Cracking
Pothole
Rutting
Cracking
Pothole
Rutting
3
Divisi 4. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
4.1 PELEBARAN, pelebaran jln dpt menciptakan
suasana aman bagi pemakai jln (kebebasan
samping yang cukup dgn lebar bahu jln yang
cukup)
LEBAR GALIAN : MIN 1,2 m u/MEMBERIKAN RUANG
GERAK YANG CUKUP BAGI ROLLER UNTUK
MEMADATKAN Sub-GRADE. LEBAR GALIAN UNTUK
PELEBARAN SELEBAR 1,2 m DIPANDANG SEBAGAI
PELEBARAN PRAKTIS MINIMUM. DETAIL PELEBARAN
AKAN DITUNJUKKAN DALAM GAMBAR
KETENTUAN INI TIDAK BERARTI PELEBARAN HARUS
MIN.1,2m DAN BAHU “GANTUNG “ DIIJINKAN !
LAPIS PONDASI KELAS S HANYA UNTUK BAHU JALAN
TANPA PENUTUP
TEBAL BAHU JALAN IDEALNYA SAMA DENGAN TEBAL
PELEBARAN AGAR DRAINASENYA BERFUNGSI
4
DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR & PERKERASAN BETON SEMEN
Seksi 5.1 Lapisan Pondasi Agregat
Ada 3 kelas Pondasi : A (mutu pondasi atas), B (mutu
pondasi bawah), dan S (bahu jln tanpa penutup)
Pemadatan -3%<OMC<1%
6
Seksi 5.2 Perkerasan Berbutir tanpa penutup
aspal.
7
PRODUKSI
AGREGAT
8
TIPIKAL PEMECAH PRIMER &
SEKUNDER
10
Pemecah batu jenis bentur (impact)
1. Palu dipasang pada posisi tetap atau
tergantung pada batang/tuas
dengan kecepatan tinggi.
2. Proses pemecahan dengan benturan
Pemecah bentur primer
hasilnya lebih kubikal
3. Palu dan batang dapat diganti
4. Jenis batu yang abrasif
5. Frekuensi pemeliharaan tinggi
Pemecah bentur
batang vertikal
Penggiling (Hammer mills)
Penggiling (Hammer mills)
11
TIPIKAL SCALPING & DEWATERING
PENCUCI AGREGAT/PASIR
SCALPING/
SARINGAN PEMISAH
13
Pemeriksaan Mobilisasi Peralatan
Dump truck
Finisher
Tandem Roller
Pneumatic Tyre Roller
14
Skema Penghamparan
Campuran Beraspal Panas
1 3 10
5 6
2 9
4 6 7
15
KEBUTUHAN PERSONIL :
Tenaga kerja yang diperlukan untuk penghamparan di jalan,
misalnya untuk penghamparan sekitar 60 - 90 ton per jam
dengan ketebalan rata-rata 5 cm diperlukan minimal 7 orang,
yaitu:
1 - orang operator
1 – orang pengatur screed
1 – orang pengatur dump truck
2 – orang penyingkap material yang tersendat di pojokan
hopper dan dump truck (shovelers)
2 – orang raker (perata) yang menjaga agar material di
belakang Finisher tidak ada yang menggumpal dan menjaga
agar terdapat material yang cukup di tempat seperti
sambungan
Jumlah tenaga tersebut belum termasuk operator dan pembantu
operator alat Asphalt Sprayer dan alat pemadat.
16
Pemeriksaan Komponen Asphalt Sprayer
17
Pemeriksaan
Komponen Alat Penghampar (Finisher)
21
Penyiapan Permukaan dengan Lapis
Resap Ikat atau Lapis Perekat)
Lapis Resap Pengikat (prime coat) dihampar di atas
permukaan pondasi tanpa bahan pengikat seperti lapis
fondasi agregat.
Lapis Perekat (tack coat) dihampar di atas permukaan
berbahan pengikat seperti Lapis Penetrasi Macadam, Laston,
Lataston dan diatas Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan
Beton, dsb.
Pemasangan lapis resap pengikat atau lapis perekat
dilaksanakan setelah permukaaan lama dibersihkan dengan
compressor udara atau sikat mekanis sehingga tekstur
perkerasan lama terlihat jelas.
22
Lapis Resap Pengikat
26
Bagan Alir
Pekerjaan
Pemasangan
Lapis
Perekat/
Pengikat
27
Persiapan Permukaan
Penghamparan diatas lapis pondasi agregat harus
memperhatikan kesiapan permukaan seperti
kepadatan, kerataan, tekstur, kadar air permukaan
dan lainnya.
Sementara untuk penghamparan di atas lapisan
beraspal, kerusakan-kerusakan yang terjadi seperti
retak, alur, dan lainnya harus diperbaiki terlebih
dahulu.
Sebelum penghamparan harus dilakukan pemasangan
lapis resap pengikat (prime coats) atau lapis perekat
(tack coats) pada permukaan perkerasan yang telah
siap dengan kualitas dan kuantitas seperti yang
disyaratkan.
28
Penghamparan di Atas Lapis
Pondasi Agregat
Hal – hal yang harus dipenuhi:
1. Tekstur permukaan lapis pondasi agregat sudah relatif baik. Bagian-bagian
yang mengalami segregasi dan degradasi harus diperbaiki.
2. Ketebalan dan elevasi permukaan lapis pondasi telah sesuai dengan rencana
dan kerataan permukaan lapis pondasi memenuhi toleransi yang disyaratkan,
yang diuji dengan alat mistar datar 3 meter (straight edge) baik arah
melintang maupun arah memanjang.
3. Kepadatan lapis pondasi harus sesuai persyaratan, yang diuji dengan
pengujian konus pasir (sand cone) atau metoda standar lainnya yang diijinkan.
4. Kadar air lapis pondasi agregat di bawah kadar air optimum (tidak basah atau
becek). Kondisi basah akan menyebabkan lapis resap pengikat tidak menyerap
dengan baik ke lapis pondasi agregat, yang berakibat daya lekatnya menjadi
berkurang.
5. Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu, plastik , dan lain-
lain.
29
Penghamparan di Atas Lapis
Beraspal
Harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Kerusakan-pada permukaan harus sudah diperbaiki, metoda
perbaikan adalah dengan pembongkaran dan penambalan,
2. Kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan telah
memenuhi persyaratan, yang diukur dengan mistar datar 3
meter (straight edge), jika diperlukan dapat dilakukan
pekerjaan perataan (levelling),
3. Dilakukan lapis per lapis dalam satu pekerjaan, maka
persyaratan kualitas dan kuantitas lapis beraspal di
bawahnya harus sudah terpenuhi, termasuk pengujian
kepadatan, ketebalan dan elevasi. Setelah lapis pertama ini
selesai, pemberian lapis perekat (tack coats) harus tetap
dilaksanakan.
30
Pembersihan Lahan
1. Permukaan harus dibersihkan dengan memakai
sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi
keduanya.
2. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20
cm dari tepi bidang yang akan disemprot.
3. Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda
asing harus disingkirkan dengan memakai
penggaru baja dan bagian yang telah digaru
tersebut harus dicuci dengan air dan disapu.
4. Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh
dimulai sebelum perkerasan telah disiapkan.
31
Typikal Skema Aspal Distributor
32
Tata cara penyemprotan dengan metode
overlap
3/2 h
F C
SS-1 70-160 20-70
SS-1h
-1 70-160 20-70
-1h
BEBAN KENDARAAN
Agregat base
36
PENYEMPROTAN TACK COAT YG BAIK
37
PELAKSANAAN TACK COAT YG JELEK
38
TACK COAT YANG TERANGKAT BAN
KARENA PERMUKAAN KOTOR
39
TAKARAN PENYEMPROTAN TACK COAT
Tack coat harus disemprot tipis, merata menutup 90
% permukaan, kekurangan tack coat menyebabkan
kurang ikatan antar lapisan, kelebihan akan
menyebabkan selip dan lapisan tergeser dan dapat
menyebabkan bleeding.
40
ASPHALT DISTRIBUTOR
41
Pemeriksaaan hasil Penyemprotan
42
Pemeliharaan
a. Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup,
terlebih dahulu harus melindunginya dari kerusakan
dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu
lintas.
44
Penerimaan Campuran Beraspal
Harus berdasarkan :
1. Pemeriksaan dan evaluasi berdasarkan tiket
pengiriman,
2. Pemeriksaan dan evaluasi campuran
beraspal berdasarkan pengamatan secara
visual.
45
Pemeriksaaan Secara Visual
1. Berasap biru, Warna asal campuran dapat diamati pada saat pengisian
muatan campuran beraspal dari AMP.
2. Tampak kaku, Tampak visual campuran beraspal yang kaku
mengindikasikan campuran tersebut telah dingin.
3. Permukaan tampak rata, Pada umumnya permukaan campuran beraspal
di atas truk membentuk bukit. Jika permukaan tersebut terlihat agak rata,
maka kemungkinan campuran beraspal kelebihan aspal atau kadar air.
4. Segregasi, Segregasi umumnya terjadi akibat kesalahan penanganan
selama penghamparan, tetapi bisa juga terjadi
5. Terkontaminasi, Campuran beraspal dapat terkontaminasi bahan-bahan
asing seperti minyak tanah, oli, plastik, kertas, kain atau lainnya.
6. Agregat tidak terselimuti aspal dengan baik, Campuran beraspal yang
memperlihatkan adanya agregat yang tidak terselimuti aspal dengan baik,
menunjukkan terjadinya penyimpangan pada unit produksi.
7. Ada agregat yang tidak terselimuti aspal sama sekali, Agregat yang
tidak terselimuti aspal sama sekali kemungkinan jatuh ke atas truk
8. Spot-spot aspal terlihat gumpalan atau spot-spot aspal pada campuran
beraspal yang kemungkinan disebabkan oleh bocornya pipa penyemprot
aspal,
46
Persyaratan Pelaksanaan Penghamparan
1. Temperatur harus diperiksa pertama kali di atas truk, kemudian di
periksa kembali setelah penghamparan sebelum pemadatan.
2. Pemadatan dilakukan setelah temperatur campuran mencapai
temperatur pemadatan.
3. Pemadatan akhir (finishing rolling) tidak boleh dilakukan bila
temperatur campuran sudah berada diluar rentang temperatur
pemadatan yang diizinkan.
4. Tekstur permukaan harus seragam dan baik. Tekstur yang kurang baik
dapat disebabkan oleh campuran beraspal terlalu dingin, jika terjadi pada
awal penghamparan kemungkinan pelat screed tidak dipanaskan.
5. Kerataan permukaan harus sesuai. Penghamparan yang tidak menerus
dapat menyebabkan permukaan tidak rata pada sambungan.
6. Gradasi yang tidak sesuai, perubahan kecepatan penghamparan, dan
dorongan dari truk saat pengisian juga dapat menyebabkan permukaan
tidak rata.
7. Kemiringan melintang dan memanjang harus diperhatikan terlebih
pada daerah tikungan.
47
Koordinasi antara AMP dengan Lapangan
48
Pengaturan ketebalan dan kemiringan
melintang
Pengaturan screed dilakukan secara bertahap Jika kondisi
keseimbangan (equilibrium) baru dapat tercapai kurang lebih
setelah alat penghampar (finisher) bergerak sejauh 5 kali
panjang lengan screed. Pengaturan screed diusahakan
sejarang mungkin, karena selama proses menuju
keseimbangan (equilibrium) tersebut hasil yang diperoleh
kurang sesuai baik ketebalan maupun teksturnya karena
sudut gesek antara pelat screed dengan campuran beraspal
berubah
Jika hasil penghamparan sudah menunjukkan hasil tekstur
yang seragam, maka Ketebalan dan kemiringan melintang
yang Tidak diperlukan khususnya untuk alat penghampar
dengan pengontrolan manual.
49
Pengaturan lebar penghamparan
50
Sambungan melintang
Sambungan
Bentuk sangat tergantung dari apakah perkerasan tersebut dilewati lalu-
lintas atau tidak. Jika perkerasan tidak dilewati lalu-lintas maka pada
akhir penghamparan sambungan dapat dibuat tegak,
Jika akan dilewati lalu-lintas maka sambungan tersebut harus dibuat
Sambungan memanjang
Diperlukan jika penghamparan dilakukan dalam beberapa lajur.
Sambungan dipisahkan menjadi dua, yaitu:
1. Sambungan panas dapat dilakukan jika alat penghampar (finisher)
menghampar berbarengan pada dua sisi.
2. Sambungan dingin, salah satu telah selesai dipadatkan (dingin) dan baru
kemudian dilakukan penghamparan pada sisi sebelahnya.
51
Pemeriksaan Penghamparan
1. Temperatur, harus diperiksa pertama kali di atas truk.
Berikutnya setelah campuran beraspal dihampar dengan
selang jarak tertentu sampai campuran tersebut siap
dipadatkan.
53
Prinsip Pemadatan
3 gaya utama pemadatan:
1. Gaya tekan alat pemadat,
2. Gaya tahan pada campuran beraspal yang baru dihampar, dan
3. Gaya tahan pada lapisan di bawahnya yang telah stabil (lapis fondasi
agregat atau existing lapis beraspal).
Jika lapisan yang stabil (lapis fondasi agregat atau lapis beraspal di
bawahnya) belum cukup padat maka kepadatan campuran beraspal
kemungkinan tidak akan tercapai sesuai persyaratan.
54
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Pemadat dengan roda besi (licin) atau selanjutnya disebut mesin gilas (road
roller) dapat dibedakan dari jumlah dan susunan rodanya, beratnya (dari 0,6
sampai 18 ton), dan dari mekanisme pemadatannya, statis (static) dan
bergetar (vibrating).
56
Alat Pemadatan
Menurut beratnya terdapat antara lain :
1. Mesin gilas ringan satu roda, berat 0,6 ton, dipergunakan
untuk pemadatan perbaikan dan konstruksi skala kecil
2. Mesin gilas getar ringan dua roda, berat 0,5 - 2 ton,
dipergunakan untuk pemeliharaan jalan, dan konstruksi
jalan samping
3. Mesin gilas statis atau getar medium, dua atau tiga roda (3-
wheel dan tandem), berat 6- 10 ton, dipergunakan untuk
pemadatan gravel dan agregat, serta pekerjaan
pengaspalan jalan dan pemadatan campuran beraspal
panas.
4. Mesin gilas berat, 13 - 18 ton, dipergunakan untuk
pemadatan tahap akhir pekerjaan sub-base, base, dan
permukaan jalan
57
Pelaksanaan
Derajat kepadatan yang dicapai campuran beraspal
sangat bergantung pada usaha pemadatan yang
dilakukan.
58
Pemadatan awal (breakdown rolling)
Pemadatan yang dilakukan setelah
penghamparan pada selang temperatur yang
disyaratkan dengan rentang waktu 0-10 menit
setelah penghamparan.
Berfungsi memberi pemadatan awal agar
campuran beraspal menjadi relatif stabil (diam)
untuk dilewati pemadat berikutnya.
Pemadatan awal dapat dilakukan dengan mesin
gilas roda baja statis atau bergetar dengan
berat 6-8 ton.
Jumlah lintasan pada pemadatan ini biasanya
berkisar antara 2 – 3 passing (1 passing = 2
lintasan; pergi dan pulang), dengan kecepatan 3-
4 km/jam. 59
Pemadatan Antara (Intermediate Rolling)
62
Jumlah Lintasan
Pemadatan awal dilakukan sebanyak 2 - 3 passing,
Pemadatan antara dilakukan 13 – 16 passing, dan
Pemadatan akhir 1 - 2 passing.
Jumlah passing sangat tergantung pada
karakteristik campuran, ketebalan, dan kondisi
lingkungan.
Untuk memperoleh jumlah passing yang sesuai
maka harus dilakukan uji coba pemadatan terlebih
dahulu.
Satu lintasan (1 passing) didefinisikan sebagai
pergerakan pemadat dari titik tertentu ke suatu
arah dan kemudian kembali ke titik tersebut. Jadi
1 passing sama dengan 2 lintasan 63
Cara pemadatan
Hal yang perlu diperhatikan:
a. Pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari tepi perkerasan sejajar as
jalan menuju ke tengah.
b. Pada tikungan, pemadatan dimulai dati bagian yang rendah sejajar as
jalan menuju ke bagian yang tinggi.
c. Pada bagian tanjakan dan turunan, harus dimulai dari bagian yang
rendah sejajar as jalan menuju ke bagian yang tinggi.
d. Mencegah pelekatan campuran pada mesin gilas, maka roda mesin
gilas perlu terus dibasahi dengan air.
e. Roda penggerak mesin gilas pada setiap lintasan pertama harus
ditempatkan dimuka menuju arah penghampar (karena roda
penggerak mesin gilas selalu roda belakang, maka gerakan mesin gilas
adalah mundur ke arah penghampar).
f. Tahapan pemadatan, telah ditetapkan rentang temperatur yang
diijinkan. Rentang temperatur tersebut dipengaruhi oleh viskositas
aspal.
g. Lalu lintas bisa dibuka dengan kecepatan rendah, setelah selesai
pemadatan akhir dan temperatur sudah di bawah titik lembek aspal
yang digunakan (setelah 2 jam). Lalu lintas dibuka penuh, 4 jam
setelah pemadatan akhir.
64
Ilustrasi Hubungan antara Penurunan Temperatur,
Kepadatan Lapis Beraspal dan Waktu
65
Rentang Waktu Pemadatan
(The Asphalt Institute, 1983)
66
Rentang Temperatur Pemadatan dan
Viskositas Aspal
67
Pola (pattern) Pemadatan
1. Pemadatan campuran beraspal yang kurang atau sama dengan 5 cm tebal
padat, pola pemadatan seperti berikut ini.
− Dimulai dari sambungan melintang
− Sambungan memanjang
− Selanjutnya tepi luar
− Pemadatan dimulai dari sisi yang rendah bergerak ke sisi yang lebih
tinggi
69
Pelaksanaan Pemadatan Sambungan Memanjang
70
Catatan:
Jika penghamparan dilakukan dalam dua lajur secara
bersamaan, maka sambungan pada arah melintang
biasa disebut sambungan panas (hot joint).
Pada pemadatan dijalan dengan kelandaian tinggi,
maka penggunaan alat pemadat harus diperhatikan,
karena ada kecenderungan campuran beraspal akan
terdorong ke arah turunan jalan.
Penggunakan alat pemadat roda karet pneumatik
tidak disarankan untuk digunakan sebagai alat untuk
pemadatan awal.
Jika menggunakan mesin gilas penggetar, getarannya
dimatikan sehingga menjadi statis dan baru
dihidupkan penggetarnya setelah campuran beraspal
cukup stabil.
71
Campuran Beraspal Panas
PENGOPERASIAN AMP
73
74
75
BAGIAN2 AMP YANG KURANG
MENDAPAT PERHATIAN
76
AMP
COLD BIN
CONVEYOR BELT : sobek tidak ?
DRYER : sisa minyak yang tidak terbakar ?
DUST COLLECTOR : primair & sekunder
SCREEN : ukuran, aus atau berlubang ?
TIMBANGAN
KALIBRASI : HARUS NOL JIKA TIDAK BERMUATAN
PUGMILL
PADDLE : TIDAK AUS, ARAH SESUAI MANUAL
HIDROLIK : TIDAK BOCOR SAAT DRY MIX
77
PENIMBUNAN DUA JENIS AGREGAT
78
Tidak terdapatnya pembatas tiap
fraksi agregat pada cold bin
79
Kesalahan pada bin dingin
80
Akibat:
81
Kondisi lubang pengeluar agregat (gate)
cold bin tidak memenuhi syarat
82
Tidak sesuainya lebar bucket loader
pemasok dengan mulut cold bin
83
COLD BIN
86
Kondisi belt conveyor yang
tidak laik pakai
87
Agregat basah
88
Kesalahan pada dryer
Agregat tercemar
89
Kemiringan drum tidak sesuai
persyaratan dan bocor
90
Polusi debu di AMP
91
SARINGAN PANAS TIDAK
SEMPURNA
92
Timbangan yang tidak berfungsi
dengan baik akibat tidak dikalibrasi
93
Kotoran yang menempel pada
pedal mixer
94
Campuran tidak homogen
95
KALIBRASI COLD BIN
96
LANJUTAN COLD BIN
5 - 10
12 12
5 - 10
10 10
10 - 19
8 8
10 - 19
6 6 0-5
Sand 0-5
4 4
2 2
Sand
0 0
0 10 20 30 0 10 20
Output (ton/hours) Output (ton/hours)
Grafik ada yang lurus & kurva Grafik lurus dalam 1 lembar
dalam 1 lembar Pada bukaan 0 tapi ada
Grafik Sand & 0-5 saling output
97
berpotongan
OVER HEATING
99
100
benar
salah
101
102
OPERATOR FINISHER
Harus mengatur kecepatan finisher
sehingga harus selalu dalam keadaan
bergerak menyebar material.
Tidak boleh sering berhenti
Track Finisher tidak boleh menginjak
kotoran- kotoran, batu-batu ataupun
tumpahan-tumpahan aspal
Daerah yang akan diinjak track finisher harus
bersih
Tidak boleh menyetel ketebalan terlalu sering
Kalau tidak perlu benar tidak boleh merubah-
rubah tebal 103
104
Sebelum mengoperasikan finisher maka screed
harus bersih dan licin tidak boleh ada bekas-bekas
aspal yang melekat
Tidak boleh menabur-nabur material dan
melakukan rigging bila tidak perlu
Material sisa rigging tidak boleh dikembalikan ke
finisher
Truck tidak boleh membentur Finisher, tetapi
yang membentur dan mendorong truck
Sebelum Finisher beroperasi Truck dengan
muatannya harus terkumpul dulu beberapa buah,
baru operasi penghamparan dimulai.
Sebelum muatan di Hopper habis, truck berikutnya
harus sudah menempel ke Finisher dan siap untuk
menumpahkan muatannya. 105
Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemadatan
Pemadatan dengan Roller apapun harus dari bagian yang
terendah dulu kemudian menggeser ke bagian yang lebih
tinggi.
107
Larangan-Larangan Pada Waktu Pemadatan
Tidak
boleh menghentikan Roller diatas material yang
sedang dipadatkan kecuali untuk tujuan membalik arah.