Anda di halaman 1dari 26

PENCAMPURAN

ASPAL

MUH ABDUH RAHIM AMIN ILYAS


TBU X ALPHA
C1022110365
Aspal

Defenisi :

Material berwarna hitam atau coklat tua. Pada


temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat,
jika dianaskan sampai temperatur tentu dapat menjadi
lunak / cair sehingga dapat membungkus partikel
agregat pada waktu pembuatan campuran aspal beton
atau sapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada
penyemprotan/ penyiraman pada perkerasan
macadam atau pelaburan. Jika temperatur mulai turun.
Aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada
tempatnya (sifat Termoplastis)
 Hidrocarbon adalah bahan dasar utama dari aspal yang
umumnya disebut bitumen. Sehingga aspal sering juga
disebut bitumen,
 Aspal merupakan salah satu material konstruksi
perkerasan lentur . Aspal merupakan komponen kecil .
Umumnya 4 – 10 % dari berat campuran. Tetapi
merupakan komponen yang relatif mahal
 Aspal umumnya berasal dari salah satu hasil destilasi
minyak bumi (Aspal Minyak) dan bahan alami (aspal
Alam),
 Aspal minyak (Aspal cemen) bersifat mengikat agregat
pada campuran aspal beton dan memberikan lapisan
kedap air. Serta tahan terhadap pengaruh asam, Basa
dan garam,
 Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal
akan menjadi kaku dan rapuh dan akhirnya daya
adhesinya terhadap partikal agregat akan berkurang.
Aspal Alam :
- Aspal Gunung (Rock Asphalt)
ex : Aspal P. Buton
- Aspal Danau (Lake Asphalt)
ex : Aspal Bermudez, Trinidad

Jenis Aspal
Berdasarkan cara Aspal Buatan :
mendapatkannya - Aspal Minyah
Merupakan hasil destilasio minyak bumi

- Tar
Merupakan hasil penyulingan batu bara dan kayu
(tidak umum dugunakan, peka terhadap
perubahan temperatur dan beracun)
- Asphaltic base crude oil
Bahan dasar dominan aspaltic
Berdasarkan jenis
bahan dasarnya - Parafin base crude oil
Bahan dasar dominan parafin

- Mixed base crude oil


Bahan dasar campuran asphaltic
dan parafin
Aspal
Minyak - Aspal keras/panas (Asphalt cemen)
aspal yang digunakan dalam keadaan
panas dan cair, pada suhu ruang
berbentuk padat

Berdasarkan - Aspal dingin / Cair (Cut Back Asphalt)


bentuknya aspal yang digunakan dalam keadaan
dingin dan cair, pada suhu ruang
berbentuk cair

- Aspal emulsi (emulsion asphalt)


aspal yang disediakan dalam bentuk
emulsi dandigunakan dalam kondisi
dingin dan cair
Skema Proses Pembuatan aspal Minyak
Light
gases Refotming Gasoline
Naptha
Chemical

Crude Oil Atmospheric Aviotion Fuel


destilation Kerosine
Domestic Fuel
Gas Oil Diesel Fuel

Domestic Fuel

Long Residue destilate


Vacuum Cracking Gasoline
Destilation
Chemical

Short Residue
Lube Oil Bitumen Feedstock
manifacture
Fuel Oil
Aspal keras (asphalt cemen, AC)
 Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300 C) berbentuk padat
 Aspal keras dibedakan berdasarkan nil;ai penetrasi (tingkat
kekerasannya)
 Aspal keras yang biasa digunakan :
- AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 – 50
- AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 – 79
- AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 – 100
- AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300

 Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas,


volume lalu lintas tinggi.
 Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin,
lalu lintas rendah.
 Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan 80/100.
Aspal cair (Cut Back Asphalt)
 Aspal cair merupakan campuran aspal keras dengan bahan pengencair dari hasil
penyulingan minyak bumi
 Pada suhu ruang berbentuk cair
 Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan penguapan bahan pelarutnya,
aspal cair dibedakan atas :
1. RC (Rapid curing cut back )
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan bensin (premium), RC
merupakan curback asphal yang paling cepat menguap.

RC cut back asphalt dugunakan sebagai :


- Tack coat (Lapis perekat)
- Prime Coat (Lapis resap pengikat)

2. MC (Medium Curing cut back)


Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan minyak tanah (Kerosine). MC
merupakan cutback aspal yang kecepatan menguapnya sedang.
3. SC (Slow Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar,
SC merupakan cut back asphal yang paling lama
menguap.

SC Cut back asphalt digunakan sebagai :


- Prime coat
- Dust laying (lapis pengikat debu)

Cut back aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada suhu 600
ex : RC 30 – 60 MC 30 – 60 SC 30 – 60
RC 70 – 140 MC 70 – 140 SC 70 - 140

Makin
Kental
Aspal emulsi

 Aspal emulsi adlah suatu campuran aspal dengan air dan


bahan pengemulsi
 Emulsifer agent merupakan ion bermuatan listrik
(Elektrolit), (+) Cation ; (-) Annion
 Emulsifer agent berfungsi sebagai stabilisator
 Partikel aspal melayang-layang dalam air karena partikel
aspal diberi muatan listrik.
 Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dapat dibedakan atas ;
1. Kationik,
disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang
bermuatan arus listrik posirif
2. Anionik,
disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang
bermuatan negatif
3. Nonionik,
merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti
tidak mengantarkan listrik.
 Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal
emulsi anionik dan kationik.
 Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas
- Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan
pengemulsi sehingga pengikatan cepat terjadi. Digunakan untuk
Tack Coat
- Medium Setting (MS), Digunakan untuk Seal Coat
- Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap,
Digunakan Sebagai Prime coat
Aspal Buton

 Aspal buton merupakan aspal alam yang berasal ddari


pulau buton, Indonesia.
 Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan
bahan mineral lainnya dalam bentuk bantuan.
 Karena aspal buton merupakan bahan alam maka kadar
bitumennya bervariasi dari rendah sampai tinggi.
 Berdasarkan kadar bitumennya aspal buton dibedakan
atas B10, B13, B20, B25, dan B30 (Aspal Buotn B10
adalah aspal buton dengan kadar bitumen rata-rata
10%)
Komposisi aspal
 Aspal merupakan unsur hydrocarbon yang sangat komplek,sangat
sukar memisahkan molekul-molekul yang memberntuk aspal
tersebut
 Secara umum komposisi dari aspal terdiri dari asphaltenes dan
maltenes
 Asphaltenes merupakan material berwarna hitam atau coklat tua
yang larut dalam heptane.
 Maltenes merupakan cairan kental yang terdiri dari resin dan oils,
dan larut dalam heptanes
 Resins adalah cairan berwarna kuning atau coklat tua yang
memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah
hilang atau berkurang selama masa pelayanan jalan. Oils adalah
media dari asphaltenes dan resin, berwarna lebih muda
 Proporsi dari asphaltenes, resin, oils berbeda tergantung dari
banyak faktor seperti kemungkinan beroksidasi, proses pembuatan
dan ketebalan aspal dalam campuran.
Ilustrasi Komposisi Aspal Minyak
 Pada aspal buatan maltene lebih dominan
(lebih banyak), maka bentuknya semi solid
 Pada aspal alam kebanyakan asphaltene
saja, jadi bentuknya cenderung padat
 Sifat aspal minyak juga dipengaruhi minyak
mentah penyusunnya
 Sifat Parafinic base crude oil :
a. Mudah teroksidasi
b. Pada suhu panas, leleh dan pada suhu
rendah mengeras dan rapuh
c. Adhesi kecil
d. Dactilitas kecil
 Sifat – sifat seperti parafin base crude oil tidak
diingini pada konstruksi jalan
 Sifat asphaltene base crude oil bertolak
belakang dengan sifat parafinic crude oil, dan
hal ini menguntungkan untuk dipakai pada
konstruksi jalan.
Fungsi Aspal Dalam Konstruksi Perkerasan Jalan

 Sebagai Bahan Pengikat:


Memeberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat dan
antara aspal itu sendiri
 Bahan Pengisi
Mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada
antara agregat itu sendiri.
Sifat – sifat aspal

 Sifat aspal adalah coloidal antara asphaltens dengan maltene


 Daya tahan (durabilitas)
daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat
asalnya akibat penbgaruh cuaca selama masa pelayanan jalan
 Sifat adhesi dan kohesi
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat
sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan
aspal.
Kohesi adalah kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan
agregat tetap pada tempatnyasetelah terjadi pengikatan.
• Kepekaan terhadap temperatur
Aspal merupakan bahan yang termoplastis, artinya akan menjadi
keras dan kental jika temperatur rendah dan menjadi cair (lunak)
jika temperatur tinggi. Akibat perubahan temperatur ini viscositas
aspal akan berubah seiring dengan perubahan elastisitas aspal
tersebut. oleh sebab itu aspal juga disebut bahan yang bersifat visko
elastis.
Kepekaan terhadap suhu perlu diketahui untuk dapat ditentukan suhu
yang baik campuran aspal di campur dan dipadatkan.

• Kekerasan aspal
Kekerasan aspal tergantung dari viscositasnya (kekentalannya).
Aspal pada proses pencampurandipanaskan dan dicampur dengan
agregat sehingga agregat dilapisi aspal . Pada proses pelaksanaan
terjadi oksidasi yang mengakibatkan aspal menjadi getas (Viskositas
bertambah tinggi). Peristiwa tersebut berlansung setelah masa
pelaksaan selasai. Pada masa pelayanan aspal mengalami oksidasi dan
polimerisasi yan besarnya dipengaruhi ketebalan aspal menyelimuti agregat.
Semakin tipis lapisan aspal yang menyelimuti agregat , semakin tinggi
tingkat kerapuhan yang terjadi.
Pemeriksaan Aspal
 Pemeriksaan penetrasi
 Pemeriksaan titik lembek
 Pemeriksaan Titik nyala dan titik bakar
 Pemeriksaan penurunan berat aspal
 Pemeriksaan kelarutan dalam karbon
tetrakolrida
 Pemeriksaan daktilitas
 Pemeriksaan beratjenis
 Pemeriksaan viskositas
Proses pencampuran aspal menggunakan alat Asphalt
Mixing Plant
Dimulai dengan penimbangan agregat, bahan pengisi ( filter ) bila diperlukan dan
aspal sesuai komposisi yang telah ditentukan berdasarkan Rencana Campuran Kerja
(RCK). Kapasitas alat AMP yang digunakan adalah 1000 Kg ( 1 ton ) setiap kali
pencampuran.
1. Langkah pertama agregat yang terdiri dari agregat halus sampai kasar
dipersiapkan dalam bak tempat menampung material yang diperlukan dalam
memproduksi campuran aspal panas yang dibedakan sesuai fraksi – fraksi,
antara lain agregat kasar, agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bak tempat
menampung material agregat disebut juga dengan bin dingin ( cold bin ).
2. Ada 4 tempat penampung (bin) yang keluar memalui pintu pengeluaran agregat
pada bin dingin ( cold feed gate ) yang dipasang di bagian bawah bin dingin,
lubang pintu pengeluaran tersebut dilengkapi dengan skala yang akan
menunjukkan besarnya bukaan pintu pengeluaran sehingga agregat yang keluar
dapat sesuai dengan jenis agregat yang diinginkan. Pintu pengeluaran agregat
pada bin dingin dapat dilihat pada gambar disamping.
3. Setelah agregat dipisahkan sesuai dengan fraksi–fraksi dan kebutuhan agregat
dengan skala yang sudah ditentukan, kemudian agregat tersebut dibawa ke
tempat pengeriangan (dryer) dengan alat yang disebut ban berjalan (belt
conveyor) dan diteruskan menggunakan elevator dingin (cold elevator) menuju
ke drum pengering. Kegiatan tersebut padat dilihat pada gambar dibawah.
Semua kegiatan dilakukan menggunakan alat penggerak (dinamo). Agregat
yang keluar dari pintu pengeluran ke ban berjalan (belt conveyor) terpisah tetapi
menjadi satu menuju ke dryer. Mulai dari agregat halus sampai dengan agregat
kasar.

4. Agregat yang sudah masuk pada drum pengering (dryer) kemudian dipanaskan
dan dikeringkan pada temperatur tertentu. didalam drum pengering (dryer)
terjadi beberapa proses diantaranya dengan pengering yang alat tersebut
mempunyai diameter 91 cm sampai 305 cm dan panjang 610 sampai 1219 cm.
5. Kemudian ketel pembakaran (burner) berisi gas atau minyak bakar untuk
menyalakan pemanas. Ketel pembakar (burner) dapat dilihat pada gambar 20.
Setelah proses pembakaran didalam dryer ada polusi udara yang ditimbulkan
untuk itu diperlukan alat penetral polusi yang disebut (dust collector) atau
pengumpul debu.

6. Setelah agregat yang sudah melakukan proses pemanasan didalam dryer


kemudian agregat tersebut menuju ke unit ayakan panas (hot screening unit)
untuk dipisahkan dalam beberapa ukuran yang selanjutnya dikirim ke bin panas
(hot bin). Pada saat proses ayakan kemungkinan terjadi pelimpahan agregat,
pelimpahan ini pada kondisi normal terjadi kurang dari 5% dan cenderung
konstan sehingga tidak mengganggu kualitas campuran aspal panas (hot mix)
yang akan dihasilkan nanti. Ukuran butir agregat maksimum ayakan untuk
campuran beraspal adalah 19 mm.
7. Setelah proses ayakan selesai agregat menuju ke bagian bin panas (hot bin).
Agregat yang masuk ke bin panas sudah terpisah–pisah sesuai fraksinya.
Kemudian agregat ditimbang menggunakan timbangan agregat (aggregate
weight hopper). Ada 2 macam timbangan yaitu timbangan untuk agregat dan
timbangan aspal (asphalt weight hopper). Sebelum dicampur di pencampur
(mixer/pugmill) urutan penimbangan tiap bin panas harus diamati secara teliti,
begitu juga dengan saat penimbangan aspal. Tingkat keenceran aspal saat
dipanaskan pada temperatur 155°C dan pada saat aliran aspal, sehingga
diperoleh jumlah aspal yang tepat dengan toleransi sesuai dengan spesifikasi.

8. Proses pencampuran aspal dan agregat di alat pencampur (mixer/pugmil)


diperlukan waktu selama 30 detik untuk dapat campuran aspal yang baik.
Setelah selesai campuran aspal segera diangkut menggunakan truk
pengangkut dan di distribusikan pada alat pemadat yang ada di lapangan.
Selama proses pencampuran aspal dengan menggunakan alat asphalt mixing
plant membutuhkan waktu selama minimal 45 detik untuk setiap kali proses
pencampuran.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai