Anda di halaman 1dari 51

DAFTAR ISI

PERCOBAAN I
Pemeriksaan Gradasi Agregat ( Halus dan Kasar) 2

PERCOBAAN II
Pemeriksaan Kadar Air Agregat 12

PERCOBAAN III
Pemeriksaan Berat jenis dan Penyerapan Agregat Halus 16

PERCOBAAN IV
Pemeriksaan Berat jenis dan Penyerapan Agregat Kasar 21

PERCOBAAN V
Pemeriksaan Berat Isi Agregat 26

PERCOBAAN VI
Pembuatan dan Perawatan Benda Uji, serta Pengujian Slump 29

PERCOBAAN VII
Pengujian Kuat Tekan 32

PERCOBAAN VIII
Perencanaan Campuran Beton Normal 38

1
PERCOBAAN I
PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT HALUS DAN KASAR

I. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat
halus.

II. PENGERTIAN
Beton dapat terdiri dari partikel agregat yang ukurannya berkisar pada daerah
ukuran sampai suatu ukuran maksimum, yang biasanya berada diantara ukuran 10
mm sampai 50 mm. Ukuran 20 mm merupakan ukuran tipikal. Gradasi 
merupakan distribusi ukuran partikel
Kasar Batas bawah pada ukuran 4.75 mm atau ukuran
saringan no.4 (ASTM)

Agregat
(ASTM C-33)

Halus Batas bawah ukuran pasir = 0.0075 mm (no.200)


Batas atas ukuran pasir = 4.75 mm (no.4)

Syarat agregat halus yang baik :


1) Tidak mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap berat kering.
Lumpur artinya bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila
kadar lumpur melampaui 5%, maka agegat halus harus dicuci.
2) Gradasi agregat :
 Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.
 Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat.
 Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan 95% berat..
3) Modulus kehalusan (finess modulus) = 2,3 – 3,1 (ASTM C 35-37)

Syarat agregat kasar yang baik :


1) Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat kering.
Lumpur artinya bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila
kadar lumpur melampaui 1%, maka agegat halus harus dicuci.

2
2) Gradasi agregat :
 Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus minimum 0 % berat.
 Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
 Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat.
3) Modulus kehalusan (finness modulus) = 7,49 – 9,55 (ASTM C 35-37)

III. BAHAN
Agregat halus adalah agregat dengan besar butiran kurang dari 5 mm. Agregat halus
dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan-batuan atau
berupa pasir buatan yang dihasilkan dari mesin-mesin pemecah batu.

IV. PERALATAN
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% berat benda uji.
b. Satu set saringan : 9,52 mm (3/8”) ; 4,75 mm ( no. 4) ; 2,36 mm (no. 8) ; 1,18
mm (no. 16) ; 0,6 mm (no.30) ; 0,3 mm (no.50) ; 0,15 mm (no.100) ; 0,075 mm
(no.200)
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu dengan kapasitas (1005)oC.
d. Alat pemisah contoh.
e. Mesin pengguncang saringan.
f. Talam-talam dan kuas.

V. BENDA UJI
Jumlah minimum agregat yang diuji adalah :
a. Agregat halus terdiri dari :
1) Ukuran maksimum 4,76 mm, berat minimum 500 gram
2) Ukuran maksimum 2,38 mm, berat minimum 100 gram
b. Agregat kasar terdiri dari :
1) Ukuran maksimum 3,5”, berat minimum 35,0 kg
2) Ukuran maksimum 3”, berat minimum 30,0 kg
3) Ukuran maksimum 2,5”, berat minimum 25,0 kg
4) Ukuran maksimum 2”, berat minimum 20,0 kg
5) Ukuran maksimum 1,5”, berat minimum 15,0 kg

3
6) Ukuran maksimum 1”, berat minimum 10,0 kg
7) Ukuran maksimum 3/4”, berat minimum 5,0 kg
8) Ukuran maksimum 1/2”, berat minimum 2,5 kg
9) Ukuran maksimum 3/8”, berat minimum 1,0 kg
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut
dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan no.4, kemudian agregat halus dan
agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum di atas.

Untuk keperluan mahasiswa praktikum teknologi beton, agregat halus diambil seberat
1 kg, dan agregat kasar diambil seberat 10 kg.

VI. PELAKSANAAN
a. Bahan pasir ditimbang seberat 1 kg, kemudian dimasukkan ke dalam oven
dengan suhu 110oC sampai berat tetap.
b. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.
c. Bahan kerikil ditimbang seberat 10 kg, kemudian dimasukkan ke dalam oven
dengan suhu 110oC sampai berat tetap.
d. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.

VII. HASIL PENGUJIAN


Lihat tabel dan grafik terlampir.

VIII. PEMBAHASAN
AGREGAT HALUS
a. Modulus kehalusan pasir 3,969. Berarti pasir lebih kasar dan gradasi pasir tidak
masuk standar ASTM
b. Sisa diatas ayakan 4 mm = 4,10 2% berat
Sisa diatas ayakan 1 mm = 33,03 10% berat
Sisa diatas ayakan 0,25 mm = 89,25 berkisar antara (80 - 95)% berat

4
Berarti pasir memenuhi standar PBI 1971
c. Kadar lempung (berat butiran pasir lebih dari 0,063 mm)
= 3,58 + 5 / 976,5 = 4,09626 %
< 5%, maka OK
d. Agregat halus masuk ke dalam zona 2

AGREGAT KASAR
a. Moduluh kehalusan kerikil =9,59713, berarti kerikil lebih kasar dan gradasi
kerikil tidak memenuhi standar ASTM
b. Sisa pada ayakan 38,1 mm =0%
Sisa pada ayakan 19,1 mm = 57,52 %
Sisa pada ayakan 9,52 mm = 99,20 %
Cek spesifikasi :
+ sisa ayakan 31,5 mm = 0 % berat, maka OK.
+ sisa ayakan 4 mm = 100 > 98 % berat, maka tidak OK
+ selisih dua ayakan berurutan antara 25,4mm dan 19,1mm
= (57,52 + 8,57 ) /2 = 48,94 %
Berkisar antara 10% - 60%
+ selisih dua ayakan berurutan antara 19,1mm dan 12,7mm
= (94 + 57,52) / 2 = 36,91 %
Berkisar antara 10% - 60%
Berarti Kerikil pada umumnya memenuhi PBI 1971
c. Kadar lempung dalam agregat kasar
= (0+7)/10016,5 = 0,0698 %
< 1 %, maka OK
d. Agregat kasar masuk ke dalam zona 3.

IX. KESIMPULAN
a. Pasir yang dibawa memenuhi standar Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI
1971) untuk digunakan sebagai bahan dasar campuran beton. Pasir tersebut tidak
memenuhi ASTM dalam hal modulus kehalusan pasir.
b. Kerikil yang dibawa memenuhi standar Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI
1971) untuk digunakan sebagai bahan dasar campuran beton. Kerikil tersebut
tidak memenuhi ASTM dalam hal modulus kehalusan kerikil.

5
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Analisa Gradasi Agregat Halus

Asal Bahan : Banyaknya :


Pengirim : Diterima Tgl. :
Pekerjaan : Diperiksa Tgl. :

Pasir
Lubang Saringan
Tertinggal Kumulatif
no mm gram % Tertinggal Lolos
3" 76,2 0 0 0 100
2,5" 63,5 0 0 0 100
2" 50,8 0 0 0 100
1,5" 38,1 0 0 0 100
1" 25,4 0 0 0 100
3/4" 19,1 0 0 0 100
1/2" 12,7 0 0 0 100
3/8" 9,5 0 0,00 0,00 100,00
4 4,76 40 4,12 4,12 95,88
8 2,38 94,5 9,73 13,84 86,16
16 1,19 188 19,35 33,20 66,80
30 0,59 276,5 28,46 61,66 38,34
50 0,297 272,5 28,05 89,71 10,29
100 0,149 65 6,69 96,40 3,60
200 0,075 35 3,60 100,00 0,00
Pan 5
976,5 396,8766

Modulus Kehalusan pasir, Fm-p = 396,8766 / 100 = 3,968766


Dari grafik , zona gradasi = zona 2

6
7
Pemeriksaan Butiran Pasir
120,00
Persen Lolos Ayakan (%)

100,00

80,00

60,00

40,00

20,00

0,00
0 2 4 6 8 10
Diameter (mm)

8
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Analisa Gradasi Agregat Kasar

Asal Bahan : Banyaknya


Pengirim : Diterima Tgl.
Pekerjaan : Diperiksa Tgl.

Batu Pecah
Lubang Saringan
Tertinggal Kumulatif
no mm gram % Tertinggal Lolos
3" 76,2 0 0 100
2,5" 63,5 0 0 100
2" 50,8 0 0 100
1,5" 38,1 0 0 100
1" 25,4 858 8,571857 8,57 91,43
3/4" 19,1 4899 48,9435 57,52 42,48
1/2" 12,7 3695 36,91493 94,43 5,57
3/8" 9,5 477 4,765473 99,20 0,80
4 4,76 80,5 0,804236 100 0,00
8 2,38 0 0 100 0,00
16 1,19 0 0 100 0,00
30 0,59 0 0 100 0,00
50 0,297 0 0 100 0,00
100 0,149 0 0 100 0,00
200 0,075 0 0 100 0,00
Pan 7 0
10009,5 959,7133

Fm-k= 9,597133
Dari grafik, zona gradasi = zona 3

9
10
11
PERCOBAAN II
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

I. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka prosentase kadar air yang
dikandung agregat

II. PENGERTIAN
Kandungan Air
Ada 2 bentuk kandungan air pada agregat, yaitu:
- Kandungan Air Serapan, yaitu kandungan air yang diserap oleh rongga-rongga
didalam partikel agregat dan biasanya tidak terlihat.
- Kandungan Air Permukaan, yaitu kandungan air yang menempel pada
permukaan agregat.

Besarnya kandungan air pada agregat yang akan digunakan perlu diketahui untuk
mengontrol besarnya jumlah air didalam suatu campuran beton.

Kondisi Agregat Berdasarkan Kandungan Airnya Dibagi Atas:


- Kering Oven, yaitu kondisi agregat yang dapat menyerap air dalam campuran
beton secara maksimal (dengan kapasitas penuh)
- Kering Udara, yaitu kondisi agregat yang kering permukaan namun
mengandung sedikit air di rongga-rongganya. Agregat jenis ini juga dapat
menyerap air didalam campuran walaupun tidak dengan kapasitas penuh.
- Jenuh dengan permukaan kering ( SSD – Saturated Surface Dry ), yaitu
kondisi agregat yang permukaannya kering, namun semua rongga-rongganya
terisi air. Didalam campuran beton, agregat dengan kondisi ini tidak akan
menyerap ataupun menyumbangkan air kedalam campuran.
- Basah, yaitu kondisi agregat dengan kandungan air yang berlebihan pada
permukaannya. Agregat dengan kondisi ini akan menyumbangkan air kedalam
campuran, sehingga tidak diperhitungkan akan merubah nilai rasio air-semen
didalam campuran.

12
Kadar air agregat adalah besar perbandingan / rasio antara berat air yang
dikandung agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam
persen.

III. BAHAN
Agregat yang diuji hendaknya mempunyai dimensi antara 6,3 mm sampai 152,4
mm.

IV. PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
b. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu dengan kapasitas (1005)oC.
c. Talam logam anti karat.

V. PELAKSANAAN
d. Timbang dan catat berat talam (W1).
e. Masukkan benda uji ke dalam talam dan kemudian ditimbang dengan berat
minimum agregat sesuai dengan ukuran butir maksimum seperti pada tabel
dibawah :

Ukuran butir maksimum Berat (W)


agregat minimum
Mm inci (kg)
6,3 ¼ 0,5
9,5 3/8 1,5
12,7 ½ 2,0
19,1 ¾ 3,0
25,4 1 4,0
38,1 1½ 6,0
50,8 2 8,0
63,5 2½ 10,0
76,2 3 13,0
88,9 3½ 16,0
101,6 4 25
152,4 6 50
Berat bahan + talam = W2
f. Hitung berat benda uji W3 = W2 – W1.
g. Keringkan benda uji (bahan+talam) ke dalam oven dengan suhu (1005)oC.
h. Setelah kering timbang benda uji (bahan+talam) = W4.
i. Hitung berat benda uji kering W5 = W4 – W1.

13
j. Hitung kadar air agregat :
W3  W5 
Kadar air agregat = 100 %
W5
Laporan kadar air dalam persen dua angka di belakang koma.

VI. HASIL PENGUJIAN


Lihat tabel dan grafik (terlampir)

VII. PEMBAHASAN
Hasil Pengujian :
a) Kadar air pasir contoh A = 8,020699
Kadar air pasir contoh B = 7,557355
Rerata = 7,789027

b) Kadar air kerikil contoh A = 2,687296


Kadar air kerikil contoh B = 2,745424
Rerata = 2,71636
Untuk pasir ada perbedaan yang cukup besar ini dapat disebabkan kondisi pada saat
pengambilan contoh.

VIII. KESIMPULAN
Kadar air relatif cukup untuk perencanaan campuran beton. Menurut spesifikasi PBI
1971, kadar air kerikil memenuhi syarat untuk digunakan sebagai perencanaan
campuran karena kurang dari 5%, namun pasir kurang memenuhi spesifikasi karena
mempunyai kadar air yang lebih tinggi dari 5%.

14
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS & KASAR

ANALISIS KADAR AIR AGREGAT HALUS

Asal Bahan Banyaknya


Pengirim Diterima Tgl.
Pekerjaan Diperiksa Tgl.

Nomor Contoh 1 2
Nomor talam A B A B
1. Berat talam + contoh basah (gr) 91,1 87,7 91,1 87,7
2. Berat talam + contoh kering (gr) 84,9 82,1 84,9 82,1
3. Berat air = (1) - (2) (gr) 6,2 5,6 6,2 5,6
4. Berat talam (gr) 7,6 8 7,6 8
5. Berat contoh kering = (2) - (4) (gr) 77,3 74,1 77,3 74,1
6. Kadar Air = (3) / (5) (%) 8,020699 7,557355 8,020699 7,557355
7. Kadar Air rata-rata (%) 7,789026751 7,789026751

ANALISIS KADAR AIR AGREGAT KASAR

Asal Bahan Banyaknya


Pengirim Diterima Tgl.
Pekerjaan Diperiksa Tgl.

Nomor Contoh 1 2
Nomor talam A B A B
1. Berat talam + contoh basah (gr) 139,8 137 139,8 137
2. Berat talam + contoh kering (gr) 136,5 133,7 136,5 133,7
3. Berat air = (1) - (2) (gr) 3,3 3,3 3,3 3,3
4. Berat talam (gr) 13,7 13,5 13,7 13,5
5. Berat contoh kering = (2) - (4) (gr) 122,8 120,2 122,8 120,2
6. Kadar Air = (3) / (5) (%) 2,687296 2,745424 2,687296 2,745424
7. Kadar Air rata-rata (%) 2,716360355 2,716360355

15
PERCOBAAN III
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR PADA AGREGAT HALUS

I. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk :
a. Mendapatkan harga berat jenis curah, berat jenis jenuh kering permukaan (ssd)
dan berat jenis semu
b. Mendapatkan harga penyerapan air pada agregat halus.

II. PENGERTIAN
a. Berat Jenis Curah
Adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC.
b. Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan
Adalah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
25oC.
c. Berat Jenis Semu
Adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25OC.
d. Penyerapan / absorpsi
Adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat
kering, dinyatakan dalam persen.

III. BAHAN
a. Pasir alam/buatan masing-masing seberat 500 gr dalam beberapa benda uji.
b. Pasir lolos oleh saringan no. 4 (4,75 mm).

IV. PERALATAN
a. Timbangan kapasitas  1 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
b. Piknometer kapasitas 500 ml.
c. Kerucut terpancung diameter atas (403) mm, diameter bawah (903) mm dan

tinggi (753) mm dibuat dari logam tebal  0,8 mm.

16
d. Batang penumbuk dengan bidang penumbuk rata, berat (340  15) gr dan
diameter (253) mm.
e. Saringan no. 4 (4,75 mm).
f. Oven pengatur suhu kapasitas (1105)oC.
g. Desikator.

V. PELAKSANAAN
a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (1105)oC sampai berat tetap.
Dinginkan pada suhu ruang lalu rendam dalam air selama (244) jam.
b. Buang air perendam, lalu tebarkan agregat di atas talam, keringkan di udara panas
dengan cara membalik-balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai ercapai
keadaan kering permukaan jenuh (ssd).
c. Periksa kondisi ssd dengan mengisi benda uji ke dalam kerucut terpancung,
padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali lalu angkat kerucut. Keadaan
ssd tercapai bila benda uji runtuh tetapi masih dalam keadaan tercetak.
d. Setelah kondisi ssd tercapai, masukkan 500 gr benda uji ke dalam piknometer,
masukkan air suling sampai 90 % isi piknometer. Putar sambil diguncang sampai
tidak terlihat gelembung udara di dalamnya.
e. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian hitungan pada
suhu standar 25oC.
f. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.
g. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai dengan ketelitian 0,1 gr (Bt).
h. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (1105)oC sampai berat
tetap, lalu dinginkan benda uji dalam desikator. Setelah dingin, lalu ditimbang
(Bk).
i. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian
dengan suhu standar 25oC (B).

VI. PERHITUNGAN
Bk = berat benda uji kering oven (gr).
B = berat piknometer berisi air (gr).
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gr).
500 = berat benda uji dalam keadaaan ssd (gr).

17
Bk (gr) B (gr) Bt (gr)
Benda uji A 496,5 12,0 343,0
Benda uji B 496,3 12,0 343,0

Bk
a. Berat jenis curah =
B  500  Bt 
496,5
Benda uji A = = 2,93787
12  500  343
496,3
Benda uji B = = 2,936686
12  500  343
2,93787  2,936686
Rata-rata = = 2,937278  2,94
2

500
b. Berat jenis jenuh kering permukaan =
B  500  Bt 
500
Benda uji A = = 2,95858
12  500  343
500
Benda uji B = = 2,95858
12  500  343
2,95858  2,95858
Rata-rata = = 2,95858  2,96
2

Bk
c. Berat jenis semu =
B  Bk  Bt 
496,5
Benda uji A = = 3,00
12  496,5  343
496,3
Benda uji B = = 3,00242
12  496,3  343
3,0  3,00242
Rata-rata = = 3,00121  3,00
2

500  Bk
d. Penyerapan air =  100%
Bk

18
500  496,5
Benda uji A =  100% = 0,704935
496,5
500  496,3
Benda uji B =  100% = 0,745517
496,3
0,704935  0,745517
Rata-rata = = 0,725226  0,725
2

VII. HASIL PENGUJIAN


a. Berat jenis curah = 2,94
(Bulk Specific Gravity)
b. Berat jenis jenuh kering permukaan = 2,96
(Bulk Specific Saturated Surface Dry)
c. Berat jenis semu = 3,00
(Apparent Specific Gravity)
d. Penyerapan air = 0,725%
(Absorption)

19
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

Asal Bahan : Banyaknya :


Pengirim : Diterima Tgl. :
Pekerjaan : Diperiksa Tgl :

NOMOR CONTOH A B Rata-rata


Berat benda uji jenuh kering permukaan 500 (gr) 500 500 500
Berat benda uji kering oven Bk (gr) 496,5 496,3 496,4
Berat piknometer diisi air (pada suhu kamar) B (gr) 12,0 12,0 12,0
Berat piknometer + benda uji (ssd)
Bt (gr) 343,0 343,0 343,0
+ air (pada suhu kamar)

NOMOR CONTOH A B Rata-rata


Berat jenis curah
Bk / (B+500–Bt) 2,938 2,936 2,94
(Bulk Specific Gravity)
Berat benda jenuh kering permukaan
500 / (B+500–Bt) 2,958 2,958 2,96
(Bulk Specific Gravity Saturated Surface Dry)
Berat jenis semu
Bk / (B+Bk–Bt) 3,0000 3,0024 3,00
(Apparent Specific Gravity)
Penyerapan (%)
(500-Bk)/Bk100% 0,705 0,745 0,725
(Absorption)

20
PERCOBAAN IV
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR PADA AGREGAT KASAR

I. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk :
a. Mendapatkan harga berat jenis curah, berat jenis jenuh kering permukaan (ssd)
dan berat jenis semu
b. Mendapatkan harga penyerapan air pada agregat kasar

II. PENGERTIAN
a. Berat Jenis Curah
Adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC.
b. Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan
Adalah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
25oC.
c. Berat Jenis Semu
Adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25OC.
d. Penyerapan / absorpsi
Adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat
kering, dinyatakan dalam persen.

III. BAHAN
a. Kerikil / batu pecah seberat 5,0 kg untuk masing-msing benda uji.
b. Kerikil tertahan oleh saringan no. 4 (4,75 mm).

IV. PERALATAN
a. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No.6) atau 2,36 mm (No.8) dengan kapasitas
 5 kg.
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat
ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.

21
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
d. Oven pengatur suhu kapasitas (1105)oC.
e. Alat pemisah contoh.
f. Saringan no. 4 (4,75 mm).

V. PELAKSANAAN
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu.
b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110  5)oC sampai berat tetap.
c. Dinginkan pada suhu kamar selama (1-3) jam, lalu ditimbang dengan ketelitian
0,5 gr (Bk).
d. Rendam benda uji pada suhu kamar selama (24  4)jam.
e. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap.
f. Timbang benda uji jenuh kering permukaan (Bj).
g. Letakkan benda uji di dalam keranjang, goncangkan batunya untuk
mengeluarkan udara dan tentukan beratnya didalam air (Ba), ukur suhu air
sesuai suhu standar (25oC).

VI. PERHITUNGAN
Bk = berat benda uji kering oven (gr).
Bj = berat benda uji jenuh kering permukaan (gr).
Bt = berat benda uji jenuh kering permukaan dalam air (gr).

Bk (gr) Bj (gr) Bt (gr)


Benda uji A 4997,3 5159,0 3045,6
Benda uji B 4996,0 5139,3 3047,2

Bk
e. Berat jenis curah =

B j  Ba 
4997,3
Benda uji A = = 2,36
5159,0  3045,6
4996,0
Benda uji B = = 2,39
5139,3  3047,2

22
2,36  2,39
Rata-rata = = 2,375  2,38
2

Bj
f. Berat jenis jenuh kering permukaan =
B j  Ba 
5159,0
Benda uji A = = 2,44
5159,0  3045,6
5139,3
Benda uji B = = 2,46
5139,3  3047,2
2,44  2,46
Rata-rata = = 2,45
2

Bk
g. Berat jenis semu =
 Bk  B a 
4997,3
Benda uji A = = 2,56
4997,3  3045,6
4996,0
Benda uji B = = 2,56
4996,0  3047,2
2,56  2,56
Rata-rata = = 2,56
2

B j  Bk
h. Penyerapan air =  100%
Bk
5159,0  4997,3
Benda uji A =  100% = 3,24 %
4997,3
5139,3  4996,0
Benda uji B =  100% = 2,87 %
4996,0
3,24%  2,87%
Rata-rata = = 3,06 %
2

23
VII. HASIL PENGUJIAN
e. Berat jenis curah = 2,38
(Bulk Specific Gravity)
f. Berat jenis jenuh kering permukaan = 2,45
(Bulk Specific Saturated Surface Dry)
g. Berat jenis semu = 2,56
(Apparent Specific Gravity)
h. Penyerapan air = 3,06 %
(Absorption)

VIII. KESIMPULAN
Perbedaan antara nilai berat jenis curah, berat jenis jenuh kering permukaan dan
berat jenis semu adalah relatif kecil, maka sifat penyerapan air benda uji kecil.

24
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

Asal Bahan : Banyaknya :


Pengirim : Diterima Tgl. :
Pekerjaan : Diperiksa Tgl :

NOMOR CONTOH A B Rata-rata


Berat benda uji jenuh kering permukaan Bj (gr) 5159,0 5139,3 5149,2
Berat benda uji kering oven Bk (gr) 4997,3 4996,0 4996,7
Berat piknometer diisi air (pada suhu kamar) Ba (gr) 3045,6 3047,2 3046,4

NOMOR CONTOH A B Rata-rata


Berat jenis curah
Bk / (Bj–Ba) 2,36 2,39 2,36
(Bulk Specific Gravity)
Berat benda jenuh kering permukaan
Bj / (Bj–Ba) 2,44 2,46 2,45
(Bulk Specific Gravity Saturated Surface Dry)
Berat jenis semu
Bk / (Bk–Ba) 2,56 2,56 2,56
(Apparent Specific Gravity)
Penyerapan (%)
(Bj-Bk)/Bk100% 3,24 2,87 3,05
(Absorption)

25
PERCOBAAN V
PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT

I. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan berat isi agregat (pasir dan kerikil)

II. PENGERTIAN
Berat satuan pasir adalah perbandingan antara berat pasir dengan volume alat ukur.
Unit weight diperoleh dengan memasukkan pasir ke dalam alat ukur yang telah
diketahui volumenya sehingga berat pasir dapat diketahui

Berat satuan kerikil adalah perbandingan antara berat kerikil dengan volume alat
ukur, Unit weight diperoleh dengan memasukkan kerikil ke dalam alat ukur yang
telah diketahui volumenya sehingga berat kerikil dapat diketahui.

Jika pasir atau kerikil yang dimasukkan ke dalam ember ditusuk-tusuk sebanyak 25
kali dengan tongkat tusuk, maka cara ini disebut rodding. Jika pasir atau kerikil
yang dimasukkan ke dalam ember dengan cara biasa (tidak ditusuk-tusuk), maka
cara ini dinamakan shoveling.

III. BAHAN
Pasir alam/buatan dari sungai/gunung seberat 10 kg.
Kerikil alam/buatan dari sungai/gunung seberat 50 kg.

IV. PERALATAN
 Timbangan kapasitas  1 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
 Tongkat penusuk baja, panjang  600 mm dan diameter  16 mm.
 Kotak takar.

V. PELAKSANAAN

26
a. Agregat sesudah direndam selama 24 jam, permukaannya disapu dengan lap
basah.
b. Timbang kotak takar kosong.
c. Timbang kotak takar berisi air penuh.
d. Isi masing-masing kotak takar dengan benda uji dalam 3 lapisan sama tebal,
dimana tiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali. Cara ini disebut RODDING.
e. Ratakan muka bahannya dengan tangan atau mistar.
f. Timbang kotak takar yang berisi benda uji.
g. Kosongkan kotak takar dan isi lagi dengan benda uji yang dimasukkan dengan
singkup dan tinggi tidak lebih dari 2inci (2”) diatas kotak takar. Cara ini disebut
SHOVELING.
h. Ratakan muka benda uji dengan tangan atau kistar.
i. Timbang kotak takar yang berisi benda uji.

VI. HASIL PENGUJIAN


Lihat tabel.

VII. PEMBAHASAN
a. Berat isi cara RODDED > dari berat isi cara SHOVELED. Hal ini dikarenakan
tusukan-tusukan sehingga volume menjadi lebih padat dan berat isi menjadi
lebih besar.
b. Berat isi juga dipengaruhi oleh gradasi butiran.
c. Bila bentuk butiran agregat bulat, maka gesekan antar butiran adalah kecil
sehingga berat isi menjadi besar. Sebaliknya apabila butiran agregat adalah batu
pecah, maka berat isi akan menjadi kecil.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian maka diperoleh berat isi untuk agregat halus :
a. Berat isi dengan cara RODDED = 1828,82 gr/cc
b. Berat isi dengan cara SHOVELED = 1787,815 gr/cc
Sedangkan berat isi untuk agregat kasar adalah :
c. Berat isi dengan cara RODDED = 1655,47 gr/cc
d. Berat isi dengan cara SHOVELED = 1586,51 gr/cc

27
Berat isi cara RODDED > dari berat isi cara SHOVELED. Pemeriksaan berat isi
dengan cara shoveled lebih cocok digunakan di lapangan.

LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT HALUS

Asal Bahan Banyaknya :


Pengirim Diterima Tgl :
Pekerjaan Diperiksa Tgl :

1. Berat takaran (gr) 1070,9 1070,9


2. Berat takaran + air (gr) 3081,8 3081,8
3. Berat air = (2) - (1) (gr) 2010,9 2010,9
4. Volume air = (3)/(1) (cc) 1,877766365 1,877766365
CARA RODDED SHOVELED
5. Berat Takaran (gr) 1070,9 1070,9
6. Berat takaran + benda uji (gr) 4505 4428
7. Berat benda uji = (6) - (5) (gr) 3434,1 3357,1
8. Berat isi agregat halus = (7) / (4) (gr/cc) 1828,821766 1787,8156
9. Berat isi agregat halus rata-rata (gr/cc) 1808,318683

PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT KASAR

Asal Bahan Banyaknya :


Pengirim Diterima Tgl :
Pekerjaan Diperiksa Tgl :

1. Berat takaran (gr) 1070,9 1070,9


2. Berat takaran + air (gr) 3088,6 3081,8
3. Berat air = (2) - (1) (gr) 2017,7 2010,9
4. Volume air = (3)/(1) (cc) 1,884116164 1,877766365
CARA RODDED SHOVELED
5. Berat Takaran (gr) 1070,9 1070,9
6. Berat takaran + benda uji (gr) 4190 4050
7. Berat benda uji = (6) - (5) (gr) 3119,1 2979,1
8. Berat isi agregat kasar = (7) / (4) (gr/cc) 1655,471175 1586,512601
9. Berat isi agregat kasar rata-rata (gr/cc) 1620,991888

28
PERCOBAAN VI
PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI
SERTA PENGUJIAN SLUMP

I. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka slump dan pembuatan benda uji
sesuai prosedur yang benar.

II. PENGERTIAN
 Angka Slump menggambarkan sifat kelecakan (workability) beton segar.

III. PERALATAN
Peralatan yang diperlukan adalah :
a. Cetakan dari logam tebal

IV. PELAKSANAAN
1. Pengujian Slump
 Basahilah cetakan dan pelat dengan kain basah
 Letakkan cetakan di atas pelat dengan kokoh.
 Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis. Tiap lapis
berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis ditusuk dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 tusukan secara merata. Tongkat harus masuk sampai lapisan
bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan pertama, untuk penusukan
bagian tepi, tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.
 Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dengan
tongkat dan semua sisa benda uji yang jatuh di sekitar cetakan harus
disingkirkan. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
Seluruh pengujian mulai dari pengisian sampai cetakan harus selesai dalam
jangka waktu 2,5 menit.
 Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji. Ukurlah
slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan
tinggi rata-rata benda uji.

29
30
2. Pembuatan dan Pematangan benda uji
a. Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan
dengan 25 tusukan secara merata, dengan ketentuan :
(1) Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat
tidak boleh mengenai dasar cetakan.
(2) Pada lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk kira-kira
25,4 mm (1 inci) ke dalam lapisanh di bawahnya.
b. Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuk sisi cetakan perlahan sampai
rongga bekas tusukan tertutup. Ratakan permukaan beton dan tutuplah
segera dengan bahan yang kedap air serta tahan karat. Kemudian biarkan
beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakkan pada tempat yang bebas
dari getaran.
c. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji. Rendamlah
benda uji dalam bak perendam berisi air pada temperatur 25oC untuk
pematangan (curing). Pematangan (curing) disesuaikan dengan persyaratan
untuk pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.

31
PERCOBAAN VII
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

V. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan harga kekuatan tekan beton pada
benda uji.

VI. PENGERTIAN
Kekuatan tekan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor :
 Faktor air semen
 Susunan dan gradasi agregat

VII. PERALATAN
Peralatan yang diperlukan adalah :
b. Cetakan, baik silinder maupun kubus.
c. Tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung dibulatkanm dibuat
dari baja bersih dan bebas dari karat.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
e. Mesin pengaduk atau bak pengaduk.
f. Mesin tekan.
g. Satu set alat pelapis (capping).
h. Satu set alat pemeriksanaan slump
i. Peralatan tambahan : ember, sekop, cetok, talam.
j. Satu set alat pemeriksaan berat isi beton.

IX. PELAKSANAAN
1. Persiapan pengujian
a. Ambil benda uji yang akan dites dari bak perendam/pematangan (curing),
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
c. Lapislah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar
belerang dengan cara sebagai berikut :

32
1) Lelehkan mortar belerang di dalam pot peleleh (melting pot) yang
dinding dalamnya telah dilapisi dengan gemuk.
2) Kemudian letakkan benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis sampai
mortar belerang cair menjadi keras.
3) Dengan cara yang sama lakukan pelapisan pada permukaan lainnya.

2. Cara Pengujian
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2 sampai 4 kg/cm2 per detik.
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
d. Gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji.

3. Perhitungan
P  kg 
Kuat tekan beton =  
A  cm 2 
Dimana :
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang benda uji (cm2)

33
4. Laporan
Laporan harus meliputi hal-hal seperti berikut :
a. Perbandingan campuran
b. Berat (kg)
c. Diameter dan tinggi (cm)
d. Luas penampang (cm2)
e. Berat isi (kg/cm3)
f. Beban maksimum (kg)
g. Kuat tekan (kg/cm2)
h. Cacat
i. Umur (hari).

CATATAN :
a. Untuk benda uji berbentuk kubus dimensi 202020 cm, cetakan diisi dengan
adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan denga 29 kali tusukan.
Tongkat pemadat yang digunakan berdiameter 16 mm, panjang 600 mm.
b. Untuk benda uji berbentuk kubus 151515 cm, cetakan diisi dengan adukan
beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 32 kali tusukan.
Tongkat pemadat yang digunakan berdiameter 10 mm, panjang 300 mm.
c. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu dilapisi.
d. Bila tidak ada ketentuan lain konversi kuat tekan beton dari bentuk kubus ke
bentuk silinder, maka gunakan angka perbandingan kuat tekan sebagai berikut:

Kubus 151515 cm : Kubus 202020 cm : Silinder 15 cm  30 cm


1,0 : 0,95 : 0,83

e. Pemeriksaan kekuatan beton biasanya dilakukan pada umur 3 hari, 7 hari, dan
28 hari.
Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur :
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen portland biasa 0,4 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Semen portland dengan kekuatan awal
0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
yang tinggi

34
Untuk lebih presisi, maka tabel konversi umur terhadap umur 28 hari untuk
beton normal :

hari rasio hari rasio hari rasio hari rasio


3 0,4000 13 0,8471 23 0,9643 33 1,0161
4 0,4625 14 0,8800 24 0,9714 34 1,0194
5 0,5250 15 0,8900 25 0,9800 35 1,0226
6 0,5875 16 0,9000 26 0,9857 36 1,0258
7 0,6500 17 0,91 27 0,9929 37 1,0290
8 0,6829 18 0,92 28 1,00 38 1,0323
9 0,7157 19 0,93 29 1,0032 39
10 0,7486 20 0,94 30 1,0065 90 1,2
11 0,7814 21 0,95 31 1,0097 ..... .....
12 0,8143 22 0,9571 32 1,0129 365 1,35

f. Hasil pemeriksaaan diambil rata-rata dari minimum 2 buah benda uji.

g. Apabila pengadukan dilakukan dengan tangan (hanya untuk perencanaan


campuran beton), isi bak pengaduk maksimum 7 dm3 dan pengadukan tidak
boleh dilakukan untuk campuran beton slump.

35
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

FORMULIR PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON SILINDER

Nomor Contoh :
Pekerjaan :
Perbandingan Luas Beban Kekuatan
No. Slump Berat Diameter Tinggi Berat Isi Umur
Campuran Penampang Maksimum tekan Cacat
Benda Uji ( cm) ( kg ) ( cm ) ( cm ) ( kg/cm3) (hari)
dalam berat (cm2) (kg) (kg/cm2)

1 1:1½:2½ 6 13,050 15,2 30,4 182,3 2,35 28 50000 274

2. 1:1½:2½ 5 12,850 15,2 30,4 182,3 2,31 28 43000 236

36
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

FORMULIR PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON KUBUS

Nomor Contoh :
Pekerjaan :
Perbandingan Luas Beban Kekuatan
No. Slump Berat Panjang Lebar Tinggi Berat Isi Umur
Campuran Penampang Maksimum tekan Cacat
Benda Uji ( cm) ( kg ) ( cm ) ( cm) ( cm ) ( kg/cm3) (hari)
dalam berat (cm2) (kg) (kg/cm2)

1 1:2:3 7 7,763 15 15 15 225 2,30 28 46400 206

2. 1:2:3 8 7,83 15 15 15 225 2,32 28 46500 218

37
38

PERCOBAAN VIII

Peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang perencanaan campuran beton


mengacu ke metode DOE.

Asumsi dasar yang dipakai dalam metode DOE :


1) Workabilitas (mudahnya pengerjaan adukan beton) tergantung dari jumlah air
bebas dan tidak tergantung dari kadar semen dan faktor air semen.
2) Kekuatan atau mutu beton tergantung dari faktor air semen (FAS) dan tidak
tergantung dari banyaknya air dan kadar semen.

PEMILIHAN DAN PENENTUAN DATA PERENCANAAN CAMPURAN:

Langkah 1:
Tentukan kuat tekan rencana f’c sesuai kebutuhan desain struktur dan penggunaanya.
Misal : K175 – K225 untuk beton normal
K500 – K750 untuk beton mutu tinggi

Langkah 2
Tentukan besar standar deviasi yang dipakai.

