Jelaskan secara singkat perbedaan sistem klasifikasi AASHTO, sistem klasifikasi Unified dan SNI
terkait klasifikasi tentang tanah !
Dalam Klasifikasi AASHTO tanah berkerikil dan berpasir tidak dipisahkan dengan jelas
Dalam Klasifikasi USCS tanah berkerikil dan berpasir dipisahkan dengan jelas
Dalam klasifikasi SNI, mengklasifikasikan 4 tipe tanah, yaitu tanah keras, tanah sedang, tanah
lunak serta tanah khusus
2. Jelaskan secara sederhana CBR, baik CBR Laboratorium maupun CBR lapangan ditinjau dari segi
pengertian dan pelaksanaan !
CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan
tanah atau perkerasan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang
sama. Nilai CBR akan digunakan untuk menentukan tebal lapisan perkerasan.
CBR lapangan atau disebut juga CBR inplace atau field CBR. Alternatif alat yang dapat
digunakan untuk kondisi lapangan yang demikian adalah Penetrasi Kerucut Dinamis (Dynamic
Cone Penetrometer), yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan lapisan granular dan
tanah dasar dari perkerasan jalan secara tepat.
CBR titik atau disebut juga CBR laboratorium atau design CBR. CBR Laboratorium dibagi
menjadi dua yaitu pengujian basah (Soaked) dan pengujian kering (Unsoaked). Metode pengujian
CBR laboratorium mengikuti SK SNI 03-1744- 1989. Alat percobaan untuk menentukan besarnya
CBR berupa alat yang mempunyai piston dengan luas 3 inch. Piston digerakkan dengan kecepatan
0,05 inch/menit, vertikal ke bawah. Proving Ring digunakan untuk mengu
3. Dikarenakan kualitas material sangat penting untuk diperhatikan dalam proses perencanaan
bahan perkerasan jalan, baik dari segi tanah, agregat, semen dan aspal. Jelaskan standar dari
material tersebut agar dapat dikatakan layak !
Tanah: secara umum tanah dasar harus cukup kuat menahan beban konstruksi diatasnya, beban
lalu lintas yang Iewat, mudah untuk proses pengaliran air (dramase) serta mudah dipadatkan.
Sifat tanah dasar mempengaruhi ketahanan lapisan-lapisan diatasnya dan mutu jalan secara
keseluruhan.
Agregat: 1) Butirannya tajam, kuat dan keras
2) Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
3) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat
4) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %
5) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %
6) Agregat halus tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat melewati ayakan
0,060 mm) lebih dari 5 %. Apabila lebih dari 5 % maka pasir harus dicuci.
Semen: 1. Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
a SNI 15-2049-1994, Semen portland.
b “Spesifikasi semen blended hidrolis” ASTM C 595 , kecuali tipe S dan SA yang
tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.
c Spesifikasi semen hidrolis ekspansif ASTM C 845.
2. Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang
digunakan pada perancangan proporsi campuran
Aspal: Aspal untuk bahan lapis tipis aspal pasir (Latasir) dapat digunakan salah satu dari aspal
keras penetrasi 40 atau penetrasi 60, sesuai dengan persyaratan dalam RSNI S-01-2003,aspal
polimer, aspal dimodifikasi dengan aspal batu buton (Asbuton), atau aspal multigrade
9. Paparkan secara menyeluruh kandungan, kelebihan dan kekurangan dari aspal polymer elastomer
dan polymer plastomer !
Aspal polimer elastomer:
Kandungan: karet alam, getah asli, silikon, poliuretan, nesprene, dan lain-lainnya. SBS
(Styrene Butadine Styrene), SBR (Styrene Butadine Rubber), SIS (Styrene Isoprene
Styrene)
Kelebihan: 1. Untuk permukaan yang bergesekan tinggi atau tidak licin
2. Melindungi daripada kakisan dan lelasan
3. Isolator elektrik
4. Isolator kejutan dan getaran
11. Jelaskan pengertian dan fungsi serta kandungan dari Zeolit pada perkerasan aspal ! dan Jelaskan
pengertian dan keunggulan dari asbuton !
Zeolit adalah: Zeolit adalah kerangka silikat yang memiliki ruang -ruang kosong
Fungsi zeloit: dapat mengurangi suhu pencampuran, penghampaan dan pemadatan campuran
beraspal tanpa mempengaruhi workability dan kualitas
Kandungan zeolite: Zeolit terdiri dari 3 komponen yaitu kation yang dapat dipertukarkan,
kerangka alumina silikat dan kandungan air.
Asbuton adalah: aspal alam yang ada di pulau Buton (Indonesia)
Keunggulan asbuton: menaikkan nilai stabilitas Marshall, stabilitas dinamis dan modulus resilien
serta menurunkan deformasi permanent.
12. Jelaskan secara detail : - Asbuton Campuran Panas - Asbuton Campuran Hangat - Asbuton
Campuran Dingin
Asbuton campuran panas: ada 3 jenis asbuton camouran panas
1. Campuran beraspal panas dari aspal minyak dengan bahan tambah atau bahan substitusi
asbuton BGA (sesuai spesifikasi khusus Asbuton campuran panas Bina Marga 2006). Prinsip
penggunanaannya adalah campuran beraspal panas minyak pen 60/70 ditingkatkan
kualitasnya serta dikurangi jumlah penggunaan aspal minyak dengan menambahkan BGA
2. Asbuton campuran panas dengan bahan pengikat asbuton BGA yang diremajakan (sesuai “Pd
T-07-2004-B Asbuton Campuran Panas”). Keunggulan dari asbuton jenis ini adalah dapat
menggunakan bahan peremaja berupa minyak berat yang relative lebih murah atau bahkan
limbah.
3. Campuran beraspal panas Asbuton Lawele berupa campuran beraspal panas aspal minyak
pen 60 dengan substitusi Asbuton Lawele. Substitusi relative tinggi yaitu di atas 50% dari
kebutuhan bahan pengikat aspal, sedangkan sisanya tetap dari aspal minyak pen 60.
Asbuton Campuran Hangat: Campuran beraspal hangat adalah campuran yang dengan berbagai
cara dilakukan pencampuran dengan suhu 30 oC dibawah pencampuran beraspal panas. Tujuan
utamanya adalah mengurangi emisi gas CO2
14. Jelaskan proses pembuatan campuran aspal melalui Asphalt Mixing Plant (AMP) secara berurutan
dan detail !
1) Langkah pertama mengambil agregat yang sudah di pisahkan menurut ukuran yang telah
ditentukan sebelum diproses ke alat AMP. Kemudian agregat tersebut dibawa ke bin dingin
(cold bins) dengan Wheel Loader
2) Agregat yang sudah berada di bin dingin yang disesuaikan dengan fraksi-fraksinya kemudian
dikeluarkan melalui pintu pengeluaran agregat yang dipasang dibawah dari bagian bin dingin.
Pintu bukaan disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan
3) Agregat yang telah dikeluarkan pintu pengeluaran diteruskan pada sistem pemasok agregat
dingin (cold elevator) menuju ke drum pengering
4) Dari bin dingin agregat dibawa melalui (cold elevator) dinaikkan ke dalam pengering (dryer)
untuk dipanaskan dan dikeringkan pada temperatur yang diinginkan.
5) Setelah agregat dipanaskan dan dikeringkan dalam dryer, agregat diayak pada unit ayakan
panas (hot screening unit). Proses ini bertujuan untuk menyaring dan memisahkan dalam
beberapa ukuran yang selanjutnya akan dikirim ke bin panas.regat yang sudah disaring pada
unit ayakan panas kemudian berada pada ruangan bin panas (hot bin) yang fraksi-fraksinya
akan mengisi dengan sendirinya.
6) Sebelum melakukan proses pencampuran (pugmill) agregat tersebut ditimbang dengan
timbangan agregat (aggregate weight hopper) yang terletak dibawah (hot bin). Proses
pencampuran (pugmill) dilakukan setelah aspal, agregat dan bahan pengisi (bila perlu)
dimasukan ke dalam pencampur (pugmill). Aspal untuk pencampuran disimpan didalam bak
penampung, agar memperoleh tingkat keenceran yang cukup saat melakukan penyemprotan
dilakukan
7) Pada saat proses AMP berjalan merupakan komponen yang selalu harus ada untuk menjaga
kebersihan udara dan lingkungan dari debu-debu halus yang ditimbulkan saat proses
berlangsung adalah pengumpul debu (dust collector).
15. Sebutkan dan Jelaskan secara sederhana jenis-jenis pengujian pada aspal !
1. PENGUJIAN PENETRASI ASPAL: Tujuan metode ini adalah menyeragamkan cara pengujian
untuk pengendalian mutu bahan dalam pelaksanaan pembangunan.
2. Pengujian Titik Lembek: untuk menemukan angka titik lembek aspal dan ater yang berkisar
30oC sampai 200oC dengan cara ring and ball.
3. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar: Tujuan metode ini adalah mendapatkan besaran cara
titik nyala dan titik bakar bahan aspal dengan clevenland open cup.
4. Pengujian Berat jenis: Tujuan metode ini adalah untuk menentukan berat jenis aspal padat
5. Pengujian Duktilitas: Untuk memgetahui tingkat elasitas aspal
6. Pengujian Viscositas Aspal: Standar ini menetapkan cara uji viskositas saybolt furol aspal
secara empiris padatemperatur yang ditentukan antara 120oC sampai dengan 240oC dan
untuk mengetahui tingkat viskositas aspal
7. Kelakatan Aspal Pada Agregat: Standar ini menetapkan cara untuk menguji ketahanan
penyelimutan film aspal pada permukaan suatu agregat.
16. Sebutkan dan Jelaskan secara sederhana jenis-jenis pengujian pada agregat !
1. Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar Dan Halus: Untuk memperoleh distribusi besaran
atau jumlah persentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar
2. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar dan halus: Tujuan pengujian ini untuk
memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kpermukaan jenis dan berat jenis semu serta
besarnya angka penyerapan.
3. Pengujian Keausan: Maksud pengujian ini sebagai pegangan dalam menentukan persentase
tingkat ketahanan agregat terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angels
4. Kelekatan Agergat terhadap Aspal: Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan
dalam pelaksanaan pengujian kelekatan agregat terhadap aspal
5. Pengujian Agregat Halus Setara dgn Cara Setara Pasir: Pengujian setara pasir adalah suatu
metode pengujian agregat halus atau pasir lolos saringan nomor 4 (4,76 mm), menggunakan
suatu alat uji cara setara pasir dan larutan kerja tertentu
6. Pengujian Kekekalan Agregat dengan Perendaman Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium
Sulfat: Cara uji ini mencakup tata cara pengujian untuk menentukan kekekalan agregat dari
proses disintegrasi oleh larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat jenuh.
7. Pengujian Butir Agregar Kasar Berbentuk Lonjong dan Pipih: Standar ini menetapkan kaidah
dan tata cara penentuan persentase dari butiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, atau
pipih dan lonjong
17. Jelaskan secara sederhana dan sebutkan jenis – jenis yang berkaitan dengan fly ash!
Abu terbang (fly ash) merupakan sisa dari hasil pembakaran batu bara
pada pembangkit listrik. Abu terbang mempunyai titik lebur sekitar 1300 °C dan
mempunyai kerapatan massa (densitas), antara 2.0 – 2.5 g/cm3
1.Abu terbang tipe C
Abu terbang tipe C merupakan abu terbang yang mengandung CaO di atas 10%
yang dihasilkan dari pembakaran lignit atau sub-bituminus batubara (batubara
muda).
2.Abu terbang tipe F
Abu terbang tipe F merupakan abu terbang yang mengandung CaO lebih kecil dari
10% yang dihasilkan dari pembakaran antrasit atau bituminus batubara.
A. Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi
perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur dan bleding. Kebutuhan akan stabilitas
sebanding dengan fungsi jalan dan beban lalu lintas yang melayani volume lalu lintas tinggi.
Sebaliknya perkerasan jalan yang diperuntuhkan untuk melayani lalu lintas kendaraan ringan
tentu tidak perlu mempunyai stabilitas yang tinggi.
1. Gesekan internal yang dapat berasal dari kekerasan permukaan dari butir agregat,luas bidang
kontak antar butir atau bentuk butir, gradasi agregat, kepadatan campuran dan tebal film aspal.
Stabilitas terbentuk dari kondisi gesekan internal yang terjadi antara butir-butir agregat, saling
mengunci dan mengisinya butir - butir agregat dan masing-masing butir saling terikat akibat
gesekan antara butir dan adanya aspal. Kepadatan campuran menentukan pula tekanan kontak
dan nilai stabilitas campuaran, pemilihan agregat bergradasi baik atau rapat akan memperkecil
rongga antara agregat, sehinga aspal yang dapat di tambahkan dalam campuran menjadi sedikit.
Hal ini berakibat film aspal menjadi tipis. Kadar aspal yang optimal akan memberikan nilai
stabilitas yang maksimum.
2. Kohesi adalah gaya ikat aspal yang berasal dari daya lekatnya, sehingpu memelihara tegangan
kontak antara butir agregat. Daya kohesi trutama ditentukan oleh penetrasi aspal, perubahan
viskositas akibat emperatur, tingkat pembebanan, komposisi kimiawi aspal, efek dari waktu an
umur aspal. Sifat rheologi aspal menentukan kepekaan aspal untuk engeras dan rapuh, yang akan
mengurangi daya kohesinya.
Keawetan atau durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima eban lalu lintas seperti
berat kendaraan dan gesekan antar roda kendaraandan permuakaan jalan serta menahan
keausan akibat pengaruh cuaca daniklim, seperti udara, air atau perubahan temperatur.
Durabilitas beton aspal
dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori dalamcampuran, kepadatan
dan kedap airnya campuran. Selimut aspal yang tebalakan membungkus agregat secara baik,
beton aspal akan lebih kedap air,sehingga kemampuannya menahan keausan semakin baik.
Tetapi semakintebal selimut aspal maka semakin terjadi bleeding yang mengakibatkan
jalansemakin licin. Semakin besar pori yang tersisa semakin tidak kedap air dansemakin banyak
udara di dalam beton aspal, yang menyebabkan semakinmudahnya selimut aspal beroksidasi
dengan udara dan menjadi getas, dan
durabilitasnya menurun.
Kedap air (impermeabilitas) adalah kemampuan beton aspal untuk tidakdimasuki air
ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan udara dapatmengakibatkan percepatan
proses penuaan aspal, dan pengelupasan film /selimut aspal dari permukaan agregat. Jumlah pori
yang tersisa setelah beton
PENGUJIAN DCP :
a) Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan diuji;
b) Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di atas dasar yang rata dan stabil,
kemudian catat pembacaan awal pada mistar pengukur kedalaman;
c) Mencatat jumlah tumbukan;
1) Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga menyentuh
batas pegangan;
2) Lepaskan penumbuk sehingga jatuh bebas dan tertahan pada landasan;
3) Lakukan langkah-langkah pada 6.c).1) dan 6.c).2) di atas, catat jumlah tumbukan
dan kedalaman pada formulir 1-DCP, sesuai ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
(a) untuk lapis fondasi bawah atau tanah dasar yang terdiri dari bahan yang tidak
keras maka pembacaan kedalaman sudah cukup untuk setiap 1 tumbukan atau 2
tumbukan;
(b) untuk lapis fondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup keras, maka
harus dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5 tumbukan sampai dengan
10 tumbukan.
d) Pengujian per titik, dilakukan minimum duplo (dua kali) dengan jarak 20 cm dari titik uji satu ke
titik uji lainnya. Langkah-langkah setelah pengujian;
27. Jelaskan Perbedaan Job Mix Design dan Job Mix Formula !
Perbedaan Job Mix Design dan Job Mix Formula adalah JMD adalah proses awal rumus hasil
rancangan laboratorium yang digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya rencana
campuran itu digunakan, sedangkan JMF adalah pengaplikasian hasil dari Rumus JMD.
29. Jelaskan Perbedaan antara VIM, VMA dan VFA pada pengujian Marshall !
1. Void in The Mix (VIM), merupakan persentase rongga yang terdapat dalam total campuran,
Nilai VIM berpengaruh terhadap keawetan lapis perkerasan, semakin tinggi nilai VIM
menunjukkan semakin besar rongga dalam campuran sehingga campuran bersifat porous.
2. Void in Mineral Agreggate (VMA), adalah ruang rongga diantara partikel agregat pada suatu
perkerasan, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif (tidak termasuk volume aspal yang
diserap agregat). VMA digunakan sebagai ruang untuk menampung aspal dan volume rongga
udara
yang diperlukan dalam campuran beraspal panas. Besarnya nilai VMA dipengaruhi oleh kadar
aspal, gradasi bahan susun, jumlah tumbukan dan temperatur pemadatan.
3. Void Filled With Bitumen (VFB), merupakan persentase rongga terisi aspal pada campuran
setelah mengalami proses pemadatan, yaitu jumlah dan temperatur pemadatan, gradasi agregat
dan kadar aspal. Nilai VFB berpengaruh pada sifat kekedapan campuran terhadap air dan udara
serta sifat elastisitas campuran. Dengan kata lain VFB menentukan stabilitas, fleksibilitas dan
durabilitas.
30. Jelaskan hubungan Kadar Aspal terhadap VIM, VMA, VFA, Flow, Stability, dan MQ !
Flow merupakan indikator kelenturan campuran beraspal panas dalam menahan beban
lalu lintas. Nilai flow menyatakan besarnya deformasi bahan susun benda uji, campuran yang
mempunyai angka flow rendah dengan stabilitas tinggi akan cenderung menghasilkan campuran
beraspal panas yang kaku dan
getas, sehingga akan mudah retak apabila terkena beban lalu lintas yang tinggi dan berat.
Sebaliknya apabila campuran beraspal panas mempunyai flow terlalu tinggi maka akan bersifat
plastis sehingga mudah berubah bentuk ( deformasi plastis) akibat beban lalu lintas yang tinggi
dan berat.
Peningkatan jumlah pemadatan akan mempengaruhi nilai kerapatan dan volume rongga
yang ada dalam campuran aspal padat, semakin besar jumlah pemadatan maka akan diperoleh
nilai kerapatan campuran aspal padat semakin tinggi. Semakin tingginya nilai kerapatan maka
volume rongga diantara mineral
agregat ( VMA ) dan volume rongga di dalam campuran aspal padat ( VIM ) yang tersisa
dipaksa menjadi semakin kecil, berarti campuran menjadi lebih mampat. Dengan mengecilkan
VMA dan VIM mengakibatkan volume rongga diantara agregat yang terisi aspal ( VFA ) semakin
naik.
Nilai VIM yang rendah berarti rongga pada campuran relatif kecil, mengakibatkan
stabilitas dan MQ mengalami penurunan Sebaliknya untuk nilai VIM yang tinggi, diatas 6 % akan
menyebabkan campuran kurang kedap air dan udara sehingga campuran beraspal panas tersebut
kurang awet dan mudah retak
( crack ).
31. Jelaskan proses secara detail, lengkap dengan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan
campuran perkerasan melalui AMP!
Peralatan produksi campuran beraspal panas (AMP) ada 2 (dua) tipe yaitu : - Tipe takaran atau
tipe Batch - Tipe drum/menerus atau tipe continues Pada tipe Batch, pencampuran bahan-
bahannya terjadi tiap kali membuat Batch atau campuran dan dilaksanakan didalam komponen
mixer atau pugmill. Sedang pada tipe drum (menerus), maka proses pencampurannya terjadi
terus menerus dan dilaksanakan didalam drum dryer atau didalam pugmill. Pada proses
pencampuran didalam drum dryer biasa di sebut tipe drum mix.
a. Bagian atau komponen Peralatan Produksi AMP tipe Batch adalah sebagai berikut
1. Bin dingin (Cold bin)
2. Pintu Bin dingin
3. Elevator dingin (Cold Elevator)
4. Pengering
5. Pengumpul debu
6. Cerobong asap
7. Elevator panas (Hot elevator)
8. Unit ayakan
9. Bin panas (Hot Bin)
10. Bak penimbang/alat-alat timbangan (dial) 1
11. Bak Pencampur (Mixer atau Pugmill)
12. Penampung filler
13. Tangki oli pemanas aspal
14. Timbangan aspal
15. Pembangkit tenaga (Gen Set)
b. Bagian atau komponen Peralatan Produksi AMP tipe Drum/menerus adalah sebagai berikut
1. Bin Pendingin (Cold Bin)
2. Ban Berjalan (Belt Conveyor), terdiri dari :
i. Conveyor penampung
ii. Conveyor pengumpul
iii. Conveyot pengantar
3. Drum Pengering, sekaligus sebagai drum pencampur (mixer
4. Conveyor pengantar atau bucket elevator campuran beraspal panas.
5. Silo penampung/pemasok campuran beraspal panas
6. Pemasok bahan pengisi/filler
7. Tangki persediaan aspal dan pompa aspal
8. Elevator panas/hot elevator
9. Penampung/pengumpul debu/dust collector.
10.Tangki bahan bakar
11.Pembangkit tenaga (Gen Set)
12.Pengontrol operasi
c. Agregat panas dalam hot elevator akan dibawa naik keatas memakai
mangkok-mangkok (bucket) kecil yang dipasang sepanjang rantai yang
berputar naik keatas didalam hot elevator agregat dalam mangkuk-
mangkuk kecil tersebut setelah sampai diatas ditumpahkan keatas
saringan panas bergetar untuk dipilah- pilah kembali sesuai dengan
ukuran butirannya semula. Masing- masing agregat yang lolosa saringan
masing-masing akan jatuh masuk kedalam ruangannya masing-masing
(Compartment) didalam hot bin. Hot bin umumnya mempunyai 4
(empat) ruang terpisah (Compartment).
Proses pencampuran terjadi didalam drum dryer di bagian ujung keluar aspal
panas disemprotkan melalui pipa aspal yang masuk menjorok kedalam drum
dryer. Disemprotkan ditempat agregat yang sedang dipanaskan dibagian ujung
dryer. Campuran beraspal panas yang sudah jadi akan keluar tumpah dari dryer
dan dilanjutkan oleh belt conveyor atau levator bucket untuk dibawa dan
dimasukan kedalam silo penampung campuran beraspal panas. Dari silo
dimuatkan keatas dump truck. Lama waktu pencampuran pada AMP tipe drum
mix ini bias mencapai 60 detik.
32. Jelaskan proses secara detail, lengkap dengan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan
campuran perkerasan melalui Batching Plant !
Bagian-Bagian Batching Plant :
a) Bin : yaitu tempat pengumpulan material kasar dan halus yang berasal dari pengumpulan di
base camp dengan bantuan wheel loader untuk diangkat ke storage bin
b) Storage Bin : ialah tempat pemisah agregat, terdapat 4 macam yaitu Agregat kasar, menengah
, pasir dan glide ash.
c) Cement Silo : tempat menyimpan semen agar tetap keringdan terjaga kualitasnya
d) Timbangan : timbangan ini dibagi 3 yatu untuk menimbang agregat, semen dan air.
e) Belt conveyor : ialah ban berjalan yg berfungsi untuk menarik agregat ke atas dari bin ke storage
bin
f) Dosage Pump : yaitu tempat untuk penambah zat admixture seperti retarder.
g) Tempat Penampung air : yaitu bak untuk mensuplai kebutuhan air dalam
proses pencampuran
35. Jelaskan jenis-jenis kerusakan jalan dan bentuk penanggulangan dari jenis-jenis kerusakan
tersebut !
. Retak lelah dan deformasi pada semua lapisan perkerasan aspal
Jenis kerusakan jalan aspal yang berupa retak lelah dan deformasi di hampir semua lapisan jalan
ini terutama bisa ditemui di jalan-jalan antar provinsi. Penyebabnya tak lain banyaknya kendaraan
berat yang lalu lalang seperti bus dan truk. Beban kendaraan yang berat mengakibatkan di setiap
lapisan perkerasan terjadi regangan dan tegangan. Beban kendaraan yang terus melintas pada
akhirnya membuat munculnya retak lelah serta deformasi.
Karena itu sebaiknya begitu terjadi retak lelah dan deformasi, perbaikan harus segera dilakukan
dengan penambalan-penambalan.
- Retak
Ada berbagai jenis retak yang bisa terjadi pada jalan perkerasan aspal, antara lain retak kulit
buaya, retak pinggir, retak sambungan bahu, retak refleksi, retak susut, dan retak slip. Salah satu
faktor terbesar penyebab retak tersebut adalah buruknya sistem drainase jalan.
Karena itu, solusinya tak cukup hanya dengan menambal retakan-retakan yang ada. Sistem
drainase perlu dibangun sehingga jenis kerusakan yang sama tidak terjadi lagi.
- Sistem drainase yang baik untuk perkerasan jalan aspal harus bisa membuang atau mengalirkan
air dengan cepat ke saluran drainase buatan ataupun ke sungai. Sistem drainase ini juga harus
mampu membuang air hujan atau air dari sumber-sumber lainnya dan mengendalikan air bawah
tanah yang bisa menyebabkan erosi atau kelongsoran. Sistem drainase yang sudah dibangun
harus benar-benar terawat dan berfungsi.
Sistem drainase perlu dibersihkan secara berkala dari sampah dan rumput agar tetap bisa
mengalirkan air dengan lancar.
- Distorsi
Distorsi atau perubahan bentuk pada perkerasan jalan aspal bisa terjadi dikarenakan tanah dasar
yang lemah dan pemadatan yang kurang optimal di lapisan pondasi. Distorsi yang terjadi pada
jalan aspal bisa berupa amblas, jembul, keriting dan alur.
Distorsi pada jalan perkerasan aspal sebaiknya diperbaiki dengan menggaruk kembali, dipadatkan
kembali, lalu dilakukan penambahan lapisan permukaan baru.
- Kegemukan
Kerusakan kegemukan yang dimaksudkan berupa permukaan jalan aspal yang menjadi licin.
Kerusakan ini terjadi saat temperatur naik sehingga aspal menjadi lunak dan jejak roda kendaraan
akan membekas pada permukaan lapisan jalan. Kerusakan yang disebut kegemukan ini biasanya
terjadi pada jalan aspal yang menggunakan kadar aspal tinggi pada campuran aspal atau
dikarenakan pemakaian aspal yang terlalu banyak pada tahapan prime coat.
Kerusakan jenis ini biasanya dapat diatasi dengan menghamparkan atau menaburkan agregat
panas yan kemudian dipadatkan. Atau bisa juga dilakukan pengangkatan lapisan aspal dan lantas
diberi lapisan penutup.
- Lubang-lubang
Kerusakan jalan aspal berupa lubang-lubang dapat terjadi ketika retakan-retakan dibiarkan tanpa
perbaikan sehingga akhirnya air meresap dan membuat rapuh lapisan-lapisan jalan. Lubang-
lubang yang awalnya kecil ini bisa berkembang menjadi lubang-lubang berukuran besar yang
dapat membahayakan pengguna jalan.
Lubang-lubang pada jalan aspal tersebut bisa diperbaiki dengan membersihkan lubang-lubang
terlebih dahulu dari air serta dari material-material yang lepas. Setelah itu bongkar lapisan
permukaan dan pondasi sedalam mungkin agar bisa mencapai lapisan yang paling kokoh. Barulah
kemudian tambahkan lapisan pengikat atau tack coat. Lantas isi dengan campuran aspal dengan
cermat. Padatkan lapisan campuran aspal tersebut dan haluskan permukaannya sehingga sama
rata dengan permukaan jalan lainnya.
- Pengausan
Kerusakan pengausan ditandai dengan permukaan jalan aspal yang menjadi licin. Kerusakan ini
sepertinya terlihat sepele, padahal kenyataannya kerusakan ini bisa membahayakan pengguna
jalan. Kendaraan yang melintas menjadi lebih mudah
Kerusakan semacam ini bisa diatasi dengan menutup area permukaan jalan aspal yang rusak
dengan buras, latasir atau latasbun.
- Stripping
Kerusakan stripping atau pengelupasan lapisan permukaan dapat terjadi dikarenakan kurangnya
ikatan antara lapisan bawah jalan dan lapisan permukaan, atau lapisan permukaan yang
terlampau tipis. Untuk kerusakan seperti ini
langkah perbaikan yang bisa dilakukan bukanlah dengan penambalan melainkan bagian yang
rusak terlebih dahulu harus digaruk, kemudian diratakan. Barulah setelah itu dilapisi dengan
buras.