilitas adalah cuaca, air, suhu udara dan keausan akibat gesekan dengan roda kendaraan.
Kelenturan atau fleksibilitas adalah kemampuan beton aspal untuk menyesuaikan diri akibat penurunan
(konsolidasi/settlement) dan pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan
terjadi akibat dari repetisi beban lalu lintas ataupun akibat beban sendiri tanah timbunan yang dibuat di
atas tanah asli. Workability adalah kemampuan campuran beton aspal untuk mudah dihamparkan dan
dipadatkan. Kemudahan pelaksanaan menentukan tingkat effisensi pekerjaan. Faktor kemudahan dalam
proses penghamparan dan pemadatan adalah viskositas aspal, kepekatan aspal terhadap perubahan
1. Jalan dengan lalu lintas relative tinggi, yang dibangun secara tidak bertahap, jadi
langsung ketahapan proyeksi umpama 25 tahun, seperti halnya pada jalan-jalan .bebas
hambatan dan Iain-lain, disarankan agar konstruksi yang digunakan perkerasan beton
semen.
2. Jalan dengan lalu lintas sedang, baik yang diselenggarakan secara bertahap atau tanpa
tahapan pada umumnya dibangun konstruksi perkerasan beton aspal atau kombinasi
beton aspal.
3. .Jalan dengan lalu lintas relative rendah, pada umumnya dengan volume lalu lintas di
bawah 5.000 kendaraan per hari dapat dibangun konstruksi perkerasan beton aspal,
beton aspal struktur rendah (HRA), Burda, Lapen, Lasbutag, Nacas dan sebagainya.
Penggunaan beton semen untuk lalu lintas tinggi, sebenamya sudah merupakan kehanisan teknis karena
Konstruksi jalan raya pada hakekatnya adalah konstruksi yang banyak sekali diliputi oleh faktor-faktor
ketidak pastian ("uncertainties''). Ketidakpastian terdapat pada segi lalu lintas, segi material yang
digunakan dan tanah dasar yang mendukungnya.Adalah suatu kenyataan bahwa bagaimanapun telitinya
pekerjaan penelitian, analisa perhitungan, dan penyelidikan yang mendetail dilakukan, umur konstruksi
jalan dan usaha-usaha pemeliharaan jalan tidak pernah sesuai dengan rencana semula.
Dalam penghamparan perkerasan beton semen, dikenal dua metode pelaksanaan yaitu :
Pada penghamparan metode acuan tetap, pengecoran, pemadatan dan penyelesaian akhir beton, serta
pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berkaitan, dilaksanakan di antara acuan. Pada penghamparan metode
acuan gelincir, pengecoran, pemadatan dan penyelesaian akhir beton dilaksanakan dalam bagian
sepanjang rangka mesin, di antara sisi-sisi dalam acuan yang sedang bergerak
Sumber bahan
Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan dibuktikan telah memenuhi
persyaratan dan ketentuan dalam pedoman ini, baik mutu maupun jumlahnya. Bila kondisi setempat
tidak memungkinkan, maka dapat dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap persyaratan tersebut
tanpa mengurangi mutu hasil pekerjaan. Sumber bahan pembuatan beton semen adalah :
1. Agregat
Persyaratan mutu Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
b) ukuran maksimum agregat harus ≤ 1/3 tebal pelat atau ≤ ¾ jarak bersih minimum antar tulangan.
2. Semen
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai dengan SNI 15- 2049-1994.
Semen harus dipilih dan diperhatikaan sesuai lingkungan dimana perkerasan digunakan serta kekuatan
awalnya harus cukup untuk pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.
3.Air
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas dari minyak,
garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-bahan lain yang dalam jumlah tertentu dapat
membahayakan. Air harus berasal dari sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan
sesuai SK SNI S-04-1989-F. Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai
akurasi 2%. Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.
− pengikatan beton yang lebih cepat, agar penyelesaian akhir (finishing), pembukaan
− pengikatan yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan yang lebih jauh
Proporsi bahan tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil percobaan.
Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut :
Pd T-05-2004-B
14 dari 32
c) ASTM C-618 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural Pozzolan yang digunakan