Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

MIKROMERITIK

Dosen Pengampu : Drs. Hisran, H, Apt, ME

Anggota :

Nandiny PO71390210081

Helen fitriyani PO71390210069

Nur selawanti PO71390210073

Ilham PO71390210077

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

I. TUJUAN
Menentukan ukuran partikel ZnO, CMC dan talkum dengan menggunakan
metode ayakan.

II. DASAR TEORI

Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel


yang kecil. Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla
Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk
halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran
serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan.

Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk


mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak
partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau
perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari
tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata
untuk sampel tersebut. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan
penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam
pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya.

Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu:

1. Menghitung luas permukaan


2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral,
suntikan dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuka dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap
inchi linear Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis
tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah
sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan
seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk
menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan
ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan,
volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan ds, adalah garis
tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel
yang diperiksa.

Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-
rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian
ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata. Pengukuran pertikel dari serbuk
berdasarkan atas penimbangan residu yang tertinggal pada tiap ayakan yaitu
dengan melewatkan serbuk pada ayakan dari nomor mesh rendah ke nomor mesh
tinggi yang digerakkan oleh mesin penggetar dengan waktu dan kecepatan tertentu.
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:

a. Mikroskopi Optik

Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak
diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di
bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan
mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.

b. Pengayakan

Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran
partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran
geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya
lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa
pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih
kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya penimbangan,
persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap
ayakan (3).

c. Dengan cara sedimentasi


Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks. Dasar
untuk metode ini adalah Aturan Stokes:

III. ALAT DAN BAHAN

Alat:
1. Ayakan no OPN 50, 70, 120, 140
2. Neraca analitik
3. Sendok tanduk
4. Timbangan

Bahan :
1. ZnO
2. CMC
3. Talcum
4. Alkohol 70%
5. Kertas Perkamen
6. Tissue

IV. CARA KERJA

1. Dibersihkan alat dan bahan terutama ayakan dengan menggunakan alcohol


70%
2. Disusun ayakan dari nomor opnterkecil dampai nomor opnterbesar
3. Ditimbang pati jagung dan gula pasir masing-masing sebanyak 25 g
4. Dituang sampel keatas ayakan pertama satu persatu
5. Digoyang ayakan selama 10 menit
6. Ditimbang kembali sampel yang tertinggal pada masing-masing pengayak
7. Dicatat berat sampel yang tertinggal
8. Dihitung diameter rata-rata dari sampel

V. Data pengamatan
Tabel hasil pengamatan dengan menggunakan metode pengayakan

Pengamata Nomor Diameter Bobot Persen Nxd


n OPN Rata- Tertinggal Tertinggal
Rata (n)
(µm) (d)
ZnO 50 355 1,49 14,9% 52,895
70 300 1,36 15,94% 47,82
120 212 2,49 35,07% 7.434,84
140 125 3,87 83,94% 10.4925
∑ 9,21 149,85 118,6423
4
50 355 6,39 25,56% 9.073
CMC 70 300 4,44 23,85% 7.155
120 212 7,2 50,81% 10.771
140 125 0,50 7,17% 896,25
∑ 18,44 107,39% 923.249
50 355 6,97 27,88% 975,8
Talcum 70 300 4,60 25,51% 7.650
120 212 8,46 62,38% 13.224,5
6
140 125 0,70 13,72 1.715
∑ 20,58 129,49 1,117.41
06

VI. Perhitungan

Keterangan :

DIn= Diameter panjang rata-rata


n    = % berat tertinggal

d    = Diameter lubang ayakan

1. ZnO

Berat Berat Persen tertinggal (%) (n) nxd


ZnO tertinggal

14,9% = 52,895
10 1,49 1,49 ÷ 10 x 100%. =
14,9%

8,53 1,36 1, 36 ÷ 8,53 x 100% 15,94% x 300 = 47,82

= 15,94%

7,10 2,49 2,49 ÷ 7,10 x 100%= 35,07% 212


35,07%
= 7,434.84

4,61 3,87 3,87 ÷ 4,61 x 100% = 83,94% 10,4925


83,94%

∑ 9,21 149.85 118.64234

2. CMC
Berat Berat Persen Tertinggal (%) (n) nxd
CMC Tertinggal

25 6,39 6,39 ÷ 25 x 100%= 25,56% 9,073


25,56%

18,61 4,44 4,44 ÷ 18,61x 100% 23,85% 7,155


=23,85%

14,17 7,2 7,2 ÷ 14,17 x 100% = 50,81% 10,771.


50,81%

6,97 0,50 0,50 ÷ 6,97 x 100% 7,17% 896.25


=7,17%

∑ 18,44 107.39 923.249

3. Talcum

Berat Berat Persen Tertinggal (%) (n) nxd


Talcum Tertinggal

25 6, 97 6,97 ÷ 25 x 100 = 27.88% 27,88% 975.8

18.03 4,60 4,60 ÷ 18,03 x 100 = 25,51% 7,650


25,51%

13,56 8,46 8,46 ÷ 13,56 x 100 = 62,38%


62,38%
5,1 0,70 0,70 ÷ 5,1 x 100=13,72 13,72% ,715

∑ 20,58 129.49 1,117.4106

VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan penentuan ukuran partikel ini bertujuan untuk mengukur partikel
zat dengan metode pengayakan (shieving).

Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari nomor mesh yang
terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling besar (yang
paling bawah) hal ini ditujukan agar partikel-partikel yang tidak terayak (residu)
yang ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar maka
residu yang diperoleh memiliki ukuran partikel kecil. 

Pada cara ini, ayakan disusun bertingkat dimulai dari ayakan palinga kasar
diletakkan diatas dilanjutkan dengan ayakan yang paling hlus diletakkan paling
bawah. Suatu sampel ditimbang dan ditaruh diatas ayakan dan digerakkan dengan
diputar atau digoyangkan beraturan tapi jangan dihentakkan. Sisa dari sampel yang
tertinggal pada setiap ayakan kemudian ditimbang, pengayakan yang digunakan
pada metode ini ayakan dengan nomor OPN 50,70,120 dan 140.

VIII. KESIMPULAN

Pada data yang diperoleh bahwa umumnya diperoleh zat sisa yang tertahan dengan
semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal ini karena
ukuran dalam tiap inci semakin semakin kecil lubangnya. Metode ini merupakan
metode untuk mengetahui tingkat kehalusan dari suatu zat. Dengan melihat
semakin banyak zat yang tertinggal dalam ayakan maka semakin kasar zat tersebut.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh data :

1. ZnO

 Nomor ayakan 50 memiliki ukuran diameter rata-rata 355 ; persen zat


yang tertinggal 15,30%
 Nomor ayakan 70 memiliki ukuran diameter rata-rata 300 ; persen zat
yang tertinggal 16,44%
 Nomor ayakan 120 memiliki ukuran diameter rata-rata 212 ; persen zat
yang tertinggal 36,01%
 Nomor ayakan 140 memiliki ukuran diameter rata-rata 125 ; persen zat
yang tertinggal 80,21%

2. CMC
 Nomor ayakan 50 memiliki ukuran diameter rata-rata 355 ; persen zat
yang tertinggal 25,8%
 Nomor ayakan 70 memiliki ukuran diameter rata-rata 300 ; persen zat
yang tertinggal 24,42%
 Nomor ayakan 120 memiliki ukuran diameter rata-rata 212 ; persen zat
yang tertinggal 50,60%
 Nomor ayakan 140 memiliki ukuran diameter rata-rata 125 ; persen zat
yang tertinggal 5,20%

3. Talcum
 Nomor ayakan 50 memiliki ukuran diameter rata-rata 355 ; persen zat
yang tertinggal 27,36%
 Nomor ayakan 70 memiliki ukuran diameter rata-rata 300 ; persen zat
yang tertinggal 25,12%
 Nomor ayakan 120 memiliki ukuran diameter rata-rata 212 ; persen zat
yang tertinggal 62,38%
 Nomor ayakan 140 memiliki ukuran diameter rata-rata 125 ; persen zat
yang tertinggal 14,03%

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2016). ” Petunjuk Praktikum Fisika Farmasi”.Jambi: Tidak diterbitkan.


Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia Press

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press

Parrot, L, E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish : Burgess


Publishing Company

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V Cetakan I. Yogyakarta


: Universitas Gadjah Mada Press

Anda mungkin juga menyukai