Pemilihan & Penghitungan Standar Deviasi

Penghitungan standar deviasi :


Deviasi standar yang diperoleh dari data di lapangan selama produksi beton,
dihitung menurut :
n
  x i  x 2
i 1
S
n 1
dimana :
S = deviasi standar
xi = kuat tekan beton masing-masing benda uji
x = Kuat tekan beton rata-rata
n
 xi
i 1
=
n
n = jumlah nilai hasil uji. Minimum harus diambil 30 buah (satu hasil
uji adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji).

Pemilihan Deviasi Standar


Data hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus
sebagai berikut :

38
39

A. Bila data berdasar hasil uji lapangan yang sudah tersedia sebelumnya, syarat
apakah data tersebut bisa dipakai atau tidak, harus memenuhi beberapa syarat
berikut :
1) Mewakili bahan dan prosedur pengawasan mutu dan kondisi produksi
yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan.
2) Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan f’c yang nilainya dalam batas
7 Mpa dari nilai fcr yang ditentukan.
3) paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok
hasil uji berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji diambil dalam
produksi selama jangka waktu tidak kurang dari 45 hari.
4) Bila suatu produksi tidak mempunyai hasil uji sebanyak 30 buah, tetapi
hanya ada sebanyak 15 sampai 29 hasil uji yang berurutan, maka nilai
deviasi standar adalah perkalian deviasi standar yang dihitung dari data
hasil uji tersebut dengan faktor pengali dari tabel 1.

Tabel 1
Besar faktor pengali standar deviasi sesuai jumlah benda uji

Jumlah Faktor Pengali


Pengujian Deviasi Standar
Kurang dari 15 Lihat butir (B) di bawah
15 1,16
20 1,08
25 1,03
30 atau lebih 1,00

Sr = faktor pengali  S

B. Bila data lapangan tidak tersedia sebelumnya, atau data lapangan kurang dari
15 buah, maka kuat tekan rata-rata yang ditargetkan fcr harus diambil tidak
kurang dari :
fcr = f’c + 12 Mpa

Langkah 3
Tentukan kuat tekan target fcr :
fcr = f’c + M
fcr = f’c + 1,64 Sr
dimana :
M = nilai tambah
= 1,64 Sr. bila terdapat data lapangan dari pengujian sebelumnya
= 12 Mpa bila tidak terdapat data lapangan sebelumnya.
Kuat tekan target fcr adalah kuat tekan yang diharapkan terbaca pada alat uji tekan
beton. Kuat tekan rencana f’c disebut juga kuat tekan karakteristik.

Langkah 4
Pemilihan Faktor Air Semen (FAS)
1) Diambil dari data penelitian lain atau data sebelumnya yang sesuai dengan bahan
dan kondisi pekerjaan diusulkan.
2) Bila tidak terdapat data hasil penelitian, maka:

39
40

a. Untuk lingkungan normal : pakai tabel 2 dan grafik 1 atau 2


b. Untuk lingkungan khusus (tahan sulfat dan kedap air) : pakai tabel 3,4,5

Tabel 2
Perkiraan kekuatan tekan (Mpa) beton dengan faktor air semen
dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia

Ukuran besar butir Slump (mm)


Jenis agregat
agregat maksimum (mm) 0–10 10–30 30–60 60–180
Batu tak dipecahkan 150 180 205 225
10
Batu pecah 180 205 230 250
Batu tak dipecahkan 135 160 180 195
20
Batu pecah 170 190 210 225
Batu tak dipecahkan 115 140 160 175
40
Batu pecah 155 175 190 205

Tabel 3
Persyaratan jumlah semen dan faktor air semen maksimum untuk berbagai
macam pembetonan dalam lingkungan khusus

Jumlah semen minimum Nilai faktor air


Lokasi
Per m3 beton (kg) semen maksimum
Beton di dalam ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non korosif 275 0,60
b. Keadaan keliling korosif,
disebabkan oleh kondensasi atau
uap korosif 325 0,52

Beton di luar ruangan bangunan :


a. Tidak terlindung dari hujan dan
terik matahari langsung 325 0,60
b. Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung 275 0,60

Beton masuk ke dalam tanah :


a. Mengalami keadaan basah dan
kering berganti-ganti. 325 0,55
b. Mendapat pengaruh sulfat dan
alkali dari tanah. 375 Lihat tabel 5

Beton yang kontinyu berhubungan :


a. Air tawar 275
b. Air laut 375 Lihat tabel 6

40
41

Tabel 4
Ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan air tanah
yang mengandung sulfat

Kandungan semen
minimum ukuran
Konsentrasi sulfat sebagai SO3
nominal agregat
Kadar maksimum (kg/m3) Faktor
gangguan Dalam Tanah Tipe semen air
Sulfat
sulfat Total SO3 dalam semen
(SO3)
SO3 campuran 40 mm 20 mm 10 mm
dalam air
(%) air : tanah
tanah g/l
= 2 : 1 g/l
Tipe I dengan
Kurang Kurang dari Kuang dari atau tanpa
1 80 300 350 0,50
dari 0,2 1,0 0,3 pozoloan (15-
40%)
Tipe I dengan
atau tanpa
290 330 350 0,50
pozoloan (15-
40%)
Tipe I pozoland
2 0,2–0,5 1,0–1,9 0,3–1,2
(15-40%) atau
270 310 360 0,55
semen portland
pozolan.
Tipe II atau
250 290 340 0,55
Tipe V
Tipe I pozoland
(15-40%) atau
340 380 430 0,45
semen portland
3 0,5 – 1 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5
pozolan.
Tipe II atau
290 330 380 0,50
Tipe V
1,0 – Tipe II atau
4. 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 330 370 420 0,45
2,0 Tipe V
Tipe II atau
Lebih Lebih dari Lebih dari
5. Tipe V Lapisan 330 370 420 0,45
dari 2,0 5,6 5,0
pelindung

41
42

Tabel 5
Ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air

Kandungan
semen minimum
Kondisi
Faktor air (kg/m3)
lingkungan yang
Jenis beton semen Tipe semen Ukuran nominal
berhubungan
maksimum maksimum
dengan
agregat
40 mm 20 mm
Air tawar 0,50 Tipe V 280 300
Tipe I pozoland
(15-40%) atau
Air payau 0,45
Bertulang semen portland
atau pozoland.
340 380
prategang Tipe II atau
0,50
Tipe V
Tipe II atau
Air laut 0,45
Tipe V

Langkah 5
Penentuan Kadar Air Bebas
Kadar air bebas ditentukan berdasarkan jenis agregat yang dipakai sebagai berikut :
a. Bila agregat yang dipakai adalah agregat tak dipecah atau agregat pecah, maka
digunakan ni;ai pada tabel 2 dan grafik 1 atau 2.
b. Bila agregat adalah agregat campuran (gabungan tak dipecah dan dipecah),
dipakai rumus berikut :

2 1
Kadar air bebas = Wh  Wk
3 3
c. digunakan nilai pada tabel 2 dan grafik 1 atau 2.
Dimana :
Wh = perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Wh = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar pada tabel 6

Langkah 6
Penentuan Berat Jenis Relatif Agregat
1. Diperoleh dari data hasil uji
2. Bila tidak tersedia, dapat dipakai nilai di bawah ini :
a. Agregat tak dipecah : 2,5
b. Agregat pecah : 2,6 atau 2,7
3. Berat jenis agregat gabungan (BJag) dihitung sebagai berikut :

BJag = (persentase agregat halus)  (berat jenis agregat halus)


+ (persentase agregat kasar)  (berat jenis agregat kasar)

42
43

Tabel 6
Perkiraan kadar air bebas (kg/m3) yang dibutuhkan untuk
Beberapa tingkat kemudahan pengerjaan adukan beton

Kekuatan Tekan
Jenis Semen Jenis agregat kasar Pada umur (hari) Bentuk
3 7 28 91 Bentuk uji
Semen portland Tipe Batu tak dipecahkan 17 23 33 40
Silinder
I, atau Batu pecah 19 27 37 45
Semen Tahan Sulfat Batu tak dipecahkan 20 28 40 48
Kubus
Tipe II, V Batu pecah 23 32 45 54
Batu tak dipecahkan 21 28 38 44
Silinder
Semen Portland tipe Batu pecah 25 33 44 48
III Batu tak dipecahkan 25 31 46 53
Kubus
Batu pecah 30 40 53 60

Langkah 7
Koreksi Proporsi Campuran
 Apabila agregat tidak dalam keadaan ssd (jenuh kering permukaan), proporsi
campuran harus dikoreksi terhadap kadar air dalam agregat dan penyerapan
agregat.
 Koreksi proporsi campurn harus dilakukan terhadap kadar air dalam agregat
paling sedikit satu kali dalam sehari dan dihitung menurut rumus berikut :

Air = B – (Ck – Ca)  C/100 – (Dk – Da)  D/100


Agregat halus = C + (Ck – Ca)  C/100
Agregat kasar = D + (Dk – Da)  D/100

Dimana :
B = jumlah air (kg/m3)
C = jumlah agregat halus (kg/m3)
D = jumlah agregat kasar (kg/m3)
Ca = absorpsi air pada agregat halus (%)
Da = absorpsi air pada agregat kasar (%)
Ck = kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk = kandungan air dalam agregat kasar (%)

43
44

Tabel 7
Nilai-nilai slump untuk berbagai-bagai pekerjaan beton

Slump
Uraian
maksimum Minimum
Dinding, pelat pondasi, dan pondasi telapak
12,5 5,0
bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan
9,0 2,5
konstruksi di bawah tanah
Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5
Perkerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan massal 7,5 2,5

Tabel 8
Mutu pelaksanaan dikukur dengan deviasi standar

Isi pekerjaan Deviasi standar S (kg/cm2)


Jumlah beton
sebutan Baik sekali baik Dapat diterima
(m3)
Kecil < 1000 45 < S  55 55 < S  65 65 < S  85
Sedang 1000 – 3000 35 < S  45 45 < S  55 55 < S  75
besar > 3000 25 < S  35 35 < S  45 45 <  65

Tabel 9
Persyaratan batas-batas susunan besar butir agregat kasar
(Kerikil atau koral)

Persentase berat bagian yang lewat ayakan


Ukuran mata
Ukuran nominal agregat (mm)
ayakan (mm)
38 – 4,76 19,0 – 4,76 9,6 – 4,76
38,1 95 – 100 100
19,0 37 – 70 95 – 100 100
9,52 10 – 40 30 – 60 50 – 85
4,76 0–5 0 – 10 0 – 10

44
45

CARA PENGERJAAN

Langkah-langkah pembuatan rencana campuran beton normal :


1. Tentukan kuat tekan beton f’c yang dibutuhkan pada umur tertentu sesuai langkah
1 penentuan data.
2. Hitung deviasi standar SD sesuai langkah 2 penentuan data.
3. Hitung nilai tambah M sesuai langkah 3 penentuan data.
4. Hitung kuat tekan beton rata-rata target fcr sesuai langkah 3 penentuan data.
5. Tetapkan jenis semen.
6. Tentukan jenis agregat kasar dan halus : Batu pecah atau tidak pecah (pasir atau
koral).
7. Tentukan faktor air semen sesuai langkah 4 penentuan data.
Bila digunakan grafik 1 atau 2, ikuti langkah berikut :
a. Tentukan nilai kuat tekan f’c0.5 pada umur 28 hari dengan menggunakan tabel
2 sesuai dengan semen dan agregat yang dipakai.
b. Lihat grafik 1 untuk benda uji silinder atau grafik 2 untuk benda uji kubus.
c. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai memotong
ordinat kuat tekan beton pada poin (a) diatas, sehingga di dapat koordinat (fas
0.5 , f’c0.5)
d. Tarik garis lengkung melalui koordinat tersebut membentuk kurva yang
proporsional.
e. Tarik garis mendatar melalui kuat tekan target fcr sampai memotong kurva
baru yang ditentukan pada poin (d) diatas.
f. Tarik garis lurus ke bawah dari perpotongan tersebut untuk mendapatkan
harga faktor air semen yang diperlukan.
8. Tetapkan faktor air semen maksimum menurut langkah 4 penentuan data. Jika
9. Tetapkan slump.
10. Tetapkan ukuran agregat maksimum.
11. Tentukan nilai kadar air bebas menurut butir
12. Hitung jumlah / kadar semen, yaitu kadar air bebas dibagi faktor-air-semen.
13. Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan, dapat diabaikan.
14. Tebtukan jumlah semen seminimum mungkin. Jika tidak, lihat tabel 4, 5, 6.
15. Tentukan faktor-air-semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah karena
lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih besar dari

45
46

jumlah semen maksimum yang disyaratkan), maka faktor-air-semen harus


diperhitungkan kembali.
16. Tentukan susunan butir agregat halus (pasir). Kalau agregat halus sudah dikenal
dan sudah dilakukan analisa ayakan menurut standar yang berlaku, maka kurva
dari pasir ini dapat dibandingkan dengan kurva-kurva yang tertera dalam grafik 3
sampai dengan 6, atau gabungkan pasir-pasir tersebut seperti pada tabel 8.
17. Tentukan susunan agregat kasar menurut grafik 7, 8, atau 9 bila lebih dari satu
macam agregat kasar. Gabungkan seperti tabel 9.
18. Tentukan presentase pasir dengan perhitungan atau menggunakan grafik 13
sampai dengan 15. Dengan diketahui ukuran butir agregat maksimum menurut
butir 10, slump menurut butir 9, faktor air semen menurut butir 5 dan daerah
susunan butir-butir 16, maka jumlah presentase pasir yang diperlukan dapat
dibaca di grafik. Jumlah ini adalah jumlah seluruhnya dari pasir atau fraksi
agregat yang lebih halus dari 5 mm. Dalam agregat kasar yang biasa dipakai di
indonesia seringkali dijumpai bagian yang lebih halus dari 5 mm dalam jumlah
yang lebih dari 5 persen. Dalam hal ini maka jumlah agregat halus yang
diperlukan harus dikurangi.
19. Hitung berat jenis relatif agregat menurut
20. Tentukan berat isi beton menurut grafik 16 sesuai dengan kadar air bebas yang
sudah ditemukan dari tabel 3 dan berat jenis relatif dari agregat gabungan menurut
butir 18.
21. Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis beton dikurangi
jumlah kadar semen dan kadar air bebas.
22. Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali persen pasir butir 18
dengan agregat gabungan butir 21.
23. Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat gabungan butir 21
dikurangi kadar agregat halus butir 22. Dari langkah-langkah tersebut diatas, butir
1 sampai butir 23 sudah dapat diketahui susunan campuran bahan-bahan untuk 1
m3 beton.
24. Proporsi campuran, kondisi agregat dalam keadaan jenuh kering permukaan.
25. Koreksi proporsi campuran menurut perhitungan pada langkah 8 penentuan data.
26. Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan tekan yang
sesungguhnya.
Perhatikan hal berikut :

46
47

 Jika harga yang diperoleh sesuai dengan harga yang diharapkan, maka
susunan campuran beton tersebut dikatakn baik. Jika tidak, maka
campuran perlu dibetulkan.
 Kalau slumpnya ternyata terlalu tinggi atau rendah, maka kadar air perlu
dikurangi atau ditambah (demikian juga kadar semennya, karena faktor air
smen harus dijaga agar tetap tidak berubah)
 Jika kekuatan beton dari campuran ini terlalu tinggi atau rendah, maka
faktor air semen harus dapat atau ditambah atau dikurangi sesuai dengan
grafik 1 atau 2.

Persentase berat bagian yang lewat ayakan


Ukuran ayakan (mm) Ukuran nominal agregat (mm)
38 – 4,76 19,0 – 4,76 9,6 – 4,76
38,1 95 – 100 100
19,0 37 – 70 95 – 100 100
9,52 10 – 40 30 – 60 50 – 85
4,76 0–5 0 – 10 0 – 10

CONTOH KASUS
SOAL 1
Rencanakan campuran beton untuk mutu K175 pada umur 28 hari, dimana beton
tersebut akan berada pada lingkungan normal.
 Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami)
 Agregat halus yang dipakai : pasir
 Diameter agregat maksimum : 20 mm
 Mutu semen yang dipakai : Tipe I
 Slump Tes : 60 - 180 mm
Dari hasil penelitian didapat:
Pasir Kerikil
Berat jenis (SSD) 2,558 2,623
Kadar air 2,354 1,700
Resapan 3,093 2,765
Berat Volume 1554,692 1458,155

Temperatur pada saat pengecoran 25OC


Hitung bahan-bahan yang diperlukan untuk 1m3 campuran beton.

47
48

 Diketahui analisa saringan agregat sebagai berikut :


----------------- AGREGAT HALUS ----------------------
Ayakan Tertinggal Kumulatif
Saringan No. Gram Prosentasi Tinggal Lolos
------------------------------------------------------
#9.5 (3/8in) .000 .000 .000 100.000
#4.76 (no.4 ) 40.000 4.096 4.096 95.904
#2.38 (no.8 ) 94.500 9.677 13.774 86.226
#1.19 (no.16) 188.000 19.252 33.026 66.974
#0.59 (no.30) 276.500 28.315 61.342 38.658
#0.297 (no.50) 272.500 27.906 89.247 10.753
#0.149 (no.100) 65.000 6.656 95.904 4.096
#0.075 (no.200) 35.000 3.584 99.488 .512
Pan 5.000 .000 .000 .000
------------------------------------------------------
976.500 396.877
Modulus Kehalusan Pasir = 3.968766
Zona gradasi agregat halus = 2

----------------- AGREGAT KASAR ----------------------


Ayakan Tertinggal Kumulatif
Saringan No. Gram Prosentasi Tinggal Lolos
------------------------------------------------------
#76.2 (3in ) .000 .000 .000 100.000
#63.5 (2.5in) .000 .000 .000 100.000
#50.8 (2in ) .000 .000 .000 100.000
#38.1 (1.5in) .000 .000 .000 100.000
#25.4 (1in ) 858.000 8.572 8.572 91.428
#19.1 (3/4in) 4899.000 48.944 57.515 42.485
#12.7 (1/2in) 3695.000 36.915 94.430 5.570
#9.5 (3/8in) 477.000 4.765 99.196 .804
#4.76 (no.4 ) 80.500 .804 100.000 .000
------------------------------------------------------
10009.500 859.713
Modulus Kehalusan Kerikil = 8.597133

SOLUSI :
Dari kebutuhan diatas, didapat batasan berikut :
 Beton di dalam ruang bangunan, keadaan keliling non korosif, maka sesuai tabel-3
di dapat :
 faktor air semen maksimum = 0,60
 Jumlah semen minimum per m3 beton = 275 kg
 Pemilihan besar standar deviasi = 7 Mpa, yang didapat dari percobaan benda uji
sebelumnya dilokasi konstruksi yang sama dengan metode dan bahan yang sama.
 Pemilihan besar slump : sesuai tabel-7 untuk elemen struktur pelat dan balok,
diambil slump antara minimum 7,5 s/d maksimum 15 mm, maka diambil nilai
rentang slump : 60 – 180 mm

48
49

DAFTAR ISIAN (FORMULIR) PERENCANAAN CAMPURAN BETON

Tabel / Grafik
No. Uraian Nilai
Perhitungan
1. Kuat tekan yang disyaratkan Ditetapkan 17,5 MPa pada 28 hari. Bagian
(28 hari, 5%) tak memenuhi syarat 5% (k=1,64)
2. Deviasi standar Diketahui 7 MPa
3. Nilai tambah (margin) Diketahui 1,647 = 11,480 MPa
4. Kuat Tekan rata-rata target (1)+(3) 17,5 + 11,48 = 28,980 MPa
5. Jenis Semen Ditetapkan Tipe I
6. Jenis Agregat : Kasar Ditetapkan Batu pecah
Jenis Agregat : Halus Ditetapkan Alami
7. Faktor Air Semen Bebas Tabel.2,Grafik1 0,587 (Silinder)
8. Faktor Air Semen Maksimum Ditetapkan 0,600
9. Slump Ditetapkan 60-180mm
10. Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 20 mm
11. Kadar Air Bebas Tabel 3 205 kg/m3
12. Kadar Semen (11)/(8) 348,937 kg/m3
13. Kadar Semen Maksimum Ditetapkan - kg/m3
14. Kadar Semen Minimum Ditetapkan 275 kg/m3
15. Faktor Air semen penyesuaian - -
16. Gradasi Agregat halus Grafik 3 s/d 6 zone 2
17. Gradasi Agregat kasar atau Tabel 7,
gabungan Grafik 7 s/d 12
18. Persen agregat halus Grafik 13-15 40 %
19. Berat jenis relatif (ssd) Diketahui 2.597 kg/m3
20. Berat Isi Beton Grafik 13 2341,792 kg/m3
21. Kadar Agregat Gabungan 20-12-11 1787,855 kg/m3
22. Kadar Agregat Halus 18  21 715,142 kg/m3
23. Kadar Agregat Kasar 21 – 22 1072,713 kg/m3

Banyaknya bahan Semen Air Agregat Agregat


( teoritis ) Halus Kasar
kg kg (lt) kg kg

- Tiap m3 dengan ketelitian 5 kg ( teoritis ) 349 205 715 1073


- Tiap campuran uji 0.05 m3 19,96 10,5 31,56 58,61
- Tiap m3 dengan ketelitian 5 kg ( aktual ) 349 207 713 1073
- Tiap campuran uji 0.05 m3 19,96 9,13585 33,09 58,46

- Proporsi ( teoritis ) 1 0,587 2,049 3,074


- Proporsi ( aktual ) 1 0,595 2,042 3,074

49
50

Kebutuhan teoritis semen = 348.937200


Kebutuhan teoritis air = 205.000000
Kebutuhan teoritis pasir = 715.142000
Kebutuhan teoritis kerikil = 1072.713000

Rasio proporsi teoritis (dalam berat) =


semen : air : pasir : kerikil
1.000 .587 2.049 3.074

Kebutuhan aktual semen = 348.937200


Kebutuhan aktual air = 207.452900
Kebutuhan aktual pasir = 712.689100
Kebutuhan aktual kerikil = 1072.713000

Rasio proporsi aktual (dalam berat) =


semen : air : pasir : kerikil
1.000 .595 2.042 3.074

Rasio proporsi aktual (dalam volume) =


semen : air : pasir : kerikil
1.000 .832 1.839 2.952

50

Anda mungkin juga menyukai