PERCOBAAN I
Pemeriksaan Gradasi Agregat ( Halus dan Kasar) 2
PERCOBAAN II
Pemeriksaan Kadar Air Agregat 12
PERCOBAAN III
Pemeriksaan Berat jenis dan Penyerapan Agregat Halus 16
PERCOBAAN IV
Pemeriksaan Berat jenis dan Penyerapan Agregat Kasar 21
PERCOBAAN V
Pemeriksaan Berat Isi Agregat 26
PERCOBAAN VI
Pembuatan dan Perawatan Benda Uji, serta Pengujian Slump 29
PERCOBAAN VII
Pengujian Kuat Tekan 32
PERCOBAAN VIII
Perencanaan Campuran Beton Normal 38
1
PERCOBAAN I
PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT HALUS DAN KASAR
I. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat
halus.
II. PENGERTIAN
Beton dapat terdiri dari partikel agregat yang ukurannya berkisar pada daerah
ukuran sampai suatu ukuran maksimum, yang biasanya berada diantara ukuran 10
mm sampai 50 mm. Ukuran 20 mm merupakan ukuran tipikal. Gradasi
merupakan distribusi ukuran partikel
Kasar Batas bawah pada ukuran 4.75 mm atau ukuran
saringan no.4 (ASTM)
Agregat
(ASTM C-33)
2
2) Gradasi agregat :
Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus minimum 0 % berat.
Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat.
3) Modulus kehalusan (finness modulus) = 7,49 – 9,55 (ASTM C 35-37)
III. BAHAN
Agregat halus adalah agregat dengan besar butiran kurang dari 5 mm. Agregat halus
dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan-batuan atau
berupa pasir buatan yang dihasilkan dari mesin-mesin pemecah batu.
IV. PERALATAN
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% berat benda uji.
b. Satu set saringan : 9,52 mm (3/8”) ; 4,75 mm ( no. 4) ; 2,36 mm (no. 8) ; 1,18
mm (no. 16) ; 0,6 mm (no.30) ; 0,3 mm (no.50) ; 0,15 mm (no.100) ; 0,075 mm
(no.200)
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu dengan kapasitas (1005)oC.
d. Alat pemisah contoh.
e. Mesin pengguncang saringan.
f. Talam-talam dan kuas.
V. BENDA UJI
Jumlah minimum agregat yang diuji adalah :
a. Agregat halus terdiri dari :
1) Ukuran maksimum 4,76 mm, berat minimum 500 gram
2) Ukuran maksimum 2,38 mm, berat minimum 100 gram
b. Agregat kasar terdiri dari :
1) Ukuran maksimum 3,5”, berat minimum 35,0 kg
2) Ukuran maksimum 3”, berat minimum 30,0 kg
3) Ukuran maksimum 2,5”, berat minimum 25,0 kg
4) Ukuran maksimum 2”, berat minimum 20,0 kg
5) Ukuran maksimum 1,5”, berat minimum 15,0 kg
3
6) Ukuran maksimum 1”, berat minimum 10,0 kg
7) Ukuran maksimum 3/4”, berat minimum 5,0 kg
8) Ukuran maksimum 1/2”, berat minimum 2,5 kg
9) Ukuran maksimum 3/8”, berat minimum 1,0 kg
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut
dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan no.4, kemudian agregat halus dan
agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum di atas.
Untuk keperluan mahasiswa praktikum teknologi beton, agregat halus diambil seberat
1 kg, dan agregat kasar diambil seberat 10 kg.
VI. PELAKSANAAN
a. Bahan pasir ditimbang seberat 1 kg, kemudian dimasukkan ke dalam oven
dengan suhu 110oC sampai berat tetap.
b. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.
c. Bahan kerikil ditimbang seberat 10 kg, kemudian dimasukkan ke dalam oven
dengan suhu 110oC sampai berat tetap.
d. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.
VIII. PEMBAHASAN
AGREGAT HALUS
a. Modulus kehalusan pasir 3,969. Berarti pasir lebih kasar dan gradasi pasir tidak
masuk standar ASTM
b. Sisa diatas ayakan 4 mm = 4,10 2% berat
Sisa diatas ayakan 1 mm = 33,03 10% berat
Sisa diatas ayakan 0,25 mm = 89,25 berkisar antara (80 - 95)% berat
4
Berarti pasir memenuhi standar PBI 1971
c. Kadar lempung (berat butiran pasir lebih dari 0,063 mm)
= 3,58 + 5 / 976,5 = 4,09626 %
< 5%, maka OK
d. Agregat halus masuk ke dalam zona 2
AGREGAT KASAR
a. Moduluh kehalusan kerikil =9,59713, berarti kerikil lebih kasar dan gradasi
kerikil tidak memenuhi standar ASTM
b. Sisa pada ayakan 38,1 mm =0%
Sisa pada ayakan 19,1 mm = 57,52 %
Sisa pada ayakan 9,52 mm = 99,20 %
Cek spesifikasi :
+ sisa ayakan 31,5 mm = 0 % berat, maka OK.
+ sisa ayakan 4 mm = 100 > 98 % berat, maka tidak OK
+ selisih dua ayakan berurutan antara 25,4mm dan 19,1mm
= (57,52 + 8,57 ) /2 = 48,94 %
Berkisar antara 10% - 60%
+ selisih dua ayakan berurutan antara 19,1mm dan 12,7mm
= (94 + 57,52) / 2 = 36,91 %
Berkisar antara 10% - 60%
Berarti Kerikil pada umumnya memenuhi PBI 1971
c. Kadar lempung dalam agregat kasar
= (0+7)/10016,5 = 0,0698 %
< 1 %, maka OK
d. Agregat kasar masuk ke dalam zona 3.
IX. KESIMPULAN
a. Pasir yang dibawa memenuhi standar Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI
1971) untuk digunakan sebagai bahan dasar campuran beton. Pasir tersebut tidak
memenuhi ASTM dalam hal modulus kehalusan pasir.
b. Kerikil yang dibawa memenuhi standar Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI
1971) untuk digunakan sebagai bahan dasar campuran beton. Kerikil tersebut
tidak memenuhi ASTM dalam hal modulus kehalusan kerikil.
5
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Pasir
Lubang Saringan
Tertinggal Kumulatif
no mm gram % Tertinggal Lolos
3" 76,2 0 0 0 100
2,5" 63,5 0 0 0 100
2" 50,8 0 0 0 100
1,5" 38,1 0 0 0 100
1" 25,4 0 0 0 100
3/4" 19,1 0 0 0 100
1/2" 12,7 0 0 0 100
3/8" 9,5 0 0,00 0,00 100,00
4 4,76 40 4,12 4,12 95,88
8 2,38 94,5 9,73 13,84 86,16
16 1,19 188 19,35 33,20 66,80
30 0,59 276,5 28,46 61,66 38,34
50 0,297 272,5 28,05 89,71 10,29
100 0,149 65 6,69 96,40 3,60
200 0,075 35 3,60 100,00 0,00
Pan 5
976,5 396,8766
6
7
Pemeriksaan Butiran Pasir
120,00
Persen Lolos Ayakan (%)
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
0 2 4 6 8 10
Diameter (mm)
8
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Batu Pecah
Lubang Saringan
Tertinggal Kumulatif
no mm gram % Tertinggal Lolos
3" 76,2 0 0 100
2,5" 63,5 0 0 100
2" 50,8 0 0 100
1,5" 38,1 0 0 100
1" 25,4 858 8,571857 8,57 91,43
3/4" 19,1 4899 48,9435 57,52 42,48
1/2" 12,7 3695 36,91493 94,43 5,57
3/8" 9,5 477 4,765473 99,20 0,80
4 4,76 80,5 0,804236 100 0,00
8 2,38 0 0 100 0,00
16 1,19 0 0 100 0,00
30 0,59 0 0 100 0,00
50 0,297 0 0 100 0,00
100 0,149 0 0 100 0,00
200 0,075 0 0 100 0,00
Pan 7 0
10009,5 959,7133
Fm-k= 9,597133
Dari grafik, zona gradasi = zona 3
9
10
11
PERCOBAAN II
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT
I. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka prosentase kadar air yang
dikandung agregat
II. PENGERTIAN
Kandungan Air
Ada 2 bentuk kandungan air pada agregat, yaitu:
- Kandungan Air Serapan, yaitu kandungan air yang diserap oleh rongga-rongga
didalam partikel agregat dan biasanya tidak terlihat.
- Kandungan Air Permukaan, yaitu kandungan air yang menempel pada
permukaan agregat.
Besarnya kandungan air pada agregat yang akan digunakan perlu diketahui untuk
mengontrol besarnya jumlah air didalam suatu campuran beton.
12
Kadar air agregat adalah besar perbandingan / rasio antara berat air yang
dikandung agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam
persen.
III. BAHAN
Agregat yang diuji hendaknya mempunyai dimensi antara 6,3 mm sampai 152,4
mm.
IV. PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
b. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu dengan kapasitas (1005)oC.
c. Talam logam anti karat.
V. PELAKSANAAN
d. Timbang dan catat berat talam (W1).
e. Masukkan benda uji ke dalam talam dan kemudian ditimbang dengan berat
minimum agregat sesuai dengan ukuran butir maksimum seperti pada tabel
dibawah :
13
j. Hitung kadar air agregat :
W3 W5
Kadar air agregat = 100 %
W5
Laporan kadar air dalam persen dua angka di belakang koma.
VII. PEMBAHASAN
Hasil Pengujian :
a) Kadar air pasir contoh A = 8,020699
Kadar air pasir contoh B = 7,557355
Rerata = 7,789027
VIII. KESIMPULAN
Kadar air relatif cukup untuk perencanaan campuran beton. Menurut spesifikasi PBI
1971, kadar air kerikil memenuhi syarat untuk digunakan sebagai perencanaan
campuran karena kurang dari 5%, namun pasir kurang memenuhi spesifikasi karena
mempunyai kadar air yang lebih tinggi dari 5%.
14
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Nomor Contoh 1 2
Nomor talam A B A B
1. Berat talam + contoh basah (gr) 91,1 87,7 91,1 87,7
2. Berat talam + contoh kering (gr) 84,9 82,1 84,9 82,1
3. Berat air = (1) - (2) (gr) 6,2 5,6 6,2 5,6
4. Berat talam (gr) 7,6 8 7,6 8
5. Berat contoh kering = (2) - (4) (gr) 77,3 74,1 77,3 74,1
6. Kadar Air = (3) / (5) (%) 8,020699 7,557355 8,020699 7,557355
7. Kadar Air rata-rata (%) 7,789026751 7,789026751
Nomor Contoh 1 2
Nomor talam A B A B
1. Berat talam + contoh basah (gr) 139,8 137 139,8 137
2. Berat talam + contoh kering (gr) 136,5 133,7 136,5 133,7
3. Berat air = (1) - (2) (gr) 3,3 3,3 3,3 3,3
4. Berat talam (gr) 13,7 13,5 13,7 13,5
5. Berat contoh kering = (2) - (4) (gr) 122,8 120,2 122,8 120,2
6. Kadar Air = (3) / (5) (%) 2,687296 2,745424 2,687296 2,745424
7. Kadar Air rata-rata (%) 2,716360355 2,716360355
15
PERCOBAAN III
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR PADA AGREGAT HALUS
I. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk :
a. Mendapatkan harga berat jenis curah, berat jenis jenuh kering permukaan (ssd)
dan berat jenis semu
b. Mendapatkan harga penyerapan air pada agregat halus.
II. PENGERTIAN
a. Berat Jenis Curah
Adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC.
b. Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan
Adalah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
25oC.
c. Berat Jenis Semu
Adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25OC.
d. Penyerapan / absorpsi
Adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat
kering, dinyatakan dalam persen.
III. BAHAN
a. Pasir alam/buatan masing-masing seberat 500 gr dalam beberapa benda uji.
b. Pasir lolos oleh saringan no. 4 (4,75 mm).
IV. PERALATAN
a. Timbangan kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
b. Piknometer kapasitas 500 ml.
c. Kerucut terpancung diameter atas (403) mm, diameter bawah (903) mm dan
16
d. Batang penumbuk dengan bidang penumbuk rata, berat (340 15) gr dan
diameter (253) mm.
e. Saringan no. 4 (4,75 mm).
f. Oven pengatur suhu kapasitas (1105)oC.
g. Desikator.
V. PELAKSANAAN
a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (1105)oC sampai berat tetap.
Dinginkan pada suhu ruang lalu rendam dalam air selama (244) jam.
b. Buang air perendam, lalu tebarkan agregat di atas talam, keringkan di udara panas
dengan cara membalik-balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai ercapai
keadaan kering permukaan jenuh (ssd).
c. Periksa kondisi ssd dengan mengisi benda uji ke dalam kerucut terpancung,
padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali lalu angkat kerucut. Keadaan
ssd tercapai bila benda uji runtuh tetapi masih dalam keadaan tercetak.
d. Setelah kondisi ssd tercapai, masukkan 500 gr benda uji ke dalam piknometer,
masukkan air suling sampai 90 % isi piknometer. Putar sambil diguncang sampai
tidak terlihat gelembung udara di dalamnya.
e. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian hitungan pada
suhu standar 25oC.
f. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.
g. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai dengan ketelitian 0,1 gr (Bt).
h. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (1105)oC sampai berat
tetap, lalu dinginkan benda uji dalam desikator. Setelah dingin, lalu ditimbang
(Bk).
i. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian
dengan suhu standar 25oC (B).
VI. PERHITUNGAN
Bk = berat benda uji kering oven (gr).
B = berat piknometer berisi air (gr).
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gr).
500 = berat benda uji dalam keadaaan ssd (gr).
17
Bk (gr) B (gr) Bt (gr)
Benda uji A 496,5 12,0 343,0
Benda uji B 496,3 12,0 343,0
Bk
a. Berat jenis curah =
B 500 Bt
496,5
Benda uji A = = 2,93787
12 500 343
496,3
Benda uji B = = 2,936686
12 500 343
2,93787 2,936686
Rata-rata = = 2,937278 2,94
2
500
b. Berat jenis jenuh kering permukaan =
B 500 Bt
500
Benda uji A = = 2,95858
12 500 343
500
Benda uji B = = 2,95858
12 500 343
2,95858 2,95858
Rata-rata = = 2,95858 2,96
2
Bk
c. Berat jenis semu =
B Bk Bt
496,5
Benda uji A = = 3,00
12 496,5 343
496,3
Benda uji B = = 3,00242
12 496,3 343
3,0 3,00242
Rata-rata = = 3,00121 3,00
2
500 Bk
d. Penyerapan air = 100%
Bk
18
500 496,5
Benda uji A = 100% = 0,704935
496,5
500 496,3
Benda uji B = 100% = 0,745517
496,3
0,704935 0,745517
Rata-rata = = 0,725226 0,725
2
19
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
20
PERCOBAAN IV
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR PADA AGREGAT KASAR
I. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk :
a. Mendapatkan harga berat jenis curah, berat jenis jenuh kering permukaan (ssd)
dan berat jenis semu
b. Mendapatkan harga penyerapan air pada agregat kasar
II. PENGERTIAN
a. Berat Jenis Curah
Adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC.
b. Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan
Adalah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
25oC.
c. Berat Jenis Semu
Adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25OC.
d. Penyerapan / absorpsi
Adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat
kering, dinyatakan dalam persen.
III. BAHAN
a. Kerikil / batu pecah seberat 5,0 kg untuk masing-msing benda uji.
b. Kerikil tertahan oleh saringan no. 4 (4,75 mm).
IV. PERALATAN
a. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No.6) atau 2,36 mm (No.8) dengan kapasitas
5 kg.
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat
ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
21
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
d. Oven pengatur suhu kapasitas (1105)oC.
e. Alat pemisah contoh.
f. Saringan no. 4 (4,75 mm).
V. PELAKSANAAN
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu.
b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 5)oC sampai berat tetap.
c. Dinginkan pada suhu kamar selama (1-3) jam, lalu ditimbang dengan ketelitian
0,5 gr (Bk).
d. Rendam benda uji pada suhu kamar selama (24 4)jam.
e. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap.
f. Timbang benda uji jenuh kering permukaan (Bj).
g. Letakkan benda uji di dalam keranjang, goncangkan batunya untuk
mengeluarkan udara dan tentukan beratnya didalam air (Ba), ukur suhu air
sesuai suhu standar (25oC).
VI. PERHITUNGAN
Bk = berat benda uji kering oven (gr).
Bj = berat benda uji jenuh kering permukaan (gr).
Bt = berat benda uji jenuh kering permukaan dalam air (gr).
Bk
e. Berat jenis curah =
B j Ba
4997,3
Benda uji A = = 2,36
5159,0 3045,6
4996,0
Benda uji B = = 2,39
5139,3 3047,2
22
2,36 2,39
Rata-rata = = 2,375 2,38
2
Bj
f. Berat jenis jenuh kering permukaan =
B j Ba
5159,0
Benda uji A = = 2,44
5159,0 3045,6
5139,3
Benda uji B = = 2,46
5139,3 3047,2
2,44 2,46
Rata-rata = = 2,45
2
Bk
g. Berat jenis semu =
Bk B a
4997,3
Benda uji A = = 2,56
4997,3 3045,6
4996,0
Benda uji B = = 2,56
4996,0 3047,2
2,56 2,56
Rata-rata = = 2,56
2
B j Bk
h. Penyerapan air = 100%
Bk
5159,0 4997,3
Benda uji A = 100% = 3,24 %
4997,3
5139,3 4996,0
Benda uji B = 100% = 2,87 %
4996,0
3,24% 2,87%
Rata-rata = = 3,06 %
2
23
VII. HASIL PENGUJIAN
e. Berat jenis curah = 2,38
(Bulk Specific Gravity)
f. Berat jenis jenuh kering permukaan = 2,45
(Bulk Specific Saturated Surface Dry)
g. Berat jenis semu = 2,56
(Apparent Specific Gravity)
h. Penyerapan air = 3,06 %
(Absorption)
VIII. KESIMPULAN
Perbedaan antara nilai berat jenis curah, berat jenis jenuh kering permukaan dan
berat jenis semu adalah relatif kecil, maka sifat penyerapan air benda uji kecil.
24
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
25
PERCOBAAN V
PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT
I. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan berat isi agregat (pasir dan kerikil)
II. PENGERTIAN
Berat satuan pasir adalah perbandingan antara berat pasir dengan volume alat ukur.
Unit weight diperoleh dengan memasukkan pasir ke dalam alat ukur yang telah
diketahui volumenya sehingga berat pasir dapat diketahui
Berat satuan kerikil adalah perbandingan antara berat kerikil dengan volume alat
ukur, Unit weight diperoleh dengan memasukkan kerikil ke dalam alat ukur yang
telah diketahui volumenya sehingga berat kerikil dapat diketahui.
Jika pasir atau kerikil yang dimasukkan ke dalam ember ditusuk-tusuk sebanyak 25
kali dengan tongkat tusuk, maka cara ini disebut rodding. Jika pasir atau kerikil
yang dimasukkan ke dalam ember dengan cara biasa (tidak ditusuk-tusuk), maka
cara ini dinamakan shoveling.
III. BAHAN
Pasir alam/buatan dari sungai/gunung seberat 10 kg.
Kerikil alam/buatan dari sungai/gunung seberat 50 kg.
IV. PERALATAN
Timbangan kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
Tongkat penusuk baja, panjang 600 mm dan diameter 16 mm.
Kotak takar.
V. PELAKSANAAN
26
a. Agregat sesudah direndam selama 24 jam, permukaannya disapu dengan lap
basah.
b. Timbang kotak takar kosong.
c. Timbang kotak takar berisi air penuh.
d. Isi masing-masing kotak takar dengan benda uji dalam 3 lapisan sama tebal,
dimana tiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali. Cara ini disebut RODDING.
e. Ratakan muka bahannya dengan tangan atau mistar.
f. Timbang kotak takar yang berisi benda uji.
g. Kosongkan kotak takar dan isi lagi dengan benda uji yang dimasukkan dengan
singkup dan tinggi tidak lebih dari 2inci (2”) diatas kotak takar. Cara ini disebut
SHOVELING.
h. Ratakan muka benda uji dengan tangan atau kistar.
i. Timbang kotak takar yang berisi benda uji.
VII. PEMBAHASAN
a. Berat isi cara RODDED > dari berat isi cara SHOVELED. Hal ini dikarenakan
tusukan-tusukan sehingga volume menjadi lebih padat dan berat isi menjadi
lebih besar.
b. Berat isi juga dipengaruhi oleh gradasi butiran.
c. Bila bentuk butiran agregat bulat, maka gesekan antar butiran adalah kecil
sehingga berat isi menjadi besar. Sebaliknya apabila butiran agregat adalah batu
pecah, maka berat isi akan menjadi kecil.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian maka diperoleh berat isi untuk agregat halus :
a. Berat isi dengan cara RODDED = 1828,82 gr/cc
b. Berat isi dengan cara SHOVELED = 1787,815 gr/cc
Sedangkan berat isi untuk agregat kasar adalah :
c. Berat isi dengan cara RODDED = 1655,47 gr/cc
d. Berat isi dengan cara SHOVELED = 1586,51 gr/cc
27
Berat isi cara RODDED > dari berat isi cara SHOVELED. Pemeriksaan berat isi
dengan cara shoveled lebih cocok digunakan di lapangan.
28
PERCOBAAN VI
PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI
SERTA PENGUJIAN SLUMP
I. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka slump dan pembuatan benda uji
sesuai prosedur yang benar.
II. PENGERTIAN
Angka Slump menggambarkan sifat kelecakan (workability) beton segar.
III. PERALATAN
Peralatan yang diperlukan adalah :
a. Cetakan dari logam tebal
IV. PELAKSANAAN
1. Pengujian Slump
Basahilah cetakan dan pelat dengan kain basah
Letakkan cetakan di atas pelat dengan kokoh.
Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis. Tiap lapis
berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis ditusuk dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 tusukan secara merata. Tongkat harus masuk sampai lapisan
bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan pertama, untuk penusukan
bagian tepi, tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.
Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dengan
tongkat dan semua sisa benda uji yang jatuh di sekitar cetakan harus
disingkirkan. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
Seluruh pengujian mulai dari pengisian sampai cetakan harus selesai dalam
jangka waktu 2,5 menit.
Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji. Ukurlah
slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan
tinggi rata-rata benda uji.
29
30
2. Pembuatan dan Pematangan benda uji
a. Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan
dengan 25 tusukan secara merata, dengan ketentuan :
(1) Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat
tidak boleh mengenai dasar cetakan.
(2) Pada lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk kira-kira
25,4 mm (1 inci) ke dalam lapisanh di bawahnya.
b. Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuk sisi cetakan perlahan sampai
rongga bekas tusukan tertutup. Ratakan permukaan beton dan tutuplah
segera dengan bahan yang kedap air serta tahan karat. Kemudian biarkan
beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakkan pada tempat yang bebas
dari getaran.
c. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji. Rendamlah
benda uji dalam bak perendam berisi air pada temperatur 25oC untuk
pematangan (curing). Pematangan (curing) disesuaikan dengan persyaratan
untuk pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.
31
PERCOBAAN VII
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON
V. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan harga kekuatan tekan beton pada
benda uji.
VI. PENGERTIAN
Kekuatan tekan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor :
Faktor air semen
Susunan dan gradasi agregat
VII. PERALATAN
Peralatan yang diperlukan adalah :
b. Cetakan, baik silinder maupun kubus.
c. Tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung dibulatkanm dibuat
dari baja bersih dan bebas dari karat.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
e. Mesin pengaduk atau bak pengaduk.
f. Mesin tekan.
g. Satu set alat pelapis (capping).
h. Satu set alat pemeriksanaan slump
i. Peralatan tambahan : ember, sekop, cetok, talam.
j. Satu set alat pemeriksaan berat isi beton.
IX. PELAKSANAAN
1. Persiapan pengujian
a. Ambil benda uji yang akan dites dari bak perendam/pematangan (curing),
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
c. Lapislah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar
belerang dengan cara sebagai berikut :
32
1) Lelehkan mortar belerang di dalam pot peleleh (melting pot) yang
dinding dalamnya telah dilapisi dengan gemuk.
2) Kemudian letakkan benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis sampai
mortar belerang cair menjadi keras.
3) Dengan cara yang sama lakukan pelapisan pada permukaan lainnya.
2. Cara Pengujian
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2 sampai 4 kg/cm2 per detik.
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
d. Gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji.
3. Perhitungan
P kg
Kuat tekan beton =
A cm 2
Dimana :
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang benda uji (cm2)
33
4. Laporan
Laporan harus meliputi hal-hal seperti berikut :
a. Perbandingan campuran
b. Berat (kg)
c. Diameter dan tinggi (cm)
d. Luas penampang (cm2)
e. Berat isi (kg/cm3)
f. Beban maksimum (kg)
g. Kuat tekan (kg/cm2)
h. Cacat
i. Umur (hari).
CATATAN :
a. Untuk benda uji berbentuk kubus dimensi 202020 cm, cetakan diisi dengan
adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan denga 29 kali tusukan.
Tongkat pemadat yang digunakan berdiameter 16 mm, panjang 600 mm.
b. Untuk benda uji berbentuk kubus 151515 cm, cetakan diisi dengan adukan
beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 32 kali tusukan.
Tongkat pemadat yang digunakan berdiameter 10 mm, panjang 300 mm.
c. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu dilapisi.
d. Bila tidak ada ketentuan lain konversi kuat tekan beton dari bentuk kubus ke
bentuk silinder, maka gunakan angka perbandingan kuat tekan sebagai berikut:
e. Pemeriksaan kekuatan beton biasanya dilakukan pada umur 3 hari, 7 hari, dan
28 hari.
Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur :
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen portland biasa 0,4 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Semen portland dengan kekuatan awal
0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
yang tinggi
34
Untuk lebih presisi, maka tabel konversi umur terhadap umur 28 hari untuk
beton normal :
35
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Nomor Contoh :
Pekerjaan :
Perbandingan Luas Beban Kekuatan
No. Slump Berat Diameter Tinggi Berat Isi Umur
Campuran Penampang Maksimum tekan Cacat
Benda Uji ( cm) ( kg ) ( cm ) ( cm ) ( kg/cm3) (hari)
dalam berat (cm2) (kg) (kg/cm2)
36
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Nomor Contoh :
Pekerjaan :
Perbandingan Luas Beban Kekuatan
No. Slump Berat Panjang Lebar Tinggi Berat Isi Umur
Campuran Penampang Maksimum tekan Cacat
Benda Uji ( cm) ( kg ) ( cm ) ( cm) ( cm ) ( kg/cm3) (hari)
dalam berat (cm2) (kg) (kg/cm2)
37
38
PERCOBAAN VIII
Langkah 1:
Tentukan kuat tekan rencana f’c sesuai kebutuhan desain struktur dan penggunaanya.
Misal : K175 – K225 untuk beton normal
K500 – K750 untuk beton mutu tinggi
Langkah 2
Tentukan besar standar deviasi yang dipakai.
38
39
A. Bila data berdasar hasil uji lapangan yang sudah tersedia sebelumnya, syarat
apakah data tersebut bisa dipakai atau tidak, harus memenuhi beberapa syarat
berikut :
1) Mewakili bahan dan prosedur pengawasan mutu dan kondisi produksi
yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan.
2) Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan f’c yang nilainya dalam batas
7 Mpa dari nilai fcr yang ditentukan.
3) paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok
hasil uji berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji diambil dalam
produksi selama jangka waktu tidak kurang dari 45 hari.
4) Bila suatu produksi tidak mempunyai hasil uji sebanyak 30 buah, tetapi
hanya ada sebanyak 15 sampai 29 hasil uji yang berurutan, maka nilai
deviasi standar adalah perkalian deviasi standar yang dihitung dari data
hasil uji tersebut dengan faktor pengali dari tabel 1.
Tabel 1
Besar faktor pengali standar deviasi sesuai jumlah benda uji
Sr = faktor pengali S
B. Bila data lapangan tidak tersedia sebelumnya, atau data lapangan kurang dari
15 buah, maka kuat tekan rata-rata yang ditargetkan fcr harus diambil tidak
kurang dari :
fcr = f’c + 12 Mpa
Langkah 3
Tentukan kuat tekan target fcr :
fcr = f’c + M
fcr = f’c + 1,64 Sr
dimana :
M = nilai tambah
= 1,64 Sr. bila terdapat data lapangan dari pengujian sebelumnya
= 12 Mpa bila tidak terdapat data lapangan sebelumnya.
Kuat tekan target fcr adalah kuat tekan yang diharapkan terbaca pada alat uji tekan
beton. Kuat tekan rencana f’c disebut juga kuat tekan karakteristik.
Langkah 4
Pemilihan Faktor Air Semen (FAS)
1) Diambil dari data penelitian lain atau data sebelumnya yang sesuai dengan bahan
dan kondisi pekerjaan diusulkan.
2) Bila tidak terdapat data hasil penelitian, maka:
39
40
Tabel 2
Perkiraan kekuatan tekan (Mpa) beton dengan faktor air semen
dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia
Tabel 3
Persyaratan jumlah semen dan faktor air semen maksimum untuk berbagai
macam pembetonan dalam lingkungan khusus
40
41
Tabel 4
Ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan air tanah
yang mengandung sulfat
Kandungan semen
minimum ukuran
Konsentrasi sulfat sebagai SO3
nominal agregat
Kadar maksimum (kg/m3) Faktor
gangguan Dalam Tanah Tipe semen air
Sulfat
sulfat Total SO3 dalam semen
(SO3)
SO3 campuran 40 mm 20 mm 10 mm
dalam air
(%) air : tanah
tanah g/l
= 2 : 1 g/l
Tipe I dengan
Kurang Kurang dari Kuang dari atau tanpa
1 80 300 350 0,50
dari 0,2 1,0 0,3 pozoloan (15-
40%)
Tipe I dengan
atau tanpa
290 330 350 0,50
pozoloan (15-
40%)
Tipe I pozoland
2 0,2–0,5 1,0–1,9 0,3–1,2
(15-40%) atau
270 310 360 0,55
semen portland
pozolan.
Tipe II atau
250 290 340 0,55
Tipe V
Tipe I pozoland
(15-40%) atau
340 380 430 0,45
semen portland
3 0,5 – 1 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5
pozolan.
Tipe II atau
290 330 380 0,50
Tipe V
1,0 – Tipe II atau
4. 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 330 370 420 0,45
2,0 Tipe V
Tipe II atau
Lebih Lebih dari Lebih dari
5. Tipe V Lapisan 330 370 420 0,45
dari 2,0 5,6 5,0
pelindung
41
42
Tabel 5
Ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air
Kandungan
semen minimum
Kondisi
Faktor air (kg/m3)
lingkungan yang
Jenis beton semen Tipe semen Ukuran nominal
berhubungan
maksimum maksimum
dengan
agregat
40 mm 20 mm
Air tawar 0,50 Tipe V 280 300
Tipe I pozoland
(15-40%) atau
Air payau 0,45
Bertulang semen portland
atau pozoland.
340 380
prategang Tipe II atau
0,50
Tipe V
Tipe II atau
Air laut 0,45
Tipe V
Langkah 5
Penentuan Kadar Air Bebas
Kadar air bebas ditentukan berdasarkan jenis agregat yang dipakai sebagai berikut :
a. Bila agregat yang dipakai adalah agregat tak dipecah atau agregat pecah, maka
digunakan ni;ai pada tabel 2 dan grafik 1 atau 2.
b. Bila agregat adalah agregat campuran (gabungan tak dipecah dan dipecah),
dipakai rumus berikut :
2 1
Kadar air bebas = Wh Wk
3 3
c. digunakan nilai pada tabel 2 dan grafik 1 atau 2.
Dimana :
Wh = perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Wh = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar pada tabel 6
Langkah 6
Penentuan Berat Jenis Relatif Agregat
1. Diperoleh dari data hasil uji
2. Bila tidak tersedia, dapat dipakai nilai di bawah ini :
a. Agregat tak dipecah : 2,5
b. Agregat pecah : 2,6 atau 2,7
3. Berat jenis agregat gabungan (BJag) dihitung sebagai berikut :
42
43
Tabel 6
Perkiraan kadar air bebas (kg/m3) yang dibutuhkan untuk
Beberapa tingkat kemudahan pengerjaan adukan beton
Kekuatan Tekan
Jenis Semen Jenis agregat kasar Pada umur (hari) Bentuk
3 7 28 91 Bentuk uji
Semen portland Tipe Batu tak dipecahkan 17 23 33 40
Silinder
I, atau Batu pecah 19 27 37 45
Semen Tahan Sulfat Batu tak dipecahkan 20 28 40 48
Kubus
Tipe II, V Batu pecah 23 32 45 54
Batu tak dipecahkan 21 28 38 44
Silinder
Semen Portland tipe Batu pecah 25 33 44 48
III Batu tak dipecahkan 25 31 46 53
Kubus
Batu pecah 30 40 53 60
Langkah 7
Koreksi Proporsi Campuran
Apabila agregat tidak dalam keadaan ssd (jenuh kering permukaan), proporsi
campuran harus dikoreksi terhadap kadar air dalam agregat dan penyerapan
agregat.
Koreksi proporsi campurn harus dilakukan terhadap kadar air dalam agregat
paling sedikit satu kali dalam sehari dan dihitung menurut rumus berikut :
Dimana :
B = jumlah air (kg/m3)
C = jumlah agregat halus (kg/m3)
D = jumlah agregat kasar (kg/m3)
Ca = absorpsi air pada agregat halus (%)
Da = absorpsi air pada agregat kasar (%)
Ck = kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk = kandungan air dalam agregat kasar (%)
43
44
Tabel 7
Nilai-nilai slump untuk berbagai-bagai pekerjaan beton
Slump
Uraian
maksimum Minimum
Dinding, pelat pondasi, dan pondasi telapak
12,5 5,0
bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan
9,0 2,5
konstruksi di bawah tanah
Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5
Perkerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan massal 7,5 2,5
Tabel 8
Mutu pelaksanaan dikukur dengan deviasi standar
Tabel 9
Persyaratan batas-batas susunan besar butir agregat kasar
(Kerikil atau koral)
44
45
CARA PENGERJAAN
45
46
46
47
Jika harga yang diperoleh sesuai dengan harga yang diharapkan, maka
susunan campuran beton tersebut dikatakn baik. Jika tidak, maka
campuran perlu dibetulkan.
Kalau slumpnya ternyata terlalu tinggi atau rendah, maka kadar air perlu
dikurangi atau ditambah (demikian juga kadar semennya, karena faktor air
smen harus dijaga agar tetap tidak berubah)
Jika kekuatan beton dari campuran ini terlalu tinggi atau rendah, maka
faktor air semen harus dapat atau ditambah atau dikurangi sesuai dengan
grafik 1 atau 2.
CONTOH KASUS
SOAL 1
Rencanakan campuran beton untuk mutu K175 pada umur 28 hari, dimana beton
tersebut akan berada pada lingkungan normal.
Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami)
Agregat halus yang dipakai : pasir
Diameter agregat maksimum : 20 mm
Mutu semen yang dipakai : Tipe I
Slump Tes : 60 - 180 mm
Dari hasil penelitian didapat:
Pasir Kerikil
Berat jenis (SSD) 2,558 2,623
Kadar air 2,354 1,700
Resapan 3,093 2,765
Berat Volume 1554,692 1458,155
47
48
SOLUSI :
Dari kebutuhan diatas, didapat batasan berikut :
Beton di dalam ruang bangunan, keadaan keliling non korosif, maka sesuai tabel-3
di dapat :
faktor air semen maksimum = 0,60
Jumlah semen minimum per m3 beton = 275 kg
Pemilihan besar standar deviasi = 7 Mpa, yang didapat dari percobaan benda uji
sebelumnya dilokasi konstruksi yang sama dengan metode dan bahan yang sama.
Pemilihan besar slump : sesuai tabel-7 untuk elemen struktur pelat dan balok,
diambil slump antara minimum 7,5 s/d maksimum 15 mm, maka diambil nilai
rentang slump : 60 – 180 mm
48
49
Tabel / Grafik
No. Uraian Nilai
Perhitungan
1. Kuat tekan yang disyaratkan Ditetapkan 17,5 MPa pada 28 hari. Bagian
(28 hari, 5%) tak memenuhi syarat 5% (k=1,64)
2. Deviasi standar Diketahui 7 MPa
3. Nilai tambah (margin) Diketahui 1,647 = 11,480 MPa
4. Kuat Tekan rata-rata target (1)+(3) 17,5 + 11,48 = 28,980 MPa
5. Jenis Semen Ditetapkan Tipe I
6. Jenis Agregat : Kasar Ditetapkan Batu pecah
Jenis Agregat : Halus Ditetapkan Alami
7. Faktor Air Semen Bebas Tabel.2,Grafik1 0,587 (Silinder)
8. Faktor Air Semen Maksimum Ditetapkan 0,600
9. Slump Ditetapkan 60-180mm
10. Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 20 mm
11. Kadar Air Bebas Tabel 3 205 kg/m3
12. Kadar Semen (11)/(8) 348,937 kg/m3
13. Kadar Semen Maksimum Ditetapkan - kg/m3
14. Kadar Semen Minimum Ditetapkan 275 kg/m3
15. Faktor Air semen penyesuaian - -
16. Gradasi Agregat halus Grafik 3 s/d 6 zone 2
17. Gradasi Agregat kasar atau Tabel 7,
gabungan Grafik 7 s/d 12
18. Persen agregat halus Grafik 13-15 40 %
19. Berat jenis relatif (ssd) Diketahui 2.597 kg/m3
20. Berat Isi Beton Grafik 13 2341,792 kg/m3
21. Kadar Agregat Gabungan 20-12-11 1787,855 kg/m3
22. Kadar Agregat Halus 18 21 715,142 kg/m3
23. Kadar Agregat Kasar 21 – 22 1072,713 kg/m3
49
50
50