Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

MIKROMERITIK 1

DISUSUN OLEH:
AHMAD JAKA SUPRIYADI (PO71390200026)
ALYA ZUHROH (PO71390200028)
FEBI SYAHFITRI SARUMPAET (PO71390200030)
YULIETA PUTRI AMALIA (PO71390200032)

Dosen Pengampu :
Drs. Hisran, Apt.,ME

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PRODI D3 FARMASI
JURUSAN FARMASI POLTEKKES JAMBI
I. Tujuan
Menentukan ukuran partikel ZnO, talkum, laktosum, dan dengan menggunakan metode
ayakan.
II. Dasar Teori
Pengukuran pertikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang tertinggal
pada tiap ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan dari nomor mesh rendah
ke nomor mesh tinggi yang digerakkan oleh mesin penggetar dengan waktu dan
kecepatan tertentu.

Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:


a. Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak
diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di
bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan
mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.

b. Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran
partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran
geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya
lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa
pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih
kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya penimbangan,
persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap
ayakan.

c. Dengan cara sedimentasi


Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks.
Dasar untuk metode ini adalah Aturan Stokes:

III. Alat dan Bahan


ALAT:

1. Ayakan no OPN 23, 29, 30 dan 46 Kaca arloji

2. Neraca analitik

3. Sendok tanduk

4. Timbangan

BAHAN:

1. Alkohol 70%

2. Gula pasir

3. Kertas Perkamen

4. Pati jagung

5. Tissue
IV. Prosedur dan Cara Kerja

1. Dibersihkan alat dan bahan terutama ayakan dengan menggunakan alcohol 70%

2. Disusun ayakan dari nomor open terkecil sampai nomor open terbesar

3. Ditimbang sampel sebanyak 10 g

4. Dituang sampel keatas ayakan pertama satu persatu

5. Digoyang ayakan selama 10 menit

6. Ditimbang kembali sampel yang tertinggal pada masing-masing pengayak

7. Dicatat berat sampel yang tertinggal

8. Dihitung diameter rata-rata dari sampel

V. Data pengamatan
Tabel hasil pengamatan dengan menggunakan metode pengayakan.
a) Talcum

No. ayakan Ukuran Pori Berat zat yang % tertinggal (n.d)


(nm) tertingga (n) (d)
45 355 nm 0,68 6,8 % 4,624
50 300 nm 0,42 4,2 % 1,764
70 212 nm 2,94 29,4 % 86,436
120 125 nm 4,68 46,8 % 219,024
140 106 nm 0,52 5,2 % 2,704
Σn= 9,24 Σn= 92,4 Σnd= 314,552

b) Laktosum
No.ayakan Ukuran Pori Berat zat yang % tertinggal (n.d)
(nm) tertingga (n) (d)
45 355 nm 0,92 9,2 % 8,464
50 300 nm 0,21 2,1 % 0,441
70 212 nm 0,38 3,8 % 1,444
120 125 nm 1,21 12,1 % 14,641
140 106 nm 7,13 71,3 % 508,369
Σn= 9,85 Σn= 98,5 Σnd= 533,359

c) Zinc. oxyd
No.ayakan Ukuran Pori Berat zat yang % tertinggal (n.d)
(nm) tertingga (n) (d)
45 355 nm 2,09 20,9 % 43,681
50 300 nm 0,61 6,1 % 3,721
70 212 nm 1,5 15 % 22,5
120 125 nm 3,35 33,5 % 112,225
140 106 nm 2,41 24,2 % 58,322
Σn= 9,96 Σn= 99,7 Σnd= 240,449

VI. Perhitungan
 n.d
Dln =
n
Keterangan:
Din= diameter anjang rata-rata
n = % berat tertinggal
d = diameter lubang ayakan

a) Talcum

 n.d
Dln =
n
= 314,552
9,24
= 34,04

b) Laktosum
 n.d
Dln =
n
= 533,359
9,85
= 54,14

c)  n.d
Dln =
n
= 240,449
9,96
= 24,14

VII. PEMBAHASAN
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromeritik oleh Dalla Vallc. Dispersi
koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang
partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop
optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular
berada dalam kisaran ayakan.
Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk melakukan pengukuran partikel dengan metode
pengayakan (shieving). Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan
dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian, dapat dipisahkan antara
partikel lolos ayakan (butir halus) dan yang tertinggal diayakan (butir kasar).
Dalam pengukuran partikel dengan menggunakan metode pengayakan, alat yang
digunakan terlebih dahulu harus dibersihkan untuk menghindari kesalahan dalam pengayakan
yang disebabkan karena tertutupnya lubang-lubang ayakan dengan suatu zat atau benda lain.
Ayakan yang digunakan disusun berturut-turut dari nomor ayakan terkecil sampai nomor
ayakan terbesar. Dalam percobaan ini digunakan ayakan dengan nomor mesh 35, 40, 60, 120.
170, dan 230. Menurut literatur, dikatakan bahwa untuk pengayakan diperlukan sekurang-
kurangnya sebuah ayakan untuk memperoleh data analisis yang lebih rinci dan lebih tepat.
Metode ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikcl yang lebih kasar,
dan dapat mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer
. Keuntungan dari metode ayakan ini adalah waktu yang diperlukan relative singkat dan
alat yang digunakan sederhana.
Kekurangan dari metode ini adalah partikel yang diayak, yang sebenarnya tidak dapat
lolos, karena pengayakan yang lama bisa saja lolos. Dalam artian data yang diperoleh tidak
tepat, sehingga untuk menghindari hal tersebut, proses pengayakan tidak boleh terlalu lama
dan tidak boleh terlalu cepat sehingga dalam percobaan ini untuk skala lab, digunakan
pengayakan manual dengan lama waktu pengayakan selama 5 menit, dikarenakan terbatasnya
waktu.
Dari percobaan diperoleh hasil, yaitu: berat zat talcum yang tertinggal pada nomor ayakan
45 = 0,68 gram, ayakan 50 = 0,42 gram, ayakan 70 = 2,94 gram, ayakan 120 = 4,86 gram,
ayakan 140 = 0,52 gram. Berat zat laktosum yang tertinggan pada ayakan 45 = 0,92 gram,
ayakan 50 = 0,21 gram, ayakan 70 = 0,38 gram, ayakan 120 = 1,21 gram, ayakan 140 = 7,13
gram. Berat zat zinc.oxyd yang tertinggal pada nomor ayakan 45 = 2,09 gram, ayakan 50 =
0,61 gram, ayakan 70 = 1,5 gram, ayakan 120 = 3,35 gram, ayakan 140 = 2,41 gram.
Adanya data yang tidak sesuai pada percobaan ini disebabkan karena beberapa hal antara
lain :
1. Kurang tepat dalam menimbang sampel
2. Adanya sampel yang masih melekat pada ayakan
3. Pada waktu menuang hasil ayakan, banyak zat yang terbawa oleh angin
4. Ayakan yang kurang bersih.

Adapun faktor-faktor faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan antara lain:


1. Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu optimum), jika
pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya serbuk sehingga serbuk yang
seharusnya tidak terayak akan menjadi terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak
terayak sempurna.
2. Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika sampel
sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.

VIII. KESIMPULAN
 Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang ukuran partikel kecil dari suatu
zat.
 Semakin kecil ukuran pori ayakan maka semakin banyak % laktosa yang
tertinggal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Voigt, R., (1994), “Buku Pelajaran teknologi Farmasi”, edisi V, Cetakan I, UGM Press,

Yogyakarta, 45, 47, 51.

2. Martin, A., (1990), “Farmasi Fisika”, Buku II, UI Press, Jakarta, 1022-1023, 1036-1038

3. Moechtar., (1990), “Farmasi Fisika”, UGM Press, Yogyakarta, 169

4. https://www.academia.edu/7728911/Laporan_Mikromeritik

Anda mungkin juga menyukai