PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vitamin atau vitamine mula-mula di utarakan oleh sang ahli kimia pola, dia
yang bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam
amina itu adalah suatu amina yang sangat vital. Dan dari kata tersebut lahirlah istilah
vitamine atau vitamin. Kini vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organic
yang tidak termasuk dalam golongan protein, karbohidrat, maupun lemak dan
terdapat dalam jumlah kecil dalam bahan makanan tapi sangat penting bagi beberapa
fungsi tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan serta pertumbuhan (Winarno,
1999).
Vitamin adalah bahan esensial yang diperlukan untuk membantu kelancaran
penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin dapat
berpengaruh bagi kesehatan, karena itu diperlukan asupan harian dalam jumlah
tertentu yang idealnya bisa diperoleh dari makanan. Jumlah kecukupan asupan
vitamin per hari untuk perawatan kesehatan tersebut ditetapkan sebagai RDA
(Recommended Daily Allowance). Beberapa vitamin tertentu bila diberikan dalam
dosis tinggi mempunyai efek, antioksidan yang membantu sistem imunitas tubuh
dalam menetralkan benda asing yang berasal dari radikal bebas dan kuman penyakit.
Dan beberapa vitamin lain mempunyai efek penyembuhan, sebagai kebalikan dari
defisiensi yang terjadi akibat kekurangan vitamin tersebut (Winarno, 1999).
vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti
di atas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dihidroaskorbat (Sudarmadji, 1989).
Dalam penentuan ada tidaknya vitamin alat yang dapat digunakan untuk
mengukur kandungan asam amino yaitu dengan menggunakan High Performance
Liquid Chromatography (HPLC). Alat HPLC dapat digunakan juga untuk analisis
asam lemak sebagai komponen penyusun lemak dan vitamin. Mengingat metode
analisis sangat bervariasi baik bahan yang digunakan maupun tingkat ketelitiannya,
maka pemilihan dan penetapan metode analisis merupakan suatu keharusan
(Khopkar, 1990).
Vitamin C mempunyai rasa asam, enak untuk dikonsumsi seharihari, dan
fungsinya banyak sekali untuk kesehatan. Banyak bukti dari penelitian yang
mendukung fakta bahwa vitamin C memiliki peran penting dalam pelbagai
mekanisme imunologis. Kadarnya yang tinggi di dalam sel darah putih (10 sampai 80
kali lebih tinggi dari kadar plasma), terutama limfosit, dengan cepat habis selama
infeksi. Kondisi tersebut mirip dengan kasus gusi berdarah bila kekurangan vitamin
C. Vitamin C membantu mencegah infeksi yang diakibatkan beberapa jenis virus dan
bakteri, menambah masa hidup, serta mengurangi terjadinya katarak. Fungsi lain dari
vitamin C adalah sebagai antioksidan, penghasil senyawa transmiter saraf dan
hormon tertentu, membantu memperbaiki sel tubuh dan meningkatkan kerja enzim
sebagai faktor penyerap dan pengguna zat gizi lainnya. Juga mengurangi tekanan
darah tinggi, menurunkan kolesterol darah, mengurangi risiko penyakit jantung
dengan melindungi kerusakan jantung dan pembuluh darah yang disebabkan oleh
makanan kaya lemak. Vitamin C juga mengurangi risiko kanker dengan mengurangi
kerusakan akibat radikal bebas pada DNA dapat memicu kanker (Winarno, 1999).
(Winarno, 1999).
mempertahankan nilai gizi dan membuat bahan tahan lama. Didalam proses
pembuatan manisan biasaanya ditambahkan zat pengawet makanan untuk
mengeraskan tekstur pada buah dan mempertahankan nilai gizi pada buah antara lain
natrium bisulfit, asam sitrat dan asam klorida (CaCl 2). Fungsi pengawet ini adalah
mencegah buah daging tidak terlalu lembek/lunak pada proses pengolahan dan dapat
mengeraskan tekstur pada buah serta mencegah terjadinya pencoklatan pada buah
daging. Waktu perendaman dengan CaCl2 dilakukan selama 30 menit dengan
konsentrasi kalsium klorida sebanyak 2 %. Dengan adanya penambahan asam klorida
dalam buah nanas, komposisi vitamin C dalam nanas dapat terjaga. Vitamin C yang
sering terdapat dalam buah tetap dipertahankan kualitasnya untuk menjaga nilai gizi
(Safari, 2009).
