Anda di halaman 1dari 8

Laporan Vitamin C

Analisis asam askorbat dalam tablet vitamin



Hari, tanggal :senin, 12 Mei 2014
Tempat : lab. Kimia jurusan analis kesehatan
I. TUJUAN
II. METODE
III. PRINSIP
IV. REAKSI
V. DASAR TEORI
5.1 Tinjauan Tentang Asam Askorbat atau Vitamin C
Asam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah vitamin untuk jenis primat tetapi tidak
merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat adalah suatu reduktor kuat (Winarno1997). Bentuk
teroksidasinya, asamdehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan berbagai reduktor seperti glutation dipastikan
karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein yang manapun. Sifat fisik dan kimiawi asam askorbat adalah
merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu
sebagai asam askorbat dan dehidro asam askorbat (Wahjudi 2003). Dehidro asam askorbat terjadi karena oksidasi
spontan dari udara. Keduanya merupakan bentuk aktif yang terdapat dalam cairan tubuh. Merupakan kristal putih
tidak berbau yang larut dalam air (tetapi kurang stabil), tidak larut dalam lemak. Stabil dalam larutan dan
penyimpanan dingin, peka terhadap pemanasan dan oksidasi (terutama bila ada Cu, maka vitamin C adalah
pereduksi yang kuat). Kebutuhan vitamin C dewasa 45 mg/hari, anak-anak 35 mg/hari, bumil & buteki : 60 mg/hari
(Hawab 2005).
Vitamin C sangat mudah dirusak oleh pemanasan, karena ia mudahdioksidasi. Dapat juga hilang dalam jumlah
yang banyak pada waktumencincang sayur-sayuran seperti kol atau pada menumbuk kentang (Lehninger
1982). Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti: Pemanasan yang menyebabkan rusak atau berbahayanya
struktur, pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu, adanya alkali atau suasana basa selama
pengolahan, dan membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak reversible.
Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C.
Vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar atau enzim oksidasi, serta oleh
katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah.
Buah yang masih muda (mentah) lebih banyak mengadung vitamin C. Semakin tua buah, semakin berkurang vitamin
C-nya.
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal
berbagai penyakit. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal
bebas ekstraselular. Buah-buahan, seperti jeruk, merupakan sumber utama vitamin.
Sejarah penemuan
Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan pada tahun 1932 ditemukan bahwa
vitamin ini merupakan agen yang dapat mencegah sariawan. Albert Szent-Gyorgyi menerima penghargaan nobel
dalam fisiologi atau kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini. Selama ini vitamin C atau asam askorbat
dikenal perananny dalam menjaga dan memperkuat imunitas terhadap infeksi. Pada beberapa penelitian lanjutan
ternyata vitamin C juga telah terbukti berperan penting dalam meningkatkan kerja otak. Dua peneliti di Texas
Woman's University menemukan bahwa murid SMTP yang tingkat vitamin C-nya dalam darah lebih tinggi ternyata
menghasilkan tes IQ lebih baik daripada yang jumlah vitamin C-nya lebih rendah.
Peranan vitamin C dalam tubuh
Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen intraselular yaitu
sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh
manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan.
Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi
hidroksi prolin dan hidrosilisin. Kedua senyawa ini merupakan komponen kolagen yang penting. Peranan vitamin C
juga dalam proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stres. Vitamin C juga banyak
hubungannya dengan berbagai fungsi yang melibatkan reespirasi sel dan kerja enzim yang mekanismenya belum
sepenuhnya dimengerti. Peranannya antara lain oksidasi fenilalanin menjadi tirosin, reduksi ion feri menjadi fero
dalam saluran pencernaan sehingga besi lebih mudah diserap.

Gambar 1. Vitamin C
Sumber : Keusch (2007)

Vitamin c juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran.
Sebagai antioksidan, vitamin c mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar,
vitamini ini juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit
penyebab kanker. Penelitian di Institut Teknologi Massachusetts menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil akhir
pencernaan bahan makanan yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin C
berkurang sampai 81%.
Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat seriawan, baik di mulut maupun
perut,kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan
gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi. Di samping itu, asam askorbat juga berkorelasi dengan masalah
kesehatan lain, seperti kolesterol tinggi, sakit jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.
Konsumsi
Kebutuhan vitamin C memang berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada kebiasaan hidup masing-
masing. Pada remaja, kebiasaan yang berpengaruh di antaranya adalah merokok, minum kopi, atau minuman
beralkohol, konsumsi obat tertentu seperti obat antikejang, antibiotiktetrasiklin, antiartritis, obat tidur, dan kontrasepsi
oral. Kebiasaan merokok menghilangkan 25% vitamin C dalam darah. Selain nikotin senyawa lain yang berdampak
sama buruknya adalah kafein. Selain itu stres, demam, infeksi, dan berolahraga juga meningkatkan kebutuhan
vitamin C.
Pemenuhan kebutuhan vitamin C bisa diperoleh dengan mengonsumsi beraneka buah dan sayur seperti
jeruk, tomat, arbei, stroberi, asparagus, kol, susu, mentega, kentang, ikan, dan hati.

5.2 Metode analisis vitamin C
Penetapan kadar vitamin dalam suatu bahan dapat dilakukan secara titrasi yodometri atau yodometri tak
langsung dimana penitarnya adalah natrium tiosulfat 0,1N. Larutan natrium tiosulfat biasanya dibuat dari
garam pentahidratnya, Na2S2O3.5H2O. Natrium tiosulfat bersifat kurang stabil, sehingga perlu distandardisasi
terlebih dahulu sebelum digunakan (Harjadi 1986).
Metode Titrasi Iodometri
Prinsip Kerja
Banyaknya zat pengoksida kuat dapat dianalisa dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan menitrasi
iodida yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksida yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodide,
natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai titran (Day dan Underwood, 1989).
Kelebihan, Kekurangan, dan Spesifikasi
Analisa vitamin C dengan metode iodometri memiliki kelebihan yaitu prosedur analisa yang mudah
dilakukan, tidak membutuhkan waktu yang lama, instrumen yang dibutuhkan cukup sederhana, perhitungan hasil
analisa dapat langsung didapatkan.
Namun, analisa dengan iodometri ini memiliki kekurangan dalam melakukan analisa vitamin C. Hasil analisa
vitamin C yang diperoleh kurang akurat karena penggunaan standart Na2S2O3

tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri
yang memakan belerang akhirnya masuk ke larutan itu, dan proses metaboliknya akan mengakibatkan
pembentukkan SO3
2-
, SO4
2-
, dan belerang koloidal. Belerang ini akan menyebabkan kekeruhan, bila timbul keruh
harus dibuang.
Tahap-tahap Analisis
Standarisasi Larutan Na2S2O3.5H2O
Pembuatan Titrat
Larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol
volumetrik. Iodium dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang
dengan teliti sebelum dan setelah penambahan iodium. Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan terhadap
suatu standar primer (Day dan Underwood, 1989).
Tahap Titrasi
Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah larutan natrium tiosulfat. Garam ini
biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5 H2O. Larutan tidak boleh distandarisasikan terhadap standar
primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk untuk waktu yang lama.
Tiosulfat terurai dalam larutan asam, membentuk belerang sebagai endapan seperti susu :
S2O3
2-
+ 2 H
+
H2S2O3 H2SO3 + S(p)
Akan tetapi reaksi lambat dan tidak terjadi apabila tiosulfat dititrasi dalam larutan asam dan iodium jika
larutannya diaduk dengan baik. Reaksi antara iodium dan tiosulfat adalah lebih cepat daripada reaksi penguraian
(Day dan Underwood, 1989).
Iodium mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat :
I2 + 2 S2O3
2-
2 I
-
+ S4O6
2-

Reaksi itu cepat, dan berlangsung sampai lengkap benar dan tak ada reaksi samping. Jika pH larutan di
atas 9, tiosulfat dioksidasi sebagian menjadi sulfat:
4I2 + S2O3
2-
+ 5H2O 8I
-
+ 2SO4
2-
+ 10H
+
Dalam larutan netral atau sedikit sekali basa, oksidasi ke sulfat itu tidak terjadi, terutama jika digunakan
sebagai titran (Day dan Underwood, 1989).
Warna larutan iodium cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga
memberi warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau
khloroform dan kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi (Day dan Underwood, 1989).
Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks
kanji-iodium dipakkai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit
asam daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Day dan Underwood, 1989).
Mekanisme yang tepat dari pembentukan kompleks berwarna tidak diketahui. Akan tetapi diduga bahwa molekul
iodium ditahan pada permukaan -amilosa (sebuah unsur dari kanji). Unsur kanji yang lain, -amilosa atau
amilopektin, membentuk kompleks kemerah-merahan dengan iodium, yang tidak mudah dihilangkan warnanya (Day
dan Underwood, 1989).
Larutan kanji mudah diurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat diperlambat dengan jalan sterilisasi atau
penambahan zat pengawet. Hasil-hasil peruraian memakai iodium dan berubah menjadi kemerah-merahan. Merkuri
(II) iodida, asam borat atau asam furoat dapat digunakan sebagai bahan pengawet. Keadaan-keadaan yang
menyebabkan hidrolisa atau koagulasi dari kanji harus dihindarkan. Kepekaan indikator berkurang dengan kenaikan
suhu dan oleh beberapa zat organik, seperti metal dan etil alkohol (Day dan Underwood, 1989).
Menurut Harjadi (2006), penambahan amilum harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi. Maksudnya
ialah agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkannya sukar lepas kembali. Hal ini dapat berakibat warna
biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali bahkan dapat
menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir.

Analisa Sampel
Proses kedua setelah standarisasi larutan Na2S2O3.5H2O adalah analisa sampel. Perlakuan yang dilakukan
adalah sama dengan standarisasi larutan Na2S2O3.5H2O. Perlakuan dimulai dari pembuatan titrat sampai dengan
tahap titrasi sehingga warna biru lenyap.
Penetapan vitamin C dapat dilakukan dengan analisis iodometri yang merupakan reaksi oksidasi reduksi.
Kelarutan dari iodin meningkat lewat kompleksasi oleh iodida untuk membentuk triiodida.
I2(aq) + I
-
I3
-

Triiodida kemudian mengoksidasi vitamin C (C6H8O6) menjadi asam dehidroaskorbat (C6H6O6), menurut reaksi
berikut:
C6H8O6 + I3
-
+ H2O C6H6O6 + 3I
-
+ 2H
+

Vitamin C Asam dehidroaskorbat
Titik akhir dari reaksi ini diindikasikan oleh reaksi dari iodin dengan larutan pati (starch) yang akan membentuk
warna biru gelap. Selama vitamin C masih terdapat dalam larutan, triiodida secara cepat dikonversi menjadi ion
iodida sehingga tidak ada warna biru gelap yang terbentuk dari reaksi antara iodin - pati. Namun ketika vitamin C
telah dioksidasi, maka triiodida berlebih dalam kesetimbangan dengan iodin akan membentuk warna biru gelap
akibat reaksi dengan pati.
Setelah vitamin C habis bereaksi dengan I3
-
maka I3
-
yang tersisa akan dititrasi dengan larytan thiosulfat
seperti persamaan reaksi di bawah ini. Penambahan pati berfungsi sebagai indikator, di mana pati akan membentuk
kompleks berwarna biru dengan I3
-
. Bila I3
-
sudah habis bereaksi menjadi I
-
maka warna biru yang terbentuk akan
hilang.
I3
-
+ 2 S2O3
2-
3I
-
+ S4O6
2-
Senyawa yang berperan sebagai pereaksi pembatas pada reaksi ini adalah senyawa KIO3 karena KIO3 atau kalium
iodat akan habis bereaksi terlebih dahulu dibandingkan dengan KI dalam proses pembentukan I3
-
.

5.3 Pengenalan Sampel
a. Vitacimin Sweetlet
VITACIMIN sweetlets, yang mengandung vitamin C dosis tinggi (500 mg tiap tablet),
adalah tablet berwarna kuning dengan rasa asam yang lezat. Vitamin C yang terkandung di
dalam buah-buahan dan sayuran, kalau dicuci atau direndam akan berkurang kandungan
vitamin C-nya, dan apabila dimasak, maka lebih dari 60% vitamin C-nya akan rusak. Oleh
karena itu, bila perlu tambahan vitamin C, dapat diperoleh dari suplemen VITACIMIN sweetlets.
Komposisi
Tiap tablet VITACIMIN mengandung:
Acidum Ascorbicum (vitamin C) : 250 mg.
Natrii Ascorbas (sesuai dengan Acidum Ascorbicum 250 mg) : 281.25 mg.
Pemanis (gula murni, sakarin dan siklamat), pengisi aroma, pewarna (FDC No.
Kegunaan
Untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin C.
Petunjuk Penggunaan
Sehari 1 2 tablet, dihisap perlahan-lahan.
Penyimpanan
Simpan pada suhu kamar (25-30 derajat celcius)
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Kemasan
Tersedia dalam kemasan :
VITACIMIN Sweetlets, 1 strip @ 2 tablet.
http://dokita.co/store/vitacimin/

b. XON-CE 500 MG TABLET 2'S
http://www.apotikantar.com/xon-ce_500_mg_tablet_2s
Vitamin C dalam Xon-Ce, mampu memenuhi kebutuhan minimal vitamin C 60 mg/hari
untuk dewasa, menurut AKG (Angka Kecukupan Gizi). Selain itu Xon Ce dengan dosis 500
mg memenuhi kebutuhan Vitamin C untuk membantu meningkatkan kondisi tubuh
menurun, mengurangi/mencegah sariawan dan juga membantu masa penyembuhan.
Xon-Ce

Brand:: Kalbe Farma
Product Code:: B
Komposisi: Vitamin C 250 mg, bubuk halus Na ascorbate 250 mg
Indikasi: Pencegahan dan terapi defisiensi vitamin C serta pada keadaan dimana kebutuhan
terhadap vitamin C meningkat, seperti pada wanita hamil atau menyusui, lanjut usia, diet
yang buruk, flu
Dosis: 1-2 tablet/hari
Pemberian Obat: Diberikan bersama dengan makanan
Perhatian: Dosis lebih dari 1 g/hari dapat menyebabkan diare atau disuria pada orang tertentu. Dosis
besar: bahaya bagi penderita hemokromatosis, talasemia, anemia sideroblastik, defisiensi
G6PD
Kemasan: Tablet 500 mg x 2
c. Vitamin C-ipi
Kategori: Vitamin dan Mineral
Tag: vitamin C, vitamin, suplemen, daya tahan tubuh,
kekebalan tubuh
Komposisi: vitamin C 50mg
Indikasi: menurunnya daya tahan tubuh, kekurangan vitamin
C
Dosis: 1 tablet 3 kali/hari
Penyajian: sesudah makan
Perhatian:
Efek Samping:
Kemasan: 1 Tube
Pabrik: supra ferbindo
Deskripsi: vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh

VI. ALAT DAN BAHAN
VII. CARA KERJA
VIII. HASIL PENGAMATAN
IX. PERHITUNGAN
X. PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai