TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Agregat
batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya, baik berupa hasil alam maupun hasil
buatan. Berdasarkan besar ukuran ayakan agregat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
Agregat halus adalah agregat yang lolos ayakan No.8 atau 2,38 mm. Agregat halus
dapat berupa pasir, batu pecah atau kombinasi dari keduanya. Agregat halus adalah
material yang pada prinsipnya lewat saringan 2.36 mm dan tertahan pada saringan 0,075
mm atau saringan no. 200. Fungsi utama agregat halus adalah mendukung stabilitas dan
mengurangi deformasi permanen dari campuran melalui ikatan ( interlocking) dan gesekan
antar partikel. Berkenaan dengan halini, sifat-sifat khas yang diperlukan dari agregat
adalah sudut permukaan, kekasaran permukaan, bersih dan bukan bahan organik.
Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada ayakan No.8 atau 2,38 mm,
menurut saringan ASTM. Fraksi agregat kasar untuk keperluan pengujian harus terdiri atas
batu pecah atau kerikil pecah dan harus disediakan dalam ukuran-ukuran normal. Agregat
kasar ini menjadikan perkerasan lebih stabil dan mempunyai skid resistance (tahanan
terhadap selip) yang tinggi sehingga lebih menjamin keamanan berkendara. Agregat kasar
yang mempunyai bentuk butiran (particle shape) yang bulat memudahkan proses
5
6
sulit dipadatkan tetapi mempunyai stabilitas yang tinggi. Agregat kasar harus
course, untuk itu nilai Los Angeles Abrasion Test harus dipenuhi serta memenuhi
1. Keausan yang diperiksa dengan mesin Los Angeles pada 500 putaran dengan 12
3. Jumlah berat butiran terhadap saringan no.4 yang mempunyai paling sedikit dua
maksimum 25%.
Menurut Suprapto fungsi filler dalam campuran adalah untuk memodifikasi agregat
halus sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk
mengisi rongga aspal akan berkurang. (Simanjuntak dan Muiz : 2010 : 4).
Menurut Berry (dalam Mashuri, 2006) kandungan arang tempurung kelapa terdiri
dari karbon non polar yang besarnya 91% seperti yang terdapat pada aspal.
menjelaskan hasil pengujian sifat fisik arang tempurung kelapa yang digunakan
Tabel 2.1. Hasil uji komposisi berat jenis serbuk arang tempurung kelapa.
Alur pembuatan serbuk arang tempurung kelapa dapat digambarkan sebagai berikut
Arang Tempurung
Kelapa
Gilingan / Tumbuk
Ayakan
Lapis Aspal Beton adalah lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan yang
mempunyai nilai struktural yang pertama kali dikembangkan di Amerika oleh The Asphalt
Institute dengan nama Asphalt Concrete (AC). Menurut Bina Marga Departemen
Pekerjaan Umum, campuran ini terdiri atas agregat bergradasi menerus dengan aspal
8
keras, dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan jenis aspal yang akan digunakan. Sedangkan
yang dimaksud gradasi menerus adalah komposisi yang menunjukkan pembagian butir
yang merata mulai dari ukuran yang terbesar sampai dengan ukuran yang terkecil. Beton
aspal dengan campuran bergradasi menerus memiliki komposisi yang terdiri dari agregat
kasar, agregat halus, mineral pengisi (filler) dan aspal (bitumen) sebagai pengikat. Ciri
lainnya mempunyai sedikit rongga dalam struktur agregatnya, saling mengunci satu
dengan yang lainnya, oleh karena itu beton aspal memiliki sifat stabilitas tinggi dan relative
kaku.
Lapisan Aspal Beton (Asphalt Concrete) dapat dibagi kedalam 3 macam campuran sesuai
lapis yang mengalami kontak langsung dengan beban dan lingkungan sekitar, maka
diperlukan perencanaan dari beton aspal AC-WC yang sesuai dengan spesifikasi
sehingga lapis ini bersifat kedap air, tahan terhadap cuaca, dan mempunyai
stabilitas yang tinggi. Laston sebagai lapis permukaan antara ( Asphalt Concrete-
b) lapis ini lebih kaya aspal (sekitar 5-6%) dibanding dengan lapis di bawahnya
f) diusahakan agar kedap air untuk mempersulit air permukaan yang tembus lewat
retak-retak atau lubang-lubang permukaan yang tidak segera ditambal, hingga air
Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah lapisan aus
(Wearing Course) dan diatas lapisan pondasi (Base Course). Lapisan ini tidak
berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan kekakuan
yang cukup untuk mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu lintas yang akan
diteruskan ke lapisan bawahnya yaitu Base dan Sub Grade (Tanah Dasar). Karakteristik
Laston sebagai lapis pondasi (Asphalt Concrete – Base Course , AC – Base) adalah
beton aspal yang berfungsi sebagai pondasi atas ( base course). Aspal di sini sebagai
pelicin pada waktu pemadatan (biasanya sekitar 4-5%), sehingga pemadatan mudah
tercapai. Lapisan ini tidak perlu terlalu kedap air. Fungsi lapis pondasi adalah untuk
merupakan permukaan perkerasan yang biasa dipergunakan akhir – akhir ini. Material
aspal dipergunakan untuk semua perkerasan jalan raya dan merupakan salah satu bagian
dari lapisan beton aspal jalan raya kelas satu hingga dibawahnya.
2.3.1. Aspal
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang
bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup
10
pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat
menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan
masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang
disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut material berbituminous. Umumnya
aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga disebut aspal keras. Tingkat
pengontrolan yang dilakukan pada tahap proses penyulingan akan menghasilkan aspal
dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk pemakaian yang khusus pula, seperti
untuk pembuatan campuran beraspal, pelindung atap dan penggunaan khusus lainnya.
1. Jenis Aspal
Menurut asal terjadinya, aspal dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Aspal Alam
b. Aspal Buatan
Aspal buatan adalah aspal yang dibuat dengan cara memproses residu hasil
a) Aspal keras adalah aspal yang dalam penggunaannya dipanaskan lebih dulu
hingga menjadi cair sampai suhu tertentu, dan berbentuk padat pada suhu
penetrasi rendah digunakan di daerah yang bercuaca panas atau volume lalu
b) Aspal cair (cutback asphalt) adalah penggabungan semen aspal dengan minyak
yang mudah menguap, yang diperoleh dari destilasi tahap pertama dalam
produksi aspal. Aspal cair dapat dapat digunakan baik sebagai bahan pengikat
pada campuran beraspal maupun sebagai resap pengikat (prime coat) atau lapis
c) Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi.
Namun kadang-kadang, emulsi dapat pula berisi bahan tambah lain seperti
a. Sebagai bahan pengikatan antara agregat maupun antara aspal itu sendiri.
b. Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antara butir–butir agregat dan pori-pori
Aspal harus mempunyai kinerja, kekuatan, dan keawetan yang memadai sebagai
bahan untuk campuran perkerasan. Karena itu, pemilihan macam aspal harus
2. Adhesi dan kohesi. Adhesi, yaitu kemampuan aspal dalam mengikat agregat
aspal untuk tetap mempertahankan ikatan aspal dengan aspal yang melekat pada
3. Kepekaan terhadap temperatur, karena aspal bersifat termoplastik, yaitu aspal akan
menjadi keras atau kental pada temperatur rendah dan melunak atau meleleh
4. Pengerasan dan penuaan, penuaan aspal adalah suatau parameter yang baik
oleh dua faktor utama, yaitu penguapan fraksi minyak ringan yang terkandung
dalam aspal dan oksidasi (penuaan jangka pendek) dan oksidasi yang progresif
permanen dan kemampuan untuk menyebarkan beban yang diterima, tetapi dilain
pihak akan menyebabkan campuran menjadi lebih getas sehingga akan cepat retak
yang lebih tahan retak dan deformasi. Oleh karena itu, aspal juga mulai dikembangkan
kerusakan pada permukaan aspal beton yang langsung menjadi lubang-lubang besar,
sehingga biaya pemeliharaan naik dengan cepat disebabkan karena panas matahari di
daerah tropis mempercepat proses penuaan aspal sehingga menjadi getas dan mudah
13
retak. Aspal pen 60/70 dimaksudkan bahwa aspal tersebut memiliki penetrasi 60-70, serta
termasuk aspal dengan penetrasi rendah.Di Indonesia aspal penetrasi 60/70 digunakan
pada jalan dengan kondisi umum untuk segala jenis konstruksi beton aspal seperti AC,
HRS, ATB, SMA, Burtu, Burda, Macadam dan sebagainya dengan cara pelaksanaan
yang sudah dikenal, dan untuk aspal pen 60/70 memiliki spesifikasi sepertiterterapada
Sumber : Spesifikasi Bina Marga 2010 R2 Divisi 6 Perkerasan Aspal Tabel 6.3.2.(5)
Laston
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi
Sifat –Sifat Campuran
Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar
Kadar aspal efektif( % ) Min 5,1 4,3 4,3 4,0 4,0 3,5
Penyerapan aspal Maks 1,2
14
Laston
metode Marshall, dengan metode ini kita dapat menentukan jumlah pemakaian aspal yang
tepat sehingga dapat menghasilkan komposisi yang baik antara agregat dan aspal sesuai
dengan persyaratan teknik perkerasan jalan yang ditentukan. Fungsi dari lapis antara
adalah mengurangi tegangan pada lapis perkerasan dan menahan beban maksimum
lalulintas.
15
Lapis Aus
Tanah Dasar
yang akan digunakan untuk pembuatan benda uji adalah campuran aspal panas AC
Untuk menghitung berat jenis gabungan agregat dalam campuran digunakan rumus
16
Agregat total terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus dan bahan
pengisi/filler yang masing-masing mempunyai berat jenis yang berbeda, baik berat
jenis kering (bulk spesific gravity) dan berat jenis semu (apparent grafity). Setelah
didapatkan Kedua macam berat jenis pada masing-masing agregat pada pengujian
material agregat maka berat jenis dari total agregat tersebut dapat dihitung dalam
persamaan berikut :
P 1+ P 2+ P3+ …+ Pn
Gsbtot agregat = P1 + P 2 + P 3 + … Pn ….......………..………….(2.1)
Gsb 1 Gsb 2 Gsb 3 Gsbn
Keterangan:
Gsb1, Gsb2..Gsbn : Berat jenis kering dari masing-masing agregat 1,2,3..n, (gr/cc)
P 1+ P 2+ P3+ …+ Pn
Gsbtot agregat = P1 + P 2 + P 3 + … Pn ….......………..………….(2.2)
Gsb 1 Gsb 2 Gsb 3 Gsbn
Keterangan:
Gsa1, Gsa2,Gsan: Berat jenis semu dari masing-masing agregat 1,2,3..n, (gr/cc)
17
Keterangan:
5. Penyerapan Aspal
Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat total, tidak
sebagai berikut:
Gse −Gsb
Pba=100 G ..........................……………….…(2.4)
G se x Gsb b
Keterangan:
2.4. Aspal
hitam pekat atau coklat tua, dengan unsure utama bitumen. Bitumen terutama
mengandung sengawa hidrokarbon. Aspal adalah material yang pada temperature ruang
18
berbentuk pampat sampai agak pampat, dan akan bersifat termoplastis. Jadi aspal akan
mencair jika dilakukan pemanasan sampai pada temperature tertentu, dan akan kembali
membek uji katemperaturnya turun, bersama dengan agregat, aspal merupakan material
berkisar antara 4-10 % berdasarkan berat campuran, atau 10-15 % berdasarkan volume
campuran. Aspal minyak yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan merupakan
proses dari destilasi minyak bumi, sering disebut aspal semen. Aspal semen bersifat
mengikat agregat pada campuran aspal beton dan memberikan lapisan kedap air, serta
tahan terhadap pengaruh asam, basa, dan garam. Totomihardjo, S (2004) ada beberapa
Aspal yang digunakan harus memiliki kuat tarik dan adhesi yang cukup, sifat ini
sangat diperlukan agar suatu lapis perkerasan yang dibuat akan tahan terhadap :
1. Retak/cracking,
2. Pengulitan/stripping,
3. Goyah/ravelling.
Sifat ini diperlukan agar aspal tetap memiliki tahanan terhadap perubahan cuaca,
misalnya konsistensi tidak banyak berubah akibat cuaca, dapat memenuhi kebutuhan
Sulaksono, S (2001) aspal adalah sejenis mineral yang umumnya digunakan untuk
(hydrocarbon) yang komplek, yang dapat diperoleh langsung dari alamat audengan prose
tertentu. Umumnya aspal terbagi atas bentuk cair, semipampat dan pampat pada
suhuruang (25C). Penggunaan aspal sebagai material perkerasan cukup luas, mulai dari
lapis permukaan, lapis fondasi, lapisaus, maupun lapis penutup. Aspal dibedakan menjadi
Swiss, dan Amerika Latin. Menurut sifat kekerasannya aspal alam dapat dibagi menjadi
Jenis aspal ini dibuat dari minyak bumi sehingga dikenal sebagai aspal minyak,
selain itu aspal ini harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan sehingga sering
juga disebut sebagai aspal panas. Bahan baku minyak bumi yang baik untuk pembuatan
aspal adalah minyak bumi yang banyak mengandung parafin. Untuk bahan aspal paraffin
kurang disukai karena akan mengakibatkan aspal bersifat getas, mudah terbakar dan
memiliki daya lekat yang buruk dengan agregat. Minyak bumi dapat digolongkan kedalam
parafin base crude oil, asphaltene ataunaphteen base crude oil danmixed-base crude oil.
Parafin base srude oil adalah minyak bumi yang berkadar paraffin tinggi, naphteen base
crude oil adalah minyak bumi dengan kadar paraffin rendah dan mixed-base crude oil
merupakan campuran dari keduanya. Asphaltene base crude oil mengandung banyak
gugus anaromat dan siklis sehingga kadar aspalnya tinggi sedangkan kadar parafinnya
20
rendah. Minyak bumi tersebut kemudian disuling untuk memisahkan bagian-bagian yang
mudah menguap dari bagian-bagian yang sukar menguap. Residu atau sisa dari destilasi
ini disuling sekali lagi pada suhu yang sama akan tetapi pada tekanan rendah (hampa
udara) dan akan menghasilkan fraksi-fraksi seperti gas, oil, minyak pelumas, sebagai sisa
Aspal cair adalah aspal keras yang diencerkan dengan 10-20% kerosin, whitespirit
atau gas oil untuk mencapai viskositas tertentu dan memenuhi fraksi destilasi tertentu.
Viskositas ini dibutuhkan agar aspal tersebut dapat menutupi agregat dalam waktu yang
singkat dan akan meningkat terus sampai pekerjaan pemadatan dapat dilaksanakan.
Aspalemulsi adalah aspal yang lebih cair dari pada aspal cair dan mempunyai sifat
dapat menembus pori-pori halus dalam batuan yang tidak dapat dilalui oleh aspal cair
biasa karena sifat pelarut yang membawa aspal dalam emulsi mempunyai daya tarik
terhadap batuan yang lebih baik dari pada pelarut dalam aspal cair, terutama apabila
2.4.5. Tar
Tar adalah sejenis cairan yang diperoleh dari material organis seperti kayu atau
batu bara melalui proses pemijaran atau destilas idengan suhu tinggi tanpa zatasam.
Departemen pekerjaan Umum pada Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston)
untuk Jalan Raya, SKBI-2.4.26.1987, aspal dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Aspal keras adalah suatu jenis aspal minyak yang merupakan residuhasildes tilasi
minyak bumi pada keadaan hampa udara, yang pada suhu normal dan tekanan
21
2. Aspal cair adalah aspal minyak yang pada suhu normal dan tekanan atmosfir
berbentuk cair, terdiri dari aspal keras yang diencerkan dengan bahan pelarut.
3. Aspal emulsi adalah suatu jenis aspal yang terdiri dari aspal keras, air, dan bahan
pengemulsi, dimana pada suhu normal dan tekanan atmosfir berbentuk cair.
yang digunakan dalam keadaan cair dan panas, aspal ini berbentuk padat pada
beberapa jenis tergantung dari proses pembuatan dan jenis minyak bumi asalnya.
(lalulintas volume tinggi) sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk
daerah bercuaca dingin dengan lalulintas bervolume rendah. Di Indonesia pada umumnya
Kriteria pengujian marshall adalah kriteria yang paling umum digunakan dalam
di rumuskan oleh Bruce Marshall yang kemudian dikembangkan oleh U.S Corps of
pengujian marshall hal-hal yang perlu diperhatikan berupa stabilitas, kelelehan plastis
(flow), marshall quotient, rongga udara dalam campuran ( voids in mix/VIM), rongga antara
mineral agregat (voids in the mineral agregate/VMA), dan rongga terisi aspal ( voids filled
with aspalt/VFA).
Rongga udara dalam campuran aspal yang dipadatkan adalah volume udara
terhadap volume bulkcampuran yang di padatkan. Nilai VIM dihitung dengan rumus :
diantara partikel agregat dalam campuran aspal yang dipadatkan, termasuk rongga udara
dan kandungan aspal efektif, dinyatakan sebagai persen dari volume total. Jika komposisi
campuran ditentukan sebagai persen berat dari campuran total, maka VMA dihitung
dengan persamaan :
Rongga terisi aspal merupakan persentase rongga antar agregat partikel (VMA)
yang terisi aspal. VFA, tidak termasuk yang terserap agregat, dan dihitung dengan
persamaan :
2.5.4. Stabilitas
jarum dial. Untuk nilai stabilitas, nilai yang ditunjukkan pada jarum dial perlu dikonversikan
terhadap alat marshall. Selain itu pada umumnya alat marshall yang digunakan bersatuan
lbf (pound force), sehingga harus disesuaikan satunya terhadap satuan kilogram.
Selanjutnya nilai tersebut juga harus disesuaikan dengan angka kolerasi terhadap
akibat beban lalulintas. Stabilitas dapat diperoleh melalui tahanan friksi antar agregat,
agregat yang saling mengunci (interlocking), dan daya kohesi dari aspal. Untuk
menyebabkan penurunan kinerja campuran lainnya. Stabilitas terjadi dari hasil gesekan
antar butir, penguncian antar partikel dan daya ikat yang baik dari aspal. Pengukuran nilai
stabilitas pada uji marshall yang dilakukan pada benda uji harus mempunyai tebal standar
2,5 in (63,5 mm), apabila diperoleh tinggi benda uji tidak standar maka perlu dilakukan
S = q x c x k x 0,454.......................................................................................(2.8)
25
Keterangan :
2.5.5. Flow
(Laston) untuk Jalan raya, SKBI-2.4.26.1987 flow adalah besarnya perubahan bentuk
plastis suatu benda uji campuran beraspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas
vertikal sampel yang terjadi mulai saat awal pembebanan sampai pada kondisi kestabilan
mulai menurun. Nilai flow dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kadar dan viskositas
aspal, suhu, gradasi, dan jumlah pemadatan. Nilai flow yang terlalu tinggi mengindikasikan
campuran yang bersifat plastis dan lebih mampu mengikuti deformasi akibat beban,
sedangkan flow yang terlalu rendah mengisyaratkan campuran tersebut memiliki rongga
tak terisi aspal yang lebih tinggi dari kondisi normal, atau kandungan aspal yang terlalu
Bustaman (2000) Marshall Quotient merupakan hasil bagi dari stabilitas terhadap
kelelehan yang digunakan untuk pendekatan terhadap tingkat kekakuan atau fleksibilitas
campuran. Nilai Marshall Quotient yang tinggi menunjukkan nilai kekakuan lapis keras
26
yang tinggi. Lapis keras yang mempunyai nilai Marshall Quotient terlalu tinggi akan mudah
terjadi retak retak akibat beban lalulintas yang berulang-ulang. Sebaliknya nilai Marshal
lQuotient yang terlalu rendah menunjukkan campuran terlalu fleksibel (plastis) yang
mengakibatkan lapis kerasakan mudah berubah bentuk bila menahan beban lalulintas.
Hasil bagi marshall/ Marshall Quotient (MQ) merupakan hasil pembagian dari
stabilitas dengan kelelehan atau MQ adalah angka yang menyatakan tingkat kelenturan
(flexibility) suatu campuran. Sifat marshall tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
MS
MQ = ..........................................................................................................(2.9)
MF
Keterangan :
Penggunaan abu batu kapur dan abu tempurung kelapa dapat digunakan sebagai
filler pada campuran aspal beton AC-BC menunjukan bahwa, pada variasi 100:0 dimana
nilai density, VMA, VITM, flow dan MQ telah sesuai spesifikasi, sedangkan untuk nilai
VFWA dan stabilitas cenderung tinggi yang menyebabkan campuran menjadi kaku dan
dapat menyebabkan perkerasan mudah mengalami cracking. Pada variasi 0:100 dimana
nilai density, VMA, VITM, stabilitas dan MQ telah sesuai spesifikasi, sedangkan untuk nilai
VFWA dan flow cenderung tinggi yang dapat menyebabkan mengalami bleeding. Pada
variasi 25:75 dimana seluruh nilai karakteristik Marshall telah sesuai spesifikasi yang
27
disyaratkan dan menunjukan pada variasi ini campuran baik untuk digunakan. Pada variasi
50:50 dimana nilai density, VMA, VITM, stabilitas dan MQ telah sesuai spesifikasi,
sedangkan untuk nilai VFWA dan flow cenderung tinggi yang dapat menyebabkan
campuran menjadi plastis. Pada variasi 75:25 dimana nilai density, VMA, VITM, VFWA,
stabilitas dan MQ telah sesuai spesifikasi, sedangkan untuk nilai flow sangat tinggi yang
dapat menyebabkan campuran menjadi plastis dan terjadinya bleeding. Penggunaan abu
batu kapur dan abu tempurung kelapa dapat digunakan sebagai filler pada campuran
aspal beton AC-BC, variasi optimum didapatkan pada variasi filler 25% abu batu kapur dan
75% abu tempurung kelapa, dimana nilai stabilitas didapatkan sebesar 1516,36 Kg nilai
tersebut telah memenuhi spesifikasi yang disyaratkan yaitu minimal 800 Kg. Selanjutnya
untuk flow didapatkan nilai sebesar 3,910 cm dan telah memenuhi syarat antara 2 – 4 cm.
Untuk seluruh karakteristik Marshall lainnya menunjukan bahwa, pada variasi 25:75
menunjukan seluruh nilai karakteristik Marshall telah memenuhi Spesifikasi Bina Marga
Hasil Penelitan yang telah dilakukkan di Laboratorium Bahan Jalan ITN Malang,
Concrete – Wearning Course (AC-WC) dengan menggunakan bahan tambah serbuk arang
batok kelapa dan filler abu batu, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
terhadap kinerja beton aspal. Penambahan serbuk arang batok kelapa yang
arang batok kelapa pada kadar bahan tambah adalah 1038.12kg, nilai stabilitas
28
yang tertinggi. Presentase bahan tambah serbuk arang batok kelapa terhadap berat
b. Penggunaan arang batok kelapa memberi pengaruh yang jelek terhadap kinerja
beton aspal. presentase bahan tambah serbuk arang batok kelapa terhadap berat
total campuran yang meningkatkan kinerja beton aspal adalah 0.61% - 2.44% =
c. Uji statistik hipotesis Fhitung > Ftabel menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
nyata, Stabilitas 24.696 > 2.66 (Ha diterima dan Ho ditolak), Flow 3.463 > 2.255 (Ha
diterima dan Ho ditolak), VIM 3.624 > 2.305 (Ha diterima dan Ho ditolak), VMA
3.682 > 2.305 (Ha diterima dan Ho ditolak), MQ 8.551 > 2.278 (Ha diterima dan Ho
3. Isnanda (2018)
fluktuatif, sedangkan nilai flow dan VFA semakin menurun. Nilai density dan VMA
c. Semakin besar plastik PS dalam campuran AC-WC, semakin meningkat nilai MQ.
a. Stabilitas
29
Stabilitas yang mengunakan filler abu terbang batu bara cenderung mengalami
kenaikan sampai pada batas optmum kemudian mengalami penurunan. Stabilitas tertingi
tercapai kadar aspal 6% dengan kadar filler optimum 4%. Sedangkan campuran yang
menggunakan filler arang tempurung kelapa tidak terjadi peningkatan nilai stabilitas masih
setara dengan nilai stabilitas normal tanpa bahan tambah dengan stabilitas tertinggi
b. Fleksibilitas
bahwa nilainya cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya kadar filler arang
tempurung kelapa dan abu terbang batu bara kedalam campuran beton aspal.Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa campuran yang menggunakan arang tempurung kelapa akan
semakin kaku dikarnakan arang tempurung kelapa mengandung unsur karbon dengan
berat jenis yang lebih ringan dari berat jenis aspal pada umumnya , karena melebihi dari
hasil normal nilai MQ. Namun campuran yang menggunakan fly ash batu bara nilai MQ
nya masih setara dengan hasil normal jadi campuran tidak menjadi kaku.
c. Durabilitas
meningkat seiring meningkatnya kadar filler abu terbang batu bara yang digunakan
berturut 2%, 4%, 6%, 1957, 15%, 1987, 96%, 1964, 27%. Untuk rentang kadar filler 4%
abu terbang batu bara meningkatkan nilai durabilitas, yang mengidikasikan adanya
ketahanan campuran terhadap pengaruh cuaca dan beban lalulintas atau nilai keawetan
yang cukup baik. Namun untuk filler arang tempurung kelapa tidak terjadi peningkatan nilai
kaku dan getas karena arang tempurung kelapa mengandung hidrokarbon sehingga
kurang maksimal terhadap pengaruh cuaca dan beban lalulintas. Dari ketiga fariasi kadar
filler abu terbang batu bara dan arang tempurung kelapa yang digunakan , kadar filler 4%
untuk abu terbang batu bara dan 4% untuk arang tempurung kelapa menjadi kadar filler
yang optimum / ideal sbagai bahan pengisi dalam campuran beton aspal dengan kadar