Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Campuran Aspal Panas (Hot Mix)

Campuran aspal panas (Hot mix) adalah jenis perkerasan jalan yang

terdiri dari campuran agregat, dengan atau tanpa bahan tambahan. Material-

material pembentuk beton aspal dicampur di instalasi pencampur pada suhu

tertentu, kemudian diangkut ke lokasi, dihamparkan, dan dipadatkan. Suhu

pencampuran ditentukan berdasarkan jenis aspal apa yang akan digunakan

(Sukirman, 2003). Dalam pencampuran aspal harus dipanaskan untuk

memperoleh tingkat kecairan (viskositas) yang tinggi agar dapat

mendapatkan mutu campuran yang baik dan kemudahan dalam

pelaksanaan. Pemilihan jenis aspal yang akan digunakan ditentukan atas

dasar iklim, kepadatan lalu lintas dan jenis konstruksi yang akan digunakan.

Salah satu produk campuran beton aspal yang kini banyak digunakan

oleh Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah adalah Asphalt

Concrete Binder Course (AC-BC) / Lapis Antara Aspal Beton. AC-BC adalah

salah satu dari tiga macam campuran lapis aspal beton yaitu AC-Base, AC-

BC, dan AC-WC. Ketiga jenis Asphalt Concrete tersebut merupakan konsep

spesifikasi campuran beraspal yang telah disempurnakan oleh Bina Marga

bersama-sama dengan Pusat Litbang Jalan. Dalam perencanaan spesifikasi


baru tersebut menggunakan pendekatan kepadatan mutlak. Penggunaan AC-

BC yaitu untuk lapis Antara (Binder Course) dalam perkerasan dan

mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis Asphalt

Concrete lainnya. Terdapat tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki

oleh beton aspal adalah stabilitas, keawetan, kelenturan atau fleksibilitas,

ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance), kekesatan permukaan

atau ketahanan geser, kedap air dan kemudahan pelaksanaan (workability).

Di bawah ini adalah penjelasan dari ketujuh karakteristik tersebut

(Sukirman,2003) :

1) Stabilitas

Stabilitas yaitu kekuatan dari campuran aspal untuk menahan

deformasi akibat beban tetap dan berulang tanpa mengalami keruntuhan

(plastic flow). Jalan dengan volume lalu lintas tinggi dan sebagian besar

merupakan kendaraan berat menuntut stabilitas yang lebih besar

dibandingkan dengan jalan yang volume lalu lintasnya hanya terdiri dari

kendaraan penumpang saja. Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar

butir, penguncian antar partikel dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal.

Dengan demikian stabilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan

mengusahakan pengunnan antaralain: agregat bergradasi baik, rapat, dan

mempunyai rongga antar butiran agregat (VMA) yang kecil. Namun VMA
yang kecil maka pemakaian aspal yang banyak akan menyebabkan

terjadinya bleeding karena aspal tidak dapat menyelimuti agregat dengan

baik.

2) Durabilitas

Durabilitas yaitu ketahanan campuran aspal terhadap pengaruh cuaca,

air, perubahan suhu, maupun keausan akibat gesekan roda kendaraan.

Durabilitas beton aspal dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal,

banyaknya pori dalam campuran, kepadatan dan kedap airnya campuran.

Besarnya pori yang tersisa dalam campuran setelah pemadatan,

mengakibatkan durabilitas beton aspal menurun. Semakin besar pori yang

tersisa semakin tidak kedap air dan semakin banyak udara didaalam

beton aspal, yang menyebabkan semakin mudahnya selimut aspal

beroksidasi dengaan udara dan menjaadi getas, dan durabilitasnyaa

menurun. Untuk mencapai ketahanan yang tinggi diperlukan rongga

dalam campuran (VIM) yang kecil, sebab dengan demikian udara tidak

(atau sedikit) masuk kedalam campuran yang dapat menyebabkan

menjadi rapuh. Selain itu diperlukan juga VMA yang besar, sehingga

aspal dapat menyelimuti agregat lebih baik.

3) Fleksibilitas (Kelenturan)

Fleksibilitas (Kelenturan) yaitu kemampuan lapisan untuk dapat

mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa
mengalami retak (fatigue cracking) ataupun penurunan akibat berat

sendiri tanah timbunan yang dibuat di atas tanah asli. Untuk mencapai

kelenturan yang tinggi diperlukan VMA yang besar, VIMyang kecil, dan

pemakaian aspal dengan penetrasi tinggi ataupun dengan

mempergunakan agregat bergradasi terbuka.

4) Kekesatan (Skid Resistence)

yaitu kemampuan perkerasan aspal memberikan permukaan yang

cukup kesat sehingga kendaraan yang melaluinya tidak mengalami slip,

baik diwaktu jalan basah maupun kering. Faktor-faktor untuk

mendapatkan kekesatan jalan sama dengan untuk mendapatkan stabilitas

yang tinggi, yaitu kekasaran permukaan dari butir-butir agregat, luas

bidang kontak antar butir atau bentuk butir, gradasi agregat, kepadatan

campuran, dan tebal film aspal. Ukuran maksimum butir agregat ikut

menentukan kekesatan permukaan. Untuk mencapai kekesatan yang

tinggi perlu pemakaian kadar aspal yang tepat sehingga tidak

terjadibleeding, dan penggunaan agregat kasar yang cukup.

5) Kedap Air (Impremeabilitas)

Kedap Air (Impremeabilitas) yaitu kemampuan beton aspal untuk tidak

dimasuki air ataupun udara kedalam lapisan beton aspal. Air dan udara

dapat mengakibatkan percepatan proses penuaan aspal, dan

pengelupasan film/ selimut aspal dari permukaan agregat. Jumlah pori

yang tersisa setelah bbeton aspal dipadatkan daat menjadi indikator


kekedapan air campuran. Tingkat impremeabilitas beeton aspal

berbanding teerbalik dengan tingkat durabilitasnya.

6) Ketahanan Leleh (Fatigue Resistence)

Ketahanan Leleh (Fatigue Resistence) yaitu kemampuan aspal beton

untuk mengalami beban berulang tanpa terjadi kelelahan berupa retak

atau kerusakan alur (rutting).

7) Workabilitas

Workabilitas yaitu kemudahan campuran aspal untuk diolah. Faktor

yang mempengaruhi workabilitas antara lain gradasi agregat, dimana

agregat yang bergradasi baik lebih mudah dikerjakan, dan kandungan

filler, dimana filler yang banyak akan mempersulit pelaksanaan.

Ketujuh sifat campuran beton aspal ini tidak mungkin dapat dipenuhi

keseluruhannya oleh satu jenis campuran. Sifat-sifat dari ketujuh beton aspal

ini mana yang ingin lebih dominan lebih diinginkan, dan akan menetukan

jenis beton aspal yang dipilih. Hal ini harus diperhatikan ketika merancang

tebal perekrasan jalan, karena harus menyesuaikan dengan jenis jalan yang

akan direncanakan.
2.2 struktur jalan

Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan

perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas, sebagai berikut (Suprapto,

2004) :

1. Lapisan permukaan (surface course)

2. Lapisan pondasi atas (base course)

3. Lapisan pondasi bawah (subbase course)

4. Lapisan tanah dasar (subgrade)

Karena sifat penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh

masing-masing lapisan berbeda dan semakin kebawah semakin kecil.

Lapisan permukaan harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang

bekerja. Lapis pondasi atas menerima gaya vertikal dan getaran, sedangkan

tanah dasar dianggap hanya menerima gaya vertikal saja.

2.2.1 Lapisan permukaan (surface course)

Lapisan perkerasan permukaan jalan memiliki fungsi yaitu material

perkerasan yang menahan beban kendaraan, dengan lapisan kedap air yang

melindungin lapisan dibawahnya dari resapan air dan merupakan

lapisanaaus (wearing course) ialah yang langsung menerima gesekannakibat


remmkendaraan sehingga muda menjadi aus. Pada umumnya material yang

digunakan pada lapisan permukaan yaitu campuran aspal dan agregat

dengan kriteria standar tertentu. Aspal digunakan sebagaibbahan pengikat

agregat agar lapisannbersifat kedap air.

Berbagai lapis permukaan yang pada umumnya dipergunakan diIndonesia

yaitu:

a. Susunan yang bersifat nonstruktur, memiliki fungsi sebagai lapisan kedap

air dan lapisan aus meliputi:

 Burtu yaitu laburan aspal satu lapis, maksimum ketebalan 2 cm juga

sebagai lapisan penutup.

 Burda yaitu tingkatan aspal dua tingkat, dimana dalam tahap

pengerjaannya dilakukan dua kali secara berurutan dan merupakan

lapisan penutup dengan tebal maksimal 3,5 cm.

 Latasir yaitu lapis tipis aspal pasir, dimana tebal pemadatan lapisan

penutup maksimum 1-2 cm dan mempunyai dua lapisan yaitu lapisan

aspalddan pasir alam berjenis menerus yang digabung, dihamparkan

dan dipres dengan temperatur tertentu.

 Buras yaitu laburan aspal, dimana lapisannaspal bertaburan pasir

dengannukuran maksimum butir 9,6 mm dan merupkan lapisan

penutup.
 Latasbum yaitu lapis tipis asbuton murni, digunakan sebagai lapis

paling atas dengan ketebalan maksimum 1 cm memilik kombinas

asbuton dan material pelunak yang mempunyai takaran tertentu yang

dikombinasikan dalam keadaan dingin.

 Lataston yaitu lapisan tipis aspal beton, dimana sebagai lapisan

penutup yang memiliki ketebalan 2,5-3 cm yang memiliki kombinasi

agregat bergradasi tidak sejajar, filler, dan aspalkkeras dengan

kombinasi tertentu.

b. Lapisan bersifat struktur, yang memiliki fungsi sebagai lapisan penahan

dan menyebarkan beban roda meliputi:

 Laston (lapis aspal beton) lapisanppada pembangunan jalan yang

terbuat dari agregat bergradasi menerus dan campuran aspal, yang

dikombinasikan, dihamparkan danddipadatkan pada temperatur panas

 Campuran emulsi bergradasi pada (CEBR) dan campuran emulsi

bergradasi terbuka (CEBT).

 Lapen (penetrasi macadam), lapisan perkuatan yang terbuat dari

agregat utama dan agregat perekat berjenis seragam dan bahan

pengikatnya aspal dengan caraadisemprotkan pada bagianddiatasnya

dan dipres lapisan demi lapisan yang mempunyai tebalan maksimal 4-

10 cm.
 Lasbutag, lapisan konstruksi jalan yang terdiri dari kombinasi agregat

asbuton dan material pelunak yang dihamparkan dan pemadatan pada

kondisi suhu lingkungan dengan ketebalan pemadatan pada setiap

lapisan antara 3-5 cm.

2.2.2 Lapisan pondasi atas (base course)

Lapisan pondasi atas yang dibuat diatas lapisan pondasibbawah

memiliki fungsi yaitu sebagai perletakan terhadap lapisan permukaan,

merupakan perkerasan yang berfungsi menahan beban kendaraan, dan

sebagai penerus limpahanngaya lalu lintas ke lapisan pondasi bawah.

Berbagai jenis bahanaalam yang digunakan sebagai lapisan pondasi atas

seperti kerikil, satabilitas tanah dan batu pecah dengan semen. Secara

umum dapat berupa:

a. Penggunaan materian agregat sebagai pondasi atas

b. Penggunaan pondasi telford sebagai pondasi atas

c. Penggunaan stabilisasi materian sebagai pondasi atas

d. Penggunaan bahan ATB (asphalt treated base) lapisan aspal beton

atas sebagai pondasi atas


2.2.3 Lapisan pondasi bawah (subbase course)

Lapisan yang terdapat diatara lapisan tanahddasar serta

lapisanppondasi atas yang memiliki fungsi sebagai tahapan dari

perkerasannyang menyalurkan beban diaaatasnya dan meyebarkan

tegangan ke lapisan tanah dasar adalah lapisan pondasibbawah.

Beberapa jenis lapisan pondasi bawah yang sering digunakan yaitu sebagai

berikut:

a. Penggunaan batuh pecah dangan balas pasir

b. Menggunakan tanah pasir

c. Menggunakan agregat

d. Memakai sirtu yang berisi sedikit tanah

e. Mengunakan stabilisasi tanah

f. Mengunakan bahan ATSB (asphalt treated sub-base) yang disebut

lapisan aspal beton pondasibbawah

2.2.4 Lapisan tanah dasar (subgrade)

Tanah dasar yang digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan harus

mempertimbangkan beberapa sifat seperti daya dukung tanah, kestabilan

tanah, plastisitas dari tanah, kemampuaan tanah dalam meloloskan air,

kemudahan untuk dipadatkan dan lain sebagainya. Karena tidak semua jenis
tanah bisa dipakai untuk tanahddasar sebagai penunjang badan jalanssecara

baik dalam konstruksi perkerasan jalan. Pemilihan jenis tanah yang

digunakannsebagai tanah dasar harus melakukan penelitian. Karena tanah

dasar yang digunakan akan menentulan tebal lapisan perkerasan di atasnya.

2.3 Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan ialah perkerasan yangbterletak di antara lapisan

permukaan tanah dengan rodadkendaraan. Dimana bahan perkerasannjalan

terdiri dari tanah, agregat dan aspal. Tanah yang dipakai pada material jalan

baik sebagai tanah dasar atau sebagai bahan lapisan lainnya pada

strukurperkerasan jalan, memiliki persyaratan utama yaitu harus cukup kuat

dalam meneruskan dan mendukung beban volume lalu lintas. Untuk

menentukan mutu dari tanah yaitu dengan mengetahui klasifikasi dari tanah

tersebut. Selain itu juga jenis konstruksi perkersan jalan menurut Sukirman

(1999), dapat dibedakan menjadi:

2.3.1 Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Lapisan struktur perkerasannjalannlentur yang dibuat secarabberlapis yang

terdiri dari lapisan permukaan yaitu lapisan perkerasan serta lapisan aus.

Lapisan di bawah lapisan permukaan yaitu lapisan pondasi yang terbagi

menjadi lapisan untuk pondasiaatas (base course) dan untuk pondasibbawah

(subbase course). Lapisan pondasi berada tepat di atas tanah dasar ataupun
tanah timbunan yang telah dipadatkann(subgrade). Lapisan yang berada di

atas tanahddasar, secara bersamaan menahan bebannlalu lintas. Tebal

lapisan struktur perkerasan jalan dibuat dengan sedemikian rupa tergantung

pada daya dukunggtanah dasar dalammmenahan beban lalu lintas

2.3.2 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Digunakannya pelat beton diatas lapisan agregat, diatas pelat beton

tersebut dapat dilapisi aspal agregat atau aspal pasir yang tipis atau tidak

ada lapisan sama sekali. Bagian dari perkerasan kaku terdiri dari : tanah

dasar (subgrade), lapisan pondasi bawah (sub-base), lapisan beton B-0

(blinding concrete/beton lantai kerja), lapisan pelat beton (concrete slab),

dan lapisan aspal agregat/aspal pasir yang bisa ada bisa tidak. (Didik

Purwadi, 2008).
Gambar 2.3 lapisan perkerasan jalan kaku

2.3.3 Perkersan komposit (composite pavement)

Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), yaitu

perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat

berupa perkerasan lentur di atas perkerasan kaku, atau perkerasan

kaku di atas perkerasan lentur.

Gambar 2.4 Komponen perkerasan komposit

(Sumber : http//google.gambar.perkerasan komposit.co.id)


2.4 Aspal

Aspal ialah bahan perekat dan memiliki unsur utama bitumen, yang

berwarna hitam. Aspal dapat diperoleh di alam atau residu dari

penggilangan minyak bumi. Aspal akan mencair apabila dipanaskan,

dannkembalimmembeku jika suhuuturun. Beberapa sifat aspal antara lain

yaitu:

1. Sifat mekanis pada aspal yaitu hubunganaantara tegangan (stress) dan

regangan (strain) yangddipengaruhi oleh waktu. Jika mengalami

pembebanan dalam waktu yang sangat cepat maka aspal akan bersifat

elastis sedangkan pembebanan dalam waktu yang lambat maka aspal

bersifat elastis.

2. Aspal merupakan bahannyang Thermoplastis, yaitu konsistensinyaaatau

viskositasnya akanbberubah sesuai perubahan temperature yang terjadi.

Jika temperature aspal tinggimmaka viskositasnya akannsemakin rendah

dan sebaliknya.

3. Sifat Thixotropy pada aspal yaitu bila dibiarkan tanpammengalami

tegangannregangan akan mengakibatkan aspalmmenjadi mengeras

sesuaiddengan berjalannya waktu.


2.5 fungsi aspal

Fungsi utama aspal yang dicampur dengan agregat aspal yaitu

sebagai bahan pengikat yang memiliki sifat visco-elastis dengan tingkat

viskositas yang tinggi dan berfungsi sebagai pelumas pada saat

penghamparan dan mudah untuk dipadatkan.

Aspal sebagai bahan pengikat untuk perkerasan lentur pada jalan

memiliki beberapa jenis. Pada umumnya jenis aspal terdiri dari:

2.5.1 Aspal alam

Aspal alam yaitu aspal yang langsung berasalddari alam

tanpaamelewati tahapan prosesppengolahan. Aspalaalam dapat berasal dari

batuanppegunungan (rock asphalt) danddanau (lake asphalt). Aspal alam

dapat ditemukan di negara Trinida dan Indonesia. Aspal alam yang ada di

Indonesia terdapat di pulau Buton yang berasal dari aspalggunung yang

dikenal dengannnama Asbuton (aspal batu buton).

2.5.2 Aspal minyak

Aspal minyak atau aspal buatan yaitu aspal yang merupakan residu

destilasi minyak bumi. Aspal merupakan hasil residu dari hasil destilasi

bensin, minyak tanah, dan solar pada suhu yang berbeda. Beberapa jenis

aspal yang dihasilkan dari proses destilasi yaitu


a. Aspal cair, didapat dari melarutkan aspal keras dengan pelarut

berbasis minyak yang diperoleh dari proses distilasi.

b. Aspal keras, hasil residu dari proses destilasi sederhana dari fraksi

ringan yang terkandung dalam minya bumi.

c. Aspal emulsi, merupakan campuran dari aspal minyak, air dan zat

kimia. Pencampuran minyak dan air dengan bantuan emulsifier

melalui proses emulsifikasi.

2.5.3 Aspal Modifikasi

Aspal yang terbentuk dari campuran aspal buatan, khususnya aspal

keraas dengan bahan tambah tertentu. Polymer merupakan jenis bahan

tambah yang sering digunakan. Berdasarkan sifatnya terdapat dua jenis

polymer yang biasanya digunakan yaitu aspal polymer elastomer dan karet,

dan aspal polymer plastomer.

2.6 Asbuton

Aspal buton (asbuton) yang terdapat di pulau Buton dan sekitarnya

merupakan aspal alam yang terkandung dalam deposit batuan. Asbuton

berbentuk padat dan terbentuk secara alami akibat proses geologi. Proses

pembentukan asbuton yaitu berasal dari minyak bumi yang terdorong sampai

muncul dipermukaan menyusup di antara batuan yang porus. Indonesia

merupakan negara penghasil aspal alam terbesar di dunia karena sebanyak


650 juta ton jumlah deposit asbuton yang dimiliki. Asbuto merupakan batu

yang mengandung aspal dengan campuran antara bitumen dan bahan

mineral lainnya. Asbuton memiliki kadar bitumen yang bervariasi mulai dari

rendah sampai tinggi karena ditemukan dari alam. Bitumen dan mineral yang

terdapat pada asbuton dapat dimanfaatkan pada pekerjaan pengaspalan.

Asbuton merupakan kekayaan alam yang harus dimanfaatkan dengan

baik. Oleh karena itu dengan kemajuan teknologi, kementrian PUPR

mengembangkan asbuton agar dapat digunakan dengan baik. Ada beberapa

jenis asbuton yang telah di produksi dan beredar dipasaran yaitu Asbuton

Butir, Asbuton Pra-campur, dan Asbuton Murni.

Campuran beraspalppanas dengan asbuton, mencakup pada

pengadaan lapisan padat berupa lapis pondasi, lapis perata, atau lapis antara

berupa campurannberaspalppanas yang terdiri dari agregatddan aspal

(Asbuton Pracampur atau aspal Pen 60-70 khusus yangmmenggunakan

Asbuton butir B 5/20 atau B 50/30) yang dicampur secara panas serta

penghamparan dan proses pemadatan juga secara panas pada lokasi.


2.7 CPHMA

Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) merupakan campuran

beraspal yang mengandung asbuton dan bahan tambahan lainnya, yang

sudah melalui proses pencampuran secara panas dengan baik di pabrik,

dikemas dan dipasarkan. CPHMA yang dipasarkan siap untuk dihampar dan

dipadatkan pada suhu ruangan (30oC) yang digunakan untuk pembuatan

perkerasan jalan beraspal. Proses pemadatan dilakukan di atas suhu 30oC

memeperoleh kuat tekan yang lebih baik. Dalam penyimpanan CPHMA harus

ditempatkan diruangan yang kering dan terlindung dari panas matahari dan

hujan agar bahan tidak terkontaminasi dari hal atau bahan yang tidak

dikehendaki.

CPHMA memiliki beberapa keunggulan yaitu dapat diaplikasikan

secara langsung di lapangan dan dihamparkan pada suhu ruangan tanpa

menggunakan AMP atau dapat diaplikasihkan di lapangan dengan dihampar

panas atau hangat, mensubstitusi aspal minya, dan dapat digunakan sebagai

perkerasan jalan atau pemeliharaan jalan (sebagai komponen tambahan).

Selain itu juga CPHMA mudah diperoleh karena sudah diproduksi di pabrik

yang ada di beberapa daerah yaitu jawa tengah, jawa barat dan sulawesi

tenggara.
2.7.1 Komponen Pembuatan CPHMA

Pembutan CPHMA dengan komponen terdiri dari agregat, asbuton,

bahan peremaja dan bahan tambahan lainnya bila diperlukan. Penampilah

CPHMA secara visual harus homogen, tidak mengalami segregasi dan

penyelimutan permukaan agregat oleh aspal lebih dari 90%.

Ukuran maksimum agregat untuk CPHMA yaitu 12,5 mm. Persyaratan

gradasi yang harus dipenuhi untuk pembutan CPHMA, diperoleh berdasarkan

pengujian terhadap agregat hasil ekstraksi yaitu pada tabel berikut:

Kadar dan sifat aspal hasil dari ekstraksi CPHMA harus memenuhi

persyaratan pada tabel berikut:


Sifat CPHMA dari hasil uji Marshall yang diperoleh dari hasi

pemadatan degan penumbukan sebanyak 2x75 tumbukan pada temperatur

pemadatan 30oC (±3) harus memenuhi persyaratan pada tabel berikut:


2.8 Agregat

Agregat merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam

konstruksi perkersan jalan yang merupakan kumpulan dari butiran berupa

pasir, kerikil, batu pecah dan bahan mineral yang berbentuk padat. Agregat

dibagi menjadi agregat kasar, agregat halus dan filler. Persyaratan dan

klasifikasi agregar dibagi menjadi berikut.

2.8.1 Agregat kasar

Agregat kasar adalah golongan kerikil yang tertahan pada saringan

No. 4 (4,7mm). Agregat kasar yang digunkan harus keras, awet, dan bersih

dari bahan seperti lumpur atau bahan lainnya yang menempel. Spesifikasi

agregat kasar harus memenuhi ketentuan berikut:


2.8.2 Agregat halus

Agregat ihalus iadalah igolongan iagregat iyang ilolos isaringan iNo. i4

i(4,75mm) idan itertahan ipada isaringan iNo. i200 i(0.075 imm) iyang

imerupaka ihasil ipenyaringan ibatu ipecah iatau ipasir. iFungsi iagregat

ihalus iyaitu iuntuk imengurangi irongga iudara idan i iakan imenambah


idurabilitas i(keawetan) icampuran iperkerasan. iSpesifikasi iagregat ihalus

iharus imemenuhi i iketentuan iberikut:

2.8.3 Filler

Filler adalah bahan tambahan yang lolos saringan No. 200 dan bersifat

non plastis. Fungsi dari filler yaitu sebagai pengisi ruang agregat yang

bertujaun untuk mengurangi rongga udara pada pencampuran perkerasan

dan filler dapat meningkatkan viskositas aspal dan dapat mengurangi

kepekaan aspal terhadap suhu.

2.9 Pengujian Aspal dengan Metode Marshall

Metode Marshall pertama kali ditemukan oleh Bruce Marshall dan telah

distandarisasiooleh ASTM atau AASHTO melalui beeberapa modifikasiyyaitu

ASTM D 1559-76 atau AASHTO T-245-90. Prinsipddasar dari metode

marshallyaitu sebagai pemeriksaan stabilitas dan keleleha(flow), serta

analisis kepadatanndannpori dari campuran padatyyang terbentuk. Alat


Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapain dengannproving ring

(cincin penguji) yang berguna untuk mengukur nilai stabilitas dan flowmeter

berguna untuk mengukur kelelahan plastis. Bentuk dari benda uji marshall

yaitu berbentuk silinder. Pengujian Marshall dilakukan untukmmengetahui

kelelahan, stabilitasddan untuk analisaakepadatanndan pori dari campuran

benda uji yang dibentuk.

2.9.1 Kelelehan (flow)

Kelelehan yaitu besarnya perubahan bentuk plastis dari benda uji

akibat adanya beban sampai batas keruntuhan. Nilai kelelehan diperoleh dari

alat Marshall melalui hasil pembacaan pada pengujian Marshall.

2.9.2 Stabilitas

Stabilitas merupakan indikator dari parameter campuran dari hasil uji

Marshall yang menjelaskan kemampuan lapis aspal beton untuk menahan

perubahan bentuk yang dialami akibatbbeban yang berkerja pada lapis

perkerasan. Nilai stabilitas menunjukkan ketahanan dan kekakuan campuran,

semakin rendah nilai stabilitas campuran maka semakinbrendahnya kinerja

campuran dalam memikul beban roda kendaraan. Nilai stabilitas diperoleh

dari hasil pembacaan pada pengujian marshall, kemudian hasil tersebut

harus dikoreksi melalui persamaan di bawah :


2.9.3 Void in Mixture (VIM)

Banyaknya rongga rongga udara dalam campuran yang telah

dipadatkan. Rongga udara yang terdapat akan menjadi celah untuk air agar

dapat merembes ke dalam campuran beraspal dan mengakibatkan campuran

aspal menjadi rapuh.

2.9.4 Void in Mineral Aggregate (VMA)

Volume rongga yang terdapat diantara butir agregat suatu campuran

beraspal yang telah dipadatkan. Nilai VIM dinyatakan dalam persen (%) dan

diperoleh dari persamaan berikut


2.9.5 Void Filled with Bitumen (VFB)

Jumlah rongga pada campuran beraspal yang diisi aspal setelah

melalui proses pemadatan. Nilai VFB dinyatakan dalam persen (%) dan

didapatkan menggunakann persamaan :

Anda mungkin juga menyukai