Anda di halaman 1dari 9

UJI VITAMIN C

Chintya Adi Kusumah – 1192060018


Program Studi Pendidikan Biologi
ABSTRAK
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil.
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta
untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya
yaitu asam askorbat. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara analisis kadar
vitamin C dan mengukur kadar vitamin C pada berbagai sampel. Praktikum kali ini dilakukan
pada hari Senin, 21 Desember 2020 dengan menonton dan menganalisis dua buah video
youtube yang menampilkan suatu metode pengujian vitamin C dengan titrasi iodium. .
Metode ini dilakukan dengan menitrasi bahan uji dengan larutan iodine standar yang
berfungsi sebagai titran sampai titik akhir titrasi. Ketika vitamin C sudah bereaksi dengan
iodine, maka kelebihan iodine akan bereaksi dengan pati atau amilum dan menimbulkan
kompleks berwarna biru yang menandakan bahwa titrasi sudah mencapai titik akhir. Iodine
juga berperan sebagai indikator yang bereaksi dengan asam askorbat setetes demi setetes
untuk menghilangkan warna iodine. Dengan dilakukakannya pengujian kadar vitamin C ini,
kita dapat mengetahui buah atau sampel yang dapat memenuhi kebutuhan kadar vitamin C
tubuh kita sehingga tubuh kita tidak akan mengalami kekurangan vitamin C.

Kata kunci: Vitamin C, titrasi, asam askorbat, iodine


ABSTRACT
Vitamins are certain organic compounds that are required in small amounts. Vitamin C is a
water-soluble nutrient and vitamin essential for life and for maintaining health. This vitamin
is also known by the chemical name of its primary form, ascorbic acid. This practicum aims
to find out how to analyze vitamin C levels and measure vitamin C levels in various samples.
This practicum was conducted on Monday, December 21, 2020 by watching and analyzing
two YouTube videos that show a method of testing vitamin C with iodine titration. . This
method is carried out by titrating the test material with a standard iodine solution which
functions as a titrant to the end point of the titration. When vitamin C has reacted with
iodine, the excess iodine will react with starch or starch and cause a blue complex which
indicates that the titration has reached the end point. Iodine also acts as an indicator that
reacts with ascorbic acid drop by drop to remove the color of iodine. By doing this testing of
vitamin C levels, we can find out the fruit or samples that can meet the needs of our body's
vitamin C levels so that our bodies will not experience vitamin C deficiency.
Keywords: Vitamin C, titration, ascorbic acid, iodine
PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Vitamin yang dalam bahasa Inggris disebut vital amine, merupakan sekelompok
senyawa organic amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam
metabolism setiap organsme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal
dari gabungan kata bahasa latin yang artinya “hidup” dan amina (amine) yang mengacu
pada suatu gugus organk yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin
dianggap demikian. Diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki
atom N. dipandang dari sisi enzimologi, vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang
dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat
bertumbuh dan berkembang secara normal (Fessenden, 1990).
Vitamin merupakan satu dari berbagai jenis senyawa yang dapat menghambat
reaksi perusakan tubuh oleh senyawa radikal bebas terkait dengan aktivitas
antioksidannya. Asupan vitamin antioksidan yang cukup membantu tubuh mengurangi
efek penuaan oleh radikal bebas, terutama oleh oksigen bebas yang selektif. Selain itu,
vitamin juga berkontribusi dalam menyokong sistem imun yang baik sehingga resiko
terkena berbagai penyakit degeneratif dan penyakit lainnya dapat ditekan (Yazid, 2006 :
41).
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah
kecil. Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk
kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia
dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C dikenal sebagai antioksidan terlarut
air paling dikenal, vitamin C juga secara efektif memungut formasi ROS (Reactive
Oxygen Species) dan radikal bebas (Ameliya, 2018: 291).
Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh
kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan
penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat
menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita (Zain 2017: 14).
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah
rusak selama proses penyimpanan. Laju kerusakan meningkat karena kerja logam,
terutama tembaga dan besi serta dipengaruhi oleh kerja enzim. Pendedahan oksigen dan
pendedahan terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C pada makanan.
Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus protestikna merupakan katalis
yang efisien untuk penguraian asam askorbat. Enzim paling penting dalam golongan ini
adalah asam askorbat oksidase, fenolase, sitokrom oksidase dan peroksidase. Enzim lain
mengoksidase vitamin secara tidak langsung (Proverawati, et al. 2011).
Vitamin dan mineral merupakan nutrisi atau zat yang sangat berperan penting
bagi tubuh dan merupakan salah satu indikator penentu kesehatan pada tubuh manusia.
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang
sangat berperan penting untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan pada tubuh
manusia sedangkan mineral merupakan mikronutrien yang berfungsi untuk proses
pertumbuhan, pengaturan, dan perbaikan fungsi tubuh (Almatsier, 2011: 32).
Kekurangan atau defisiensi terhadap vitamin dan mineral dapat menjadi masalah
bagi kesehatan manusia sehingga menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh. Banyak
yang tidak mengetahui bahwa gejala yang dirasakan pada tubuh merupakan akibat dari
defisiensi suatu vitamin atau mineral tertentu sehingga seringkali terlambat untuk
diketahui dan mengakibatkan perlunya kunjungan ke dokter (Labellapansa, 2016: 1156).
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2
vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A,
D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di
dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan
dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin
hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain
dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh (Lehninger, 1998: 76).
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air
hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama
aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan
masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak
dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah,
tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus (Pujiadi, 1994: 54).
Metode titrasi iodometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar
vitamin c. Dasar dari metode iodimetri adalah bersifat mereduksi vitamin C. Vitamin C
(asam askorbat) merupakan zat pereduksi yang kuat dan secara sederhana dapat dititrasi
dengan larutan baku iodium. Metode iodimetri (titrasi langsung dengan larutan baku
iodium 0,1 N) dapat digunakan untuk menentukan kadar vitamim C (Rahmawati, 2016:
17).
Prinsip dari titrasi iodiometri yaitu iodin mengadisi ikatan rangkap vitamin C
pada atom karbon C no 2 dan no 3. Ikatan rangkap yang diadisi oleh iodin akan terputus
menjadi ikatan tunggal. Jika seluruh vitamin C telah diadisi iodin maka iodin yang
menetes selanjutnya saat titrasi akan bereaksi dengan larutan indikator amilum
membentuk iod-amilum yang berwarna biru (Rohman, dkk., 2015 : 35).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu mahasiswa diharapkan mampu mengetahui cara
analisis kadar vitamin C dan mengukur kadar vitamin C pada berbagai sampel.

METODE
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu menganalisa video secara virtual
melalui youtube dengan mengamati dua buah video praktikum pengujian vitamin C dan
dianalisis mulai dari prosedur hingga hasil pengamatan yang terdapat dalam video.
A. Waktu
Juma, 03 Desember 2021

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan pada video pertama praktikum uji vitamin C kali ini yaitu
timbangan analitik untuk mengukur berat sampel yang akan digunakan, lalu terdapat
blender, beaker glass ukuran 2500ml untuk menyimpan larutan atau sampel yang akan di
uji, sentrifuge besar berukuran 2000 rpm, corong kaca sebagai alat bantu untuk
memindahkan larutan dalam wadah, Erlenmeyer berukuran 250ml dan 100ml untuk
tempat mereaksikan larutan atau sampel dengan reagen, pipet ukur berukuran 10ml untuk
memindahkan larutan dalam jumlah yang sedikit, buret gelap berukuran 50ml untuk
meneteskan sejumlah reagen cair pada titrasi, statif sebagai penjepit peralatan gelas
seperti buret yang digunakan, gelas arloji, sentrifuge tube 50ml, kertas saring whatman
1, kertas tabel, dan labu ukur.
Alat yang digunakan pada video kedua praktikum ini yaitu tabung reaksi sebagai
tempat mereaksikan larutan dan reagen, rak tabung reaksi sebagai tempat penyimpanan
tabung reaksi yang digunakan, pipet tetes yang berfungsi untuk memindahkan larutan
atau cairan dalam jumlah yang sedikit, dan gelas kimia yang digunakan untuk
menyimpan sampel yang akan direaksikan.

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum uji vitamin C kali ini yaitu amilum 1%,
yodium standart 0,01N, larutan iodine, larutan standar vitamin C, dan aquades.
Bahan yang gunakan pada praktukum kali ini yaitu aquades, minuman berasa
(floridina), dan juga iodine sebagai pereaksi.

3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja uji vitamin C pada video yang pertama terbagi dalam tiga tahapan
yaitu persiapan sampel, persiapan reagen dan titrasi.
1) Persiapan sampel
Untuk sampel tablet, larutkan satu tablet kedalam 200ml air. Untuk sampel jus
segar dan jus kemasan, lakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring dan
selanjutnya menggunakan kain saring agar lebih baik sehingga filtrate yang diperoleh
dapat langsung digunakan sebagai sampel. Selanjutnya untuk sampel bubuk,
dilarutkan dalam 200ml air atau sesuai dengan petunjuk dalam kemasan. Dan untuk
sampel buah segar, ditimbang sebanyak 100 gram lalu dihancurkan bersama dengan
ditambahkan 50ml air. Setelah itu saring untuk mendapatkan filtrate, dan kemudian di
encerkan menggunakan labu ukur hingga volume 100 ml.
2) Persiapan reagen
Amilum 1% yang akan digunakan sebagai indikator titik akhit titrasi. Larutan
iodine yang akan digunakan sebagai titran. Dan larutan standar vitamin C yang akan
diujikan.
3) Titrasi
Untuk sampel amilum 1%. Step pertama yaitu timbang 0,5 gram amilum
kemudian larutkan dengan 30 ml aquades yang telah dipanaskan hingga hampir
mendidih. Step kedua yaitu pindahkan ke dalam labu ukur 100ml kemudian
tambahkan aquades hingga mencapai tanda batas. Dan step yang ketiga yatu campur
larutan hingga merata, dan siap digunakan.
Untuk sampel larutan iodine. Step pertama larukan 5,00 gram potassium iodine
(KI) dan 0,,268 gram potassium iodate (KIO3) dengan 200 ml aquades. Step yang
kedua yaitu tambahkan 30 ml asam sulfat 3M. dan step ketiga yaitu memindahkan
larutan kedalam labu ukur 500ml, lalu tambahkan aquades hingga mencapai tanda
batas. Kemudian homogenkan larutan hingga merata.
Untuk sampel standar vitamin C. langkah pertama larutkan 0,250 gram standar
vitamin C (asam askorbat) dengan 100 ml aquades. Langkah kedua pindahkan
kedalam labu ukur 250 ml, kemudian tambahkan aquades hingga mencapai tanda
batas. Dan langkah yang ketiga, homogenkan larutan untuk siap digunakan.
Analisis vitamin C. tahap pertama, ambil 25 ml larutan standar vitamin C, lalu
masukan kedalam Erlenmeyer 250ml. langkah kedua yaitu tambahkan 1 ml amilum
1% yang digunakan sebagai indikator. Tahap ketiga, bersihkan buret dengan sedikit
larutan iodin yang telah dipersiapkan kemudian isilah sesuai dengan kebutuhan, dan
catat volume awalnya. Untuk langkah yang keempat, lakukan titrasi pada sampel
hingga mencapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan adanya perubahan menjadi
warna biru. Langka kelima yaitu catat volume akhir, dan langkah keenam lakukan
pengulangan 2-3 kali agar hasil pengukuran bisa lebih baik.
Prosedur kerja pada video yang kedua yaitu dimulai dari persiapan alat dan bahan.
Selanjutnya masukan aquades sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi. Kemudian
tambahkan 2 tetes larutan iodine kedalam tabung reaksi yang telah berisi aquades tadi.
Setelah itu, masukan sampel minuman berasa dan juga air biasa setetes demi setetes
kedalam tabung reaksi. Amati hasil yang terjadi pada larutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
a) Tabel Hasil Pengamatan Video 1
No. Gambar Hasil Pengamatan Keterangan
1.
Sebelum Titrasi

Tidak berwarna

2.
Sesudah Titrasi

Berwarna biru
b) Tabel Hasil Pengamatan Video 2
No. Sampel Jumlah Hasil Uji Gambar
tetes
Sebelum

Tidak
mengalami
perubahan/ Sesudah
1. Air biasa 70 tetes
warna iodine
tidak
menghilang

Sebelum

Mengalami
Minuman perubahan/
2. 18 tetes
berasa warna iodine Sesudah
menghilang
2. Pembahasan
Vitamin C atau asam askorbat memiliki rumus molekul C6H8O6. Vitamin C
adalah salah satu mikro nutrient yang berupa senyawa derivate heksosa bersifat larut air.
Vitamin C berperan dalam >300 metabolisme dalam tubuh manusia. Contohnya vitamin
C berperan sebagai katalisator reaksi antioksidan, membantu produksi-produksi kolagen,
dan berperan dalam imunitas tubuh. Sumber makanan yang mengandung vitamin C
adalah buah-buahan, sayuran dan organ meat. Untuk mengetahui kadar vitamin C, perlu
adanya analisis vitamin C pada suatu bahan dengan berbagai metode.
Pada praktikum uji vitamin C kali ini, metode yang digunakan yaitu merupakan
metode titrasi iodine. Metode ini dilakukan dengan menitrasi bahan uji dengan larutan
iodine standar yang berfungsi sebagai titran sampai titik akhir titrasi. Namun titik akhir
titrasi tidak dapat ditentukan tanpa adanya indikator karena senyawa yang dihasilkan dari
reaksi ini tidak berwarna. Untuk itu memerlukan amilum sebagai indikator. Metode titrasi
iodometri dilakukan dengan cara menambahkan amilum 1% pada larutan sampel lalu
mentitrasinya dengan larutan iodin sampai warnan larutan sampel berubah. Menurut
Mulyani (2018: 16) larutan iodin berperan sebagai oksidator vitamin C dan menurut
Karinda (2014: 89) amilum 1% berperan sebgai indikator yang akan bereaksi dengan
iodin membentuh senyawa iod-amilum. Iodin lebih mudah bereaksi dengan vitamin C
dibandingkan dengan amilum. Sehingga amilum dapat dijadikan indikator bahwa proses
titrasi telah selesai.
Menurut Rahmawati (2016:17) mengatakan bahwa metode titrasi iodometri
merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar vitamin C. Dasar dari metode
iodimetri adalah bersifat mereduksi vitamin C. Vitamin C (asam askorbat) merupakan zat
pereduksi yang kuat dan secara sederhana dapat dititrasi dengan larutan baku iodium.
Metode iodimetri (titrasi langsung dengan larutan baku iodium 0,1 N) dapat digunakan
untuk menentukan kadar vitamim C pada suatu bahan atau sampel. Ketika vitamin C
sudah bereaksi dengan iodine, maka kelebihan iodine akan bereaksi dengan pati atau
amilum dan menimbulkan kompleks berwarna biru yang menandakan bahwa titrasi sudah
mencapai titik akhir. Metode ini merupakan metode kuantitatif untuk mengukur kadar
vitamin C pada sayur, buah, dan tablet vitamin C. Prinsip kerja metode ini yaitu
menentukan konsentrasi vitamin C yang ada dalam sampel dengan titrasi redoks
menggunakan iodin sebagai titran. Iodine yang ditambahkan selama titrasi akan
mengoksidasi asam askorbat menjadi dehidroakorbat, sedangkan iodine akan tereduksi
mendjadi ion iodida.
Perubahan warna yang terjadi setelah titrasi yaitu menjadi warna biru dari yang
semula tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan teori Rohman, dkk (2015:35) bahwa prinsip
dari titrasi iodiometri yaitu iodin mengadisi ikatan rangkap vitamin C pada atom karbon
C no 2 dan no 3. Ikatan rangkap yang diadisi oleh iodin akan terputus menjadi ikatan
tunggal. Jika seluruh vitamin C telah diadisi iodin maka iodin yang menetes selanjutnya
saat titrasi akan bereaksi dengan larutan indikator amilum membentuk iod-amilum yang
berwarna biru.
Untuk mengukur kadar vitamin C pada sampel, dilakukan 3 cara. Cara yang
pertama yaitu menghitung rata-rata volume titrasi dari banyaknya titrasi yang dilakukan.
Cara yang kedua yaitu menghitung berat vitamin C sampel dengan menggunakan rumus
titrasi standar. Dan cara yang ketiga yaitu menghitung kadar vitamin C pada sampel,
dibagi dengan volume sampel karena satuan vitamin C pada sampel yatu gram/liter.
Pada praktikum yang dilakukan di video kedua, hasil yang ditunjukan dari tetesan
sampel pada larutan yang berisi iodine yaitu pada air yang telah ditambahkan dalam
larutan yang telah berisi aquades dan iodine, tidak terjadi perubahan warna walaupun
sudah ditetesi sebanyak 70 kali. Dengan begitu berarti air tidak mengandung vitamin C.
sedangkan pada minuman berasa yang telah ditetesi kedalam larutan iodine dalam tabung
reaksi, setelahh tetesan ke 18 terjadi perubahan warna yaitu menjadi bening atau jernih.
Dengan begitu berarti larutan berasa tersebut mengandung vitamin C karena bereaksi
dengan iodin sehingga terjadi perubahan warna. Menurut Perricone (2017:117) vitamin C
merupakan asam askorbat, senyawa kimia yang larut dalam air. Pengujian kadar vitamin
C dilakukan dengan menggunakan betadine sebagai indikator adanya vitamin C. pada
kemasan betadine tertera kandungan berupa povidone iodine 10% yang setara dengan
iodine 1%. Disinilah iodine berperan sebagai indikator yang bereaksi dengan asam
askorbat setetes demi setetes untuk menghilangkan warna iodine. Karena semakin banyak
vitamin C yang terkandung pada bahan makanan atau sampel, maka dia akan mengikat
molekul zat warna pada iodine lebih banyak juga.

SIMPULAN
Jadi kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang
larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga
dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Metode titrasi iodium
yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu untuk menguji kadar vitamin C pada suatu bahan
atau sampel. Ketika vitamin C sudah bereaksi dengan iodine, maka kelebihan iodine akan
bereaksi dengan pati atau amilum dan menimbulkan kompleks berwarna biru yang menandakan
bahwa titrasi sudah mencapai titik akhir. Sedangkan pada praktikum video ke dua iodine
berperan sebagai indikator yang bereaksi dengan asam askorbat setetes demi setetes untuk
.menghilangkan warna iodine. Hal tersebut terlihat dari adanya perubahan warna saat tetesan
minuman berasa yang menghilangkan warna iodine, sedangkan tidak adanya perubahan oleh
tetesan air biasa yang mendakan bahwa tidak terdapat vitamin C pada air dan terdapat vitamin C
pada minuman berasa.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih saya tujukan kepada Dosen pengampu matakuliah Biokimia ini
yaitu Ibu Sri Hartati, S.Pd., M.Pd, dan ibu Epa Paujiah, M.Si. Dan juga kepada asisten praktikum
serta penanggung jawab matakuliah biokimia karena telah ikut andil dalam prosesnya. Tak lupa
juga kepada rekan-rekan yang telah berjuang dan berdiskusi bersama dalam laporan praktikum
kali ini. Serta saya mengucapkan terimaksih kepada diri saya sendiri karena telah mampu
menyelesaikan laporan praktikum uji vitamin C ini.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.
Ameliya, dkk. 2018. Pengaruh Lama Pemanasan Terhadap Vitamin C, Aktivitas Antioksidan dan
Sifat Sensoris Sirup Kersen (Muntingia calabura L.). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan.
Vol. 4 No. 1. Hlm: 289-297.
Fessenden R. J. 1990. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Karinda, dkk. 2014. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol dengan
Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis dan Iodometri. Jurnal Ilmiah Farmasi.
Vol.2 No.1. Hlm: 86-89.
Labellapansa, Ause. 2016. Sistem Pakar Diagnosa Dini Defisiensi Vitamin dan Mineral. Jurnal
Informatika. 10(1): 1157-1163.
Mulyani, Elly. 2016. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C pada Buah Kiwi (Actinidia
deliciousa) dengan Menggunakan Metode Iodimetri dan Spektrofotometri UV-Vis.
Jurnal Farmasi, Sains dan Kesehatan. Vol. 3 No. 2. Hlm: 14-17.
Perretta, L. 2006. Makanan untuk Otak. Jakarta: Erlangga.
Proverawati, Atikah dan Kusumawati. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahmawati dahn Hana. 2016. Penetapan Kadar Vitamin c Pada Bawang Putih (Allium Sativum,
L). Jurnal Ilmu Farmasi. Vol. 4 No. 1. Hlm: 13-19.
Perricone, N. 2007. The Perricone Perscription. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rohman, dkk. 2015. Analisis Kadar Vitamin C mangga gadung (Mangifera sp.) dan mangga
Golek (Mangifera indica) Berdasarkan Tingkat Kematangan dengan Menggunakan
iodimetri. Jurnal Akademika Kimia. Vol. 4. No. 1. Hal : 33 – 37.
Yazid. 2006. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Malang : Bayumedia.
Zain, Ruri. 2017. Representasi Pengetahuan (Knowledge) Berbasis Rule (Rule-Based) Dalam
Menganalisa Kekurangan Vitamin Pada Tubuh Manusia. Jurnal Procesor. Vol. 8 No.2.
Hlm: 13-23.

Anda mungkin juga menyukai