Anda di halaman 1dari 81

ASPAL BETON CAMPURAN PANAS

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN


EVA WAHYU INDRIYATI

JURUSAN TEKNIK SIPIL, FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PENDAHULUAN

Aspal beton adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal,
dengan atau tanpa bahan tambahan. Material-material pembentuk aspal beton dicampur
di instalasi pencampur pada suhu tertentu, kemudian diangkut ke lokasi, dihamparkan,
dan dipadatkan.
Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan jenis aspal yang akan digunakan. Jika
digunakan aspal keras (asphalt cement), maka suhu pencampuran umumnya antara 145°-
155°C, sehingga disebut aspal beton campuran panas. Campuran ini dikenal pula dengan
nama hotmix.
Aspal beton yang menggunakan aspal cair dapat dicampur pada suhu ruang, sehingga
dinamakan colmix.
KARAKTERISTIK ASPAL BETON

7 (tujuh) karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh aspal beton adalah :
1. Stabilitas
2. Keawetan (durabilitas)
3. Kelenturan (fleksibilitas)
4. Ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance)
5. Kekesatan permukaan / ketahanan geser (skid resistance)
6. Kedap air (impermeabilitas)
7. Kemudahan pelaksanaan (workability)
1. Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalu lintas tanpa
terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, dan bleeding.
Kebutuhan akan stabilitas sebanding dengan fungsi jalan dan beban lalu lintas yang
akan dilayani. Jalan yang melayani volume lalu lintas yang tinggi dan dominan terdiri
dari kendaraan berat, membutuhkan perkerasan jalan dengan stabilitas tinggi.
Sebaliknya, perkerasan jalan yang diperintukkan untuk melayani lalu lintas kendaraan
ringan tentu tidak perlu mempunyai nilai stabilitas yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai stabilitas aspal beton adalah :
a. Gesekan internal
Stabilitas terbentuk dari kondisi gesekan internal yang terjadi di antara butir-
butir agregat, saling mengunci dan mengisinya butir-butir agregat, dan masing-
masing butir saling terikat, akibat gesekan antara butir dan adanya aspal.
Kepadatan campuran menentukan pula tekanan kontak, dan nilai stabilitas
campuran.
Pemilihan agregat bergradasi baik atau rapat akan memperkecil rongga antara
agregat, sehingga aspal yang dapat ditambahkan dalam campuran menjadi sedikit.
Hal ini berakibat film aspal menjadi tipis. Kadar aspal yang optimal akan
memberikan nilai stabilitas yang maksimum.
b. Kohesi
Kohesi adalah gaya ikat aspal yang berasal dari daya lekatnya, sehingga mampu
memelihara tekanan kontak antar butir agregat.
Daya kohesi terutama ditentukan oleh penetrasi aspal, perubahan viskositas
akibat temperatur, tingkat pembebanan, komposisi kimiawi aspal, efek dari
waktu dan umur aspal.
Sifat rheologi aspal menentukan kepekaan aspal untuk mengeras dan rapuh, yang
akan mengurangi daya kohesinya.
Dengan demikian stabilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan mengusahakan
penggunaan:
 Agregat dengan gradasi yang rapat (dense graded)
 Agregat dengan permukaan yang kasar
 Agregat berbentuk kubus
 Aspal dengan penetrasi rendah
 Aspal dalam jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir
Kestabilan yang terlalu tinggi menyebabkan lapisan menjadi kaku dan cepat
mengalami retak. Di samping itu, karena volume antar agregat kurang maka kadar
aspal yang dibutuhkan pun rendah. Hal ini menghasilkan ikatan aspal mudah lepas
sehingga durabilitasnya rendah.
2. Keawetan (durabilitas)
Keawetan atau durabilitas adalah kemampuan aspal beton menerima repetisi beban
lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan
permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti
udara, air, atau perubahan temperatur.
Durabilitas aspal beton dipengaruhi oleh :
 Tebalnya film atau selimut aspal.
Selimut aspal yang tebal akan membungkus agregat secara baik, aspal beton akan
lebih kedap air, sehingga kemampuannya menahan keausan semakin baik.
Tetapi semakin tebal selimut aspal, maka semakin mudah terjadi bleeding yang
mengakibatkan jalan semakin licin.
 Banyaknya pori dalam campuran.
Besarnya pori yang tersisa dalam campuran setelah pemadatan, mengakibatkan
durabilitas beton aspal menurun. Semakin besar pori yang tersisa, semakin tidak
kedap air dan semakin banyak udara di dalam aspal beton, yang menyebabkan
semakin mudahnya selimut aspal beroksidasi dengan udara dan menjadi getas,
dan durabilitasnya menurun.
 Kepadatan dan kedap airnya campuran.
3. Kelenturan (fleksibilitas)
Kelenturan atau fleksibilitas adalah kemampuan aspal beton untuk menyesuaikan diri
akibat penurunan (konsolidasi / settlement) dan pergerakan dari pondasi atau tanah
dasar, tanpa terjadi retak.
Penurunan terjadi akibat repetisi beban lalu lintas, ataupun penurunan akibat berat
sendiri tanah timbunan yang mungkin dibuat di atas tanah asli.
Fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan :
 menggunakan agregat bergradasi terbuka atau senjang
 menggunakan aspal lunak
 menggunakan kadar aspal yang tinggi
4. Ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance)
adalah kemampuan aspal beton menerima lendutan berulang akibat repetisi beban,
tanpa terjadinya kelelahan berupa alur dan retak. Hal ini dapat tercapai jika
menggunakan kadar aspal yang tinggi.
5. Kekesatan permukaan / tahanan geser (skid resistance)
adalah kemampuan permukaan aspal beton terutama pada kondisi basah,
memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehingga kendaraan tidak tergelincir
atau slip. Kekesatan dinyatakan dengan koefisien gesek antara permukaan jalan
dengan roda kendaraan.
Tingginya nilai tahanan geser ini dipengaruhi oleh :
 Penggunaan agregat dengan permukaan kasar
 Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tidak terjadi bleeding
 Penggunaan agregat berbentuk kubus
 Penggunaan agregat kasar yang cukup
6. Kedap air (impermeabilitas)
adalah kemampuan aspal beton untuk tidak dapat dimasuki air ataupun udara ke
dalam lapisan aspal beton. Air dan udara dapat mengakibatkan percepatan proses
penuaan aspal, dan pengelupasan film aspal dari permukaan agregat.
Jumlah pori yang tersisa setela aspal beton dipadatkan dapat menjadi indikator
kekedapan air campuran.
Tingkat impermeabilitas aspal beton berbanding terbalik dengan tingkat
durabilitasnya.
7. Kemudahan pelaksanaan (workability)
adalah kemampuan campuran aspal beton untuk mudah dihamparkan dan
dipadatkan. Tingkat kemudahan dalam pelaksanaan menentukan tingkat efisiensi
pekerjaan.
Faktor yang mempengaruhi tingkat kemudahan dalam proses penghamparan dan
pemadatan adalah viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur,
dan gradasi serta kondisi agregat.
Ketujuh sifat campuran aspal beton ini tidak mungkin dapat dipenuhi sekaligus oleh satu
jenis campuran. Sifat-sifat aspal beton mana yang dominan lebih diinginkan, akan
menentukan jenis aspal beton yang dipilih.
Jalan yang melayani lalu lintas ringan, seperti mobil penumpang, sebaiknya lebih memilih
jenis aspal beton yang mempunyai sifat durabilitas dan fleksibilitas yang tinggi, daripada
memilih jenis aspal beton dengan stabilitas tinggi.
SIFAT VOLUMETRIK CAMPURAN ASPAL BETON
YANG TELAH DIPADATKAN

Aspal beton dibentuk dari agregat, aspal, dengan atau tanpa bahan tambahan, yang
dicampur secara merata atau homogen di instalasi pencampuran pada suhu tertentu.
Campuran kemudian dihamparkan dan dipadatkan, sehingga terbentuk aspal beton
padat.
Secara analitis, dapat ditentukan sifat volumetrik dari beton aspal padat, baik yang
dipadatkan di laboratorium maupun di lapangan. Parameter yang biasa digunakan adalah:
 VMA
 VIM
 VFA
 Tebal film aspal
1. VMA (Void in the Mineral Aggregate)
adalah volume pori di dalam aspal beton padat jika seluruh selimut aspal ditiadakan,
atau volume pori di antara butir agregat campuran dalam aspal beton padat
termasuk yang terisi oleh aspal.
Tidak termasuk di dalam VMA volume pori di dalam masing-masing butir agregat.
VMA akan meningkat jika selimut aspal lebih tebal, atau agregat yang digunakan
bergradasi terbuka.
2. VIM (Void In the Mix)
adalah volume pori yang masih tersisa setelah campuran aspal beton dipadatkan.
VIM ini dibutuhkan untuk :
 tempat bergesernya butir-butir agregat akibat pemadatan tambahan yang terjadi
oleh repetisi beban lalu lintas, atau
 tempat jika aspal menjadi lunak akibat meningkatnya temperatur.
VIM yang terlalu besar akan mengakibatkan aspal beton padat berkurang kekedapan
airnya, sehingga berakibat meningkatnya proses oksidasi aspal yang dapat
mempercepat penuaan aspal dan menurunkan sifat durabilitas aspal beton.
VIM yang terlalu kecil akan mengakibatkan perkerasan mengalami bleeding jika
temperatur meningkat.
3. VFA (Voids filled with Asphalt)
adalah volume pori aspal beton padat yang terisi oleh aspal, atau volume film aspal.
Vmb = volume bulk campuran aspal beton padat
Vsb = volume agregat, adalah volume bulk agregat (volume bagian masif + pori yang
ada di dalam masing-masing butir agregat)
Vse = volume agregat, adalah volume efektif dari agregat (volume bagian masif + pori
yang tidak terisi aspal di dalam masing-masing butir agregat)
Vmm = volume tanpa pori dari aspal beton padat
Va = volume aspal dalam aspal beton padat
Vab = volume aspal yang terabsorbsi ke dalam agregat dari aspal beton padat
VMA = volume pori di antara butir agregat di dalam aspal beton padat
VIM = volume pori dalam aspal beton padat
VFA = volume pori aspal beton yang terisi oleh aspal
RANCANGAN CAMPURAN
Rancangan campuran bertujuan untuk mendapatkan “resep” campuran dari material
yang terdapat di lokasi sehingga dihasilkan campuran yang memenuhi spesifikasi
campuran yang ditetapkan.
Saat ini, metode rancangan campuran yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah
metode rancangan campuran berdasarkan pengujian empiris, dengan menggunakan alat
Marshall.
1. Pemeriksaan Sifat Agregat dan Aspal
 Agregat
Agregat yang akan digunakan sebagai material pembentuk campuran aspal beton
umumnya dicari di sekitar lokasi pekerjaan.
Sumber agregat (quarry) diperiksa apakah jumlahnya memenuhi kebutuhan, dan
karakteristik agregat seperti yang disyaratkan.
Pertimbangan lain yang perlu pula dilakukan adalah kebutuhan akan mesin
pemecah batu, agar dapat memproduksi agregat dengan ukuran yang
dikehendaki.
 Aspal
Aspal yang direncanakan akan digunakan dalam campuran aspal beton terlebih
dahulu dicek karakteristiknya, apakah memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam spesifikasi pekerjaan.
2. Rancangan Campuran Metode Marshall
Prinsip dasar dari metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelahan
(flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk.
Langkah-langkah rancangan campuran Metode Marshall adalah :
a. Mempelajari spesifikasi gradasi agregat campuran yang diinginkan dari spesifikasi
campuran pekerjaan.
b. Merancang proporsi dari masing-masing fraksi agregat yang tersedia untuk
mendapatkan agregat campuran dengan gradasi sesuai poin (a).
c. Menentukan kadar aspal total dalam campuran.
Kadar aspal total dalam campuran aspal beton adalah kadar aspal efektif yang
membungkus atau menyelimuti butir-butir agregat, mengisi pori antara agregat,
ditambah dengan kadar aspal yang akan terserap masuk ke dalam pori masing-
masing butir agregat.
Biasanya kadar aspal campuran telah ditetapkan dalam spesifikasi sifat campuran,
maka untuk rancangan campuran di laboratorium dipergunakan kadar aspal
tengah/ideal. Kadar aspal tengah yaitu nilai tengah dari rentang kadar aspal
dalam spesifikasi campuran.
Kadar aspal tengah/ideal dapat pula ditentukan dengan mempergunakan
beberapa rumus di bawah ini, yaitu:
1) Dari The Asphalt Institute:
P = 0,035a + 0,045b + Kc + F
dengan:
P = kadar aspal tengah/ideal, persen terhadap berat campuran
a = persen agregat tertahan saringan No. 8
b = persen agregat lolos saringan No. 8 dan tertahan saringan No. 200
c = persen agregat lolos No. 200
K = 0,15 untuk 11 – 15% lolos saringan No. 200
= 0,18 untuk 6 – 10% lolos saringan No. 200
= 0,20 untuk ≤ 5% lolos saringan No. 200
F = 0 – 2%, berdasarkan nilai absorbsi dari agregat,
= 0,7% jika tak tersedia data
2) Spesifikasi Depkimpraswil 2002:
P = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%filler) + K
dengan:
P = kadar aspal tengah/ideal, persen terhadap berat campuran
CA = persen agregat tertahan saringan No. 8
FA = persen agregat lolos saringan No. 8 dan tertahan saringan No.200
filler= persen agregat minimal 75% lolos No. 200
K = konstanta
= 0,5 – 1,0 untuk laston
= 2,0 – 3,0 untuk lataston
Kadar aspal yang diperoleh dari salah satu rumus-rumus tersebut dibulatkan
mendekati angka 0,5% terdekat.
Contoh:
Jika dari perhitungan dihasilkan kadar aspal adalah 6,3%, maka nilai kadar aspal
tengah = 6,5%
d. Membuat benda uji atau briket beton aspal. Terlebih dahulu disiapkan agregat
dan aspal sesuai jumlah benda uji yang akan dibuat.
Untuk mendapatkan kadar aspal optimumnya dibuat 15 buah benda uji dengan 5
variasi kadar aspal yang masing-masing berbeda 0,5%. Kadar aspal yang dipilih
haruslah sedemikian rupa, sehingga dua kadar aspal kurang dari nilai kadar aspal
tengah, dan dua kadar aspal lagi lebih besar dari nilai kadar aspal tengah. Jika
kadar aspal tengah adalah a%, maka benda uji dibuat untuk kadar aspal (a-1)%,
(a-0,5)%, a%, (a+0,5)%, dan (a+1)%. Masing-masing kadar aspal dibuat 3 buah
benda uji.
Contoh
Proporsi campuran :
 Kadar agregat kasar (CA) = 39%
 Kadar agregat halus (FA) = 54,5%
 Kadar filler = 6,5%

Pertanyaan :
1. Berapa kadar aspal tengah berdasarkan Spesifikasi Depkimpraswil 2002?
2. Berapa variasi kadar aspal yang dibuat untuk benda uji dalam menentukan Kadar
Aspal Optimum?
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat benda uji adalah:
1) Jumlah benda uji yang disiapkan.
AASHTO menetapkan 3 buah benda uji untuk setiap kadar aspal yang
digunakan.
2) Persiapan agregat yang akan digunakan.
Agregat dikeringkan di dalam oven pada temperatur 105 - 110°C. Setelah
dikeringkan agregat dipisah-pisahkan sesuai fraksi ukurannya dengan
mempergunakan saringan.
3) Penentuan temperatur pencampuran dan pemadatan
Temperatur pencampuran adalah temperatur pada saat aspal mempunyai
viskositas kinematis sebesar 170 ± 20 centistokes, dan temperatur
pemadatan adalah temperatur pada saat aspal mempunyai nilai viskositas
kinematis sebesar 280 ± 30 centistokes.
4) Persiapan campuran beton aspal
Campuran disiapkan untuk satu benda uji. Umumnya berat agregat
campuran adalah ± 1200 gram.
Agregat dipanaskan sampai mencapai temperatur ± 20°C di atas suhu
pencampuran. Agregat panas dan aspal panas dimasukkan ke dalam tempat
pencampuran untuk dicampur merata pada suhu pencampuran.
5) Pemadatan benda uji
Campuran beton aspal panas dituangkan ke dalam mold yang telah disiapkan,
ditusuk-tusuk, dan dipadatkan dengan menggunakan penumbuk (hammer)
seberat 10 pon (= 4,356 kg) dengan tinggi jatuh 18 inch (=45,7 cm).
Setelah pemadatan selesai dilakukan, maka benda uji dibiarkan dingin dan
dikeluarkan dari mold.
3. Pemeriksaan dengan Alat Marshall
Kinerja campuran aspal beton dapat diperiksa dengan menggunakan alat
pemeriksaan Marshall. Pemeriksaan dimaksudkan untuk menentukan ketahanan
(stability) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal dan agregat.
Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk campuran yang terjadi akibat
suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam “mm atau 0,01”.
Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan cincin penguji (proving
ring) yang berkapasitas 2500 kg atau 5000 pon. Proving ring dilengkapi dengan arloji
pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Di samping itu
terdapat juga arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur kelelehan plastis (flow).
Benda uji berbentuk silinder 10 cm dan tinggi 7,5 cm dipersiapkan di laboratorium
dalam cetakan benda uji dengan menggunakan hammer seberat 10 pon (4,536 kg)
dan tinggi jatuh 18 inch (45,7 cm) yang dibebani dengan kecepatan tetap 50
mm/menit.
Dari proses persiapan benda uji sampai pemeriksaan dengan alat Marshall diperoleh
data-data sebagai berikut :
- Stabilitas, dinyatakan dalam bilangan bulat yang menunjukkan kekuatan
ketahanan terhadap terjadinya alur (rutting).
- Berat volume, dinyatakan dalam ton/m3.
- Kadar aspal, dinyatakan dalam bilangan desimal satu angka di belakang koma.
- Kelelehan plastis (flow), dinyatakan dalam mm atau 0,01 inch yang dapat
merupakan indikator terhadap lentur.
- VIM (persen rongga dalam campuran), dinyatakan dalam bilangan desimal satu
angka di belakang koma.VIM merupakan indikator dari durabilitas dan
kemungkinan bleeding.
- VMA (persen rongga terhadap agregat), dinyatakan dalam bilangan bulat. VMA
bersama VIM merupakan indikator dari durabilitas.
- Penyerapan aspal (persen terhadap campuran), sehingga diperoleh gambaran
berapa kadar aspal efektif.
- Tebal lapisan aspal (film aspal), dinyatakan dalam mm. Film aspal merupakan
petunjuk tentang sifat durabilitas campuran.
- Kadar aspal efektif, dinyatakan dalam bilangan desimal satu angka di belakang
koma.
- Hasil Bagi Marshall (koefisien Marshall), merupakan hasil bagi stabilitas dan flow,
dinyatakan dalam kN/mm, yang merupakan indikator kelenturan yang potensial
terhadap keretakan.
Hasil pengujian digambarkan dalam bentuk hubungan antara kadar aspal dan
parameter Marshall, yaitu hubungan antara:
a. Kadar aspal dengan stabilitas
b. Kadar aspal dengan kelelehan
c. Kadar aspal dengan VIM
d. Kadar aspal dengan VMA
e. Kadar aspal dengan berat volume
Kecenderungan bentuk lengkung hubungan antara kadar aspal dan parameter
Marshall adalah:
a. Stabilitas akan meningkat jika kadar aspal bertambah, sampai mencapai nilai
maksimum, dan setelah itu stabilitas akan menurun.
900.0

y = -29.631x2 + 411.47x - 626.26


800.0
Stabilitas (Kg)

700.0

600.0
6,93
500.0
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
Kadar Aspal (%)
b. Kelelehan atau flow akan terus meningkat dengan meningkatnya kadar aspal.
6.0

y = 0.2217x2 - 2.8797x + 13.015


5.0
Flow (mm)

4.0

3.0

2.0
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
Kadar Aspal (%)
c. Lengkung berat volume identik dengan lengkung stabilitas, tetapi nilai maksimum
tercapai pada kadar aspal yang sedikit lebih tinggi dari kadar aspal untuk
mencapai stabilitas maksimum.
2.42

2.40
Mix Density (t/m3)

2.38

2.36

2.34
y = -0.0043x2 + 0.0624x + 2.156
2.32
7,75
2.30
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
Kadar Aspal (%)
d. Lengkung VIM akan terus menurun dengan bertambahnya kadar aspal sampai
secara ultimit mencapai nilai minimum.
10.5 y = 0.1926x2 - 4.5506x + 27.257
10.0
9.5
9.0
8.5
8.0
7.5
7.0
6.5
VIM (%)

6.0
5.5
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
Kadar Aspal (%)
e. Lengkung VMA akan turun sampai mencapai nilai minimum dan kemudian
kembali bertambah dengan bertambahnya kadar aspal.
22.0 y = 0.3776x2 - 4.6176x + 32.224

21.0
20.0
19.0
VMA (%)

18.0
17.0
16.0
15.0
14.0
13.0
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)
VIM
V I M Refusal
VMA
VFA
Stabilitas
Flow
Marshall Quotient
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5
PENGUJIAN MARSHALL CAMPURAN I (25% RAP & 75% MATERIAL BARU)

Berat Jenis Bulk Agregat (Gsb) = 2.761 (s) Faktor koreksi stabilitas = 2.442
Berat Jenis Effektif Agregat (Gse) = 2.826 (t) Koreksi Volume
Berat Jenis Aspal (Gb) = 1.040 (u)
$ Tebal Tebal Tebal Tebal Kadar Kadar Berat Benda Uji Vol. BJ Campuran Compacted Kepa- VIM VMA VFA Stabilitas 800 Kele- MQ
Kode Briket Benda Benda Benda Benda Aspal Aggregat Kering SSD Dalam Benda Padat Maksimum Aggregate datan Bacaan Setelah lehan
Uji 1 Uji 2 Uji 3 Uji Pb Ps Air Uji (Bulk) (teoritis) Density Alat koreksi 3 250
mm mm mm mm % % gram gram gram cc Gmb (Sm) Gmm Sa t/m3 % % % kg mm kg/mm
a b c d e f g h = f-g i = e/h j k=i l m n o p q r
5 - 1 70.00 69.80 70.50 70.1 5.00 95.00 1249.1 1251.2 720.3 530.90 2.35 2.60 2.24 2.35 9.59 19.03 49.60 445 920.88 4.01 229.65
5 - 2 71.30 70.30 71.00 70.9 5.00 95.00 1223.9 1234.7 716.4 518.30 2.36 2.60 2.24 2.36 9.26 18.74 50.57 382 797.43 4.84 164.76
5 - 3 69.30 71.20 70.70 70.4 5.00 95.00 1247.3 1251 726.9 524.10 2.38 2.60 2.26 2.38 8.55 18.10 52.76 466 970.95 3.41 284.74
Rata-rata 70.46 5.00 95.00 524.43 2.36 2.60 2.25 2.36 9.14 18.63 50.98 896.42 4.09 226.38
6 - 1 71.40 71.50 72.20 71.7 6.00 94.00 1258.8 1262.4 728.3 534.10 2.36 2.56 2.22 2.36 8.00 19.75 59.47 475 943.91 3.46 272.81
6 - 2 71.00 69.90 71.00 70.6 6.00 94.00 1260.1 1261.5 729.7 531.80 2.37 2.56 2.23 2.37 7.51 19.32 61.12 436 907.75 3.57 254.27
6 - 3 70.70 69.60 71.00 70.4 6.00 94.00 1261.4 1263.1 731.1 532.00 2.37 2.56 2.23 2.37 7.45 19.27 61.32 521 1082.26 4.67 231.75
Rata-rata 70.92 6.00 94.00 532.63 2.37 2.56 2.22 2.37 7.66 19.44 60.64 977.97 3.90 252.94
7 - 1 70.60 72.20 71.00 71.3 7.00 93.00 1272.3 1274.1 747.1 527.00 2.41 2.52 2.25 2.41 4.30 18.67 76.97 498 1044.29 3.7 282.24
7 - 2 72.00 72.60 73.60 72.7 7.00 93.00 1263.8 1268.4 736.3 532.10 2.38 2.52 2.21 2.38 5.85 19.99 70.73 501 1011.38 3.49 289.79
7 - 3 71.50 70.60 72.00 71.4 7.00 93.00 1270 1272.6 743.3 529.30 2.40 2.52 2.23 2.40 4.89 19.17 74.51 481 1009.78 3.6 280.49
Rata-rata 71.79 7.00 93.00 529.47 2.40 2.52 2.23 2.40 5.01 19.28 74.07 1021.82 3.60 284.18
8 - 1 71.80 70.40 70.90 71.0 8.00 92.00 1282.8 1287.3 746.6 540.70 2.37 2.48 2.18 2.37 4.51 20.94 78.44 463 968.34 4.13 234.47
8 - 2 71.10 71.60 70.00 70.9 8.00 92.00 1285.2 1289 748.2 540.80 2.38 2.48 2.19 2.38 4.35 20.80 79.08 459 958.53 4.02 238.44
8 - 3 68.30 69.40 69.60 69.1 8.00 92.00 1280.7 1285.9 747.9 538.00 2.38 2.48 2.19 2.38 4.19 20.67 79.72 456 932.87 4.28 217.96
Rata-rata 70.34 8.00 92.00 539.83 2.38 2.48 2.19 2.38 4.35 20.80 79.08 953.25 4.14 230.29
9 - 1 70.20 70.50 70.70 70.5 9.00 91.00 1295.5 1299.1 753.1 546.00 2.37 2.45 2.16 2.37 3.06 21.79 85.95 444 922.66 5.13 179.86
9 - 2 70.00 69.60 70.40 70.0 9.00 91.00 1290.7 1296.8 752.7 544.10 2.37 2.45 2.16 2.37 3.08 21.81 85.86 430 888.82 5.39 164.90
9 - 3 71.20 71.50 72.10 71.6 9.00 91.00 1293.7 1299.7 754.7 545.00 2.37 2.45 2.16 2.37 3.02 21.75 86.12 432 857.14 4.73 181.21
Rata-rata 70.69 9.00 91.00 545.03 2.37 2.45 2.16 2.37 3.06 21.78 85.97 889.54 5.08 175.32
CONTOH PERHITUNGAN SIFAT VOLUMETRIK
ASPAL BETON

Dari data yang diberikan, hitunglah :


 Berat jenis bulk agregat campuran
 Berat jenis efektif agregat campuran
 Berat jenis maksimum aspal beton sebelum dipadatkan
 Berat jenis bulk aspal beton padat
 Kadar aspal yang terabsorbsi
 Kadar aspal efektif aspal beton
 Persentase pori antar butir campuran agregat
 Persentase pori benda uji
 Persentase pori antar butir campuran agregat yang terisi aspal
 Tebal selimut aspal
Komposisi benda uji:
Berat jenis, G (gram) Komposisi campuran (%)
Efektif Bulk dari berat total benda uji
1 Agregat kasar G1 2,706 2,634 P1 35
2 Agregat halus G2 2,918 2,836 P2 38,7
3 Bahan pengisi G3 2,712 2,653 P3 19,4
4 Campuran agregat Gs - - Ps 93,1
5 Kadar aspal Ga 1,038 Pa 6,9

Berat jenis, G (gram) Komposisi campuran (%)


Efektif Bulk dari berat total benda uji
6 Agregat kasar G1 2,706 2,634 P1 37,6
7 Agregat halus G2 2,918 2,836 P2 41,6
8 Bahan pengisi G3 2,712 2,653 P3 20,8
9 Campuran agregat Gs - - Ps 100
10 Kadar aspal Ga 1,038 Pa 7,4

11 Berat kering benda uji = 1200,74 gram


12 Berat benda uji kering permukaan = 1203,6 gram
13 Berat benda uji di dalam air = 670 gram

14 Berat jenis bulk agregat campuran, gram Gsb 2,719


15 Berat jenis maksimum benda uji, gram Gmm 2,500
16 Berat jenis bulk benda uji, gram Gmb 2,250
17 Berat jenis efektif agregat campuran, gram Gse 2,792
18 Kadar aspal terabsorbsi, gram Pab 0,998

19 Kadar aspal efektif, % Pae 5,971


20 Persentase pori antara agregat VMA 22,96
21 Persentase pori dalam campuran VIM 10
22 Persentase pori terisi aspal VFA 56,5
23 Tebal film aspal, µ m 8,6
1. BERAT JENIS BULK ASPAL BETON PADAT (GMB)

dengan Gmb = berat jenis bulk dari aspal beton padat


Bk = berat kering aspal beton padat (gram)
Bssd = berat kering permukaan dari aspal beton yang telah dipadatkan
(gram)
Ba = berat aspal beton padat di dalam air (gram)
Bssd – Ba = volume bulk dari aspal beton padat
Di samping menghasilkan berat jenis bulk aspal beton padat, diperoleh pula nilai
absorbsi air.
Persen absorbsi air dari aspal beton padat terhadap volume =
2. BERAT JENIS MAKSIMUM ASPAL BETON YANG BELUM
DIPADATKAN (GMM)

Berat jenis maksimum dari campuran aspal beton yang belum dipadatkan (Gmm) adalah
berat jenis campuran aspal beton tanpa pori / udara.

dengan Gmm = berat jenis maksimum dari campuran aspal beton yang belum
dipadatkan
A = berat campuran aspal beton yang belum dipadatkan pada kondisi kering
(gram)
C = berat campuran aspal beton yang belum dipadatkan di dalam air (gram)
Gmm dapat pula diperoleh melalui perhitungan berdasarkan berat campuran aspal beton
yang belum dipadatkan sebanyak 100 gram. Campuran aspal beton tersebut dibuat dari
Pa% aspal dan Ps% agregat terhadap berat aspal beton padat.
3. VOLUME PORI DALAM AGREGAT CAMPURAN (VMA)

VMA dapat dihitung melalui 2 cara, yaitu :


a. Jika komposisi campuran ditentukan sebagai persentase dari berat aspal beton padat

b. Jika komposisi campuran ditentukan sebagai persentase dari berat agregat


4. VOLUME PORI DALAM ASPAL BETON PADAT (VIM)

VIM dinyatakan dalam persentase terhadap volume aspal beton padat.


5. VOLUME PORI ANTARA BUTIR AGREGAT TERISI ASPAL
(VFA)

VFA adalah bagian dari VMA yang terisi oleh aspal, tidak termasuk di dalamnya aspal
yang terabsorbsi oleh masing-masing butir agregat. Jadi, aspal yang mengisi VFA adalah
aspal yang berfungsi untuk menyelimuti butir-butir agregat di dalam aspal beton padat.
6. KADAR ASPAL YANG TERABSORBSI KE DALAM PORI
AGREGAT

Dengan jumlah aspal dalam campuran aspal beton yang sama banyak, selimut aspal lebih
tipis akan terjadi pada campuran dengan agregat yang memiliki pori-pori lebih banyak
dapat mengabsorbsi aspal. Hal ini berdampak pada berkurangnya durabilitas aspal beton.
Sebaliknya, jika yang terabsorbsi sedikit, maka selimut aspal akan tebal, durabilitas aspal
beton lebih baik, tetapi kemungkinan terjadi bleeding akan menjadi besar.
7. KADAR ASPAL EFEKTIF YANG MENYELIMUTI AGREGAT

Kadar aspal efektif adalah jumlah aspal yang dimasukkan ke dalam campuran aspal beton
dikurangi bagian yang terabsorbsi ke dalam pori setiap butir agregat.
8. TEBAL SELIMUT ATAU FILM ASPAL

Banyaknya aspal yang berfungsi menyelimuti permukaan setiap butir agregat dinyatakan
dengan kadar aspal efektif. Semakin tinggi kadar aspal efektif, semakin tebal selimut atau
film aspal pada masing-masing butir agregat. Tebal selimut atau film aspal ini sangat
ditentukan oleh luas permukaan seluruh butir-butir agregat pembentuk aspal beton.
Faktor Luas Permukaan Agregat
Saringan FLP
No. Bukaan (mm) m2/kg
≥ No. 4 ≥ 4,75 0,41
No. 8 2,36 0,82
No. 16 1,18 1,64
No. 30 0,6 2,87
No. 50 0,3 6,14
No. 100 0,15 12,29
No. 200 0,075 32,77
Contoh perhitungan luas total permukaan agregat campuran
Gradasi Agregat FLP x persen
FLP (m2/kg)
Saringan No. Persen Lolos lolos (m2/kg)
¾ inci 100 0,41
½ inci 97,6 0,41
3/8 inci 87,7 0,41
No. 4 70 0,41
No. 8 65,8 0,82
No. 16 55,5 1,64
No. 30 46,3 2,87
No. 50 23,8 6,14
No. 100 6,8 12,29
No. 200 4,4 32,77
Luas permukaan total agregat campuran (LP),
m2/kg
9. BERAT JENIS BULK AGREGAT CAMPURAN

Agregat yang digunakan untuk membentuk aspal beton padat, memiliki gradasi tertentu
yang biasanya diperoleh dari pencampuran beberapa fraksi agregat yang tersedia di
lokasi. Masing-masing fraksi agregat mempunyai berat jenis yang berbeda, sehingga untuk
menghitung berat aspal beton padat dibutuhkan berat jenis agregat campuran.
10. BERAT JENIS EFEKTIF AGREGAT CAMPURAN

Berat jenis maksimum dari aspal beton yang belum dipadatkan, Gmm, dapat ditentukandi
laboratorium.
JENIS ASPAL BETON

Jenis aspal beton dapat dibedakan berdasarkan suhu pencampuran material pembentuk
aspal beton, dan fungsi aspal beton.
Berdasarkan temperatur ketika mencampur dan memadatkan campuran, aspal beton
dapat dibedakan atas :
1. Aspal beton campuran panas (hot mix), adalah aspal beton yang material
pembentuknya dicampur pada suhu pencampuran sekitar 140°C.
2. Aspal beton campuran hangat (warm mix), adalah aspal beton yang material
pembentuknya dicampur pada suhu pencampuran sekitar 60°C.
3. Aspal beton campuran dingin (cold mix), adalah aspal beton yang material
pembentuknya dicampur pada suhu ruang sekitar 25°C.
Berdasarkan fungsinya, aspal beton dapat dibedakan atas :
1. Aspal beton untuk lapisan aus (wearing course), adalah lapisan perkerasan yang
berhubungan langsung dengan ban kendaraan, merupakan lapisan yang kedap air,
tahan terhadap cuaca, dan mempunyai kekesatan yang disyaratkan.
2. Aspal beton untuk lapisan pondasi (binder course), adalah lapisan perkerasan yang
terletak di bawah lapisan aus. Tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi
perlu memiliki stabilitas untuk memikul beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui
roda kendaraan.
3. Aspal beton untuk pembentuk dan perata lapisan aspal beton yang sudah lama, yang
pada umumnya sudah aus dan seringkali tidak lagi berbentuk crown.
Saat ini, di Indonesia terdapat berbagai macam jenis aspal beton campuran panas yang
digunakan untuk lapisan perkerasan jalan. Perbedaannya terletak pada jenis gradasi
agregat dan kadar aspal yang digunakan.
Pemilihan jenis aspal beton yang akan digunakan di suatu lokasi, sangat ditentukan oleh
jenis karakteristik aspal beton yang lebih diutamakan. Misalnya, jika perkerasan jalan
direncanakan akan digunakan untuk melayani lalu lintas kendaraan berat, maka sifat
stabilitas lebih diutamakan. Ini berarti jenis aspal beton yang paling sesuai adalah aspal
beton yang memiliki agregat campuran bergradasi baik. Pemilihan jenis aspal beton ini
mempunyai konsekuensi pori dalam campuran menjadi sedikit, kadar aspal yang dapat
dicampurkan juga berkurang, sehingga selimut aspal menjadi lebih tipis.
Jenis aspal beton campuran panas yang ada di Indonesia saat ini adalah :

1. Laston (Lapisan Aspal Beton)


adalah aspal beton bergradasi menerus yang umum digunakan untuk jalan-jalan
dengan beban lalu lintas berat. Laston dikenal pula dengan nama AC (Asphalt
Concrete). Karakteristik aspal beton yang terpenting pada campuran ini adalah
stabilitas. Tebal nominal minimum Laston 4 – 6 cm.
Sesuai fungsinya, Laston mempunyai 3 macam campuran yaitu:
a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt Concrete –
Wearing Course). Tebal nominal minimum AC-WC adalah 4 cm.
b. Laston sebagai lapisan pengikat, dikenal dengan nama AC-BC (Asphalt Concrete –
Binder Course). Tebal nominal minimum AC-BC adalah 5 cm.
c. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC-Base (Asphalt Concrete –
Base). Tebal nominal minimum AC-Base adalah 6 cm.
2. Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton)
adalah aspal beton bergradasi senjang. Lataston biasa pula disebut dengan HRS (Hot
Rolled Sheet). Karakteristik aspal beton yang terpenting pada campuran ini adalah
durabilitas dan fleksibilitas. Sesuai fungsinya, Lataston mempunyai 2 macam
campuran yaitu :
a. Lataston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama HRS-WC (Hot Rolled Sheet –
Wearing Course). Tebal nominal minimum HRS-WC adalah 3 cm.
b. Lataston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama HRS-Base (Hot Rolled
Sheet – Base). Tebal nominal minimum HRS-Base adalah 3,5 cm.
3. Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir)
adalah aspal beton untuk jalan-jalan dengan lalu lintas ringan, khususnya dimana
agregat kasar tidak atau sulit diperoleh. Lapisan ini khusus mempunyai ketahanan
alur (rutting) rendah. Oleh karena itu tidak diperkenankan digunakan untuk daerah
berlalu lintas berat atau daerah tanjakan. Latasir biasa pula disebut sebagai SS (Sand
Sheet). Sesuai gradasi agregatnya, campuran Latasir dapat dibedakan atas :
a. Latasir kelas A, dikenal dengan nama HRSS-A atau SS-A. Tebal nominal minimum
HRSS-A adalah 1,5 cm.
b. Latasir kelas B, dikenal dengan nama HRSS-B atau SS-B. Tebal nominal minimum
HRSS-B adalah 2 cm. Gradasi agregat HRSS-B lebih kasar dari HRSS-A.
4. Lapisan perata
adalah aspal beton yang digunakan sebagai lapisan perata dan pembentuk
penampang melintang pada permukaan jalan lama. Semua jenis campuran aspal
beton dapat digunakan, tetapi untuk membedakan dengan campuran untuk lapisan
perkerasan jalan baru, maka setiap jenis campuran aspal beton tersebut
ditambahkan huruf L (Leveling). Jadi ada jenis campuran AC-WC(L), AC-BC(L), AC-
Base(L), HRS-WC(L), dan seterusnya.
5. SMA (Split Mastic Asphalt)
adalah aspal beton bergradasi terbuka dengan selimut aspal yang tebal. Campuran
ini mempergunakan bahan tambahan berupa fiber selulosa yang berfungsi untuk
menstabilisasi kadar aspal yang tinggi. Lapisan ini terutama digunakan untuk jalan-
jalan dengan beban lalu lintas berat. Ada 3 jenis SMA, yaitu :
a. SMA 0/5 dengan tebal perkerasan 1,5 – 3 cm.
b. SMA 0/8 dengan tebal perkerasan 2 – 4 cm.
c. SMA 0/11 dengan tebal perkerasan 3 – 5 cm.
6. HSMA (High Stiffness Modulus Asphalt)
adalah aspal beton yang mempergunakan aspal berpenetrasi rendah yaitu 30/45.
lapisan ini terutama digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas berat.
Campuran jenis ini masih jarang digunakan di Indonesia, karena aspal yang
diperlukan terpaksa diimport. Berdasarkan gradasinya, HSMA dapat dibedakan atas
3 jenis yaitu :
a. HSMA-28
b. HSMA-20
c. HSMA-14
Gradasi agregat campuran HSMA-28 paling kasar dibandingkan dengan jenis HSMA
yang lain.

Anda mungkin juga menyukai