LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN BANGUNAN
Mengetahui,
Dosen Asisten
( ) ( )
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL
2. HALAMAN PENGESAHAN
3. DARTAR ISI
BAB I : PERCOBAAN ANALISA SARINGAN
BAB II : PERCOBAAN KANDUNGAN LUMPUR DAN KOTORAN ORGANIS PASIR
BAB III : PEMERIKSAAN DAYA SERAP GENTING
BAB IV : MENENTUKAN KONSISTENSI NORMAL DAN PERMULAAN
PENGIKATAN AWAL SEMEN
4. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PERCOBAAN ANALISA SARINGAN
1. Tujuan
1.1. Membuat diagram butiran dari pasir atau kerikil, dimana sebagai absis diameter lubang
saringan dan sebagai ordinat prosentase pasir/kerikil yang melalui lubang saringan.
1.2. Menentukan modulus kehalusan (FM) dapat dicari dengan menjumlahkan prosentase
jumlah sisa kumulatif dari saringan berdiameter paling atas/besar sampai dengan saringan
berdiameter 0,105. Kemudian dari jumlah prosentase sisa kumulatif tadi dibagi 100
(seratus).
3. Cara Kerja
3.1. Mengambil pasir yang sudah kering dari oven sebanyak 1000 gram dan dibersihkan dari
kotoran-kotoran seperti pecahan gelas, pecahan genteng, sampah dan sebagai-nya.
3.2. Kemudian kita susun saringan satu sama lain dengan diameter terbesar untuk paling atas
dan berurutan sehingga diameter yang terkecil untuk paling bawah.
3.3. Pasir dituangkan dalam saringan lalu kita tutup. Penyaringan dilakukan dengan teliti
sehingga tidak banyak yang hilang (kehilangan berat yang diijinkan 1%) dan diusahakan
agar pasir dapat tersaring dengan baik maka dengan cara menggoyang-goyang saringan
tersebut ke kanan/ke kiri, untuk memperoleh ketelitian maka penyaringan dilakukan
sedikit demi sedikit.
3.4. Kemudian sisa pasir tersebut kita timbang dari tiap-tiap saringan sampai ketelitian 1
gram.
3.5. Mencatat hasil timbangan dalam daftar yang ada.
3.6. Penyaringan dilakukan dua kali, agar percobaan yang diperoleh hasilnya akurat.
Kemudian kedua hasil percobaan tersebut dirata-rata.
4. Daftar Hasil Percobaan
Berat pasir
Diameter Sisa Saringan (Gram)
Jumlah Jumlah
Saringan Percobaan Percobaan Prosentase
Rata-Rata Sisa (%) Lolos (%)
(mm) 1 2 Rata-Rata
9,50 54,1 57,2 55,65 5,59 5,59 94,41
4,75 83,3 63,2 73,25 7,36 12,95 87,05
2,36 100,1 85,5 92,8 9,32 22,27 77,73
1,18 179 151,4 165,2 16,59 38,86 61,14
0,60 195,6 175,1 185,35 18,62 57,47 42,53
0,30 113,2 138,2 125,7 12,62 70,10 29,90
0,150 189,2 204 196,6 19,74 89,84 10,16
0,075 24,4 76,9 50,65 5,09 94,93 5,07
0,000 60,9 40,1 50,5 5,07 100 0
Jumlah 999,8 991,6 995,7 100
5. Dasar Teori
Syarat-syarat pasir yang baik menurut PBI 71, Bab 3, pasal 3.3 :
5.1. Agregat harus terdiri dari butir-butir yang tajam, keras dan halus bersifat kekal, artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
5.2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering) artinya lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan diameter 0,063
mm. Bila kadar lumpur melalui 5% maka agregat halus harus dicuci.
5.3. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang harus
dibuktikan dengan percobaan warna, dapat juga dipakai asal kekuatan adukan agregat
tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan agregat yang sama,
tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH.
5.4. Agregat harus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alam dari
batu-batuan atau berupa pasir batuan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu.
5.5. Agregat harus terdiri dari butiran yang beraneka ragam besaran besarnya dan apabila
diayak dengan susunan yang ditentukan dalam pasal 3.3 ayat 5 dalam PBI harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Sisa diatas Ø 4,70 mm minimal 2% dari beratnya.
- Sisa diatas Ø 0,84 mm minimal 10% dari beratnya.
- Sisa diatas Ø 0,25 mm minimal 80-95% dari beratnya.
5.6. Pasir laut tidak boleh diapakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali
dengan petunjuk dari lembaga pemeriksa bahan-bahan yang diakui.
5.7. Ketentuan-ketentuan jenis modulus/modulus kehalusan.
JENIS MODULUS SISA DI
PASIR KEHALUSAN ATAS Ø 0,6
Sangat Kasar 3.6 75% - 80%
6. Pembahasan
6.1. Dalam pengujian terhadap pasir Comal ini menggunakan susunan ayakan standar dengan
urutan : 9,50 ; 4,75 ; 2,36 ; 1,18 ; 0,60 ; 0,30 ; 0,150 ; 0,075 dan 0,00. Penggunaan
susunan ayakan seperti ini tidak menyalahi aturan, dalam hal ini sesuai PBI 1971 Bab III,
pasal 3.5, ayat 1.
Bila tidak tersedia ayakan seperti ini maka dengan ijin pengawas ahli susunan ayakan
lain juga dapat dipakai dengan ketentuan asal mempunyai ukuran lubang yang mendekati
lubang di atas.
6.2. Pada percobaan saringan di atas dapat diketahui prosentase diameter butiran yang banyak
jumlahnya. Jumlah pasir pada saringan dengan diameter 0,6 mm sebanyak 18,62 % dari
berat total. Selanjutnya pada saringan dengan diameter 0,3 mm sebanyak 12,62 % dari
berat total.
6.3. Modulus Kehalusan (FM)
Yaitu suatu bilangan yang menunjukkan derajad kehalusan butir pasir.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠 Ø 0,105
FM =
100
5,59 + 12,95 + 22,27 + 38,86 + 57,47 + 70,10 + 89,84
=
100
= 2,9708
Dari grafik dapat dilihat bahwa pasir Comal terletak pada daerah dapat dipakai.
Hasil percobaan ini bila dibandingkan dengan syarat PBI 1971, Bab 3, pasal 3.3, ayat 5
- Ayakan Ø 4,75 dengan jumlah sisa 12,95 % dari berat (>2 %) → Memenuhi syarat
- Pada percobaan dengan ayakan Ø 0,60 dengan jumlah sisa 57,47 % dari berat
(>10 %) → Memenuhi syarat
- Pada percobaan dengan ayakan Ø 0,3 mm sebanyak 70,10 % dari berat total terletak
antara 80% - 95% → Memenuhi syarat
Saran
1. Karena pasir Comal termasuk jenis pasir kasar maka untuk memperoleh spesifikasi yang
diinginkan dapat dicampur dengan pasir yang lebih halus dengan cara perbandingan berat
yang dilakukan di laboratorium sehingga memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam
PBI 1971.
2. Pasir ini sebaiknya jangan digunakan sebagai spesi untuk plesteran sebab akan
memberikan hasil yang kurang baik.
3. Pasir Comal mempunyai derajad kehalusan yang kasar, maka akan lebih baik jika
digunakan untuk bahan sirtu yaitu campuran pasir dan batu-batu kecil.
BAB II
PERCOBAAN KANDUNGAN LUMPUR DAN KOTORAN ORGANIS PASIR
1. Tujuan
Mengetahui kandungan lumpur dan pasir
3. Cara Kerja
3.1 Ambil pasir kering dan masukkan kedalam gelas ukur 250 cc setinggi 130 cc.
3.2 Air dituangkan kedalam gelas ukur tadi sampai penuh 250 cc dan tunggu sampai air
meresap kedalam pasir. Kemudian tutup dengan plastik dan ikat dengan karet, kocok
kurang lebih 30 menit dan diamkan selama 5 jam.
3.3 Setelah didiamkan catatlah tinggi pasir dan lumpur. Tebal lapisan lumpur
memperlihatkan prosentase kandungan lumpur dari pasir yang dipakai dalam percobaan.
1. Tujuan
Untuk mengetahui dan menentukan kadar butiran lebih halus dari 50 micron yang sering
disebut slip. Dalam agregat halus atau pasir untuk adukan spesi dan pasir untuk beton.
3. Cara Kerja
3.1 Menimbang pasir sebanyak 200 gram.
3.2 Lalu pasir dimaksukkan gelas ukur kemudian dituangkan air setinggi 12 cm dari
permukaan pasir. Diamkan kurang lebih satu jam dan diadu sampai air keruh.
3.3 Diamkan 1 menit agar buturan yang kasar mengendap, kemudian bagian yang keruh
dituangkan perlahan-lahan, sampai setengahnya agar butiran kasar tidak ikut terbuang.
3.4 Diulang lag penambahan air setinggi 12 cm, dari permukaan pasir, diaduk dan diamkan
selama 1 menit dan buang bagian yang keruh sehingga tinggal setengah.
3.5 Pekerjaan ini diulang berturut-turut sehingga pengadukan cairan di atas pasir tetap jernih.
3.6 Sisa pasir yang ada dalam silinder ditampung dalam cawan pengering dan oven.
3.7 Kemudian ditimbang dengan teliti.
3.8 Selisih antara contoh semula dan setelah dcuci adalah bagian yan hilang (50 micron) dan
dihitung prosentase dari contoh aslinya.
1. Tujuan
Mengetahui kandungan organis dalam lumpur
3. Cara Kerja
3.1 Ambil pasir kering dan masukan dalam gelas ukur 250 cc setinggi 130 cc.
3.2 NaOH dituangkan dalam gelas ukur setinggi 200 cc selama ± 30 menit.
3.3 Setelah didiamkan selama 24 jam dan dilihat bagaimana perubahan warna dari cairan
NaOH tersebut.
5. Dasar teori
Syarat-syarat pasir :
5.1 Pasir harus bersih dan bila diuji dengan larutan khusus, tinggi endapan pasir yang
kelihatan dibanding tinggi seluruh endapan tidak kurang dari 70% (PUBI – 1982, Ps. 11,
hal 17) .
5.2 Agregat halus pasir harus terdiri dari pasir butir tajam dan keras serta butiranya bersifat
kekal artinya tidak hancur atau pecah oleh pengaruh cuaca. (PBI – 1971, Ps. 3.3, ayat 2).
5.3 Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, (PBI – 1971, Ps. 3.3, ayat 3 dan
PUBI – 1982, Ps.11, hal 17). Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang dapat melewati
ayakan dengan diameter Ø 0,063 mm.
5.4 Pasir tidak boleh mengandung garam atau zat organis karena dapat mengurangi mutu
beton, maka bila direndam dalam larutan NaOH 3% cairan di atas endapan tidak boleh
lebih gelap dari warna pembanding. (PUBI – 1982, Ps. 11, hal 17).
5.5 Standar warna NaOH :
- Jernih sampai kuning tua : dapat dipakai
- Merah muda : dapat dipakai
- Coklat tua sampai merah coklat : tidak dapat dipakai
1. Tujuan
Mengetahui ketahanan genting terhadap perembesan air.
3. Cara Kerja
3.1 Mencampur malam dan gondorukem dengan perbandingan berat yang sama dalam
wajan, lalu dipanaskan sehingga campuran tersebut menjadi hancur dan rata.
3.2 Letakkan lapisan/tabung dibidang rata genting tersebut dengan campuran malam dan
godorukem tersebut di atas.
3.3 Supaya kokoh pada bagian bawah dibuat agak tebal, dan seluruh permukaan genting
kita tutup dengan campuran tersebut di atas. Cara menutup sisinya pelan-pelan dan hati-
hati, agar bidang bawah genting tidak terkena campuran tersebut.
3.4 Setelah itu tabung kita isi dengan air setinggi 5 cm dan benda uji kita letakkan di atas
dua balok kayu dan kita biarkan selama 2 jam, setelah itu kita catat penurunan air
tersebut. Percobaan dilakukan atas 2 benda uji.
6.2. Pembahasan
- Untuk Kaca I
- Besarnya penurunan air = 0,8 cm
- Volume air yang diresap genting :
= 770,4375 x 0,8
= 616,35 𝑐𝑚3
- Untuk Kaca II
- Besarnya penurunan air = 0,9 cm
- Volume air yang diresap genting :
= 753,25 x 0,9
= 677,925 𝑐𝑚3
- Rata – rata air yang diserap genting (Kaca I dan II)
616,35 +677,925
=
2
1294,275
=
2
= 647,1375 𝑐𝑚3
1,5 +1,5
- Tebal genting rata – rata = = 1,5 cm
2
770,4375(1,5)+753,25(1,5)
- Volume genting rata – rata =
2
1155,65+1129,875
= = 1142,7625 𝑐𝑚3
2
770,4375+753,25
- Luas permukaan rata – rata = = 761,84375 𝑐𝑚2
2
7. Kesimpulan
7.1. Genting yang dipakai percobaan telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam
PGKI NI – 19 mengenai perembesan air, dimana dalam ± 2 jam tidak terjadi tetesan air dari
bawah genting.
8. Saran – Saran
8.1. Karena daya serap genting cukup tinggi, sebaiknya pembakaran dilakukan cukup lama.
8.2. Agar daya serap genting dapat diperkecil, sebaiknya pemasangan genting dibuat dengan
kemiringan ± 40º
8.3. Alternatif lain untuk mengurangi daya serap air pada genting, genting sebaiknya dilapisi
dengan semen/ cat pada permukaannya.
8.4. Untuk pelaksanaan hendaknya dipasang dengan kemiringan ± 30 º, sehingga daya serap
genting dikurangi karena air mengalir dengan cepat.
BAB IV
MENENTUKAN KONSISTENSI NORMAL DAN PERMULAAN PENGIKATAN
AWAL SEMEN.
1. Tujuan
- Menentukan air yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi normal dari semen.
- Menentukan pengikatan permulaan dari semen yang digunakan.
3. Cara Kerja
a. Menentukan Konsistensi Normal
- Alat vicat dibersihkan terlebih dahulu, cincin ebonit diolesi minyak, kemudian
diletakkan di atas kaca dan dicoba dulu apakah jarum mengenai kaca. Dan dalam
keadaan ini alat vicat harus menunjukkan angka nol.
- Setelah itu kta mentimbang semen sebanyak 300 gram.
- Semen dicampur air dengan prosentase tertentu dan diaduk selama 3 menit sehingga
terbentuk suatu adukan yang plastis. Pasta tadi dituangkan dalam cincin ebonit dan plat
kaca secara perlahan-lahan sambil diratakan dengan pisau pengaduk.
- Cincin dan isinya diletakkan pada plat kaca dan ditaruh pada alat vicat.
- Pada percobaan ini menggunakan jarum dengan diameter 10 mm yang akan dilepas bila
berada diatas jenangan semen. Pada pelepasan jarum ini memerlukan waktu selama 30
detik dan jarum inimenembus jenangan semen. Pada penurunan ini kita catat hasil
penurunannya. Selain itu suhu rungan juga kita catat.
b. Awal Pengikatan
- Pada percobaan ini kita menggunakan jarum dengan diameter 1 mm, berat jarum dan
batang peluncurannya 30 gram.
- Gunakan pasta yang dibuat seperti percoban terdahulu (a) berdasarkan hasil konsistensi
normalnya dan tempatkan dibawah jarum vicat.
- Letakkan jarum vicat pada ujungnya diatas permukaan pasta semen dan jatuhkan
jarumnya dengan bebas. Dalam menjatuhkan/dilakukan percobaan, dilakukan setiap 15
menit sampai penurunan dibawah 25 mm. Setiap menjatuhkan jarum catatlah penurunan
yang berlangsung selama 30 detik dan amati suhu kamarnya.
Catatan :
- Konsistensi Normal : 28,8 %
- Pengikatan Awal : 87 menit
- Pada percobaan ini terjadi konsistensi normal 28.8 % pada suhu ˚. Prosentase ini
yang kemudian digunakan untuk campuran 300 gram PC pada percobaan
pengikatan awal yaitu dalam 87 menit pada suhu ˚C
7. Saran-Saran
- Sebelum semen dipakai sebaiknya dilakukan pengetesan agar diketahui waktu pengikatan
awalnya.
- Jika pengikatan awal semen terlalu cepat, maka untuk memperlambatnya dipakai bahan
Aditif Reforders. Dan jika pengikatan semen terlalu lambat, maka sebaiknya dicampur
dengan bahan kimia yang berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan.
- Sebelum digunakan semen harus disimpan dengan baik, sehingga mutu semen tetap
terjamin mutunya.
- Bila menggunakan semen lokasi pembuatan cor atau adukan jangan terlalu jauh dari likasi
tempat pengecoran karena bila terlalu jauh bisa mempengaruhi proses pengecoran sebelum
dan sesudahnya.