com
Artikel asli
ABSTRAK
INFORMASI ARTIKEL Latar belakang: Meniran (Phyllathus niruri) dan pegagan (Centella asiatica)
Kata kunci: merupakan tanaman obat yang terkenal di Indonesia. Penggunaan meniran
meniran (Phyllanthus niruri) dan pegagan sebagai obat herbal perlu diteliti aktivitas subkroniknya untuk
, pegagan (pegagan), menjamin keamanannya.
tes subkronis,
Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek subkronik
hematologi
* Penulis yang sesuai:
kombinasi ekstrak meniran dan pegagan pada tikus Wistar melalui
endang.darmawan@pharm.uad.ac.id parameter hematologi (eritrosit, hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, dan
DOI: 10.20885/JKKI.Vol10.Iss3.art8 MCHC).
Sejarah: Metode: Hewan model yang digunakan sebanyak 56 ekor tikus wistar jantan
Diterima: 29 Januari 2019 dan betina yang dibagi secara acak menjadi 4 kelompok. Kelompok 1
Diterima: 28 Oktober 2019 mendapat CMC-Na 1% (kelompok kontrol). Kelompok 2 mendapat ekstrak
Online: 30 Desember 2019
meniran dan pegagan (50:50 mg/kgBB). Kelompok 3 mendapat ekstrak
Hak Cipta @2019 Penulis. meniran dan pegagan (250:250 mg/kgBB). Kelompok 4 mendapat ekstrak
Ini adalah artikel akses terbuka
yang didistribusikan di bawah
meniran dan pegagan (1250:1250 mg/kgBB). Uji subkronik meniran dan
ketentuan Creative Commons pegagan dilakukan dengan memberikan perlakuan pada tikus Wistar selama
Attribution-NonCommercial 4.0 28 hari. Zat hematologisnya dianalisis secara statistik menggunakan one way
Lisensi Internasional (http://
ANOVA dan metode Kruskal-Wallis dengan interval kepercayaan 95% dan
creativecommons.org/licences/
by-nc/4.0/). post-hoc.
Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa zat hematologi pada tikus Wistar jantan
normal dan tidak mengalami perubahan yang signifikan (p>0,05). Hal ini juga
menunjukkan bahwa kadar hemoglobin dan hematokrit tikus betina normal dan
tidak mengalami perubahan yang bermakna (p>0,05). Eritrosit, MCV, MCH, dan
MCHC pada tikus betina menunjukkan perubahan yang signifikan (p<0,05), namun
masih dalam batas normal.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak
meniran dan pegagan tidak toksik terhadap hematologi tikus pada semua
dosis.
Latar Belakang: Meniran (Phyllanthus niruri L.) dan pegagan (Centella asiatica L.) merupakan salah satu
tanaman obat yang dikenal baik di Indonesia. Pemanfaatan meniran dan pegagan perlu dilakukan evaluasi
secara subkronis untuk melihat keamanannya.
Tujuan: Untuk pengaruh pemberian subkronis kombinasi herba meniran dan herba pegagan pada tikus
galur Wistar terhadap parameter hematologi (eritrosit, hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH dan MCHC).
Metode: Studi ini menggunakan tikus galur Wistar jantan dan betina sebanyak 56 ekor yang dibagi secara
acak menjadi 4 kelompok. Kelompok 1 diberi CMC-Na 1% (kelompok kontrol). Kelompok 2 diberi ekstrak
1
JKKI 2019;10(3): 255-264
Mata Pelajaran
Kruskal-Wallis digunakan untuk menganalisis data
MCV dan MCHC. Tes post hoc dengan interval
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini
kepercayaan 95% untuk menguji perbedaan antara
adalah tikus putih galur Wistar jantan dan betina
kelompok perlakuan.
dengan kisaran berat badan antara 100-300 gram,
umur antara 2-3 bulan dan berasal dari
Laboratorium Penelitian Terpadu Universitas Gadjah
HASIL
Mada. Ciri-ciri khusus mereka adalah mata jernih,
Sampel darah tikus dianalisis secara statistik
rambut aktif, tidak berdiri, dan tidak ada cacat
dengan menggunakan SPSS untuk mengetahui
anatomi. Tikus-tikus tersebut dirawat di dalam perbedaan antar kelompok setelah diberi
kandang, dan diberi pelet AD2 dan air secukupnya. perlakuan selama 28 hari. Hasil uji toksisitas
kombinasi ekstrak meniran dan pegagan pada
Intervensi pada Model Hewan hematologi pada tikus model di bawah ini.
Hewan coba tikus dikelompokkan secara acak Berdasarkan Tabel 1, hasil kombinasi kedua
menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri herba mencit jantan menunjukkan nilai rerata
dari 7 ekor tikus jantan dan 7 ekor tikus betina. eritrosit yang lebih rendah dibandingkan dengan
Penelitian ini dilakukan selama 28 hari. Penetapan dosis kelompok kontrol. Rendahnya nilai eritrosit dapat
mengacu pada pedoman BPOM tentang uji toksisitas disebabkan oleh perdarahan, kerusakan eritrosit,
oral pada rodensia. Dosis tertinggi dari persiapan tes ini atau kurangnya produksi eritrosit akibat defisiensi
memiliki efek toksik tetapi menyebabkan asam folat.14 Nilai eritrosit pada semua kelompok
menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan teori
257
Tabel 1. Nilai Eritrosit Tikus Jantan dan Tikus Betina setelah diberikan kombinasi ekstrak meniran
dan pegagan selama 28 hari dengan analisis ANOVA
Intervensi
Jumlah eritrosit (x106/µl)
Rata-rata ± SE P
n
Tikus Jantan
Intervensi
Hemoglobin (g/dL)
Rata-rata ± SE P
n
Tikus Jantan
Intervensi
Hematokrit (%)
Rata-rata ± SE P
n
Tikus jantan
dianggap menyebabkan toksisitas pada hematokrit rentang nilai referensi (39-55%). Hal ini
tikus jantan. menunjukkan bahwa nilai-nilai tersebut tidak
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji statistik nilai terpengaruh oleh lingkungan yang ada.
hematokrit pada tikus betina menunjukkan nilai Berdasarkan hasil tersebut, kombinasi kedua
signifikansi sebesar 0,882 (p>0,05) artinya tidak herbal tidak dapat dianggap mempengaruhi nilai
terdapat perbedaan yang signifikan pada masing- hematokrit pada tikus betina.
masing kelompok. Nilai hematokrit berada di Berdasarkan Tabel 4, tikus jantan pada kontrol
Tabel 4. Nilai MCV pada tikus jantan dan betina setelah diberikan kombinasi meniran dan
pegagan selama 28 hari dengan analisis Kruskal-Wallis
Intervensi
MCV (fL)
Rata-rata ± SE P
n
Tikus Jantan
Tabel 5. Nilai KIA mencit jantan dan betina setelah diberikan kombinasi meniran dan pegagan
selama 28 hari dengan Analisis ANOVA
Intervensi
MCV (fL)
Rata-rata ± SE P
n
Tikus jantan
Tabel 6. Nilai KPM pada tikus jantan dan betina setelah diberikan kombinasi meniran dan
pegagan selama 28 hari dengan analisis Kruskal Wallis
Intervensi
MCHC (g/dl)
Rata-rata ± SE P
n
Tikus Jantan
kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata MCHC nilai-nilai berada dalam kisaran normal MCHC.
31,88±1,11g/dL. Kelompok intervensi dengan dosis Tabel 6 menunjukkan bahwa tikus betina pada
50:50 mg/kgBB dan 250:250 mg/kgBB menunjukkan kelompok normal memiliki nilai rata-rata MCHC sebesar
penurunan nilai MCHC dibandingkan dengan 32,57±0,37g/dL, dan nilai ini sama dengan nilai
kelompok kontrol. Kelompok intervensi dengan dosis rata-rata MCHC pada tikus yang mendapat
1250:1250 mg/kgBB menunjukkan nilai MCHC yang dosis 250:250 mg/kgBB. Kelompok Intervensi
sama dengan kelompok kontrol. Nilai semua dengan dosis 50:50 mg/kg menunjukkan
kelompok setuju dengan MCHC normal (26-38g/dL). penurunan nilai rata-rata MCHC. Kelompok
Kombinasi kedua herba tidak berpengaruh terhadap dengan dosis 1250:1250 mg/kg menunjukkan
parameter MCHC pada tikus wistar jantan karena peningkatan nilai rata-rata KIA dibandingkan
hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan yang kelompok sehat. Peningkatan nilai MCHC dapat
nyata antar kelompok, dan disebabkan oleh hemolisis atau
tubuh Heinz. Badan Heinz didenaturasi dan
uji, terdapat perbedaan bermakna pada
diendapkan hemoglobin pada permukaan bagian
kelompok dosis 1250: 1250 mg/kg BB, 50:50
dalam eritrosit. Penyebab badan Heinz adalah
mg/kg BB, dan 250: 250 mg/kg BB terutama
sampel darah yang teroksidasi selama analisis
pada peningkatan nilai rata-rata MCHC. Tingkat
atau radikal bebas yang menyebabkan kerusakan
signifikansi kombinasi pada kelompok kontrol
oksidatif. Nilai KPM pada keempat kelompok
pada tikus betina (>0,05) tidak menunjukkan
tersebut sesuai dengan nilai acuan KIA (28-34 g/
perbedaan yang nyata, sehingga pemberian
dL). Berdasarkan hasil tersebut, kombinasi kedua
kedua herba tidak mempengaruhi nilai MCV,
herbal tersebut tidak dapat dianggap
KIA, dan MCHC.
menyebabkan toksisitas, meskipun analisis
Berdasarkan teori, kadar eritrosit, hemoglobin,
menunjukkan perbedaan yang signifikan, namun
hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada tikus
hasilnya masih dalam kisaran normal.
jantan lebih tinggi daripada tikus betina di daerah
subtropis. Iheidioha dkk. disebutkan bahwa profil
DISKUSI
hematologi yang bervariasi dapat dipengaruhi
Pemeriksaan hematologi meliputi pemeriksaan
oleh kondisi geografis dan faktor lingkungan
eritrosit, hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, dan
setempat.13 Hasil pengukuran profil darah tikus
MCHC. Pemberian kombinasi ekstrak meniran dan
wistar di daerah tropis dapat berbeda dengan
pegagan pada tikus jantan tidak menunjukkan
negara subtropis.14,15 Berdasarkan hal tersebut,
perbedaan yang bermakna terhadap parameter
nilai normal tidak dapat ditentukan berdasarkan
hematologi. Hasilnya, dapat disimpulkan bahwa
referensi umum. Nilai normal yang valid dapat
kombinasi kedua herbal tidak menimbulkan efek
ditentukan secara lokal, seperti dari laboratorium
toksik pada parameter hematologi. Pemberian
atau kandang hewan sebagai penyedia,
kombinasi kedua herba pada tikus betina
pemelihara, dan pemulia hewan untuk tujuan
menunjukkan perbedaan parameter hematologi
penelitian.16
yang bermakna pada masing-masing kelompok
intervensi, namun uji post hoc tidak menunjukkan
KESIMPULAN
perbedaan bermakna antara kelompok kontrol
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian
dan kelompok intervensi, sehingga pemberian
kombinasi ekstrakmeniran dan pegagan secara
kedua herba tersebut tidak dapat dianggap
subkronis selama 28 hari dengan dosis 50 mg/
mempengaruhi nilai hematologi.
kgBB, 250 mg/kgBB dan 1250 mg/kgBB tidak
menyebabkan perubahan profil hematologis
Pemeriksaan eritrosit tikus betina
toksik pada tikus Wistar jantan dan betina.
menunjukkan perbedaan yang bermakna antar
kelompok dengan dosis 50:50 mg/kgBB, 250:250
KONFLIK KEPENTINGAN
mg/kgBB, 1250:1250 mg/kgBB terutama pada
Tidak ada yang menyatakan.
penurunan nilai rata-rata eritrosit. Tingkat
signifikansi kombinasi pada kelompok kontrol
PENGAKUAN
(>0,05) tidak menunjukkan perbedaan yang
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Lembaga
bermakna, sehingga pemberian kedua herbal
Penelitian dan Pengembangan Universitas Ahmad Dahlan
tidak mempengaruhi nilai eritrosit.
yang telah memberikan kepercayaan melalui penelitian
Pemeriksaan MCV, MCH, dan MCHC pada tikus
fundamental untuk melakukan penelitian ini.
betina menunjukkan perbedaan antar kelompok.
Pada uji MCV dan MCH terdapat perbedaan
REFERENSI
bermakna pada kelompok dosis 50:50 mg/kgBB, 1. Alegantina S, Setyorini HA, Triwahyuni.
250:250 mg/kgBB dan 1250:1250 mg/kgBB Pengujian mutu dan penetapan kadar
terutama pada peningkatan nilai rata-rata MCV filantin dada ekstrak etanol herba meniran
dan KIA. Di MCHC (Phyllanthus niruri L.). Buletin Penelitian
Kesehatan. 2015; 43 (1): 11-16.
meniran (Phyllanthus niruri L.) dan pegagan
2. Rivai H, Septika R, Boestari A.
(Centella asiatica L.) terhadap SGOT dan
karakteristik ekstrak herba meniran
SGPT pada tikus galur wistar (Skripsi).
(Phyllantus niruri Linn) dengan analisa
Yogyakarta. Fakultas Farmasi Universitas
fluoresensi. Jurnal Farmasi Higea. 2013;
Ahmad Dahlan. 2019.
5(2): 15-21.
12. Wulandari IA. Uji toksisitas subkronik
3. Chong NJ dan Aziz Z. Tinjauan sistematis
kombinasi ekstrak terstandarisasi meniran
tentang kandungan kimia Centella
dan pegagan terhadap parameter fungsi
asiatica. Jurnal Penelitian Ilmu Farmasi,
ginjal pada tikus galur wistar (skripsi).
Biologi, dan Kimia. 2011; 2(3): 445-59.
Yogyakarta. Fakultas Farmasi Universitas
Ahmad Dahlan. 2019.
4. Aldi Y, Artika D, Aria M, Karena
mempersembahkan ekstrak etanol meniran 13. Ihedioha JI, Ugwuja JI, Noeluneke OA,
Udeani IJ, Danieligwe G. Nilai referensi
(Phyllantus niruri L.) terhadap jumlah
untuk profil hematologi tikus albino
eritrosit, retikulosit, kadar hemoglobin dan
outbred kelas konvensional (Mus musculus)
nilai hematokrit pada mencit putih jantan.
di Nsukka. Nigeria Timur: Penelitian Hewan
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop
Internasional. 2012; 9(2):1601-12.
Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan
14. Provan D. ABC Hematologi Klinik 2nd.
Klinik IV. Padang. 2014.
5. Ningsih S dan Wibowo. Efek imunostimulan
London. BMJ. 2003.
15. Gad SC. Model hewan dalam toksikologi
ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.)
3rd Ed. Tekan Boca raton. KKR. 2016.
secara in vivo pada tikus. Jurnal Bahan
Alam Indonesia. 2011; 7(1): 15-8. 16. Fitria L dan Sarto M. Profil Hematologi Tikus
(Rattus novergicus Berkenhout, 1769) Galur
6. Adedapo AA, Adegdayibi AY, Emikpe BO.
Wistar Jantan dan Betina Umur 4,6 dan 8
Beberapa perubahan kliniko-patologis
Minggu. Jurnal Ilmiah Biologi Biogenesis.
yang terkait dengan ekstrak air daun
Phyllanthus Amarus pada tikus. Riset 2014; 2(2): 94-100.
fitoterapi. 2005; 19: 971-6
7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia. Pedoman
uji toksisitas nonklinik secara in vivo. BPOM
RI. 2014.
8. Sulastry F. Uji toksisitas akut yang diukur
dengan menggunakan LD50 ekstrak daun
pegagan (Centella asiatica (L.) urban)
terhadap mencit Balb/c (Skripsi). Semarang:
Universitas Dipenogoro. 2009.
9. Kusumawardani KC. Uji toksisitas subkronis
produk kombinasi eksrtrak rimpang kunyit
dan herba meniran pada tikus betina galur
wistar kajian terhadap parameter fungsi
ginjal (Skripsi). Yogyakarta. Universitas
Gadjah Mada. 2016.
10. Hidayati N. Aktifitas kombinasi seledri,
meniran, pegagan dan kunyit terhadap
kadar eritrosit, hemoglobin, hematokrit dan
trombosit pada tikus yang diinjeksi
gentamisin (Skripsi). Yogyakarta. Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. 2018.
11. Salma RP. Efek kombinasi serbuk ekstrak