Anda di halaman 1dari 108

PELAKSANAAN BETON

ASPAL CAMPURAN PANAS

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA1
Ir. SAKTYANU P S DERMOREDJO, MEngSc.

Latar Bekerja di Ditjen Bina Marga Dept. PU,


Belakang Dalam Perencanaan & Supervisi Jalan sejak 1980
S1 Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung. 1979
Pasca Sarjana Jalan Raya PU-ITB. Bandung 1980
Pendidikan S2 Geoteknik, University of New South Wales,
Sydney, Australia. 1992

Jabatan • Widyaiswara Madya Bidang Jalan & Sejak 2007


Saat ini Jembatan

Alamat saktyanu54@yahoo.com 0811875557

Riwayat • Staf Teknik di Subdit Teknik Jalan & Jbt. 1981-1994


Jabatan • Kepala Seksi Perencanaan Geometrik. 1994-1998
• Kepala Seksi Diseminasi Standar 1998-1999
• Analis Kebijakan, Kementerian Negara PU. 1999-2001
• Pejabat Fungsional Teknik Jln & Jbt Madya 2001-2007
• Tenaga Fungsional pada BPJT 2005-2007
• Widyaswara Madya Bid Jalan & Jembatan 2007- sekarang2
TYPE KERUSAKAN JALAN YANG DOMINAN PADA
PERKERASAN FLEXSIBLE

Cracking
Pothole

 Rutting
 Cracking
 Pothole
Rutting
3
Divisi 4. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
4.1 PELEBARAN, pelebaran jln dpt menciptakan
suasana aman bagi pemakai jln (kebebasan
samping yang cukup dgn lebar bahu jln yang
cukup)
 LEBAR GALIAN : MIN 1,2 m u/MEMBERIKAN RUANG
GERAK YANG CUKUP BAGI ROLLER UNTUK
MEMADATKAN Sub-GRADE. LEBAR GALIAN UNTUK
PELEBARAN SELEBAR 1,2 m DIPANDANG SEBAGAI
PELEBARAN PRAKTIS MINIMUM. DETAIL PELEBARAN
AKAN DITUNJUKKAN DALAM GAMBAR
 KETENTUAN INI TIDAK BERARTI PELEBARAN HARUS
MIN.1,2m DAN BAHU “GANTUNG “ DIIJINKAN !
 LAPIS PONDASI KELAS S HANYA UNTUK BAHU JALAN
TANPA PENUTUP
 TEBAL BAHU JALAN IDEALNYA SAMA DENGAN TEBAL
PELEBARAN AGAR DRAINASENYA BERFUNGSI
4
DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR & PERKERASAN BETON SEMEN
Seksi 5.1 Lapisan Pondasi Agregat
 Ada 3 kelas Pondasi : A (mutu pondasi atas), B (mutu
pondasi bawah), dan S (bahu jln tanpa penutup)
 Pemadatan -3%<OMC<1%

Seksi 5.2 Perkerasan Berbutir tanpa penutup


aspal.
 Tidak boleh dihampar & dipadatkan diwaktu hujan

 CEMENTED BASE : OMC & MDD


 SOIL CEMENT BASE : UCS ≥ 20kg/cm2 & < 35kg/cm2
 CEMENT TREATED BASE : UCS ≥ 42kg/cm2 & < 175 kg/cm2
 PORTLAND CEMENT CONCRETE : UCS ≥ 175kg/cm2
 HATI-HATI DNG CEMENTED BASE u/WIDENING
5
DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR & PERKERASAN BETON SEMEN

 LAPIS PONDASI AGREGAT


 KELAS A : CBR ≥ 90%, TERTAHAN #4 MEMPUNYAI 1
BIDANG PECAH (AGREGAT KASAR FULL CRUSHED).
APAKAH BOLEH DISUBSTITUSI DNG KELAS B?
DIAGRAM BOUSSINESQ !
 KELAS B : CBR ≥ 35%, MENGAPA HANYA 35%?
DIAGRAM BOUSSINESQ !
 KADAR AIR PEMADATAN : OMC – 3% s/d OMC + 1%
 MENGAPA MODIFIED PROCTOR (AASHTO T180) ?
 MENGAPA KEPADATAN HARUS ≥ 100% ? APAKAH
KORELASI CBR – KEPADATAN LINEAR ?

6
Seksi 5.2 Perkerasan Berbutir tanpa penutup
aspal.

7
PRODUKSI
AGREGAT

8
TIPIKAL PEMECAH PRIMER &
SEKUNDER

JAW CRUSHER CONE CRUSHER


9
Pemecah batu jenis jaw
1. Jenis rahang penjepit terdiri atas dua plat
salah satu posisi tetap yang lain
mendorong oleh satu atau dua batang
penggerak.
2. Penggerak tunggal digunakan
Penggerak tunggal Penggerak ganda untuk pemecah pertama dan pengerak
ganda untk pemecah kedua
Pemecah batu jenis
gyratory
1. Konus bergerak berputar dan bergoyang
turun naik dgn sudut variasi, konus bgn
dalam berputar eksentris.
2. Efektif untuk batuan yang abrasif dan
kasar dan kenyal
3. Menghasilkan batu lebih halus dan dapat
menangani batuan beragam, basah dan
berlempung
4. Harganya mahal

10
Pemecah batu jenis bentur (impact)
1. Palu dipasang pada posisi tetap atau
tergantung pada batang/tuas
dengan kecepatan tinggi.
2. Proses pemecahan dengan benturan
Pemecah bentur primer
hasilnya lebih kubikal
3. Palu dan batang dapat diganti
4. Jenis batu yang abrasif
5. Frekuensi pemeliharaan tinggi

Pemecah bentur batang horisontal


Pemecah bentur primer

Pemecah bentur
batang vertikal
Penggiling (Hammer mills)
Penggiling (Hammer mills)
11
TIPIKAL SCALPING & DEWATERING

PENCUCI AGREGAT/PASIR
SCALPING/
SARINGAN PEMISAH

TUJUAN : EFEKTIFITAS PEMECAHAN DAN DIPEROLEHNYA


AGREGAT YANG BERSIH 12
PELAKSANAAN BETON ASPAL
CAMPURAN PANAS

13
Pemeriksaan Mobilisasi Peralatan

Peralatan yang harus sudah


siap berada di lokasi
pekerjaan :
 Asphalt Sprayer

 Dump truck
 Finisher
 Tandem Roller
 Pneumatic Tyre Roller
14
Skema Penghamparan
Campuran Beraspal Panas
1 3 10
5 6

2 9
4 6 7

 Dalam Pelaksanaan penghamparan memerlukan adanya koordinasi dengan


semua rangkaian operasi yang terkait dengan suplai hotmix, karena
penghamparan hotmix bergantung pada kontinuitas suplai hotmix.
 Hal-hal yang perlu disinkronkan adalah:
1. Kapasitas AMP untuk produksi hotmix,
2. Armada dump truck untuk mengangkut hotmix dari lokasi AMP ke lokasi
penghamparan,
3. Kapasitas Asphalt Finisher.

15
 KEBUTUHAN PERSONIL :
 Tenaga kerja yang diperlukan untuk penghamparan di jalan,
misalnya untuk penghamparan sekitar 60 - 90 ton per jam
dengan ketebalan rata-rata 5 cm diperlukan minimal 7 orang,
yaitu:
1 - orang operator
1 – orang pengatur screed
1 – orang pengatur dump truck
2 – orang penyingkap material yang tersendat di pojokan
hopper dan dump truck (shovelers)
2 – orang raker (perata) yang menjaga agar material di
belakang Finisher tidak ada yang menggumpal dan menjaga
agar terdapat material yang cukup di tempat seperti
sambungan
Jumlah tenaga tersebut belum termasuk operator dan pembantu
operator alat Asphalt Sprayer dan alat pemadat.
16
Pemeriksaan Komponen Asphalt Sprayer

 Asphalt sprayer digunakan untuk


pekerjaan penyiapan permukaan sebelum
penghamparan campuran beraspal panas,
yaitu menyiramkan lapis perekat (tack
coat) atau lapis resap ikat (prime coat) di
atas permukaan yang sudah disiapkan.

17
Pemeriksaan
Komponen Alat Penghampar (Finisher)

 Alat penghampar atau Finisher adalah alat untuk


menampung aspal campur panas (hotmix) yang
dituangkan oleh dump truck, menghamparnya dengan
rata menurut tebal dan lebar tertentu, sambil
dipadatkan pada kerataan/kemiringan tertentu,
dengan pinggir yang rata dan lurus
 Komponen-komponen terpenting dari Asphalt Finisher
1. Bak penampung aspal campur panas (hopper)
2. Ulir pembagi (auger)
3. Pemadat (tamper)
4. Sepatu perata (screed)
5. Tenaga penggerak
18
Pemeriksaan Komponen Alat Pemadat
Alat pemadat harus tersedia sekurang-kurangnya:
 Satu mesin pemadat roda baja (Tandem roller),
mampu memberikan tekanan pada roda belakang
minimum 200 kg/0,1 meter lebar, berat statis
minimum 6 Ton.
 Satu mesin pemadat roda karet (Pneumatic tyre
roller, PTR) 9 roda dengan tekanan roda 8,5
kg/cm2. Beban per lebar roda karet antara 1500
kg dan 2500 kg.

Pada kapasitas AMP tertentu (kapasitas lebih dari


90 Ton/jam) diperlukan lebih dari 1 pemadat PTR,
untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan.
19
Pemeriksaan Sebelum Penghamparan

Hal yang perlu dipersiapkan:

1. Persiapan peralatan dan personil

 Keseluruhan peralatan satu minggu sebelum pekerjaan


dimulai telah dilapangan dengan kondisi baik
 Bahan bakar minyak untuk peralatan dan pemeliharaannya
selama pekerjaan sudah diperhitungkan.
 Kesiapan personil untuk melaksanakan pekerjaan.
 Seluruh peralatan manual dan rambu-rambu lalu-lintas
lengkap dan tersedia
 Transportasi untuk campuran material terjamin sehingga
dapat dipastikan bahwa pekerjaan penggelaran akan berjalan
secara lancar/kontinyu. 20
Pemeriksaan Sebelum Penghamparan

2. Persiapan pekerjaan lapangan

 Kesiapan permukaan jalan yang akan


dihampar/eksisting;
 Pemeriksaan kerataan permukaan dan kemiringan
melintang jalan;
 Pengendalian elevasi horisontal dan vertikal
dilakukan dengan membuat patok ketinggian atau
digunakan alat penghampar yang mempunyai
pengatur elevasi otomatis.

21
Penyiapan Permukaan dengan Lapis
Resap Ikat atau Lapis Perekat)
 Lapis Resap Pengikat (prime coat) dihampar di atas
permukaan pondasi tanpa bahan pengikat seperti lapis
fondasi agregat.
 Lapis Perekat (tack coat) dihampar di atas permukaan
berbahan pengikat seperti Lapis Penetrasi Macadam, Laston,
Lataston dan diatas Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan
Beton, dsb.
 Pemasangan lapis resap pengikat atau lapis perekat
dilaksanakan setelah permukaaan lama dibersihkan dengan
compressor udara atau sikat mekanis sehingga tekstur
perkerasan lama terlihat jelas.

22
Lapis Resap Pengikat

Kegunaannya Lapis Resap Pengikat (prime coats) :

o Memberi daya ikat antara lapis fondasi agregat dengan


campuran beraspal.

o Mencegah lepasnya butiran lapis fondasi agregat jika


dilewati kendaraan (sebelum dilapis dengan campuran
beraspal).

o Menjaga lapis fondasi agregat dari pengaruh cuaca,


khususnya hujan. Sehingga air tidak masuk ke dalam lapis
fondasi agregat yang jika terjadi dapat menyebabkan
kerusakan struktur.
23
Lapis Resap Pengikat

 Bahan lapis resap pengikat umumnya adalah aspal dengan


penetrasi 80/100 atau penetrasi 60/70 yang dicairkan dengan
minyak tanah. Volume yang digunakan berkisar antara 0,4
sampai dengan 1,3 liter/m2 untuk lapis pondasi agregat kelas A
dan 0,2 sampai 1 liter/m2 untuk pondasi tanah semen.

 Lapis resap pengikat yang berlebih dapat mengakibatkan


pelelehan (bleeding) dan dapat menyebabkan timbulnya bidang
geser.
24
Lapis Perekat (Tack Coat)
 Kegunaan memberi daya ikat antara lapis lama dengan baru,
dan dipasang pada permukaan beraspal atau beton semen
yang kering dan bersih.
 Jika daya ikat yang dihasilkan tidak baik, akan menyebabkan
terjadinya pergeseran atau slip.
 Lapis beraspal yang baru akan menjadi sungkur (shoved)
searah pergerakan lalu-lintas, terutama pada daerah-daerah
tanjakan/turunan atau lokasi-lokasi perlambatan/ percepatan.
 Bahan lapis perekat adalah aspal emulsi yang cepat menyerap
atau aspal keras pen 80/100 atau pen 60/70 yang dicairkan
dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian
aspal.
25
Takaran Pemakaian Lapis Perekat dan
Temperatur Penyemprotan

26
Bagan Alir
Pekerjaan
Pemasangan
Lapis
Perekat/
Pengikat

27
Persiapan Permukaan
 Penghamparan diatas lapis pondasi agregat harus
memperhatikan kesiapan permukaan seperti
kepadatan, kerataan, tekstur, kadar air permukaan
dan lainnya.
 Sementara untuk penghamparan di atas lapisan
beraspal, kerusakan-kerusakan yang terjadi seperti
retak, alur, dan lainnya harus diperbaiki terlebih
dahulu.
 Sebelum penghamparan harus dilakukan pemasangan
lapis resap pengikat (prime coats) atau lapis perekat
(tack coats) pada permukaan perkerasan yang telah
siap dengan kualitas dan kuantitas seperti yang
disyaratkan.
28
Penghamparan di Atas Lapis
Pondasi Agregat
 Hal – hal yang harus dipenuhi:
1. Tekstur permukaan lapis pondasi agregat sudah relatif baik. Bagian-bagian
yang mengalami segregasi dan degradasi harus diperbaiki.
2. Ketebalan dan elevasi permukaan lapis pondasi telah sesuai dengan rencana
dan kerataan permukaan lapis pondasi memenuhi toleransi yang disyaratkan,
yang diuji dengan alat mistar datar 3 meter (straight edge) baik arah
melintang maupun arah memanjang.
3. Kepadatan lapis pondasi harus sesuai persyaratan, yang diuji dengan
pengujian konus pasir (sand cone) atau metoda standar lainnya yang diijinkan.
4. Kadar air lapis pondasi agregat di bawah kadar air optimum (tidak basah atau
becek). Kondisi basah akan menyebabkan lapis resap pengikat tidak menyerap
dengan baik ke lapis pondasi agregat, yang berakibat daya lekatnya menjadi
berkurang.
5. Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu, plastik , dan lain-
lain.

29
Penghamparan di Atas Lapis
Beraspal
Harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Kerusakan-pada permukaan harus sudah diperbaiki, metoda
perbaikan adalah dengan pembongkaran dan penambalan,
2. Kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan telah
memenuhi persyaratan, yang diukur dengan mistar datar 3
meter (straight edge), jika diperlukan dapat dilakukan
pekerjaan perataan (levelling),
3. Dilakukan lapis per lapis dalam satu pekerjaan, maka
persyaratan kualitas dan kuantitas lapis beraspal di
bawahnya harus sudah terpenuhi, termasuk pengujian
kepadatan, ketebalan dan elevasi. Setelah lapis pertama ini
selesai, pemberian lapis perekat (tack coats) harus tetap
dilaksanakan.
30
Pembersihan Lahan
1. Permukaan harus dibersihkan dengan memakai
sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi
keduanya.
2. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20
cm dari tepi bidang yang akan disemprot.
3. Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda
asing harus disingkirkan dengan memakai
penggaru baja dan bagian yang telah digaru
tersebut harus dicuci dengan air dan disapu.
4. Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh
dimulai sebelum perkerasan telah disiapkan.
31
Typikal Skema Aspal Distributor

32
Tata cara penyemprotan dengan metode
overlap

Kurang tinggi, semprotan tidak overlap

Ketiggian cukup, semprotan overlap 2 kali

3/2 h

Ketinggian cukup, semprotan overlap 3 kali

Hasil Pemberian Tack/Prime Coat yang Tidak Baik


a. b.
33
Temperatur Pemanasan dan
Penyemprotan Lapis Resap Pengikat dan
Lapis Perekat
Tipe dan Grade Temperatur
Aspal Penyemprotan

F C
SS-1 70-160 20-70

SS-1h

-1 70-160 20-70

-1h

MC-30 85+ 30+


MC-70 120+ 50+

MC-250 165+ 75+


34
KERUSAKAN PERKERASAN AKIBAT BAHAN LAPIS RESAP PENGIKAT
DAN LAPIS PEREKAT YANG KURANG BAIK

BEBAN KENDARAAN

Agregat base

Diperlukan lapis perekat yang baik,


atau yang boundingnya kuat dan
tidak terlalu banyak.
Diperlukan lapis resap
pengikat yang dapat
meresap setebal mungkin
Diperlukan lapisan agregat yang kompak (2-3 Cm) dan mempunyai
atau mempunyai tingkat kepadatan yang boundingnya kuat .
35
tinggi.
TACK COAT KURANG, KIRI
TACK COAT BAIK, KANAN

36
PENYEMPROTAN TACK COAT YG BAIK

37
PELAKSANAAN TACK COAT YG JELEK

38
TACK COAT YANG TERANGKAT BAN
KARENA PERMUKAAN KOTOR

39
TAKARAN PENYEMPROTAN TACK COAT
 Tack coat harus disemprot tipis, merata menutup 90
% permukaan, kekurangan tack coat menyebabkan
kurang ikatan antar lapisan, kelebihan akan
menyebabkan selip dan lapisan tergeser dan dapat
menyebabkan bleeding.

 Permukaan perkerasan yg kasar memerlukan tack coat


yg banyak, permukaan yg dimilling memerlukan 20 –30
% lebih banyak dari lapisan biasa.

 Asphalt distributor alat yang dipakai untuk


menyemprot tack coat, harus dikalibrasi dgn baik

40
ASPHALT DISTRIBUTOR

41
Pemeriksaaan hasil Penyemprotan

a. Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan


cukup kuat di atas permukaan yang
disemprot.

b. Pemeriksaan terhadap permukaan yang


disemprot yang menunjukkan adanya bahan
aspal yang berlebihan atau kurang
takarannya.

42
Pemeliharaan
a. Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup,
terlebih dahulu harus melindunginya dari kerusakan
dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu
lintas.

b. Pemberian kembali Lapis Perekat (retackcoating)


harus dilakukan bila Lapis Perekat telah mengering
sehingga hilang atau berkurang kelengketannya.

c. Pengeringan lapis perekat yang basah akibat hujan


turun dengan tibatiba dengan menggunakan udara
bertekanan (compressor) dapat dilakukan
43
Persiapan alat penghamparan
1. Sebelum mulai penghamparan ialah menentukan lebar dan tebal hamparan
material.
2. Penyetelan screed menurut tebal, kemiringan, dan lebar hamparan yang
dikehendaki.
3. Pintu pengatur keluarnya hotmix dari hopper (feeder gate) distel bukaannya,
setelah terlihat material tersebar merata di ruang ulir pembagi (auger) dan
tingginya sudah setengah tinggi auger.
4. Mengatur ketebalan dan kemiringan permukaan hamparan dapat dilakukan secara
manual atau otomatis. Pengatur ketebalan manual terdapat di bagian kanan dan
kiri sepatu perata (screed).
5. Pada saat hopper akan diisi, alat penghampar sudah mulai jalan dan dump truck
sudah mundur sampai rol pendorong alat penghampar sudah menempel di ban
roda belakang dump truck.
Diagram Pengoperasian Alat
Pada pekerjaan Pengaspalan

44
Penerimaan Campuran Beraspal
Harus berdasarkan :
1. Pemeriksaan dan evaluasi berdasarkan tiket
pengiriman,
2. Pemeriksaan dan evaluasi campuran
beraspal berdasarkan pengamatan secara
visual.

45
Pemeriksaaan Secara Visual
1. Berasap biru, Warna asal campuran dapat diamati pada saat pengisian
muatan campuran beraspal dari AMP.
2. Tampak kaku, Tampak visual campuran beraspal yang kaku
mengindikasikan campuran tersebut telah dingin.
3. Permukaan tampak rata, Pada umumnya permukaan campuran beraspal
di atas truk membentuk bukit. Jika permukaan tersebut terlihat agak rata,
maka kemungkinan campuran beraspal kelebihan aspal atau kadar air.
4. Segregasi, Segregasi umumnya terjadi akibat kesalahan penanganan
selama penghamparan, tetapi bisa juga terjadi
5. Terkontaminasi, Campuran beraspal dapat terkontaminasi bahan-bahan
asing seperti minyak tanah, oli, plastik, kertas, kain atau lainnya.
6. Agregat tidak terselimuti aspal dengan baik, Campuran beraspal yang
memperlihatkan adanya agregat yang tidak terselimuti aspal dengan baik,
menunjukkan terjadinya penyimpangan pada unit produksi.
7. Ada agregat yang tidak terselimuti aspal sama sekali, Agregat yang
tidak terselimuti aspal sama sekali kemungkinan jatuh ke atas truk
8. Spot-spot aspal terlihat gumpalan atau spot-spot aspal pada campuran
beraspal yang kemungkinan disebabkan oleh bocornya pipa penyemprot
aspal,

46
Persyaratan Pelaksanaan Penghamparan
1. Temperatur harus diperiksa pertama kali di atas truk, kemudian di
periksa kembali setelah penghamparan sebelum pemadatan.
2. Pemadatan dilakukan setelah temperatur campuran mencapai
temperatur pemadatan.
3. Pemadatan akhir (finishing rolling) tidak boleh dilakukan bila
temperatur campuran sudah berada diluar rentang temperatur
pemadatan yang diizinkan.
4. Tekstur permukaan harus seragam dan baik. Tekstur yang kurang baik
dapat disebabkan oleh campuran beraspal terlalu dingin, jika terjadi pada
awal penghamparan kemungkinan pelat screed tidak dipanaskan.
5. Kerataan permukaan harus sesuai. Penghamparan yang tidak menerus
dapat menyebabkan permukaan tidak rata pada sambungan.
6. Gradasi yang tidak sesuai, perubahan kecepatan penghamparan, dan
dorongan dari truk saat pengisian juga dapat menyebabkan permukaan
tidak rata.
7. Kemiringan melintang dan memanjang harus diperhatikan terlebih
pada daerah tikungan.
47
Koordinasi antara AMP dengan Lapangan

8. Sambungan melintang dan memanjang harus dibuat


tegak lurus. Metoda yang dilakukan dapat berupa
pemotongan sambungan sebelum dimulainya penghamparan,
9. Kontinuitas penghamparan memberikan kualitas
perkerasan yang baik.
10. Untuk menjaga kontinuitas penghamparan maka diperlukan
koordinasi antara lapangan dengan unit pencampur aspal
(AMP).
11. Selang waktu pengiriman yang terlalu lama akan
menyebabkan sambungan dan tekstur kurang baik karena
campuran beraspal yang dihampar sudah dingin.

48
Pengaturan ketebalan dan kemiringan
melintang
 Pengaturan screed dilakukan secara bertahap Jika kondisi
keseimbangan (equilibrium) baru dapat tercapai kurang lebih
setelah alat penghampar (finisher) bergerak sejauh 5 kali
panjang lengan screed. Pengaturan screed diusahakan
sejarang mungkin, karena selama proses menuju
keseimbangan (equilibrium) tersebut hasil yang diperoleh
kurang sesuai baik ketebalan maupun teksturnya karena
sudut gesek antara pelat screed dengan campuran beraspal
berubah
 Jika hasil penghamparan sudah menunjukkan hasil tekstur
yang seragam, maka Ketebalan dan kemiringan melintang
yang Tidak diperlukan khususnya untuk alat penghampar
dengan pengontrolan manual.
49
Pengaturan lebar penghamparan

Lebar penghamparan disesuaikan sehingga untuk penghamparan


lapis per lapis, maka sambungan tidak terletak pada satu garis
vertikal untuk tiap lapisnya.

Misalnya untuk penghamparan dua lajur. Pada lapis pertama


penghamparan pada lajur ke-1 dilebihkan lebarnya sekitar 10 cm
(lebar penghamparan 3,60 m) ke arah sambungan. Selanjutnya
pada penghamparan lapis kedua maka penghamparan pada lajur
ke-1 dikurangkan lebarnya sekitar 10 cm (lebar penghamparan
3,40 m) ke arah sambungan. Perbedaan posisi sambungan
tersebut paling sedikit sejauh 15 cm.

50
 Sambungan melintang
Sambungan
 Bentuk sangat tergantung dari apakah perkerasan tersebut dilewati lalu-

lintas atau tidak.  Jika perkerasan tidak dilewati lalu-lintas maka pada
akhir penghamparan sambungan dapat dibuat tegak,
 Jika akan dilewati lalu-lintas maka sambungan tersebut harus dibuat

membentuk taper (miring) sebagai peralihan ketebalan.

 Sambungan memanjang
Diperlukan jika penghamparan dilakukan dalam beberapa lajur.
Sambungan dipisahkan menjadi dua, yaitu:
1. Sambungan panas dapat dilakukan jika alat penghampar (finisher)
menghampar berbarengan pada dua sisi.
2. Sambungan dingin, salah satu telah selesai dipadatkan (dingin) dan baru
kemudian dilakukan penghamparan pada sisi sebelahnya.

51
Pemeriksaan Penghamparan
1. Temperatur, harus diperiksa pertama kali di atas truk.
Berikutnya setelah campuran beraspal dihampar dengan
selang jarak tertentu sampai campuran tersebut siap
dipadatkan.

2. Tekstur Permukaan, Tekstur yang terbuka dapat disebabkan


oleh campuran beraspal terlalu dingin, jika terjadi pada
awal penghamparan kemungkinan pelat screed tidak
dipanaskan pada saat awal penghamparan.

3. Kerataan permukaan, Penghamparan yang tidak kontinyu


dapat menyebabkan permukaan tidak rata terutama pada
sambungan melintang. Gradasi yang tidak sesuai,
perubahan kecepatan penghamparan, dan dorongan dari
truk pada saat pengisian campuran beraspal ke finisher,
menyebabkan permukaan tidak rata.
52
Pemeriksaan Penghamparan
4. Ketebalan, Ketebalan hamparan campuran beraspal dalam
kondisi gembur dapat diukur dengan batang penyolok yang
telah diberi tanda ketebalan. Seperti halnya perubahan
tekstur, maka perubahan ketebalan juga dapat disebabkan
oleh terganggunya keseimbangan (equilibrium) pelat screed

5. Kemiringan melintang dan memanjang harus diperhatikan


terlebih pada daerah tikungan atau superelevasi.
Penyebaran campuran beraspal pada tepi dan tengah harus
merata, sehingga saat pemadatan akan diperoleh
penurunan yang seragam dan harus dibuat tegak dan tidak
ada perbedaan tinggi. Secara lebih detil mengenai
penyambungan telah dibahas sebelumnya.

53
Prinsip Pemadatan
3 gaya utama pemadatan:
1. Gaya tekan alat pemadat,
2. Gaya tahan pada campuran beraspal yang baru dihampar, dan
3. Gaya tahan pada lapisan di bawahnya yang telah stabil (lapis fondasi
agregat atau existing lapis beraspal).

 Untuk memperoleh pemadatan yang baik, maka gaya tahan lapisan


yang telah stabil harus seimbang dengan gaya tekan alat pemadat.
Atau dengan kata lain campuran beraspal seolah-olah mendapat
gaya tekan dari atas dan bawah.

 Jika lapisan yang stabil (lapis fondasi agregat atau lapis beraspal di
bawahnya) belum cukup padat maka kepadatan campuran beraspal
kemungkinan tidak akan tercapai sesuai persyaratan.
54
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Faktor yang mempengaruhi


keberhasilan pemadatan campuran
beraspal:
1. Karakteristik campuran
2. Pengaruh lingkungan
3. Ketebalan hamparan
4. Alat pemadat yang digunakan
55
Alat Pemadatan
Peralatan pemadat ada dua jenis yaitu:
a. Pemadat dengan roda besi (licin), dan
b. Pemadat dengan roda ban karet.

Pemadat dengan roda besi (licin) atau selanjutnya disebut mesin gilas (road
roller) dapat dibedakan dari jumlah dan susunan rodanya, beratnya (dari 0,6
sampai 18 ton), dan dari mekanisme pemadatannya, statis (static) dan
bergetar (vibrating).

Mesin gilas menurut jumlah dan susunan rodanya:


 Mesin gilas satu roda
 Mesin gilas dua roda dengan dua roda pendukung
 Mesin gilas satu roda dengan dua roda pendukung
 Mesin gilas dua roda dengan dua sumbu (tandem roller)
 Mesin gilas tiga roda dengan tiga sumbu (3- wheel tandem roller)
 Mesin gilas tiga roda dua sumbu (3-wheel roller)

56
Alat Pemadatan
Menurut beratnya terdapat antara lain :
1. Mesin gilas ringan satu roda, berat 0,6 ton, dipergunakan
untuk pemadatan perbaikan dan konstruksi skala kecil
2. Mesin gilas getar ringan dua roda, berat 0,5 - 2 ton,
dipergunakan untuk pemeliharaan jalan, dan konstruksi
jalan samping
3. Mesin gilas statis atau getar medium, dua atau tiga roda (3-
wheel dan tandem), berat 6- 10 ton, dipergunakan untuk
pemadatan gravel dan agregat, serta pekerjaan
pengaspalan jalan dan pemadatan campuran beraspal
panas.
4. Mesin gilas berat, 13 - 18 ton, dipergunakan untuk
pemadatan tahap akhir pekerjaan sub-base, base, dan
permukaan jalan
57
Pelaksanaan
Derajat kepadatan yang dicapai campuran beraspal
sangat bergantung pada usaha pemadatan yang
dilakukan.

Tahapan pemadatan campuran beraspal dilakukan


dalam tiga operasi yang terpisah, yaitu :
 Pemadatan awal (breakdown rolling)

 Pemadatan antara (intermediate rolling)

 Pemadatan akhir (finish rolling)

58
Pemadatan awal (breakdown rolling)
 Pemadatan yang dilakukan setelah
penghamparan pada selang temperatur yang
disyaratkan dengan rentang waktu 0-10 menit
setelah penghamparan.
 Berfungsi memberi pemadatan awal agar
campuran beraspal menjadi relatif stabil (diam)
untuk dilewati pemadat berikutnya.
 Pemadatan awal dapat dilakukan dengan mesin
gilas roda baja statis atau bergetar dengan
berat 6-8 ton.
 Jumlah lintasan pada pemadatan ini biasanya
berkisar antara 2 – 3 passing (1 passing = 2
lintasan; pergi dan pulang), dengan kecepatan 3-
4 km/jam. 59
Pemadatan Antara (Intermediate Rolling)

 Pemadatan utama (main rolling) yang berfungsi untuk


mencapai kepadatan yang diinginkan, dengan jumlah
lintasan dan selang temperatur campuran beraspal
tertentu.
 Dilaksanakan segera setelah pemadatan awal selesai
dengan rentang waktu 5-15 menit. Pemadatan antara
dilakukan dengan menggunakan mesin gilas roda ban karet
(pneumatic tyre roller).
 Jumlah lintasan pada pemadatan ini ditentukan
berdasarkan hasil dari percobaan pemadatan dengan
menggunakan alat pemadat yang akan digunakan selama
pekerjaan pengaspalan, biasanya berkisar antara 13 - 16
passing.
60
Pemadatan Akhir (finish rolling)

 Pemadatan terakhir/penyelesaian berfungsi


meningkatkan penampakkan permukaan akibat roda
pemadat roda karet.
 Dilakukan setelah pemadatan antara selesai dan
harus dihentikan bila bekas jejak roda pemadat
roda karet sudah hilang atau bila temperatur
campuran beraspal yang dipadatkan sudah mencapai
batas minimum temperatur pemadatan yang
diizinkan dengan rentang waktu tidak lebih dari 45
menit setelah penghamparan.
 Pemadatan ini umumnya dilakukan dengan pemadat
mesin gilas roda baja tandem statis, berat 5-10 ton.
61
Faktor yang Perlu Diperhatikan Selama
Pelaksanaan Pemadatan
1. Kecepatan penghamparan,
 Kecepatan penghamparan yang tinggi harus diimbangi
dengan kecepatan pemadatan yang tinggi.
 Semakin cepat gerakan alat pemadat melewati suatu
segmen campuran beraspal, maka semakin sedikit
waktu pemadatan dan usaha pemadatan yang
dilakukan pada segmen tersebut.
2. Ketebalan,
3. Hamparan, dan
4. Tahapan Pemadatan.

62
Jumlah Lintasan
 Pemadatan awal dilakukan sebanyak 2 - 3 passing,
 Pemadatan antara dilakukan 13 – 16 passing, dan
 Pemadatan akhir 1 - 2 passing.
 Jumlah passing sangat tergantung pada
karakteristik campuran, ketebalan, dan kondisi
lingkungan.
 Untuk memperoleh jumlah passing yang sesuai
maka harus dilakukan uji coba pemadatan terlebih
dahulu.
 Satu lintasan (1 passing) didefinisikan sebagai
pergerakan pemadat dari titik tertentu ke suatu
arah dan kemudian kembali ke titik tersebut. Jadi
1 passing sama dengan 2 lintasan 63
Cara pemadatan
Hal yang perlu diperhatikan:
a. Pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari tepi perkerasan sejajar as
jalan menuju ke tengah.
b. Pada tikungan, pemadatan dimulai dati bagian yang rendah sejajar as
jalan menuju ke bagian yang tinggi.
c. Pada bagian tanjakan dan turunan, harus dimulai dari bagian yang
rendah sejajar as jalan menuju ke bagian yang tinggi.
d. Mencegah pelekatan campuran pada mesin gilas, maka roda mesin
gilas perlu terus dibasahi dengan air.
e. Roda penggerak mesin gilas pada setiap lintasan pertama harus
ditempatkan dimuka menuju arah penghampar (karena roda
penggerak mesin gilas selalu roda belakang, maka gerakan mesin gilas
adalah mundur ke arah penghampar).
f. Tahapan pemadatan, telah ditetapkan rentang temperatur yang
diijinkan. Rentang temperatur tersebut dipengaruhi oleh viskositas
aspal.
g. Lalu lintas bisa dibuka dengan kecepatan rendah, setelah selesai
pemadatan akhir dan temperatur sudah di bawah titik lembek aspal
yang digunakan (setelah 2 jam). Lalu lintas dibuka penuh, 4 jam
setelah pemadatan akhir.
64
Ilustrasi Hubungan antara Penurunan Temperatur,
Kepadatan Lapis Beraspal dan Waktu

65
Rentang Waktu Pemadatan
(The Asphalt Institute, 1983)

66
Rentang Temperatur Pemadatan dan
Viskositas Aspal

Viskositas Suhu campuran beraspal


Tahapan pemadatan PA.S Pen 40 Pen 60 Pen 80
Pemadatan awal (breakdown) 1-2 130 - 150 125 - 145 115 - 135
Pemadatan antara (intermediate) 2 - 20 105 - 130 100 - 125 90 - 115
Pemadatan akhir (finishing) <20 >100 >95 >85

67
Pola (pattern) Pemadatan
1. Pemadatan campuran beraspal yang kurang atau sama dengan 5 cm tebal
padat, pola pemadatan seperti berikut ini.
− Dimulai dari sambungan melintang
− Sambungan memanjang
− Selanjutnya tepi luar
− Pemadatan dimulai dari sisi yang rendah bergerak ke sisi yang lebih
tinggi

2. Pemadatan campuran beraspal dengan tebal padat lebih dari 5 cm tebal


padat, pola pemadatan seperti di bawah ini.
− Dimulai dari sambungan melintang
− Selanjutnya sambungan memanjang
− Pada tepi yang tidak mempunyai penahan, pemadatan dimulai dari jarak
300mm-380 mm dari tepi tanpa penahan, kemudian bergerak ketepi
yang lain.
− Pemadatan dimulai dari sisi yang rendah bergerak kesisi yang lebih
tinggi. 68
Pola (Pattern) Pemadatan

69
Pelaksanaan Pemadatan Sambungan Memanjang

70
Catatan:
 Jika penghamparan dilakukan dalam dua lajur secara
bersamaan, maka sambungan pada arah melintang
biasa disebut sambungan panas (hot joint).
 Pada pemadatan dijalan dengan kelandaian tinggi,
maka penggunaan alat pemadat harus diperhatikan,
karena ada kecenderungan campuran beraspal akan
terdorong ke arah turunan jalan.
 Penggunakan alat pemadat roda karet pneumatik
tidak disarankan untuk digunakan sebagai alat untuk
pemadatan awal.
 Jika menggunakan mesin gilas penggetar, getarannya
dimatikan sehingga menjadi statis dan baru
dihidupkan penggetarnya setelah campuran beraspal
cukup stabil.
71
Campuran Beraspal Panas
 PENGOPERASIAN AMP

 Dasar kegunaan AMP adalah menakar secara


proporsional,memblending,memanaskan agregat dan
aspal yg sesuai JMF.
 Ada dua macam jenis AMP yg sering digunakan yaitu
jenis Batch Plant dan Drum mix plant tiap jenis ini
menghasilkan kualitas yang sama, pemilihan jenis ini
tergantung faktor pembelian harga alat, biaya
operasi, dan banyaknya produk serta fleksibilitas
secara lokal.
 Saat ini di Amerika 70 % masih mengunakan AMP
jenis Batch, tetapi pengadaan yg sekarang, hampir 90
% mengunakan jenis Drum.
72
BATCH PLAN

73
74
75
BAGIAN2 AMP YANG KURANG
MENDAPAT PERHATIAN

1. Bin dingin 7. Pipa pemasok aspal


2. Feeder, 8. Bin Panas
3. Dryer 9. Pugmill/mixer
4. Exhaust fan 10.Thermometer
5. Filler feeder
6. Timbangan

76
AMP
 COLD BIN
 CONVEYOR BELT : sobek tidak ?
 DRYER : sisa minyak yang tidak terbakar ?
 DUST COLLECTOR : primair & sekunder
 SCREEN : ukuran, aus atau berlubang ?
 TIMBANGAN
 KALIBRASI : HARUS NOL JIKA TIDAK BERMUATAN
 PUGMILL
 PADDLE : TIDAK AUS, ARAH SESUAI MANUAL
 HIDROLIK : TIDAK BOCOR SAAT DRY MIX
77
PENIMBUNAN DUA JENIS AGREGAT

78
Tidak terdapatnya pembatas tiap
fraksi agregat pada cold bin

79
Kesalahan pada bin dingin

80
Akibat:

 Tidak konsistennya pasokan gradasi


agregat ke hot bin

 Mutu campuran tidak konsisten

 Kemungkinan overflow lebih banyak


terjadi

81
Kondisi lubang pengeluar agregat (gate)
cold bin tidak memenuhi syarat

82
Tidak sesuainya lebar bucket loader
pemasok dengan mulut cold bin

83
COLD BIN

 TIDAK ADA SKALA  PINTU TERLALU LONGGAR


 TIDAK ADA PENGUNCI  ADA PENGUNCI TAPI GOYAH
 SKALA TERLALU KASAR 84
LANJUTAN COLD BIN

 TIDAK ADA SEKAT PADA  CONVEYOR PANJANG


BAGIAN ATAS COLD BIN  JARAK COLD BIN RAPAT,
 MATERIAL TUMPANG TINDIH DAPAT DIRENGGANGKAN ?
85
UKURAN KAWAT utk AYAKAN

 RUJUKAN AASHTO M92


 SETIAP AYAKAN MEMPUNYAI DIAMETER
KAWAT YANG TERSENDIRI
 SEMAKIN BESAR AYAKAN SEMAKIN BESAR
DIAMATER KAWAT
 ARTI #4 : SETIAP INCH ADA 4 LUBANG
 # 4 = 4,75 mm
 DIA. KAWAT= (25,4 – 4 x 4,75)/4 = 1,6 mm
 DIA. KAWAT SESUAI AASHTO = 1,54 mm

86
Kondisi belt conveyor yang
tidak laik pakai

87
Agregat basah

88
Kesalahan pada dryer

Warna asap hitam akibat dryer (sistem pembakaran)


tidak sempurna

Agregat tercemar

89
Kemiringan drum tidak sesuai
persyaratan dan bocor

90
Polusi debu di AMP

91
SARINGAN PANAS TIDAK
SEMPURNA

92
Timbangan yang tidak berfungsi
dengan baik akibat tidak dikalibrasi

93
Kotoran yang menempel pada
pedal mixer

94
Campuran tidak homogen

95
KALIBRASI COLD BIN

 DURASI HARUS CUKUP AGAR KESALAHAN


DAPAT DIPERKECIL
 KOREKSI KADAR AIR DIHARUSKAN
 PLOTTING HARUS PADA 1 LEMBAR KERTAS
UNTUK SEMUA GRAFIK
 TITIK 0 (NOL) SEBAGAI TITIK BANTU
 GRAFIK BERUPA GARIS LENGKUNG
 X : OUTPUT & Y : OPENING GATE MAKA BENTUK
KURVA CEMBUNG

96
LANJUTAN COLD BIN

CALIBRATION COLD BIN CALIBRATION COLD BIN


14 14

5 - 10
12 12
5 - 10

Opening Gate (cm)


Opening Gate (cm)

10 10
10 - 19
8 8
10 - 19
6 6 0-5

Sand 0-5
4 4

2 2
Sand

0 0
0 10 20 30 0 10 20
Output (ton/hours) Output (ton/hours)

 Grafik ada yang lurus & kurva  Grafik lurus dalam 1 lembar
dalam 1 lembar  Pada bukaan 0 tapi ada
 Grafik Sand & 0-5 saling output
97
berpotongan
OVER HEATING

 ASPHALT STORAGE 200°C  HOTBIN 260°C


 SIFAT-SIFAT KIMIA ASPAL  DAPAT DISEBABKAN OLEH
BERUBAH, MENJADI GETAS BERVARIASINYA KADAR AIR
98
DALAM STOCKPILE AGREGAT
KESALAHAN UMUM PADA PAVER
 HOT MIX
PADA
HOOPER
DIHABISKAN
 HOT MIX
DITEBAR
DIDEPAN
PAVER
 HOT MIX DI
TEBAR
DIBELAKANG
PAVER
KEMUDIAN
DI-RAKING

99
100
benar

salah

101
102
 OPERATOR FINISHER
Harus mengatur kecepatan finisher
sehingga harus selalu dalam keadaan
bergerak menyebar material.
Tidak boleh sering berhenti
Track Finisher tidak boleh menginjak
kotoran- kotoran, batu-batu ataupun
tumpahan-tumpahan aspal
Daerah yang akan diinjak track finisher harus
bersih
Tidak boleh menyetel ketebalan terlalu sering
Kalau tidak perlu benar tidak boleh merubah-
rubah tebal 103
104
Sebelum mengoperasikan finisher maka screed
harus bersih dan licin tidak boleh ada bekas-bekas
aspal yang melekat
Tidak boleh menabur-nabur material dan
melakukan rigging bila tidak perlu
Material sisa rigging tidak boleh dikembalikan ke
finisher
Truck tidak boleh membentur Finisher, tetapi
yang membentur dan mendorong truck
Sebelum Finisher beroperasi Truck dengan
muatannya harus terkumpul dulu beberapa buah,
baru operasi penghamparan dimulai.
Sebelum muatan di Hopper habis, truck berikutnya
harus sudah menempel ke Finisher dan siap untuk
menumpahkan muatannya. 105
 Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemadatan
 Pemadatan dengan Roller apapun harus dari bagian yang
terendah dulu kemudian menggeser ke bagian yang lebih
tinggi.

 Roller harus berjalan mundur (Roda penggerak di depan)

 Pemadatanbagian tepi harus dipadatkan paling akhir dari


suatu pemadatan dengan Roller tertentu dengan lebar 20
cm

 Roda-roda Roller (baik besi maupun karet) harus dibasahi


dengan air agar butir-butir pasir pada lapisan yang dipadatkan
tidak melekat pada roda. Tetapi air tidak boleh terlalu banyak
yang dapat menyebabkan temperatur aspal menjadi cepat
dingin.
106
 Selama roda masih dilekati oleh pasir, maka ini tanda bahwa
aspal masih terlalu panas dan pemadatan tidak boleh
diteruskan. Apabila terus terjadi demikian pada temperature
pemadatan, hal diatas dapat dihindari dengan
mencampurkan sedikit deterjen pada tangki air.

 Dalam hal digunakan dua buah Roller sejenis secara


bersamaan, maka kedua Roller tersebut tidak boleh
bergerak berdampingan. Satu harus kedepan yang lain
dengan bekas jejak roda berhimpit selebar + 20 Cm

 Roda Roller selalu harus bersih tidak boleh ada aspal


atau kotoran yang melekat

107
 Larangan-Larangan Pada Waktu Pemadatan
 Tidak
boleh menghentikan Roller diatas material yang
sedang dipadatkan kecuali untuk tujuan membalik arah.

 Tidak boleh menggunakan rem pada waktu pemadatan.


 Tidak boleh membalik arah dengan mendadak harus
berhenti dulu baru membalik arah.

 Tidak boleh merubah-rubah kecepatan pada waktu


pemadatan kecuali pada waktu akan bergerak atau
berhenti.

 Tidakboleh merubah arah gerakan diatas aspal yang sedang


dipadatkan, merubah arah harus didaerah yang sudah
ditinggalkan dan tidak boleh secara mendadak (sudut belokan
patah). 108

Anda mungkin juga menyukai