Anda di halaman 1dari 33

Campuran Aspal Beton

PERKERASAN JALAN
Anggota
Citra Yuliani Putri 1504101010019
Nurul Hilda 1504101010020
Syarifah Umrasyita 1504101010021
Ani Safitri 1504101010032
Lisma Liza 1504101010038
Dian Firouza Meutia 1504101010041
Syarifah Thahira Anasya 1504101010043
Taslia Khaira Nazaruddin 1504101010044
Marwah Akbar 1504101010049
Klasifikasi
Berdasarkan Fungsi Aspal Beton
Sebagai lapis permukaan yang tahan terhadap cuaca, gaya geser, dan
tekanan roda serta memberikan lapis kedap air yang dapat melindungi
lapis di bawahnya dari rembesan air

Sebagai lapis pondasi atas

Sebagai lapis pembentuk pondasi, jika dipergunakan pada pekerjaan


peningkatan atau pemeliharaan
Berdasarkan Metode Pencampuran
Aspal Beton Amerika , yang bersumber kepada Asphalt Institut

Aspal Beton berdurabilitas tinggi, yang bersumber pada BS 594,


Inggris, dan dikembangkan oleh CQCMU, Bina Marga, Indonesia.
Karakteristik
Karakteristik Campuran
Stabilitas
Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan
perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk
tetap seperti gelombang, alur ataupun bleeding.
Durabilitas
Durabilitas diperlukan pada lapisan permukaan sehingga lapisan dapat
mampu menahan keausan pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu
ataupun keausan akibat gesekan kendaraan.
Fleksibilitas ( kelenturan )
Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk
dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang
tanpa timbulnya retak dan perubahan volume. Fleksibilitas yang tinggi
dapat diperoleh dengan
1. Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh VMA
yang besar
2. Penggunaan aspal lunak (Aspal dengan penetrasi yang tinggi)
3. Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang
kecil
Skid Resistance (tahanan geser/kekesatan)
Tahanan geser adalah kekesatan yang diberika oleh perkerasan sehingga
kendaraan tidak mengalami slip baik di waktu hujan atau basah maupun
diwaktu kering. Kekesatan dinyatakan dengan koeffisien gesek antar
permukaan jalan dan ban kendaraan.
Tahanan geser tinggi jika :
1. Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tak terjadi bleeding
2. Penggunaan agregat dengan permukaan kasar
3. Penggunaan agregat berbentuk kubus
4. Penggunaan agregat kasar yang cukup
Ketahanan Kelelahan (Fatigue Resistance)
Ketahanan kelelahan adalah ketahanan dari lapis aspal beton dalam
menerima beban berulang tanpa terjadi nya kelelahan yang berupa alur
(ruting) dan retak.
Faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap kelelahan adalah :
1. VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan
kelelahan yang lebih cepat
2. VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan
lapis perkerasan menjadi fleksibel
Kemudahan Pelaksanaan (Workability)
Kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu campuran untuk
dihampar dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi
kepadatan yang diharapkan.
Faktor yang mempengaruhi kemudahan dalam pelaksanaan adalah :
1. Gradasi agregat, agregat bergradasi baik lebih mudah dilaksanakan
daripada bergradasi lain
2. Temperatur campuran yang ikut mempengaruhi kekerasan bahan
pengikat yang bersifat termoplastis
3. Kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi menyebabkan
pelaksanaan lebih sukar
Lapangan
Laboratorium
Pencampuran
Perencanaan Campuran
Jika agregat dicampur dengan aspal maka :
1. Partikel-partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh aspal
2. Rongga-rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi
udara
3. Terdapat rongga antar butir yang terisi udara
4. Terdapat lapisan aspal yang ketebalannya tergantung dari kadar aspal
yang dipergunakan untuk menyelimuti partikel-partikel agregat.
Lapisan aspal yang baik haruslah memenuhi 4 syarat yaitu stabilitas, durabilitas,
fleksibilitas, dan tahanan geser dan juga haruslah direncanakan campuran yang
meliputi gradasi agregat (dengan juga memperhatikan mutu agregat) dan kadar
aspal sehingga dihasilkan lapisan perkerasan yang dapat memenuhi ke 4 syarat
diatas, yaitu :
1. Kadar aspal cukup memberikan kelenturan
2. Stabilitas cukup memberikan kemampuan memikul beban sehingga tak terjadi
deformasi yang merusak
3. Kadar rongga cukup memberikan kesempatan untuk pemadatan tambahan
akibat beban berulang dan flow dari aspal
4. Dapat memberikan kemudahan kerja sehingga tak terjadi segregasi
5. Dapat menghasilkan campuran yang akhirnya menghasilkan lapis perkerasan
yang sesuai dengan persyaratan dalam pemilihan lapis perkerasan pada tahap
perencanaan
Terdapat dua metode dalam melakukan hitungan campuran aspal beton
yaitu :
1. Metode Asphalt Institut
2. Metode Bina Marga (CQCMU)
Perbedaan Metode Bina Marga dan Asphalt Institut
Metode Bina Marga (CQCMU) Metode Asphalt Institut
1. Kriteria dasar rongga dua 1. Kriteria dasar stabilitas
2. Langkah pertama menentukan kadar aspal 2. Langkah pertama perencanaan campuran
efektif sesuai spesifikasi dari jenis perkerasan adalah merencanakan proporsi penakaran
yang direncanakan sehingga diperoleh gradasi agregat campuran
yang memenuhi spesifikasi
3. Kadar aspal lebih tinggi, film aspal lebih 3. Kadar aspal rendah, film aspal lebih tipis,
tebal, sehingga durabilitas lebih tinggi retak-retak mudah terjadi
4. Baik untuk volume lalu lintas rendah sampai 4. Baik untuk volume lalu lintas tinggi dengan
tinggi dengan beban ringan terutama beban berat (banyak kendaraan berat)
kendaraan penumpang
5. Stabilitas berasal dari ikatan antara butir- 5. Stabilitas berasal dari interlocking (saling
butir halus dan agregat kasar dengan aspal mengunci) antar agregat.
Pemadatan
Campuran aspal beton panas dari AMP diangkut dengan menggunakan truk
pengangkut yang ditutupi terpal, dibawa ke lokasi dan dihampar sesuai
dengan persyaratan yang di tentukan dan harus segera dipadatkan pada
temperatur dibawah 125C dan harus sudah selesai pada temperatur di atas
80C.
1. Tahapan Pemadatan Aspal Beton
Pemadatan awal (breakdown rolling)
Pemadatan awal berfungsi untuk mendudukan material pada posisinya dan
sekaligus memadatkannya.
Alat yang digunakan digunakan adalah mesin gilas roda baja ( stell roller )
dengan tekanan roda antara 400-600 kg/0,1 m lebar roda.
2. Pemadatan antara/kedua ( secondary rolling )
Pemadatan antara merupakan pemadatan seperti akibat beban lalu lintas.
Alat yang digunakan adalah mesin gilas dengan roda karet ( tire roller )
dengan tekanan roda 8,5 kg/cm
3. Pemadatan akhir ( finishing rolling )

Pemadatan akhir dilakukan untuk menghilangkan jejak jejak roda ban.


Penggilasan dilakukan pada temperatur di atas titik lembek aspal
Pemeriksaan Hasil Pemadatan
Hasil pemadatan yang berupa pengecekan terhadap kepadatan lapangan,
tebal lapisan perkerasan yang terjadi dilakukan dengan mengambil contoh di
lapangan dengan alat core drill. Dari hasil pemeriksaan contoh tersebut dapat
diperoleh data mengenai berat volume, tebal lapisan setelah dipadatkan, kadar
aspal, gradasi campuran dan kepadatangan lapangan.

Kadar aspal gradasi campuran diperoleh sebagai hasil pemeriksaan AASHTO T


164-80, pemeriksaan kepadatan campuran dilapangan mengikuti prosedur
AASHTO T 166 & T 230.
Karakteristik Marshall
Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving
ring (cincin penguji) yang berkapasitas 2500 kg atau 5000 pon. Proving
ring dilengkapi dengan arloji pengukur yang berguna untuk mengukur
stabilitas campuran. Disamping itu terdapat arloji kelelehan (flow
meter) untuk mengukur kelelehan plastis (flow). Benda uji berbentuk
silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 7,5 cm dipersiapkan di
laboratorium, dalam cetakan benda uji dengan mempergunakan
hammer (penumbuk) denga berat 10 pon (4,536 kg) dan tinggi 10 inch
(45,7 cm), dibebani dengan kecepatan tetap 50 mm/menit.
Dari proses persiapan benda uji sampai dengan pemeriksaan alat
Marshall diperoleh data-data sebagai berikut.
1. Kadar aspal, dinyatakan dalam bilangan decimal satu angka dibelakang koma
2. Berat volume, dinyatakan dalam ton/m3
3. Stabilitas, dinyatakan dalam bilangan bulat
4. Kelelehan plastis (flow), dinyatakan dalam milimeter atau 0,01 inch
5. VIM, persen rongga dalam campuran, dinyatakan dalam bilangan decimal satu
angka dibelakang koma
6. VMA, persen rongga terhadap agregat, dinyatakan dalam bilangan bulat
7. Hasil bagi Marshall (Kuosien Marshall), merupakan hasil bagi stabilitas dan flow,
dinyatakan dalam kN/mm
8. Penyerapan aspal, persen terhadap berat campuran, sehingga diperoleh gambaran
berapa kadar aspal efektifnya.
9. Tebal lapisan aspal (film aspal), dinyatakan dalam mm
10. Kadar aspal efektif, dinyatakan dalam bilangan decimal satu angka di belakang
koma
Parameter Marshall
Parameter Alat Marshall
Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce
Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melalui
beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90. Secara
garis besar, pengujian Marshall ini meliputi :
1. Persiapan benda uji.
2. Penentuan berat jenis bulk dari benda uji.
3. Pemeriksaan nilai stabilitas dan flow.
4. Perhitungan sifat volumetric benda uji.. Campuran yang di gunakan pada
pengujian Marshall harus memenuhi beberapa persyaratan dalam
pengujiannya.
Adapun persyaratan campuran untuk laston dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Sifat- Sifat Campuran Spesifikasi Laston (AC-WC)


Jumlah tumbukan per bidang 75 kali
Rongga dalam campuran (VIM) 3,5 5,5 %
Rongga dalam Agregat (VMA) Min 15 %
Rongga terisi Aspal (VFA) Min 65 %
Stabilitas Min 800 kg
Pelelehan (Flow) Min 3 mm
Marshall Quotient (MQ) Min 250 kg/mm
Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)
Kesimpulan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai