Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
“ MIKROMERITIK”

Oleh :
KELOMPOK 6
Ayu Saputri Dastra 20.018.038
Sri Rahayu 20.018.039
Yuyun Riyaya Wairoro 20.018.044
Nur Hayati 20.018.049

LABORATORIUM FARAMASETIKA
PROGRAM STUDI STRATA SATU
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam meracik suatu bentuk sediaan obat, tentunya ada beberapa


faktor atau aspek yang perlu diperhatikan agar sediaan yang dihasilkan bisa
sesuai,salah satunya adalah bentuk keseragaman ukuran partikel. Ukuran
partikeldari bahan obat merupakan penentu untuk beberpa sifat zat. Hal ini
berlaku baik untuk bahan yang berada dalam kondisi berbentuk serbuk atau
bubuk maupun yang diracik dalam bentuk sediaan tablet, granular, salep,
suppositoriadan emulsi.
Pada tahun-tahun terakhir ini, perhatian lebih banyak tercurah pada
aspek biofarmasi. Ukuran partikel misalnya, pengaruh kecepatan melarut
obat sukar larut melalui ukuran partikelnya, yang berkaitan erat dengan kerja
pembebasan obat dan reabsorbsi.
Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan
ukuran kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga
sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar
ukuran partikel serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan
suatu batasan dengan istilah “very coarse, coarse, moderately coarse, fine
and very fine”, yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mempu
melalui lubang-lubang ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda
ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan
dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara mekanis (Ansel, 1989).
Ukuran partikel inilah yang nantinya bisa menentukan suatu efek dari
obattersebut melalui beberapa tahap perjalanannya mulai dari fase
farmakokinetik,khususnya pada proses disolusi atau pelepasan obat dari
bentuk sediaan dan pada proses absorbsi dari obat itu sendiri, fase
farmakodinamik dan fase biofarmasi. Maka dari itu diperlukan ilmu yang
mempelajari tentang ukuran partikel itu sendiri, ilmu tersebut dinamakan
mikromeritik oleh Dalla Valle. Dalam mikromeritik, metode yang digunakan
adalah, metode mikroskopisoptik, metode ayakan dan metode sedimentasi
atau pengendapan. Metode yang akan digunakan dalam praktikum kali ini
adalah metode ayakan. Dalam pembahasan kali ini akan membahas tentang
mikromeritik dengan menggunakan metode ayakan (Martin, 1993).
Dengan adanya mikromeritik setidaknya seorang ahli farmasi bisa
memahami bagaimana cara mengukur diameter partikel dari suatu
sediaan,apalagi jika ukuran partikelnya sangat mikroskopis setelah melalui
proses pengayakan tentunya akan sangat susah untuk mengukur diameter
partikelnya.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan


Mengetahui dan memahami cara menentukan ukuran partikel, derajat
halus serbuk dan distribusi ukuran partikel dengan metode ayakan.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan ukuran partikel, derajat halus serbuk dan distribusi ukuran
partikel bahan farmasi dengan menggunakan metode pengayakan
I.3 Prinsip Percobaan
Pengukuran partikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan
residu yang tertinggal pada ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada
ayakan dari nomor mesh terendah kenomor mesh tertinggi yang digerakkan
dengan mesin penggerak dengan waktu dan kecepatan tertentu
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromeritik oleh
DallaValle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk
dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi
sertaserbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang
mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular
berada dalam kisaran ayakan (Martin, 1993).
Tabel berikut menunjukkan dimensi partikel dalam sistem dispersei
farmasetik :
Ukuran Partikel Ukuran
Mikrometer ( Ayakan Kira- Contoh
µm¿ Milimeter kira
0.5-10 0.0005-0.010 - Suspensi, Emulsi halus
Batas jarak dibawah ayakan,
partikel emulsi kasar,partikel
10-50 0.010-0.050 - suspensi terflokulasi
Batas bawah ayakan,ayakan,
50-100 0.050-0.100 325-140 jarak serbuk halus
150-1000 0.150-1000 100-18 Jarak serbuk kasar
1000-3360 1.000-3.360 18-6 Ukuran granul rata-rata

Mikromeritik adalah ilmu atau teknologi untuk mengukur


keseragamanukuran partikel. Banyak metode tersedia untuk menentukan
ukuran partikel. Diantaranya ada 3 metode utama yang sering digunakan
dalam bidang farmasi serta metode yang merupakan ciri dari suatu prinsip
khusus, metode-metode tersebut yaitu :
1. Mikroskopis optik.
Mikroskopis optik adalah metode yang digunakan untuk mengukur
partikel yang ukurannya berkisar dari 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm.
Sediaan yang diukur partikelnya menggunakan metode ini yaitu suspense
dan emulsi. Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau
suspensi,diencerkan dan dinaikan pada suatu slide. Di bawah mikroskop
tersebut, pada tempat dimana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk
memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Hasil yang terlihat dalam mikroskop
dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut lebih
mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah
disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur (Rudolf, 1994).
Dalam metode mikroskopis pengkuran diameter rata-rata dari sistem
diperoleh dengan pengukuran partikel secara acak sepanjang garis yang
ditentukan. Partikel yang tersusun secara acak diatur diameternya dengan
frekuensi yang sama dalam berbagai arah, sehingga partikel tersebut
dianggap sebagai partikel yang berbentuk bola dengan diameter yang sama.
Untuk memperoleh data yang statistik minimal harus diukur 200 partikel pada
serbuk pharsetik. Pengukuran biasanya dengan menggunakan mikroskopik
mempunyai data pisah yang bagus. Alat optik mikroskopik harus mempunyai
jarum penunjuk yang digerakkan dengan kalibrasi mikrometer sekrup
(Robert, 2013).
Prinsip kerja metode mikroskopik dimana metode ini digunakan untuk
mengukur partikel yang berkisar dari 0,2 mm – 100 mm, dimana bagian
bawah mikroskop tempat partikel terlihat diletakkan mikrometer dan
hemocytometer untuk melihat ukuran partikel (Effendy, 2003).
Kerugian dari metode ini adalah bahwa pada garis tengah yang diperoleh
hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan
lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan
dari partikel dengan memakai metode ini. Untuk jumlah yang di ukur
menggunakan metode ini harus sekitar (300-500) partikel untuk mendapatkan
suatu perkiraan yang baik (Rudolf, 1994).
2. Metode ayakan
Metode ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang dikalibras
ioleh The National Bureau Of Standards. Ayakan umumnya digunakan untuk
memilih partikel-partikel yang lebih kasar, tetapi jika digunakan dengan
sangat hati-hati. Ayakan-ayakan tersebut bisa digunakan untuk mengayak
bahan sampai sehalus 44 mikrometer (ayakan nomor 235). Menurut metode
U.S.P. untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa atau sampel tertentu
ditaruh diatas suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan secara mekanis.
Serbuk tersebut digoyang-goyangkan selama waktu tertentu, dan bahan yang
melalui satu ayakan ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus serta
dikumpulkan, kemudian ditimbang. Cara lain adalah dengan menetapkan
partikel-partikel pada ukuran rata-rata aritmatik (hitung) atau geometris dari
kedua ayakan tersebut (Martin, 1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan
1) Waktu atau lama pengayakan
Jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya
serbuk sehingga serbuk yang seharusnya tidak terayak akan
menjadi terayak. Jika waktunya terlalu sebentar maka tidak akan
terayak sempurna
2) Massa sampel
Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika sampel
sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
3) Intesitas getaran
Semakin tinggi instensitas getaran maka akan semakin banyak
terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya
partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran
tertentu.
4) Pengambilan sampel yang mewakili populasi
Sampel yang baik mewakili semua unsur yang ada dalam populasi,
populasi yang dimaksud adalah keanekaragaman ukuran partikel,
mulai yang sangat halus sampai ke yang paling kasar.
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel
adalah menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat
dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk
menyatakan jumlah lubang tiap inchi linear (Parrot, 1970).
Prinsip kerjanya berdasarakan atas penimbangan residu yang
tertinggal pada tiap ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan
dari nomor mesh rendah ke nomor mesh yang tinggi yang digerakkan oleh
mesin penggetar dengan waktu dan kecepatan tertentu (Effendy, 2003).
Klasifikasi serbuk berdasarkan derajat halus
3. Metode Sedimentasi/Pengendapan
Pada metode ini ditentukan kecepatan tenggelammnya partikel dalam
ketergantungannya dari ukuran, bobot jenis dan bentuknya dalam bidang
gaya berat analisis pipet, timbangan sedimentasi,fotosedimentimeter & atau
dalam bidang gaya sentrifugal. Ukuran partikel dapat diperoleh melalui
sedimentasi gravitasi seperti yang dinyatakan dalam hukum stokes :
h d 2 ( ps−p 0 ) g
V= +
t 18 µ 0
Keterangan :
V = laju pengendapan
h = jarak jatuh dalam waktu t
d2 = garis tengah rata-rata partikel berdasarkan kecepatan sedimentasi
ps = kerapatan partikel
p0 = kerapatan medium disperse
g = percepatan gravitasi
Hukum ini  dapat diterapkan untuk partikel-partikel yang berbentuk tidak
beraturan dari berbagai ukuran selama seseorang menyadari bahwa garis
tengah yang diperloleh adalah suatu ukuran partikel relatif yang ekuivalen
dengan sebuah bola yang jatuh pada kecepatan yang sama dengan pertikel-
partikel yang sudah diamaati. Beberapa metode berdasarkan sedimentasi
diantaranya yang penting adalah, metode pipet, metode timbangan dan
metode hydrometer (Rudol,.1994)
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam
farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan
sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Moechtar, 1990).
Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu (Parrot, 1970):
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per
oral,suntikan dan topika
4. Pembuatan obat untuk emulsi, suspense dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).

II.2 Uraian Bahan


II.2.1 Talk (Farmakope Indonesia Edisi III)
Nama Resmi : Talcum
Sinonim : Talk
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah
melekat pada kulit, bebas dari butiran,
warna putih atau putih kelabu.

Kelarutan :
Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai sampel
II.2.2 ZnO (Farmakope Indonesia Edisi III)
Nama Resmi : Zinci Oxydum
Sinonim : Seng Oksida
Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau
putih kekuningan, tidak berbau, tidak
berasa, lambat laun menyerap karbon
dioksida dari udara.

Praktis tidak larut dalam air dan dalam


Kelarutan :
etanol 95% P ; larut dalam asam mineral
encer dan dalam larutan alkali hidroksida

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Khasiat : Antiseptikum lokal
Kegunaan : Sebagai sampel
BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu kertas
perkamen, kertas hvs, kuas, mikrometer satu seri ayakan (nomor mesh 20,
40, 60, 80 dan 100), sikat tabung dan shieve shaker.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu talk dan ZnO.
III.2 Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang masing-masing sampel talk dan ZnO sebanyak 25 g
3. Setiap ayakan lebih dahulu dibersihkan dengan sikat tabung
kemudian dilap dengan tisu untuk memastikan keringnya
pengayak maupun tidak terdapatnya partikel tertinggal lagi yang
dapat menghalangi proses pengayakan.
4. Dipasang ayakan pada shieve shaker dengan nomer mesh 100
berada paling bawah disusul secara berurutan ke atas 80, 60, 40
dan teratas nomor mesh 20.
5. Ditempatkan sampel yang telah ditimbang 25 g pada pengayak
nomor mesh 20, ditutup rapat shieve shaker, kemudian mesin
dijalankan dengan kecepatan 5 rpm dan diset waktu pengayakan
selama 10 menit
6. Dimenit ke 10, mesin shaveshaker akan berhenti secara otomatis.
Ayakan kemudian masing-masing dibuka/diambil dari mesin.
7. Ditimbang menggunakan timbangan milligram fraksi serbuk yang
tertinggal pada masing-masing pengayak dengan nomor mesh
berbeda
8. Dicatat data yang diperoleh dan di hitung % tertinggal nya
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil Pengamatan
Sampel No Ayakan Berat zat tertinggal ( g) % Tertinggal
Talk 20 0 0
40 5,5 28,35 %
60 5,8 29,89 %
80 6 30, 92 %
100 2,1 22,34 %
Jumlah (∑) 19,54

Sampel No Ayakan Berat zat tertinggal ( g) % Tertinggal


ZnO 20 0 0
40 5,6 21,96 %
60 3,6 14,11 %
80 3,2 12, 54 %
100 3,4 13, 33 %
Jumlah (∑) 15,58

IV.2 Perhitungan
IV.2.1 Talk
Rumus :
Bobot Tertinggal
% Tertinggal = x 100 %
Jumlah seluruh bobot tertinggal

5,5
% Tertinggal no mesh 40 = x 100 %=2 8 , 14 %
19,54 g
5,8 g
% Tertinggal no mesh 60 = x 100 %=2 9 , 68 %
19,54 g
6
% Tertinggal no mesh 80 = x 100 %=30 , 70 %
19,54 g
2,1
% Tertinggal no mesh 100 = x 100 %=10 , 74 %
19,54 g
IV.2.2 ZnO
5,6
% Tertinggal no mesh 40 = x 100 %=35 , 94 %
15 , 58 g
3,6
% Tertinggal no mesh 60 = x 100 %=23 , 1 0 %
15 ,58 g
3,2
% Tertinggal no mesh 80 = x 100 %=20,53 %
15 ,58 g
3,4
% Tertinggal no mesh 100 = x 100 %=21, 82 %
15 ,58 g
IV.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan tentang mikromeritik.
Mikromeritik biasa disebut sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang
kecil (Nike, 2017). Untuk menentukan partikel dapat dilakukan dengan 3
metode yaitu metode pengayakan, mikroskopi, dan sendimentasi. Namun
yang dilakukan pada praktikum ini hanyalah menggunakan metode
pengayakan. Metode pengayakan adalah alat yang digunakan untuk
mengukur partikel secara kasar (Martin,1990).
Sebelum melakukan percobaan, hal pertama yang dilakukan pada
praktikum ini adalah pembersihan ayakan terlebih dahulu menggunakan sikat
tabung dan alkohol lalu dikeringkan, hal ini dilakukan untuk menghindari
mikroorganisme yang tersimpan lama pada ayakan. Kemudian ditimbang
ZnO dan Talk sebanyak 25 gram. Dipasang pengayak dengan no mesh 100
paling bawah disusun secara berurutan keatas 80, 60, 40 dan 20. Dimasukan
sampel yang telah ditimbang pada pengayak nomor mesh 20 atau yang
paling diatas lalu dilakukan pengayakan secara searah selama 10 menit
menggunakan shave shaker. Dilakukan pengayakan secara searah
dimaksudkan agar hasil yang di peroleh dalam pengayakan lebih akurat.
Cara pengayakan dalam metode ini, sampel bergerak secara mendatar pada
bidang permukaan ayakan, metode ini baik digunakan untuk sampel yang
berbentuk jarum, datar, panjang atau berbentuk serat sehingga cocok untuk
melakukan analisa ukuran partikel aggrega. Waktu pengayakan dilakukan
selama 10 menit, hal ini dikarenakan waktu tersebut dianggap waktu optimum
untuk mendapatkan keseragaman bobot pada tiap ayakan (nomor mesh).
Bila waktu lebih dari 10 menit dikhawatirkan partikel terlalu sering
bertumbukan sehingga pecah dan lolos keayakan berikutnya, dengan begitu
akan terjadi ketidakvalidan data. Jika kurang dari 10 menit partikel belum
terayak sempurna (Zulfikar, 2010).
Terakhir ditimbang fraksi yang tertinggal pada masing–masing
pengayak dengan nomor berbeda pada timbangan, lalu dicatat hasil yang
diperoleh dan dihitung nilai persentase tertahan. Keuntungan dari metode
pengayakan adalah alat yang digunakan sangat sederhana, penggunaannya
mudah dan cepat, serta pengontrolan kecepatan dan waktu pengayakan
yang konstan.
Dari data yang diperoleh umumnya diperoleh zat sisa yang tertahan
dengan semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal ini
karena ukuran dalam tiap inci semakin kecil lubangnya. Metode ini
merupakan metode untuk mengetahui tingkat kehalusan dari suatu zat.
Dengan mellihat semakin banyak yang tertinggal dalam ayakan maka
semakin kasar zat tersebut.
Hasil yang diperoleh nilai % tertahan pada sampel Talk pada ayakan
no mesh 40 sebesar 28,14 % mesh 60 sebesar 29,68 %, mesh 80 sebesar
30,70 % dan mesh 100 sebesar 10,74 % Hasil ini berbanding lurus dimana
semaking tinggi nomer mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal ini karena
ukuran tiap inci semakin kecil lubangnya. Untuk sampel ZnO tidak
berbanding lurus dengan % tertahan pada ayakan no mesh 40 sebesar 35,94
% mesh 60 sebesar 23,10 %, mesh 80 sebesar 20,53 %, dan mesh 100
sebesar 21,82 %. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ayakan yang tidak
bersih sehingga mempengaruhi hasil atau hasil ayakan yang kurang karena
terbang oleh angin.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Pada praktikum mikromiretik dapat disimpulkan sebagai berikut :
Hasil yang diperoleh nilai % tertahan pada sampel Talk pada ayakan
no mesh 40 sebesar 28,14 % mesh 60 sebesar 29,68 %, mesh 80 sebesar
30,70 % dan mesh 100 sebesar 10,74 % dan Untuk sampel ZnO % tertahan
pada ayakan no mesh 40 sebesar 35,94 % mesh 60 sebesar 23,10 %, mesh
80 sebesar 20,53 %, dan mesh 100 sebesar 21,82 .
V.2 Saran
Dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat-alat
laboratorium agar praktikkan dapat melaksanakan kegiatan praktikum
dengan lebih maksimal
V.1.2.2 Saran Untuk Asisten
Tetap bersemangat dalam mendampingi praktikkan dan terus berjalan
diatas kebaikan untuk memberikan ilmu yang bermanfaat.
V.1.2.3 Saran Untuk Dosen
Sebaiknya percobaan ini dilakukan dengan metode lain agar diperoleh
perbandingan yang lebih jelas antara metode satu dengan lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi


diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah.
Edisi keempat. 255-271, 607-608, 700. Jakarta : UI Press.
Effendy, Moch Idris. 2003. Penuntun Farmasi Fisik. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Martin, Alfred 1993. Farmasi Fisika edisi ketiga. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : UGM Press
Nike, L.H. 2017. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Jakarta : UI
Press
Parrot, E.L. 1970. Pharmaceutical Technology Fundamental
Pharmaceutics Thrid Ed. Minieapolis : Burgess Pubb.
Rudolf, Voight. 1994. Buku Pelajara Teknologi Farmasi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Robert, Budi Laksana. 2013. Pengantar Kebudayaan. Sumatera
Selatan. Palembang : FKIP PGRI.
Zulfikar. 2010. Pemisahan kimia dan analisis pengayakan.
Bandung: CV. Habis Jaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan
Ukuran bobot tertinggal
bobot x+ bobot tertinggal y
No ayakan 20/40 =
2
0+5,5
=
2
= 2,5

bobot x+ bobot tertinggal y


No ayakan 40/60 =
2
5,5+5,8
=
2
= 5,65

bobot x+ bobot tertinggal y


No ayakan 60/80 =
2
5 ,8+ 6
=
2
= 5,9

bobot x+ bobot tertinggal y


No ayakan 80/100 =
2
6+2,1
=
2
= 8,1

Lampiran 2. Skema Kerja

Anda mungkin juga menyukai