PERCOBAAN I
PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS
NAMA
NIM
KELOMPOK
HARI / TANGGAL PERCOBAAN
ASISTEN
: AGUSTINA LOPANG
: H311 12 272
: IV (EMPAT)
: SELASA / 15 SEPTEMBER 2014
: ERWIN WIYANTO
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukkan ukuran dan
bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
bertutup kemudian dihitung. Massa botol dan zat cair ditimbang kemudian massa
jenis zat cair dihitung. Perlu diperhatikan bahwa di dalam botol piknometer harus
dipastikan bahwa tidak ada gelembung udara. Pipa kapiler harus terisi secara
penuh oleh zat cair yang akan diukur massa jenisnya (Khamidinal, 2009).
Massa 1000 cm3 air pada 4 oC dan tekanan atmosfer normal adalah hampir
tepat (tetapi hanya sedikit sekali kurang dari) 1 kg. Kerapatan dari air di bawah
keadaan ini adalah 1000 g / 1000 cm 3. Karena volume berubah menurut suhu,
sedangkan massa tetap. Kerapatan merupakan fungsi dari suhu. Pada 20 oC,
kerapatan dari air adalah 0,998 g/cm3 (Petrucci, 1999).
Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air, maka benda
akan tenggelam di dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, maka benda akan
mengapung. Untuk benda-benda yang mengapung, bagian volume sebuah benda
yang tercelup ke dalam cairan manapun sama dengan rasio kerapatan benda
terhadap kerapatan cairan. Rasio kerapatan sebuah zat terhadap kerapatan air
dinamakan berat jenis zat itu. Berat jenis merupakan bilangan tak berdimensi yang
sama dengan besarnya kerapatan ini bila dinyatakan dalam gram per centimeter
kubik (atau dalam kilometer per liter). Berta jenis suatu zat dapat diperoleh
dengan membagi keraptannya dengan 103 kg/m3 (Tipler, 1998).
Walaupun kebanyakan zat padat dan cairan mengembang bila dipanaskan
dan menyusut sedikit dipengaruhi oleh pertambahan tekanan eksternal, perubahan
dalam volume ini relatif kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa kerapatan
kebanyakan zat padat dan cairan hampir tak bergantung pada temperatur dan
tekanan. Sebaliknya, kerapatan gas sangat bergantung pada temperatur dan
tekanan, sehingga temperatur dan tekanan harus dinyatakan bila memberikan
kerapatan gas (Tipler, 1998).
Tekanan atmosfer (pada ketinggian dan suhu yang berbeda) dapat diukur
dengan barometer, yang ditemukan oleh Torricelli, seorang mahasiswa Galileo.
Sebuah barometer merkuri terdiri dari tabung terbalik merkuri yang disegel di
bagian atasnya dan berdiri dengan ujung bawahnya dalam bak air raksa. Merkuri
yang jatuh sampai tekanan itu diberikannya pada dasarnya sama dengan tekanan
atmosfer. Dapat dihitung tekanan atmosfer dengan mengukur h tinggi merkuri
kolom dan menggunakan hubungan p =
gh. Dimana
massa (biasanya hanya "kerapatan"), massa sampel dibagi dengan volume yang
ada:
dinyatakan dalam kilogram per meter kubik (kg m-3); Namun, juga sering
dinyatakan kerapatan adalah massa dalam gram per sentimeter kubik (g cm-3) atau
dapat pula dinyatakan gram per mililiter (g mL-1) (Atkins dan Paula, 2005).
Kerapatan sangatlah penting untuk diketahui karena sangat bayak
digunakan
untuk
mengidentifikasi
materi,
mengikuti
perubahan
fisik,
Kerapatan metil ester asam lemak sebagai fungsi temperatur dapat hanya
diestimasi dengan hubungan empiris yaitu = a, t + b, yang dikembangkan oleh
Junarthanan, (1996). Dimana t adalah suhu dalam derajat Celcius dan a dan b
adalah konstanta tergantung komponen. Dilaporkan nilai-nilai konstanta untuk
komponen murni biodiesel yaitu suhu berkisar antara 26,7 dan 110 oC. kerapatan
campuran komponen (biodiesel) dapat diperkirakan dengan menggunakan aturan
pencampuran sederhana yang linear yang ditunjukkan dalam persamaan
max =
Gambar 1. Neraca
3.3.2
Penentuan
Bobot Jenis dengan Menggunakan
Westphal
Kerapatan
dan
Piknometer
Gambar 2. Piknometer
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
No.
Nama Contoh
Pembacaan Skala
Anting Anting Anting Anting
Suhu (oC)
Bobot Jenis
Akuades
I
9
Gliserol 10 %
9 dan 1
29,9
1,0064
Metanol
28
0,8300
II
7
III
5
IV
3
28
0,9753
No.
Bobot (gram)
Piknometer Piknometer
Nama Contoh
Suhu
o
Bobot
+ Contoh
44,1011
Contoh
( C)
Jenis
24,9757
28
Akuades
Kosong
19,1254
Gliserol 10 %
19,1254
44,8752
25,7498
30,5
1,0310
Metanol
19,1254
40,5087
21,3833
28
0,8562
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan untuk Neraca Westphalt
a. Akuades
Berat anting I
Berat anting II
Berat anting III
Berat anting IV
= 9 x 0,1
= 7 x 0,01
= 5 x 0,001
= 3 x 0,0001
= 0,9
= 0,07
= 0,005
= 0,0003
= 0,9753
+
(28 C)
= 0,996232 g/cm3
=
(28 C)
= 0,9753 0,996232 g/
= 0,9716 g/
b. Gliserol 10 %
Berat anting I
Berat anting II
Berat anting III
Berat anting IV
= 9 x 0,1
= 1 x 0,1
= 0 x 0,01
= 6 x 0,001
= 4 x 0,0001
= 0,9
= 0,1
=0
= 0,006
= 0,0004
+
= 1,0064
( 29,9 C)
= 0,995676 g/
=
( 29,9 C)
= 1,0064 0,995676 g/
= 1,0020 g/
c. Metanol
Berat anting I
Berat anting II
Berat anting III
Berat anting IV
= 8 x 0,1
= 3 x 0,01
= 0 x 0,001
= 0 x 0,0001
= 0,8
= 0,03
=0
=0
+
= 0,8300
(28 C)
= 0,996232 g/
=
(28 C)
= 0,8300 0,996232 g/
= 0,8269 g/
4.2.2
a. Akuades
Bobot piknometer + akuades
Bobot piknometer kosong
Bobot akuades
Sgt
bobot akuades
bobot akuades
24,9757 gram
24,9757 gram
= 44,1011 gram
= 19,1254 gram
= 24,9757 gram
1,0000
( 28 C)
= 0,996232 g/cm3
(28 C)
bobot gliserol 10 %
bobot akuades
24,7498 gram
24,9757 gram
1,0310
( 30,5 C)
= 0,995494 g/
=
(30,5 C)
= 1,0310 0,995494 g/
= 1,0263 g/
c. Metanol
Bobot piknometer + metanol
Bobot piknometer kosong
Bobot metanol
S gt
bobot metanol
bobot akuades
21,3833 gram
24,9757 gram
= 40,5087 gram
= 19,1254 gram
= 21,3833 gram
0,8562
(28 C)
= 0,996232 g/
=
(28 C)
= 0,8562 0,996232 g/
= 0,8530 g/
4.3 Pembahasan
Massa jenis adalah perbandingan antara massa suatu zat dengan volume
air pada suhu tertentu, sedangkan bobot jenis adalah perbandingan antara bobot
zat dengan volume tertentu dengan bobot air dengan volume yang sama pada suhu
yang sama. Kerapatan memiliki dimensi yaitu M.L-3, sedangkan bobot jenis tidak.
Seperti yang diketahui bahwa air pada suhu 0 oC sampai 4 oC memiliki sifat
istimewa yang disebut anomali air. Pada rentang suhu ini, air memiliki densitas
1 g/cm3.
Bobot jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin tinggi atau besar pula
massa setiap volumenya. Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat
memiliki massa jenis yang berbeda, dan zat berapapun massanya, berapapun
volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.
Percobaan kali ini yaitu menentukan kerapatan dan bobot jenis dari
akuades, gliserol 10 %, dan metanol dengan menggunakan dua alat yang tersedia
di laboratorium yaitu neraca Westphal dan piknometer. Bahan yang digunakan
adalah akuades, metanol, dan gliserol 10 %. Kedua alat ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Pada neraca Westphalt, penunjukan skalanya untuk pengukuran
bobot jenis relatif lebih mudah namun kekurangannya yaitu pengukuran suhu
pada alat dilakukan dengan sistem terbuka sehingga suhu zat jika diukur
memungkinkan dapat terkontaminasi dengan suhu udara. Pada piknometer,
pengukuran suhu pada alat dilakukan dengan sistem tertutup sehingga mengurangi
kontaminasi suhu udara terhadap suhu zat jika diukur, namun penggunaan alat
lebih rumit karena kondisi piknometer harus benar-benar kering dan bersih pada
saat dilakukan penimbangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan neraca Westphalt adalah
sebelum digunakan, neraca harus dikalibrasi terlebih dahulu dan pembacaan skala
harus dalam kondisi benar-benar setimbang pada lengan neraca. Pada penggunaan
piknometer, alat harus dalam kondisi kering tanpa titik-titik air sebelum ditimbang
untuk pengukuran piknometer kosong, karena jika masih terdapat titik-titik air
maka akan mempengaruhi bobot piknometer yang kosong. Selain itu, piknometer
tidak boleh disentuh langsung dengan tangan karena tangan mengandung minyak.
Sama halnya dengan titik air, minyak dari tangan akan mempengaruhi bobot
piknometer yang kosong.
Pada percobaan pertama, penentuan kerapatan dan bobot jenis zat
menggunakan neraca Westphalt. Pada percobaan ini, setelah neraca Westphalt
C adalah
0,8530 g/cm3.
Menurut Snelling, kerapatan akuades adalah 0,996232 g/cm3 pada suhu
28 oC, dan menurut Bosart dan Snoddy (1927), kerapatan gliserol 10 % pada suhu
30 oC adalah 1,01905 g/cm3 dan kerapatan metanol pada suhu 28 oC adalah 0,8064
g/cm3. Perbedaan hasil percobaan dengan teori mungkin disebabkan oleh
terjadinya kesalahan-kesalahan di dalam pengukuran, yaitu penggunaan neraca
yang belum tepat seimbang sebelum digunakan, pembacaan skala yang kurang
teliti, terkontaminasinya alat pengukuran dengan zat lain yang disebabkan oleh
alat pengukur yang kurang bersih atau menguapnya sampel pada percobaan
piknometer sebelum sampel itu ditimbang bersama piknometer. Selain itu faktor
eksternal juga berpengaruh besar, dalam hal ini yang menjadi faktor eksternal
yang lain yaitu suhu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengukuran menggunakan neraca Westphalt
diperoleh hasil yaitu pada akuades memiliki kerapatan 0,9716 g/cm3 dan bobot
jenis 0,9753 pada suhu 28 oC, gliserol 10 % memiliki kerapatan 1,0020 g/cm3 dan
bobot jenis 1,0064 pada suhu 29,9
0,8269 g/cm3 dan bobot jenis 0,8300 pada suhu 28 oC. Sedangkan dengan metode
piknometer diperoleh hasil sebagai berikut: akuades memiliki kerapatan
0,9962 g/cm3 dan bobot jenis 1,0000 pada suhu 28 oC, gliserol 10 % memiliki
kerapatan 1,0263 g/cm3 dan bobot jenis 1,0310 pada suhu 30,5 oC dan metanol
memiliki kerapatan 0,8530 g/cm3 dan bobot jenis 0,8562 pada suhu 28 oC.
5.2 Saran
Laboratorium diharapkan menyediakan alat dan bahan dengan lengkap
agar praktikum berjalan dengan baik. Laboratorium diharapkan memperbaiki
sarana dan prasarana laboratorium, misalnya, saluran air yang rusak agar
praktikum lebih berjalan lancar.
Saran untuk percobaan yaitu sebaiknya alat untuk mengukur kerapatan dan
bobot jenis ditambah seperti penambahan aerometer, agar praktikum lebih banyak
lagi mengetahui penggunaan bahan untuk mengukur kerapatan dan bobot jenis.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C., dan Prince S. J., 2004, Kalkulasi Farmasetik, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
Atkins, P., dan Paula, J. D., 2005, Physical Chemistry for The Life Science,
Freeman, Oxford.
Bag, D. S., Nanda, B., Alam, S., Kandpat, L. D., dan Mathur G. N., 2003, Density
Measurements of Plastics A Simple Standard Test Method, Indian
Journal
of
Chemistry
Technology,
(online),
10;
561-563,
(http://nopr.niscair.res.in, Diakses pada Tanggal 18 September 2014,
Pukul 20.39 WITA)
Khamidinal, 2009, Teknik Laboratorium Kimia, Pustaka Pelajar, Jogja.
Kemilu, R. K., Nyangaya, J. A., dan Onyari J. M., 2011, The Temperature and
Blending on The Specific Grafity and Viscosity of JAtropha Methyl Esther,
ARPN Journal Of Engineering and Applied Sciences, (online), 16; 97-81,
(https://www.uonbi.ac, Diakses pada Tanggal 18 September 2014,
Pukul 21.03 WITA).
Nugraha, L. S. A., dan Priamsari, M. R., 2010, Fisika Farmasi, Akademi Farmasi
Theresiana, Semarang.
Pettrucci, R. H., 1999, Kimia Dasar Prinsip Dasar dan Terapan Modern, Edisi
Keenam, Jilid Pertama, diterjemahkan oleh Suminar Achmadi, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Tipler, P.A., 1998, Fisika untuk Sains dan Teknik, Edisi Ketiga, Jilid Pertama,
diterjemahkan oleh Lea Prasetio dan Rahmad W. Adi, Erlangga, Jakarta.