Pada analisis vitamin C terdiri atas dua yaitu Analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Pada analisis kuantitatif vitamin C terdiri dari beberapa metode yaitu
metode iodimetri, metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP), metode kolorimetri
4-metoksi-2-nitroanilin, metode spektrofotometri, metode spektrofluorometri, dan
metode kromatografi (Winarno, 1999).
Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin C
diantaranya adalah metode titrasi iodometri dan metode spektrofotometri. Metode
iodometri merupakan bagian dari analisis kuantitatif secara volumetri yang dapat
digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat dengan cara mengukur volume yang
sudah diketahui konsentrasinya untuk ditambahkan kedalam larutan secara ekuivalen.
Metode ini didasarkan pada proses titrasi oksidasi-reduksi antara asam askorbat
(vitamin C) dengan iodium (I 2). Salah satu kelemahan metode titrasi adalah
pengerjaannya yang relatif lama dan kurang teliti. Dari kelemahan metode ini dicoba
diatasi dengan mengembangkan metode spektrofotometri (Safari, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Gaman. M. 1992. Ilmu Pangan, Penghantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi.
Edisi II, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, cetakan pertama, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Safari, Royati, 2009, Penentuan Vitamin C dalam Manisan Nanas secara
Spektrofotometri dengan Pereaksi Metilen biru, (Skripsi : FST UIN
Kalijaga Yogyakarta).
Sudarmaji, Slamet., Dkk., 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Penerbit
Liberty, Yogyakarta,
Winarno, 1999, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan sampel
(nanas), akuades, kertas label, larutan induk (asam askorbat), dan larutan buffer
pH
Volume induk
(mL)
2,5
3,33
3,75
4,0
Volume akuades
(mL)
2,5
1,67
1,25
1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Absorbansi
550
0,027
560
0,028
570
0,031
580
0,029
590
0,028
550
555
560
565
570
575
580
585
590
595
Absorbansi
20
0,036
40
0,037
60
0,039
80
0,045
100
0,047
Sampel
0,041
konsentrasi Vs Absorbansi
0.05
f(x) = 0x + 0.03
R = 0.93
0.04
0.03
Konsentrasi
0.02
0.01
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
Absorbansi
= 0,003x - 0,0318
= 3,0667 mg/mL
= 3,0667 mg/mL x 38 mL
= 116,508 mg
= 0,116508 g
0,116508
50,0
% Vitamin C =
= 0,23 %
4.3 Pembahasan
x 100 %
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting dan
sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan
atau proses kegiatan tubuh (vitamin mempunyai peran sangat penting dalam
metabolisme tubuh), karena vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin C
disebut juga asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang larut dalam air dan
memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit.
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus
molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190 192 oC.
Bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai
berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene.
Dengan logam membentuk garam. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada
pH tinggi.
Penentuan kadar vitamin C secara spektrofotometer menggunakan metilen
biru yaitu dengan pembuatan larutan induk, larutan standar, larutan sampel, larutan
buffer, kemudian penentuan kadar vitamin C. Larutan induk yang digunakan yaitu
asam askorbat 100 ppm. Kemudian diencerkan asam askorbat dengan konsentrasi 80
ppm, 60 ppm, 40 ppm, dan 20 ppm untuk dijadikan sebagai larutan standar. Adapun
larutan sampel yang digunakan yaitu 50 gram nanas yang telah diblender dan
disaring sebanyak dua kali. Setelah penyaringan, didapatkan volume filtrat dari nanas
yaitu 38 mL.
Penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan cara larutan sampel, larutan
standar, dan larutan blanko dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml sebanyak 1 ml.
Kemudian ditambahkan sebanyak 0,5 mL metilen biru pada kondisi optimum yaitu
20 ppm dan ditambahkan larutan buffer pH 4,7 sebanyak 6 mL. Kemudian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan diperoleh kadar vitamin C dari
sampel (nanas) adalah sebesar 0,23 %.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium