Anda di halaman 1dari 21

RANGKUMAN MATERI TEKNOLOGI BAHAN BETON DAN ASPAL

(ASPAL)

Disusun Oleh :

ALIFA FATHIA RAHMA


NIM. 222007

Dosen Pengampu:

R. MUHAMMAD ERNADI RAMADHAN, S.T., M.Sc.

Mata Kuliah :
Teknologi Bahan Beton dan Aspal

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN


POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
 Jenis Konstruksi Perkerasan Modern :
1. Perkerasan Lentur
2. Perkerasan Kaku

1. Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur pada umumnya adalah perkerasan jalan yang menggunakan bahan aspal
sebagai pengikatnya. Dimana, pada lapisan atasnya menggunakan aspal dan bawahnya
bahan berbutir (agregat) pada lapisan bawahnya yang dihamparkan di atas tanah dasar
(subgrade).

Lapisan perkerasan lentur umumnya terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu :

 Lapisan permukaan (surface course)

 Lapisan pondasi (base course)

 Lapisan pondasi bawah (sub-base course)

Tiap-tiap lapisan mempunyai peran masing-masing. Lapisan yang memiliki daya tahan
kurang berada di bagian paling bawah sedangkan bahan yang memiliki daya tahan lama
diletakkan pada bagian paling atas.

Akan tetapi, lapisan permukaan tidak sepenuhnya menahan beban yang membuat
perkerasan ini kuat secara struktur. Setiap lapisan mempunyai peran menanggung beban
setidaknya sebagian dari bobot beban tersebut. Misalkan pada lapisan pondasi atas yang
mendukung lapisan permukaan memikul beban vertikal maupun horizontal.

2. Perkerasan Kaku

Perkerasan kaku bisa diartikan sebagai perkerasan yang menggunakan kombinasi dari semen
dan agregat yang dicampur secara tepat dan kemudian diletakkan lalu dipadatkan di atas
lapisan pondasi (base course). Konstruksi perkerasan kaku tidak memerlukan lapisan pondasi
bawah (sub-base). Perkerasan ini juga lebih dikenal sebagai jalan beton.

Lapisan perkerasan kaku umumnya terdiri dari dua lapisan utama, yaitu :

 Lapisan permukaan (surface course)

 Lapisan pondasi (base course)


Berbeda dengan perkerasan lentur, dimana antar lapisan saling mendukung untuk menahan
beban. Pada perkerasan kaku, sebagian besar lapisan permukaan yang menahan beban dari
lalu lintas, sehingga distribusi bebannya relatif luas terhadap lapisan yang dibawahnya.

Dari segi biaya, pembangunan kontruksi perkerasan kaku tergolong lebih mahal. Akan tetapi,
untuk biaya pemeliharannya bisa dikatakan lebih murah, mengingat perkerasan ini
mempunyai kekuatan yang tahan lama.

 ASPAL
Aspal adalah bahan hidrokarbon berwarna hitam kecoklatan yang dihasilkan dari proses
penyulingan minyak bumi. Secara garis besar, aspal dapat dibedakan menjadi 3 :
1. Aspal Alam (Asbuton)
2. Aspal Destilasi (Penyulingan minyak bumi) (Aspal Keras, Aspal Cair, dan Aspal Emulsi)
3. Aspal Modifikasi/Polimer (Aspal Minyak + Modifier)

1. Aspal Alam
 Material yang berasal dari alam yang didapat dari proses alami baik dari batuan
(asbuton) dan dari danau (trinidad). Contohnya “Trinidad Lake Asphalt”, dan juga di
pulau Buton ada aspal alam Kabungka dan aspal alam Lawele, demikian juga
dibeberapa tempat di Indonesia maupun di Kanada.
2. Aspal Minyak/Destilasi
 Aspal yang dihasilkan dari penyulingan minyak bumi atau kumpulan bahan-bahan
tersisa dari proses destilasi minyak bumi, sisa produk kilang minyak. Aspal minyak
atau Aspal Destilasi dibagi menjadi 3 yaitu,
1. Aspal Keras
Aspal keras adalah aspal dari proses destilasi yang bersifat viskoelastis, dimana
viskoelastis adalah suatu sifat dimana sebuah benda akan mencair ketika
dipanaskan dan akan membeku ketika didinginkan.
Berdasarkan nilai penetrasi (Nilai ketika aspal ditusuk dengan jarum dengan
kecepatan dan ukuran jarum tertentu), aspal keras dibedakan menjadi :
1. Aspal Penetrasi 40-50
2. Aspal Penetrasi 60-70
3. Aspal Penetrasi 85-100
4. Aspal Penetrasi 120-150
5. Aspal Penetrasi 200-300
2. Aspal Cair
Aspal cair adalah aspal keras yang dicairkan dengan bahan pelarut hidrokarbon
(Bensin, kerosin, solar, dll). Aspal cair dibedakan menjadi 3 :
1. Aspal cair rapid curing (Aspal cair yang menggunakan bensin sebagai bahan
pelarut aspal keras, sehingga jenis aspal ini cepat untuk menguap)
2. Aspal cair medium curing (Aspal cair yang menggunakan minyak tanah sebagai
bahan pelarut aspal)
3. Aspal cair slow curing (Aspal cair yang menggunakan solar sebagai bahan pelarut
aspal. Sehinggga jenis aspal ini paling lambat untuk menguap)

3. Aspal Emulsi
Aspal emulsi adalah material hasil pendispersian antara aspal keras dengan bahan
pengemulsi.
Berdasarkan ion yang dimiliki, aspal emulsi dibagi menjadi :
1. Aspal emulsi kationik (Aspal emulsi dengan muatan positif)
2. Aspal emulsi anionik (Aspal emulsi dengan muatan negatif)
3. Aspal emulsi nanionik (Aspal emulsi tanpa muatan)
Berdasarkan kecepatan penguapannya, aspal emulsi dibagi menjadi :
1. Aspal emulsi rapid setting (Cepat menguap)
2. Aspal emulsi medium setting (Menguap dengan kecepatan sedang)
3. Aspal emulsi slow setting (Lambat menguap)

3. Aspal Modifikasi/Polimer (Aspal Minyak + Modifier)


 Nama lain dari Aspal Modifikasi adalah Polymer Modified Asphalt (PMA) atau
Polymer Modified Bitumen (PMB), ini adalah aspal minyak ditambah dengan
bahan tambah (additive) agar meningkat kinerjanyanya, yaitu aspal yang tahan
beban dan tahan lama (awet). Di Indonesia, kesadaran untuk menggunakan aspal
modifikasi karena diperlukan hal-hal sebagai berikut :
a) aspal yang lebih tahan panas (menaikkan titik lembek), digunakan aditif
berbasis plastomer, elastomer, selulosa, filler atau penambahan asphalten
seperti asbuton, gilsonite, Trinidad asphalt, atau aditif khusus dengan sifat
beragam (jenis jenis polimer tertentu). Aspal polimer biasanya merupakan
produk hilir dari pabrik kilang minyak.
b) aspal yang lebih lengket (menaikkan adhesi) agar agregat tidakmudah
terburai, digunakan aditif yang bersifat lengket dan lentur yaituaditif yang
berbasis karet.
c) aspal yang lebih tahan ultra violet agar tidak mudah menua (ageing).

Sebagai gambaran, di pasar kita mengenal Aspal modifikasi yang telah dijual di
Indonesia (dan ini sudah sejak tahun 1996) seperti : High Bonding Asphalt,
Mexphalt, Cariphalt, Bituplus, Superfleks, Superphalt, Starbit, Aspal Prima 50,
Retona dsb.

 KOMPONEN CAMPURAN BERASPAL

1. Agregat Halus
2. Agregat Kasar
3. Aspal
4. Bahan Lainnya : Aditif, Filler, dll.

 Jenis Campuran Beraspal :


- Campuran beraspal panas
Campuran perkerasan lentur yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi
(filler) dan bahan pengikat (aspal) dengan perbandingna tertentu yang dicampur dalam
keadaan panas. Di Indonesia yang lazim digunakan antara lain
• Lapis aspal beton (Laston) /asphalt concrete
• Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) Hot Rolled Sheet (HRS)
• Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) /sand sheet
• Split Mastic Asphalt (SMA)
- Campuran beraspal dingin
Aspal Dingin ( COLD MIX ASPHALT )
Campuran aspal dingin adalah campuran bahan perkerasan jalan lentur yang terdiri
dariagregat kasar, agregat halus, filler dan bahan pengikat aspal dengan perbandingan
tertentu dandicampur dalam keadaan dingin. Untuk melunakkan aspal pada laston bekas
agar menjadi cair dan didapatkan viskositas yang rendah untuk memudahkan pencampuran
pada batuan diperlukan bahan peremaja (modifier).

Sifat Campuran Beraspal Panas Yang Harus Dipenuhi


- Keawetan
Keawetan campuran beraspal panas didefinisikan sebagai kemampuan campuran
beraspal panas untuk menahan penurunan mutu aspal, disintegrasi agregat, pengelupasan
aspal dari butir-butir agregat, dan pengausan oleh roda kendaraan. Keawetan campuran
beraspal yang rendah umumnya diwujudkan dengan adanya pelepasan butiran, retak, dan
lubang.
- Ketahanan Terhadap Retak
Gaya yang mengakibatkan retak pada campuran beraspal panas dapat ditimbulkan oleh
lalu-lintas atau faktor lain. Lendutan berulang akibat beban kendaraan akan secara bertahap
menimbulkan kelelahan pada campuran beraspal panas; selanjutnya, campuran beraspal
panas akan runtuh (failure).
- Kelenturan
Kelenturan (flexibility) dapat didefinisikan sebagai kemampuan lapis campuran beraspal
panas untuk dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa
mengalami retak (fatigue cracking).
- Kekesatan
Kekesatan campuran beraspal panas merupakan sifat permukaan campuran beraspal panas
yang memungkinkan roda kendaraan dapat berputar. Kekesatan sangat diperlukan terutama
pada saat permukaan perkerasan basah, karena akan menyangkut keselamatan pengguna
jalan.
- Permeabilitas
Permeabilitas campuran beraspal panas merupakan sifat campuran beraspal panas yang
dapat diresapi oleh udara, air, dan uap air. Lapis permukaan yang mempunyai permeabilitas
rendah (kedap) memungkinkan lapisan menjadi awet dan dapat melindungi lapisan bawah
perkerasan untuk diresapi air.
- Kemudahan Untuk Dikerjakan (Workability)
Kemudahan campuran aspal untuk diolah dicampur, dihampar, dan
dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi tingkat kepadatan yang
direncanakan.

 Jenis Gradasi Campuran Beraspal Panas


Ilustrasi Gradasi Ilustrasi Setting

 Campuran Beraspal
Gradasi Rapat

Ukuran yang
hilang  Campuran Beraspal
Gradasi Senjang

 Campuran Beraspal
Gradasi Terbuka

 Aspal yang digunakan harus memiliki sifat - sifat sebagai berikut :


1. Mempunyai Daya Tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya akibat
pengaruh cuaca selamamasa pelayanan jalan.
2. Kohesi dan Adhesi
Kohesi merupakan kemampuan aspal untuk mengikat unsur-unsur penyusun dari
dirinya sendiri sehinggaterbentuknya aspal dengan daktilitas yang tinggi.
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregatsehingga dihasilkan ikatan yang
baik antara agregat dan aspal.
3. Kepekaan pada temperatur
Kepekaan pada temperatur untuk masing-masing produksi bahan aspal akan
berbeda-beda tergantung dariasal eksplorasi aspal meskipun jenisnya sama. Sehingga
apabila kepekaan terhadap temperatur dari aspalyang akan digunakan diketahui maka
dapat pula ditentukan suhu pemadatan yang menghasilkan nilaistabilitas yang baik.
4. Kekerasan aspal
Kekerasan aspal tergantung pada kekentalan aspal pada proses pencampuran
dipanaskan dan dicampurdengan agregat sampai agregat dilapisi aspal.

 Kandungan Aspal
1. Karbon (82%-88%)
2. Hidrogen (8%-11%)
3. Belerang (0%-6%)
4. Oksigen (0%-1,5%)
5. Nitrogen (0%-1%)

 Pengujian Aspal
- Pengujian Nilai Penetrasi

Pengujian nilai penetrasi aspal bertujuan untuk menentukan tingkat kekerasan aspal yang
diukur dari kedalaman jarum penetrasi yang diberi beban sebesar 100 gram selama 5 detik
pada suhu ruang 25 derajat Celcius. Pedoman pengujian penetrasi aspal telah disusun
pada SNI 2456:2011. Aspal dibagi menjadi 5 jenis berdasarkan hasil uji penetrasi yang telah
dilakukan :

1. Aspal Pen 40-50


2. Aspal Pen 60-70
3. Aspal Pen 85-100
4. Aspal Pen 120-150
5. Aspal Pen 200-300

- Pengujian Titik Lembek Aspal

Aspal merupakan material yang bersifat viskoelastik (mudah berubah terhadap perubahan
suhu). Pada suhu yang tinggi, aspal akan bersifat lunak dan cair, sedangkan pada suhu
rendah, aspal akan bersifat keras sampai padat. Sifat viskositas pada aspal ini dapat diuji
melalui pengujian titik lembek. Pengujian titik lembek aspal berfungsi untuk menemukan
temperatur minimum dimana aspal mulai melembek (titik lembek). Titik lembek aspal
berkisar pada suhu 30 derajat Celcius sampai 200 derajat Celcius dengan cara ring and ball.
Pengujian titik lembek aspal telah diatur pada SNI 06-2434-1991.

- Pengujian titik nyala aspal

Pengujian titik nyala aspal berfungsi untuk mengukur kecenderungan aspal mulai menyala
akibat panas dan api pada kondisi terkontrol di laboratorium. Sedangkan titik bakar aspal
berfungsi untuk mengukur kecenderungan aspal mulai terbakar akibat panas dan api pada
kondisi terkontrol di laboratorium. Hasil tersebut dapat digunakan sebagai informasi
bahaya kebakaran yang sesungguhnya di lapangan. Pengujian titik nyala aspal telah diatur
pada SNI 2433:2011

- Pengujian Kelarutan dalam Larutan TCE/CCL4

Cara uji ini dilakukan untuk menentukan derajat kelarutan dalam trichloroethylene (TCE).
Larutan trichloroethane pada kondisi panas dan lembab dapat membentuk asam yang
bersifat sangat korosif sehingga dapat mempengaruhi kualitas aspal. Pengujian ini diatur
pada RSNI M-04-2004.

- Pengujian Daktilitas Aspal

Pengujian daktilitas digunakan untuk mengukur pemuluran aspal sesuai persyaratan dan
spesifikasi aspal. Pengujian ini diatur pada SNI 2432:2011.

- Pengujian Berat Jenis Aspal

Pengujian ini dilakukan terhadap semua aspal padat, selanjutnya hasilnya dapat digunakan
dalam pekerjaan perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan,Pengujian
ini diatur pada SNI SNI 2441:2011.

 Pengujian Agregat
- Pengujian Abrasi Los Angeles
Metode pengujian ini bertujuan untuk menguji tingkat ketahanan kerikil sebagai agregat
kasar menggunakan mesin abrasi los angeles. Pengujian abrasi los angeles telah disusun
pada SNI 2417:2008. Rumus untuk mendapatkan tingkat keausan pengujian abrasi los
angeles dapat ditentukan dengan rumus :

- Uji Kekekalan Agregat


Metode pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sifat kekekalan agregat terhadap proses
kimiawi akibat dari pengaruh perbedaan iklim dan cuaca dengan menggunakan larutan
natrium sulfat atau magnesium sulfat jenuh. Pengujian Kekekalan Agregat disusun pada SNI
3407:2008

- Pengujian Kelekatan Agregat


Metode pengujian ini bertujuan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian
penyelimutan dan pengelupasan pada campuran agregat-aspal. Pengujian kelekatan agregat
disusun pada SNI 3407:2008

- Pengujian Butiran Pecah


Pengujian butiran pecah agregat diperlukan untuk menentukan kualitas agregat kasar yang
akan digunakan dalam suatu konstruksi. Pengujian butiran pecah disusun pada SNI
7619:2012

Contoh agregat butir pecah dengan ujung


sudut yang tajam dan permukaan yang kasar

Contoh agregat butir pecah dengan ujung


sudut yang bulat dan permukaan yang kasar

- Pengujian Partikel Pipih dan Lonjong


Pengujian partikel pipih dan lonjong dilakukan untuk menentukan persentase dari butiran
agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, atau pipih dan lonjong yang akan digunakan untuk
agregat campuran beraspal. Pengujian partikel pipih dan lonjong dicantumkan pada RSNI T-
01-2005

- Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-Butir Mudah Pecah


Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah Pecah Dalam Agregat
dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian untuk menentukan
gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat alam. Pengujian ini disusun
pada SNI 03-4141-1996

 Bahan Aditif Aspal


Zat aditif merupakan material yang ditambahkan pada campuran. Kelebihan zat aditif
adalah dapat memperbaiki sifat aspal dalam hal meningkatkan penetrasi, daktilitas, dan
menurunkan viskositas. Beberapa jenis zat aditif yaitu :
1. Plastomer dan Elastomer
Elastomer merupakan polimer yang memiliki sifat elastis, yaitu berupa benda yang
mempunyai sifat karet yang dapat meregang saat menerima tegangan dan dapat
mengerut atau pulih kedimensi semula secara penuh. Contoh dari polymer elastomer
adalah karet alam, getah asli, silikon, poliuretan dan karet adalah jenis-jenis polymer
elastomer yang biasa digunakan sebagai bahan pencampur aspal keras. Plastomer
yaitu polimer yang memiliki sifat plastis, yaitu berupa benda yang mempunyai sifat
kaku dan tahan terhadap deformasi, jenis ini akan cepat memberikan kekuatan jika
diberi beban, tetapi mudah patah jika diberi regangan yang berlebihan.
2. Bahan Anti Pengelupasan
Bahan anti pengelupasan digunakan untuk memperbaiki ketahanan
performa konstruksi perkerasan jalan akibat pengaruh air. Kuantitas pemakaian
aditif anti striping umumnya dalam rentang 0,2%-0,4% terhadap berat aspal

 PRODUKSI CAMPURAN BERASPAL PANAS

 Prinsip Perancangan Campuran Beraspal Panas

1. Memiliki kadar aspal yang cukup


2. Memiliki stabilitas yang memadai
3. Memiliki kadar rongga yang cukup
4. Kedap air
5. Mudah dikerjakan
6. Memiliki tingkat kekesatan permukaan yang baik

 Sifat sifat volumetric campuran beraspal panas padat


Sifat-sifat volumetrik campuran beraspal panas padat yang terdiri dari rongga
dalam campuran (VIM), rongga dalam agregat (VMA), rongga terisi aspal (VFA), dan
kadar aspal efektif (Pbe) merupakan indikasi kinerja campuran beraspal panas di
lapangan. Tujuan pemadatan campuran beraspal panas di laboratorium pada saat
perancangan campuran adalah untuk mendapatkan kepadatan yang mirip dengan
kepadatan campuran beraspal panas setelah beberapa tahun menerima beban
kendaraan.
Istilah-istilah penting yang berkaitan dengan sifat-sifat volumetrik campuran beraspal
panas :
1. Berat Jenis Curah : perbandingan antara berat di udara suatu unit volume bahan
permeabel (mencakup pori permeabel dan impermeabel) kering pada temperatur
tertentu dengan berat di udara air destilasi bebas udara pada temperatur tertentu
2. Berat Jenis Semu : Kepadatan dari bahan padat yang membuat partikel agregat dapat
dimasuki oleh air
3. Berat Jenis Efektif (Gse): perbandingan antara berat di udara suatu unit volume
bahan permeabel (tidak mencakup pori terisi aspal) dalam keadan kering pada
temperatur tertentu dengan berat di udara air destilasi bebas udara pada
temperatur tertentu untuk volume yang sama dengan volume bahan
4. Rongga Dalam Agregat (VMA): volume rongga antara butir-butir agregat dalam
campuran padat yang mencakup rongga udara dalam campuran (VIM) dan aspal
efektif, yang dinyatakan sebagai persentase terhadap volume total contoh campuran
padat
5. Kadar Aspal Efektif (Pbe): volume total aspal dalam campuran (Vb) dikurangi dengan
volume aspal yang terserap agregat (Vba), yang dinyatakan sebagai persentase
terhadap volume total contoh campuran padat
6. Rongga Udara Dalam Campuran (VIM): volume total rongga antara butir-butir
agregat terselimuti aspal dalam campuran, yang dinyatakan sebagai persentase
terhadap volume curah campuran padat
7. Rongga Terisi Aspal (VFA): bagian volume rongga yang terdapat di antara butir-butir
agregat (VMA) yang ditempati oleh aspal efektif, yang dinyatakan sebagai persentase
VMA

 Prosedur Analisis Campuran Beraspal Panas


- Langkah Langkah Pengujian yang harus dilakukan :
1. Pengujian berat jenis agregat kasar (AASHTO T 85, atau ASTM C 127, atau SNI
1969:2008) dan berat jenis agregat halus (AASHTO T 84, atau ASTM C 128,
atau SNI 1970:2008).
2. Pengujian berat jenis aspal (AASHTO T 228, atau ASTM D 70, atau SNI
2441:2011) dan berat jenis bahan pengisi (AASHTO T 100, atau ASTM D 854,
atau SNI yang sesuai).
3. Penghitungan berat jenis agregat gabungan.
4. Pengujian berat jenis maksimum campuran lepas (ASTM D 2041, atau SNI 06-
6893-2002).
5. Pengujian berat jenis curah campuran padat (ASTM D 11888, atau ASTM D
2725, atau SNI yang sesuai).
6. Penghitungan berat jenis efektif agregat.
7. Penghitungan penyerapan agregat.
8. Penghitungan kadar aspal efektif.
9. Penghitungan persentase rongga dalam agregat yang terkandung dalam
campuran padat.
10. Penghitungan rongga dalam campuran padat.
 Perancangan Campuran dengan Metode Marshall
Konsep metoda Marshall dalam perancangan campuran dikembangkan oleh
Bruce Marshall. Pada awalnya, metoda Marshall hanya berlaku untuk perancangan
campuran beraspal panas panas yang menggunakan agregat berukuran maksimum 25
mm atau lebih kecial. Kemudian, metoda Marshall modifikasi telah diusulkan untuk
agregat berukuran maksimum 38 mm.
- Penyiapan Benda Uji
Pada perancangan campuran dengan metoda Marshall untuk agregat yang
gradasinya tertentu, kadar aspal rancangan ditentukan berdasarkan hasil pengujian
beberapa buah benda uji yang mempunyai kadar aspal bervariasi Kadar aspal benda
uji biasanya dipilih pada perkiraan kadar aspal rancangan dan pada kadar aspal yang
divariasikan untuk tiap perubahan 0,5 persen. Dalam hal tersebut, sekurang-
kurangnya dua buah benda uji mempunyai kadar aspal di bawah perkiraan kadar
aspal rancangan dan sekurang-kurangnya dua buah benda uji mempunyai kadar
aspal di atas perkiraan kadar aspal rancangan.

- Persyaratan Gradasi Agregat Menurut Spesifikasi Bina Marga

- Persyaratan Sifat Campuran Beraspal Panas (Laston) Menurut Spesifikasi Bina Marga
- Persyaratan Sifat Campuran Beraspal Panas Modifikasi (Laston Modifikasi) Menurut Spesifikasi
Bina Marga

- Penentuan Temperatur Penyimpanan


Temperatur pencampuran benda uji marshall berkisar 150-170 Derajat Celcius, sedangkan
pemadatan benda uji marshall berkisar 120 – 140 Derajat Celcius.

- Penyiapan Pencampuran
Berat agregat (total 1200 gram). Langkah-langkah penyiapan campuran untuk tiap benda
uji (termasuk benda uji percobaan) adalah sebagai berikut:
1. Timbang tiap fraksi agregat pada wadah yang terpisah
2. Masukkan wadah berisi fraksi agregat ke dalam oven
3. Gabungkan fraksi-fraksi agregat di dalam mangkuk pengaduk dan lakukan
pengadukan kering secara merata. Buat kepundan di tengah-tengah agregat
4. Timbang aspal menurut takaran yang sudah dihitung dan tuangkan ke dalam
agregat. Pada tahap ini, temperatur agregat dan aspal harus dalam batas-batas
temperatur penyampuran yang sudah ditentukan
Lakukan secara merata dan secepatnya pengadukan agregat dan aspal

- Pengisian Cetakan dengan Campuran Beraspal


1. Tuangkan campuran ke dalam cetakan.
2. Dengan menggunakan spatula panas, tusuk-tusuk keliling campuran lima belas kali dan
bagian tengah campuran sepuluh kali
3. Buka leher cetakan dan rapihkan permukaan campuran sehingga mempunyai bentuk
agak cembung. Menjelang dipadatkan, temperatur campuran harus dalam batas-batas
temperatur pemadatan yang sudah ditetapkan. Campuran yang temperaturnya tidak
sesuai dengan temperatur pemadatan tidak boleh digunakan dan tidak boleh dipanaskan
ulang.
4. Letakkan kertas saring pada permukaan campuran.

- Pemadatan Camapuran Beraspal


1. Pasang kembali leher cetakan
2. Lakukan pemadatan dengan jumlah tumbukan yang sesuai.
3. Lepaskan leher dan pelat dasar cetakan dan balikkan cetakan.
4. Lakukan pemadatan dengan jumlah tumbukan yang sama dengan jumlah tumbukan
pertama.
5. Keluarkan benda uji dari cetakan dan letakkan pada permukaan yang rata dan biarkan
mendingin (biasanya satu malam) sampai benda uji siap diuji.
6. Pasang kembali leher cetakan
7. Lakukan pemadatan dengan jumlah tumbukan yang sesuai.
8. Lepaskan leher dan pelat dasar cetakan dan balikkan cetakan.
9. Lakukan pemadatan dengan jumlah tumbukan yang sama dengan jumlah tumbukan
pertama.
10. Keluarkan benda uji dari cetakan dan letakkan pada permukaan yang rata dan biarkan
mendingin (biasanya satu malam) sampai benda uji siap diuji.

- Contoh Penyajian Data


-

 PELAKSANAAN CAMPURAN BERASPAL PANAS

 HAL - HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SEBELUM MELAKUKAN

1. PRODUKSI CAMPURAN BERASPAL PANAS


2. PERIKSA KUALITAS AGREGAT, FILLER, DAN ASPAL
3. PANAS DAN PASTIKAN SUDAH MEMENUHI
4. PERSYARATAN SESUAI PEMERIKSAAN HASIL
5. LABORATORIUM
6. PASTIKAN MIX DESIGN ASPAL SUDAH SESUAI DENGAN
7. SPESIFIKASI
8. PERIKSA KUALITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS
9. DENGAN MARSHAL TEST
10. PASTIKAN KOMPONEN PERALATAN AMP SUDAH
11. LAYAK UNTUK PRODUKSI
 HAL - HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT MELAKUKAN PRODUKSI
o CAMPURAN BERASPAL PANAS
o SETELAH DILAKUKAN PENCAMPURAN, TUANGKAN CAMPURAN
o BERASPAL TERSEBUT KE DUMP TRUCK DENGAN HATI-HATI
o PERIKSA TEMPERATUR CAMPURAN DI ATAS DUMP TRUCK.
o SUHU DISARANKAN ANTARA 145 DERAJAT CELCIUS - 160
o DERAJAT CELCIUS
o LAKUKAN PENGAMBILAN CONTOH CAMPURAN UNTUK BAHAN
o PEMERIKSAAN DI LABORATORIUM. PEMERIKSAAN CAMPURAN
o MELIPUTI TES MARSHALL DAN EKSTRAKSI
o TUTUP ASPAL BETON DIATAS DUMP TRUCK DENGAN TERPAL
o AGAR SUHU CAMPURAN TETAP TERJAGA
 PENIMBANGAN TRUK BERMUATAN CAMPURAN
- KEAKURATAN TIMBANGAN HARUS
- DIPERIKSA SECARA PERIODIK.
- PEMERIKSAAN DAPAT DILAKUKAN DENGAN
- CARA MENIMBANG TRUK YANG DIMUATI
- SUATU BAHAN PADA TIMBANGAN YANG
- TERDAPAT DI LOKASI UPCA DAN KEMUDIAN
- MEMBANDINGKAN HASIL PENIMBANGAN
- TERSEBUT DENGAN HASIL PENIMBANGAN
- PADA TIMBANGAN LAIN YANG SUDAH
- BERSERTIFIKAT.
- SEBELUM DIGUNAKAN, TIMBANGAN HARUS
- DALAM POSISI SEIMBANG.
 PELAKSANAAN CAMPURAN BERASPAL DI LAPANGAN
1. MOBILISASI PERALATAN
PERALATAN YANG HARUS SUDAH SIAP BERADA DI LOKASI PEKERJAAN ADALAH :
a) DUMP TRUCK
b) TANDEM ROLLER
c) FINISHER
d) ASPHALT SPRAYER
e) PNEUMATIC TANDEM ROLLER
2. KEBUTUHAN PERSONIL

TENAGA KERJA YANG DIPERLUKAN UNTUK PENGHAMPARAN DI JALAN, MISALNYA


UNTUK PENGHAMPARAN SEKITAR 60 - 90 TON PER JAM DENGAN KETEBALAN RATA-
RATA 5 CM, DIPERLUKAN MINIMAL 7 ORANG, YAITU:

a) 1 - ORANG OPERATOR
b) 1 – ORANG PENGATUR SCREED
c) 1 – ORANG PENGATUR DUMP TRUCK
d) 2 – ORANG PENYINGKAP MATERIAL YANG TERSENDAT DI POJOKAN HOPPER DAN
DUMP TRUCK (SHOVELERS)
e) 2 – ORANG RAKER (PERATA) YANG MENJAGA AGAR MATERIAL DI BELAKANG FINISHER
TIDAK ADA YANG MENGGUMPAL

3. PEMERIKSAAN SEBELUM PENGHAMPARAN


HAL YANG PERLU DIPERSIAPKAN:
1. PERSIAPAN PERALATAN DAN PERSONIL
o KESELURUHAN PERALATAN SUDAH TERSEDIA SATU MINGGU SEBELUM
o PEKERJAAN DIMULAI DAN TELAH BERADA DI LAPANGAN DENGAN KONDISI BAIK
o BAHAN BAKAR MINYAK UNTUK PERALATAN DAN PEMELIHARAANNYA SELAMA
o PEKERJAAN SUDAH DIPERHITUNGKAN.
o KESIAPAN PERSONIL UNTUK MELAKSANAKAN PEKERJAAN.
o SELURUH PERALATAN MANUAL DAN RAMBU-RAMBU LALU-LINTAS LENGKAP
o DAN TERSEDIA
o TRANSPORTASI UNTUK CAMPURAN MATERIAL TERJAMIN SEHINGGA DAPAT
DIPASTIKAN BAHWA PEKERJAAN PENGGELARAN AKAN BERJALAN SECARA
LANCAR

2. PERSIAPAN PEKERJAAN LAPANGAN


o KESIAPAN PERMUKAAN JALAN YANG AKAN DIHAMPARKAN CAMPURAN
ASPAL
o PEMERIKSAAN KERATAAN PERMUKAAN DAN KEMIRINGAN MELINTANG
JALAN
o PENGENDALIAN ELEVASI HORIZONTAL DAN VERTIKAL DILAKUKAN DENGAN
MEMBUAT PATOK KETINGGIAN ATAU MENGGUNAKAN ALAT PENGHAMPAR
YANG MEMPUNYAI PENGATUR ELEVASI OTOMATISYANG MEMPUNYAI
PENGATUR ELEVASI OTOMATIS
3. PEKERJAAN PERSIAPAN PERMUKAAN
o PENGHAMPARAN DIATAS LAPIS PONDASI AGREGAT HARUS
MEMPERHATIKAN KESIAPAN PERMUKAAN SEPERTI KEPADATAN, KERATAAN,
TEKSTUR, KADAR AIR PERMUKAAN DAN LAINNYA.
o SEMENTARA UNTUK PENGHAMPARAN DI ATAS LAPISAN BERASPAL,
KERUSAKAN-KERUSAKAN YANG TERJADI SEPERTI RETAK, ALUR, DAN
LAINNYA HARUS DIPERBAIKI TERLEBIH DAHULU.
o SEBELUM PENGHAMPARAN HARUS DILAKUKAN PEMASANGAN LAPIS RESAP
PENGIKAT (PRIME COATS) ATAU LAPIS PEREKAT (TACK COATS) PADA
PERMUKAAN PERKERASAN YANG TELAH SIAP DENGAN KUALITAS DAN
KUANTITAS SEPERTI YANG DISYARATKAN.
4. PEKERJAAN PENGHAMPARAN DIATAS LAPIS PONDASI AGREGAT
o TEKSTUR PERMUKAAN LAPIS PONDASI AGREGAT SUDAH RELATIF BAIK.
BAGIAN-BAGIAN YANG MENGALAMI SEGREGASI DAN DEGRADASI HARUS
DIPERBAIKI.
o KETEBALAN DAN ELEVASI PERMUKAAN LAPIS PONDASI TELAH SESUAI
DENGAN RENCANA DAN KERATAAN PERMUKAAN LAPIS PONDASI
MEMENUHI TOLERANSI YANG DISYARATKAN, YANG DIUJI DENGAN ALAT
MISTAR DATAR 3 METER BAIK ARAH MELINTANG MAUPUN ARAH
MEMANJANG.
o KEPADATAN LAPIS PONDASI HARUS SESUAI PERSYARATAN, YANG DIUJI
DENGAN PENGUJIAN SAND CONE
o KADAR AIR LAPIS PONDASI AGREGAT DI BAWAH KADAR AIR OPTIMUM
(TIDAK BASAH ATAU BECEK). KONDISI BASAH AKAN MENYEBABKAN LAPIS
RESAP PENGIKAT TIDAK MENYERAP DENGAN BAIK KE LAPIS PONDASI
AGREGAT, YANG BERAKIBAT DAYA LEKATNYA MENJADI BERKURANG.
o PERMUKAAN BEBAS DARI KOTORAN SEPERTI TANAH LEMPUNG, DEBU,
PLASTIK , DAN LAIN-LAIN.
5. PEKERJAAN PEMADATAN CAMPURAN BERASPAL PANAS
TAHAPAN PEMADATAN CAMPURAN BERASPAL DILAKUKAN DALAM TIGA PROSES,
YAITU :
1. PEMADATAN AWAL (BREAKDOWN ROLLING)
2. PEMADATAN ANTARA (INTERMEDIATE ROLLING)
3. PEMADATAN AKHIR (FINISH ROLLING)

 JENIS -JENIS ASPHALT MIXING PLANT

1. Asphalt Mixing Plant/ AMP Jenis Takaran ( Batch Plant)

Merupakan jenis AMP Timbangan dimana komposisi bahan dalam campuran beraspal sudah
ditentukan berdasarkan berat masing- masing bahan. Proses pencampuran aspal pada AMP
jenis Takaran ini dimulai dengan penimbangan aggregat, bahan pengisi (filler) jika
diperlukan dan aspal sesuai dengan komposisi yang ditentukan berdasar Job Mix Formula
dan dicampur pada pugmill dalam waktu tertentu. Pengaturan bukaan pintu bin dingin
dilakukan untuk menyesuaikan gradasi fraksi agregat dengan rencana komposisi campuran
agar aliran fraksi aggregat dari bin dingin ke bin panas bisa berjalan lancar dan sesuai dengan
rencana komposisi campuran.

Asphalt mixing plant jenis Takaran mempunyai perbedaan di kelengkapan peralatan


dibanding AMP Jenis Drum Pencampur. AMP Jenis Takaran mempunyai saringan panas (hot
screen), bin panas (hot bin), timbangan (Weight hopper) dan pencampur (pugmill/mixer).
Sedangkan AMP jenis Drum pencampur tidak memiliki.

2. Asphalt Mixing Plant/ AMP Jenis Drum Pencampur (Drum Mix)

Merupakan jenis AMP dimana komposisi bahan dalam campuran ditentukan berdasarkan
berat masing- masing bahan yang diubah ke dalam satuan volume atau dalam aliran berat per
satuan waktu. AMP jenis pencampur drum, aggregat panas langsung dicampur dengan aspal
panas di dalam drum pemamas atau di dalam silo pencapur di luar drum pemanas.
Penggabungan aggregat dilakukan dengan cara mengatur bukaan pintu pada bin dingin dan
pemberian aspal ditentukan berdasarkan kecapatan pengaliran dari pompa aspal.

3. Asphalt Mixing Plant/ AMP Jenis Menerus (Continuous)

Merupakan jenis AMP yang jarang digunakan pada proyek- proyek jalan karena memiliki
beberapa kekurangan antara lain

 Gradasi aggregat kurang terjamin kesesuaiannya dengan rencana pada Job Mix
Formula. hal ini dikarenakan pengontrolan hanya bisa dilakukan dari bukaan
pintu bin dingin saja. Tidak ada pengontrol kedua seperti pada jenis AMP
Takaran.
 Pengaturan jumlah pasokan aggregat kurang teliti kalau hanya mengandalkan
pengaturan bukaan pintu bin dingin saja tanpa ada alat kontrol lain seperti
pengontrol kecepatan ban berjalan.
 Jumlah pasokan aspal yang diberikan saat pencampuran dengan agregat panas
sangat tergantung dari viskositas aspal. Jika terjadi penurunan temperatur aspal
maka akan menyebabkan jumlah aspal yang diberikan tidak sesuai dengan
kadar aspal optimum.
 Temperatur campuran aspal kadang terjadi penyimpangan.

Untuk keperluan produksi hotmix pada proyek jalan, biasanya digunakan AMP jenis
Takaran. Oleh karena itu kita akan fokus membahas lebih detail mengenai AMP Jenis
Takaran (Batch Plant).

Asphalt Mixing Plant rata- rata mempunyai kapasitas produksi maksimum 50 ton/ jam.
Khusus untuk jenis AMP Takaran, Semakin besar kapasitas batch maka produktivitas
semakin meningkat. Berikut ini bagian- bagian dari Asphalt Mixing Plant yang menjadi satu
kesatuan unit produksi hotmix.

1. Tempat Penyimpanan Aspal, berfungsi sebagai penyimpanan aspal. Sering


disebut dengan ketel. Aspal drum akan dimasukkan ke dalam ketel kemudian
dipanaskan sehingga aspal dalam drum akan mencair.
2. Cold Bin (Bin dingin), berfungsi sebagai penampungan material agregat dari
berbagai fraksi. Biasanya terdapat 4 bin atau bak penampungan sesuai dengan
jumlah fraksi. Masing- masing bin mempunyai pintu bukaan yang akan
mengatur komposisi material.
3. Hot Bin (Bin Panas), berfungsi sebagai penampungan agregat panas yang telah
lolos dari saringan panas. Agregat panas yang lolos saringan akan mengisi
tempat masing- masing sesuai dengan fraksinya.
4. Hopper (Corong tuang), berfungsi untuk menimbang berat agregat panas dari
hot bin. Hopper terletak di bawah hot bin dan di atas pugmill.
5. Cold Elevator (Elevator dingin), berfungsi untuk membawa agregat dingin dari
cold bin.
6. Hot Elevator (Elevator panas), berfungsi untuk membawa agregat panas yang
keluar dari silinder pengering atau dryer menuju saringan panas (hot screening)
untuk dipisah sesuai ukuran agregat masing- masing.
7. Silo, adalah silinder vertikal untuk menyimpan campuran aspal dari mier yang
tertutu rapat untuk menghindari terjadinya oksidasi yang dapat mengakibatkan
campuran menjadi keras.
8. Feeder (Pemasok), berfungsi untuk memasok agregat dari bin dingin menuju
alat pengering (dryer)
9. Filler Storage (Penampungan bahan pengisi), berfungsi untuk menyimpan
bahan pengisi (filler) sebelum diolah menjadi aspal hotmix.
10. Belt Conveyor, berfungsi untuk memasok agregat dari cold bin.
11. Pugmill (Pencampur), berfungsi sebagai tempat pencampuran semua material
agregat dan aspal dalam keadaan panas.
12. Burner (pengapian), berfungsi untuk memanaskan dan mengeringkan agregat
pada pengering maupun membakar aspal dalam tangki penyimpanan.
13. Air Lock Damper (Pengatur udara), berfungsi untuk mengatur udara saat
dilakukan pengapian (burner)
14. Timer (Pengatur waktu), berfungsi untuk mengatur lama pencampuran kering
dan basah campuran beraspal di dalam alat pencampur.
15. Drum Dryer (pengering), berfungsi sebagai pemanas dan pengering agregat.
Suhu agregat dapat mempengaruhi suhu campuran. Alat ini bergerak berputar
dan pada bagian dalamnya terdapat aliran gas yang berfungsi untuk
mengeringkan agregat. Drum diletakkan miring dengan bagian ujung bawah
terdapat pembakaran (burner) drum untuk pengering agregat.
16. Vibrator (penggetar), berfungsi sebagai alat penggetar yang diletakkan pada
pintu bukaan bin dingin dan saringan panas.
17. Dust Collector ( Pengumpul debu), tempat pengumpulan debu yang dihasilkan
dari proses pengeringan agregat.
18. Cold Bin Gate (Pintu bukaan bin dingin), berfungsi untuk mengeluarkan
agregat dari bin dingin.
19. Screen (saringan), berfungsi untuk mengelompokkan butiran agregat sesuai
dengan kelompok ukura (fraksi)
20. Hot Screen (Saringan Panas), berfungsi pada saat proses unit saringan agregat
panas.
21. Weight Bin (Bin penimbang), berfungsi sebagai tempat menampung sekaligus
menimbang agregat dari setiap fraksi agregat yang dibutuhkan untuk tiap kali
pencampuran atau batch sebelum dioperasikan bin penimbang harus
dipemeriksaan kelayakan oleh jawatan meteorologi yang dibuktikan dengan
sertifikat pemeriksaan kelayakan. Di bagian bawah bin terdapat pintu
pengeluaran yang bisa dibuka dan ditutup secara manual atau secara otomatis.
22. Thermostat, berfungsi untuk mengatur temperature suhu yang tidak
menggunakan air raksa.
23. Timbangan, berfungsi untuk menimbang agregat panas, aspal panas, dan filler.
24. Asphalt Control Unit, berfungsi untuk mengontrol pemasokan aspal menuju alat
pencampur (pugmill).

Asphalt Mixing Plant merupakan alat yang cukup vital dalam proyek jalan karena dapat
membantu mengejar produksi hotmix sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu
membutuhkan perawatan yang cukup baik. Perlu Teknisi yang bisa menguasai mesin- mesin
besar pada AMP.

 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PENGIKAT


- Lapis Resap Pengikat / Prime Coat
adalah aspal emulsi yang digunakan untuk mengikat Lapis Pondasi Atas (LPA) agregat kelas A
dengan hotmix AC-BC atau AC-Base. Dengan kata lain, sebelum dihampar hotmix, LPA harus
dihampar prime coat terlebih dahulu.
- Lapis Perekat / Tack Coat
adalah lapisan aspal cair yang berfungsi sebagai perekat antara aspal lama dengan aspal
baru. Lapis perekat ini terletak diatas permukaan aspal lama atau permukaan beton yang
kering.

- Fungsi Lapis perekat (prime coat)


 Menstabilkan surface dan merekatkan agregat
 Mengikat subbase dan lapisan bitumen yang tidak diolah
 Mencegah air hujan masuk ke dalam pondasi agregat
 Memperpanang umur layanan

- Fungsi Take coat


 Sebagai perekat antara lapisan lama dengan lapisan baru

 Lapisan Perkerasan Aspal


 Perbandingan Aspal Emulsi dengan Aspal Cutback RC/MC

- Aspal Emulsi

a. tidak perlu dipanaskan (langsung spraying)

b. lebih hemat karena lebih rata

c. tidak bleeding

d. waktu curing hanya maksimal 30 menit

e. daya lekat tinggi

f. mutu lebih stabil

- Aspal Cutback

a. harus dipanaskan supaya viskositas tercapai

b. boros, kadang ada spot-spot aspal

c. bisa bleeding

d. waktu curing hanya minimal 1x24 jam

e. daya lekat tinggi

f. mutu bisa menurun akibat pemanasan berulang


DAFTAR PUSTAKA

PPT CLASSROOM TEKNOLOGI ASPAL

https://www.scribd.com/presentation/494548834/KIMIA-ASPAL

https://ocw.upj.ac.id/files/Slide-CIV-313-pertemuan-10-perencanaan-campuran-beraspal.pdf

Anda mungkin juga menyukai