Anda di halaman 1dari 14

FARMASI FISIKA

MIKROMERITIK DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN SERBUK

1. Menurut Della Valle mikromiretik merupakan ….


2. Pentingnya mengetahui ukuran partikel dalam bidang farmasi
3. Rumus porositas …
4. Metode untuk menentukan ukuran partikel …..
5. Prinsip metode ayakan …
6. Gambar alat Shieve sheaker…
7. Faktor yang mempengaruhi pengayakan …
8. Keuntungan dan kerugian metode pengayakan…
9. Ukuran partikel yang dapat diamati pada mikroskop…
10.Kelebihan dan kekurangan metode mikroskop…
11.Rumus hokum stokes …
12.Prinsip pengukuran volume partikel …
13.Pembagian Sistem Dispersi berdasarkan Ukuran Partikel …
14.Pembagian derajat halus serbuk…
15.Sifat-sifat turunan serbuk….
16.Cara menentukan densitas dengan metode piknometer
17.Cara menentukan sifat alir suatu bahan
18.Perbedaan Bj nyata, Bj mampat dan Bj sejati
19.Cara mentukan Bj nyata dan mampat serta hitungannya
20.Pentingnya ukuran partikel, derajat halus dan distribusi ukuran partikel
dalam formulasi
21.Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir suatu bahan
22.Pentingnya mengetahui sifat alir suatu bahan
23.Cara menentukan % kompresibilitas suatu bahan
24.Persyaratan sifat alir serbuk (Kecepatan alir dan sudut diam)
Jawab :
1. Mikromiretik merupakan ilmu dan teknologi tentang partikel kecil (Sinko,
2011)
Mikromiretik yaitu suatu ilmu dan teknologi yang mempelajari tentang
partikel kecil terutama ukuran partikel (Sinala, 2016)
2. Pentingnya mengetahui ukuran partikel dalam bidang farmasi yaitu:
a. Ukuran partikel berhubungan dengan luas permukaan dan tegangan
antarmuka karena sifat ini sangat memengaruhi sifat fisika, misalnya dari
aspek termodinamika, kimia misalnya dari aspek kelarutan (ionisasi) dan
farmakologi dari suatu obat misalnya efek kerja dari zat.
b. Ukuran partikel memengaruhi pelepasan obat terutama yang diberikan
secara oral, topikal, parenteral, dan rektal, secara teknologi sekarang
telah dikenal sediaan dengan formulasi nanopartikel dan mikropartikel.
c. Ukuran partikel memengaruhi kekompakan tablet, kestabilan emulsi, dan
suspensi (kemudahan dikocok).
d. Misalnya, ukuran partikel memegang peranan dalam laju pengendapan
pada sediaan suspensi sehingga melihat ukuran partikel, maka suspensi
dibagi menjadi dua tipe yaitu suspensi flokulasi dan suspensi deflokulasi.
e. Pada tablet dan kapsul, ukuran partikel menentukan sifat alir serta
pencampuran yang benar dari granul.
Vb−Vp
3. £¿ 1+
Vb
Keterangan : £ = porositas atau kekosongan
Vb = volume bulk (ruahan)
Vp = volume sebenarnya
4. Metode menentukan ukuran partikel
a. Metode ayakan : Metode pengayakan merupakan metode yang
sederhana dengan menggunakan alat/ mesin seperti ayakan, tetapi
memiliki aturan kecepatan dan ukuran ayakan (mesh) tertentu dan telah
dikalibrasi. Metode ayakan ini hanya bisa untuk bahan-bahan yang
mempunyai ukuran minimal 44 mikrometer (ayakan nomor 325).
b. metode mikroskop : Pengukuran partikel dengan menggunakan metode
mikroskopik bisanya untuk pengukuran partikel yang berkisar dari 0,2 μm
sampai kira-kira 100 μm. Metode ini dapat digunakan untuk menghitung
partikel pada sediaan suspensi dan emulsi. Manakala sediaan tersebut
terlebih dahulu diencerkan, kemudian diletakkan pada slide, dan
kemudian dilihat di mikroskop dengan standar slide mikrometer. Jumlah
partikel yang berada dalam area jangkauan ukuran tertentu, dihitung
satu persatu dan kemudian hasil hitungannya kemudian dimasukkan ke
dalam analisis data.
c. metode sedimentasi : Metode sedimentasi (pengendapan) adalah suatu
metode yang digunakan untuk mengukur diameter partikel berdasarkan
prinsip ketergantungan laju sedimentasi partikel pada ukurannya.
d. pengukuran volume partikel (Coulter Counter) : merupakan metode
untuk melihat efek zat antibakteri terhadap pertumbuhan
mikroorganisme.
5. Prinsip Metode Ayakan:
Sampel diayak melalui sebuah susunan ayakan menurut ukuran mesh
yang disusun ke atas. Ayakan dengan nomor mesh kecil memiliki lubang
ayakan yang besar berarti ukuran partikel yang melewatinya juga berukuran
besar. Bahan yang akan diayak diletakkan pada ayakan teratas dengan
nomor mesh kecil. Partikel yang ukurannya lebih kecil dari lebar jala akan
berjatuhan melewatinya. Partikel yang tinggal pada ayakan (over size),
membentuk bahan kasar.
Ayakan-ayakan dapat disusun lima berturut-turut dan yang paling
kasar berada pada bagian paling atas. Suatu sampel serbuk yang
ditimbang secara seksama ditempatkan pada ayakan paling atas, dan
setelah ayakan tersebut digyangkan untuk periode waktu tertentu yang
ditetapkan sebelumnya, serbuk yang tertinggal pada setiap ayakan
ditimbang. Dengan menganggap suatu distribusi log-normal, memplot
%kumulatif berat serbuk yang tertinggal di atas ayakan pada skala
probabilitas versus logaritma ukuan rerata aritmetika lubang masing-masing
dua ayakn yang tersusun berurutan.

b d 2 st ( ps− p 0 ) g
v= =
t 18 n 0

6.

Untuk ukuran lubang yang berbeda, digunakan diameter kawat yang berbeda
pula.
Mesh : jumlah lubang dalam 1 inchi linear.
Contoh : ayakan 10 mesh, artinya sepanjang 1 inch terdapat 10 lubang dan
kawatnya. Maka: Jarak antar pusat kawat yang satu dengan kawat berikutnya
= 1/10 =0,1 in. Aperture = 0,1 – (diameter kawat) in. Dari table Tyler screen,
untuk 10 mesh ternyata diameter kawat = 0,035 in, maka Aperture = 0,1 –
0,035 = 0,05 in.
Interval ayakan. Jika interval ayakan yang dipilih sbb.: 1, 2, 3,..., 8, 9, 10
in, maka interval ini mempunyai kelemahan : a. antara 1 dan 2 in : perbedaan
ukurannya terlalu besar. b. Antara 9 dan 10 in : secara praktek, ukuran dengan
kisaran ini hampir sama c. Untuk partikel berukuran di bawah 1 in sampai 1
mikron akan terdapat dalam satu fraksi.
7. Faktor-faktor yang memengaruhi proses pengayakan antara lain:
1. Waktu atau lama pengayakan : Biasanya pengayakan dilakukan selama
5 menit. Pengayakan yang terlalu lama dapat membuat sampel jadi
pecah karena saling bertumbukan satu dengan yang lain, sehingga bisa
lolos melalui mesh selanjutnya. Jika kurang dari lima menit, biasanya
proses pengayakan akan kurang sempurna.
2. Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak.
Jika sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
3. Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin
banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya
partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
8. Kerugian dan Keuntungan Metode Pengayakan
Keuntungan dari metode pengayakan antara lain :
1. Sederhana, praktis, mudah, dan cepat.
2. Tidak membutuhkan keahlian tertentu dalam melakukan metodenya.
3. Dapat diketahui ukuran partikel dari kecil sampai besar.
4. Lebih mudah diamati.
Kerugian dari metode pengayakan antara lain :
1. Tidak dapat mengetahui bentuk partikel secara pasti seperti pada
metode mikroskopi.
2. Ukuran partikel tidak pasti karena ditentukan secara kelompok
(berdasarkan keseragaman).
3. Adanya agregasi karena adanya getaran sehingga memengaruhi validasi
data.
4. Tidak dapat melihat bentuk partikel dan dapat menyebabkan erosi pada
bahan-bahan granul.
9. 0,2 μm sampai kira-kira 100 μm
10. Keuntungan dan Kerugian metode mikroskopik
Keuntungan metode mikroskopik yaitu
1. adanya gumpalan dapat terdeteksi metode langsung
Kerugian metode mikroskopik yaitu :
1. diameter hanya 2 dimensi
2. jumlah partikel yang harus dihitung (300-500) makan waktu dan tenaga
3. variasi antar operator besar, tetapi dapat diatasi dengan: fotomikrograf
11. Rumus Hukum stookes

h = jarak jatuh dalam waktu t,


dst = garis tengah rata-rata dari partikel berdasarkan kecepatan
sedimentasi,
Ps = kerapatan partikel dan
Po = kerapatan medium dispersi,
G = percepatan karena gravitasi dan
Ηo = viskositas dari medium.

12. Jika suatu partikel disuspensikan dalam suatu cairan elektrolit, kemudian
dilewatkan melalui suatu lubang kecil, yang pada kedua sisinya ada
elektroda. Saat partikel melewati lubang akan memindahkan sejumlah
elektrolit sesuai dengan volumenya, maka akan terjadi suatu perubahan
tahanan listrik.
Nomor Lebar Garis Perbandingan Penyimpanan
Pengayak nominal tengah kira-kira rata-rata
lubang nominal jumlah luas maksimum
(mm) kawat lubang (%)
(mm) terhadap
pengayak (%)
5 3,35 1,730 43 3,2
8 2,00 1,175 40 3,3
10 1,68 0,860 44 3,3
22 0,710 0,445 38 3,9
25 0,600 0,416 35 4,2
30 0,500 0,347 35 4,4
36 0,420 0,286 35 4,5
44 0,355 0,222 38 4,8
60 0,250 0,173 35 5,2
85 0,180 0,119 36 5,6
100 0,150 0,104 35 6,3
120 0,125 0,087 35 6,5
150 0,105 0,064 39 7,0
170 0,090 0,059 36 7,3
200 0,075 0,052 35 8,1
300 0,053 0,032 39 9,1
13.
Deksripsi klasifikasi Diameter ayakan (m) Diameter pengayak
serbuk yang dilalui s tidak lebih
dari 40% serbuk harus
lewat (m)
Kasar 1700 355
Agak kasar 710 250
Agak halus 355 180
Halus 180 -
Sangat halus 125 -

14.
15. Sifat turunan serbuk :
a. Porositas atau rongga Porositas atau rongga : Porositas atau rongga
dari serbuk adalah perbandingan volume rongga terhadap volume bulk
dari sebuah pengepakan yang dinyatakan dalam persen. Porositas
digunakan untuk mengecek keseragaman (uniformitas) dari bahan
kimia, untuk menentukan alat-alat pencampuran dan kapsul-kapsul
untuk suatu massa tertentu dari serbuk.
Cara penentuan porositas : sebanyak 25 gram granul dimasukkan ke
dalam gelas ukur 250 mL dan dicatat volumenya. Kemudian dilakukan
pengetukan dengan alat dan dicatat volume ketukan ke-10, ke-50, dan
ke-100.
Porositas tergantumg pada distribusi ukuran partikel, bentuk partikel,
dan kecenderungan parrtikel menempel satu sama lain.
b. Kerapatan Partikel secara umum didefinisikan sebagai berat per
satuan volume
c. Kerapatan Granul didefinisikan sebagai volume granul yang
merupakan volume partikel + ruang dalam partikel
d. Kerapatan Bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk dibagi
dengan volume bulk. Kerapatan bulk ini tergantung dari Tergantung
pada distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan kohesi antar
partikel.
16. Cara menentukan densitas dengan piknometer
Piknometer adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kerapatan
sebenarnya dari sebuah padatan dan benda cair.

Piknometer Volume 25 ml
Di mana kerapatan sebenarnya dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini:
m
¿
V
 = Densitas/massa jenis (g/cm3) atau (g/ml)
M = Massa benda (g)
V = Volume benda (cm3) atau (ml)
Contoh:
Berapakah kerapatan 5 ml serum jika mempunyai massa 5,23 gram?
Jawaban:
m
¿
V
5,23 gr
¿ = 1,05 gr/mL
5 mL
17. Serbuk-serbuk yang mengalir bebas dikarakterisasi dengan dustibility
kebalikan dari stickiness. Nilai dustbility berhubungan dengan keseragaman
penyebaran dari serbuk-serbuk halus (dusting powders). Suatu ukuran
kohesi partikel dari suatu serbuk yang kompak merupakan sifat yang perlu
diperhatikan dalam aliran serbuk yang melalui pengisi kapsul otomatik.
Pada pemeriksaan untuk evaluasi kecepatan alir terdiri dari dua pengujian
yang dilakukan, yaitu:
a. Metode corong
Metode ini digunakan untuk menetapkan kemampuan mengalir
suatu serbuk atau granul secara langsung. Granul yang didapat lalu
dimasukkan ke dalam corong pisah yang lubang bawahnya ditutup,
kemudian diratakan. Pada bagian bawah corong diberi alas, kemudian
tutup dibuka hingga granul meluncur. Waktu yang dibutuhkan oleh granul
untuk mengalir dicatat. Kecepatan alir dihitung dengan membagi bobot
granul dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengalir. Semakin kecil
sudut istirahat yang terbentuk maka semakin baik alirannya. Aliran
granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 100 g granul ≤
10 detik.
b. Metode sudut istirahat
Metode sudut baring telah digunakan sebagai metode tidak
langsung untuk mengukur kemampuan mengalir serbuk atau granul
karena hubungannya dengan gaya kohesi antar partikel. Suatu serbuk
atau granul yang yidak kohesif akan mengalir baik, menyebar dan
membentuk timbunan yang rendah. Bahan yang lebih kohesif
membentuk timbunan yang lebih tinggi sehingga kurang menyebar. Nilai
sudut baring berkisar 25˚ - 45˚, dengan nilai yang rendah menunjukkan
karakteristik yang lebih baik.
18. -Bobot jenis sejati : massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk
rongga yang terbuka dan tertutup.
- Bobot jenis nyata : massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk
pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
- Bobot jenis mampat : massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori
yang tertutup dan terbuka.
-
19. cara penentuan BJ nyata dan BJ mampat
Sebanyak 25 gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 mL
dan dicatat volumenya (Vo). Kemudian dilakukan pengetukan dengan alat
dan dicatat volume ketukan ke-10, ke-50, dan ke-500. Lalu dilakukan
perhitungan :
bobot granul
Bj nyata=
volum e awal(Vo)
bobot granul
Bj mampat=
volume mampat

20. Partikel, derajat halus dan distribusi ukuran partikel dapat mempengaruhi
formulasi dan kemanjuran (efikasi) produk khususnya terhadap absorbs
obat. Keseragaman isi yang memuaskan dalam bentuk sediaaan padat
sangat tergantung pada ukuran partikel dan distribusi ukuran aktif pada
seluruh formulasi yang sama.
21. Sifat alir serbuk partikelnya dipengaruhi oleh gaya tarik-menarik, ukuran
partikel, bentuk, porositas dan kerapatan dan pola permukaan
22. Sifat alir serbuk sangat penting untuk pembuatan tablet yang efisien. Aliran
serbuk yang atau granul yang baik untuk dicetak sangat penting untuk
memastikan pencampuran yang efisien dan keseragaman bobot yang dapat
diterima untuk tablet kempa.
23. Penentuan kompresibilitas digunakan untuk menghasilkan tablet yang baik.
Kompresibilitas dapat dilihat dari harga indeks carr yang sangat bergantung
pada kerapatan nyata maupun kerapatan mampat dari granul.
Kerapatan mampat−kerapatannyata
% Kompresibilitas= x 100 %
kerapatanmampat
24. Kecepatan alir dan sudut diam
Kecepatan alir (gram/ detik) Sudut diam Sifat Aliran
>10 <20 Sangat baik
4-10 20-30 Baik
1,6 – 4 30-34 Sukar
<1,6 >34 Sangat sukar

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
Aulton, M.E. 2001. Pharmaceutics the Science of Dosage From Design.
Churchill Livingstone
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press :
Jakarta
Fatmawaty, Aisyah. 2015. Teknologi Sediaan Farmasi. Deepublish :
Yogyakarta
Lachman, L dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmas Industri II Edisi III. UI
Press : Jakarta
Sinko, P. J. 2011. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5. EGC
: Jakarta
Sinala, Santi. 2016. Farmasi Fisik. Kemenkes RI.
Siregar, Charles J.P. 2008. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar
Praktis. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai