Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA VITAMIN C

“UJI VITAMIN C METODE IODOMETRI”

Disusun Oleh :

SILVIA NANDA CAMILA (1831900002)

JURUSAN AGROINDUSTRI

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan
kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata
kuliah Analisis Kimia Pangan “Uji Vitamin C Metode Iodometri” dapat selesai seperti
waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara
langsung maupun tidak langsung
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan  penyusun, makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah “ Analisis Kimia Pangan ” .
Makalah ini membahas tentang analisa vitamin C dengan metode iodometri.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah
selanjutnya.

Surabaya, Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
DAFTAR TABEL...................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
A. Latar Belakang.............................................................................................................5
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................................6
BAB 2.....................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................7
BAB 3...................................................................................................................................10
METODE PRAKTIKUM.....................................................................................................10
A. Alat dan Bahan...........................................................................................................10
B. Prosedur Praktikum....................................................................................................10
BAB 4...................................................................................................................................12
HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................................12
A. HASIL........................................................................................................................12
B. PEMBAHASAN........................................................................................................12
BAB 5...................................................................................................................................16
KESIMPULAN.....................................................................................................................16
A. Kesimpulan................................................................................................................16
B. Saran...........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Titrasi redoks adalah titrasi yang melibatkan proses oksidasi dan reduksi. Kedua
proses ini selalu terjadi secara bersamaan. Dalam titrasi redoks biasanya
menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir. Untuk mengetahui kadar
vitamin C metode titrasi redoks yang digunakan adalah titrasi langsung yang
menggunakan iodium. Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C
mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat
dilakukan titrasi langsung dengan iodium. Pendeteksian titik akhir pada titrasi
iodimetri ini adalah dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan
memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir (Gandjar, dkk., 2007).

Vitamin C disebut juga asam askorbat, struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom C
dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 di
udara menjadi asam dehidroaskorbat merupakan vitamin yang paling sederhana.
Sifat vitamin C adalah mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika merupakan
kristal (murni). mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia
(Safaryani, dkk., 2007).

Vitamin C adalah salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Vitamin
C mempunyai peranan yang penting bagi tubuh. Vitamin C mempunyai sifat
sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin C juga mempunyai peranan yang penting bagi
tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam
metabolism kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan
neurotransmitter norepinefrin. (Arifin, dkk., 2007).

Pemberian kombinasi vitamin C dengan bioflavonoid dapat menghalangi dan


menghentikan pembentukkan superoksida dan hydrogen peroksida, sehingga dapat
mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat oksidan. Suplemen vitamin C
diantaranya adalah kombinasi vitamin C dan bioflavonoid, dipasaran diantaranya
adalah Ester C®. Bioflavonoid berfungsi meningkatkan efektivitas kerja vitamin C
sehingga dapat mengurangi konversi asam askorbat menjadi dehidroaskorbat.
Vitamin C juga mengandung likopen, likopen merupakan senyawa potensial untuk
antikanker dan mempunyai aktifitas antioksidan dua kali lebih kuat dari beta karoten
(Wahyuni, dkk., 2008).
Asam askorbat terbukti berkemampuan memerankan fungsi sebagai inhibitor.
Kristal asam askorbat ini memiliki sifat stabil di udara, tetapi cepat teroksidasi
dalam larutan dan dengan perlahan-lahan berdekomposisi menjadi dehydro-ascorbic
acid (DAA). Selanjutnya secara berurutan akan berdekomposisi lagi menjadi
beberapa molekul asam dalam larutan sampai menjadi asam oksalat (oxalic acid)
dengan pH di atas 4. Pengaruh perubahan lingkungan asam askorbat tertentu tidak
berfungsi sebagai inhibitor (Tjitro, dkk., 2000).

Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin C


dapat hilang karena hal-hal seperti :

1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur,

2. Pencucian sayur setelah dipotong-potong terlebih dahulu,

3. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, dan

4. Membuka tempat berisi vitamin C sebab oleh udara akan terjadi oksidasi
yang tidak reversible (Poedjiadi, 1994)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam laporan berikut ini:


Bagaimana cara menentukan kadar vitamin C dengan metode iodometri?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prinsip metode iodometri


2. Untuk mengetahui cara menganalisis kadar vitamin C dengan metode iodometri

D. Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan pengetahuan tentang vitamin C dan metode iodometri.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam


jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam
sel dan penting  untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara
kesehatan.
Vitamin dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh Kodicek
(1971) disebut prakoenzim (procoenzyme), dan bersifat larut dalam air, tidak
disimpan oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine. Yang termasuk
golongan ini adalah tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat,
biotin, asam pantotenat, vitamin B12 (disebut golongan vitamin B) dan vitamin C.
Golongan kedua yang larut dalam lemak disebutnya alosterin, dan dapat disimpan
dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam
tubuh, dan memberikan gejala penyakit tertentu (hipervitaminosis), yang juga
membahayakan. Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit difisiensi,
tetapi biasanya gejala penyakit akan hilang kembali apabila kecukupan vitamin
tersebut sudah terpenuhi (Poedjiadi, 1994).

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus
molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190 – 192oC.
Bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai
berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene.
Dengan logam membentuk garam. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada
pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe,
Cu, enzim askorbat aksidase, sinar, dan temperature yang tinggi. Larutan encer
vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti
di atas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dihidroaskorbat (Sudarmadji,
1989).
Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dihidroaskorbat yang
masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dihidroaskorbat secara kimia
sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam
diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan sebagai vitamin C lagi.
Dalam larutan air vitamin C mudah dioksidasi, terutama apabila dipanaskan.
Oksidasi dipercepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin C
sering terjadi pada pengolahan, pengeringan, dan cahaya. Vitamin C penting dalam
pembuatan zat-zat interseluler, kolagen. Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh dalam
jaringan ikat, rangka, matriks, dan lain-lain. Vitamin C berperan penting dalam
hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin yang
merupakan bahan pembentukan kalogen tersebut (Poedjiadi, 1994).
Vitamin C mudah larut dalam air sehingga apabila vitamin C yang
dikonsumsi melebihi yang dibutuhkan, kelebihan tersebut akan dibuang dalam
urine. Karena tidak disimpan dalam tubuh, vitamin C sebaiknya dikonsumsi setiap
hari. Dosis rata-rata yang dibutuhkan bagi orang dewasa adalah 60-90 mg/hari.
Tetapi masih bisa melebihi dosis yang dianjurkan, tergantung pada kondisi tubuh
dan daya tahan tubuh masing-masing orang yang berbeda-beda (Sudarmadji, 1989).
Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin
C dapat hilang karena hal-hal seperti :
1.      Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur,
2.      Pencucian sayur setelah dipotong-potong terlebih dahulu,
3.      Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, dan
4.      Membuka tempat berisi vitamin C sebab oleh udara akan terjadi
oksidasi yang tidak reversible (Poedjiadi, 1994).
Penentuan vitamin C dapat dikerjakan dengan titrasi iodimetri. Titrasi
iodimetri merupakan  titrasi langsung berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan
larutan baku I2 untuk mengoksidasi analatnya. 
AReduksi + I2 Û AOksidasi + I-
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat
yang merupakan reduktor yang cukup kuat dapat dititrasi. Indikator yang digunakan
ialah amilum, dengan perubahan dari tak berwarna menjadi biru.
Harga vitamin C (asam askorbat) sering ditentukan kadarnya dengan titrasi
ini. Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C nomer 2 dan 3
sehingga ikatan rangkap hilang (Harjadi,1990).
BAB 3

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan:


Alat :
1. Semi-otomatis Soxtec System Tecator HT-2
2. Standard Titrasi, Sentrifus
3. Kertas saring
4. Gelas beaker
5. Sarung tangan
6. pipet
Bahan :  
1. aquades
2. amilum
3. solvent
4. sampel

B. Prosedur Praktikum

1. Timbang sampel 200 gram dan hancurkan dalam waring blender sampai diperoleh
slurry
2. Timbang 10-30 gram slurry masukkan dalam labu takar 100ml
3. Tambahkan aquadestilat
4. Saring dengan krus gooch atau dengan sentrifus untuk memisahkan filtratnya
5. Ambil 5-25 ml filtrate dengan pipet dan masukkan ke dalam erlenmayer 125ml
6. Tambah 2 ml larutan amilum 1% (soluble starch) dan tambahkan 20 ml aquadestilat
(jika perlu)
7. Titrasi dengan 0,01 N standart iodium
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Sampel Berat Titrasi 1 ml Titrasi 2 ml


TP2KS2 12,864 gr 0,5 0,55
TP2KS3 11,189 gr 0,2 2

E. PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum didapatkan hasil TP2KS2 memiliki berat awal 12,864gram
setelah itu dilakukan titrasi dengan penambahan 1 ml iodium 0,01 N dihasilkan nilai
sebesar 0,5ml dan dilakukan titrasi kedua mendapatkan hasil 0,55ml. kemudian nilai
dari kedua hasil sampel TP2KS2 di dapatkan nilai sebesar 0,525ml.

Pada sampel TP2KS3 memiliki berat awal 11,189 gram setelah itu dilakukan titrasi
dengan penambahan 1ml iodium 0,01 N dihasilkan nilai sebesar 0,2 ml dan
kemudian dilakukan titrasi kedua mendapatkan hasil 2 ml. selanjutnya dari nilai
hasil kedua sampel TP2KS3 didapatkan nilai sebesar 1,1ml.

Pada metode ini untuk mendapatkan nilai akhir ditandai dengan berubahnya warna
menjadi biru karena proses titrasi. Yang dilakukan guna untuk mengadisi ikatan
rangkap menjadi ikatan tunggal. Jika seluruh vitamin c telah di adisi dengan iodine
maka iodine yang menetes selanjutnya saat titrasi akan bereaksi dengan larutan
indicator amilum membentuk ion amilum hingga berwarna biru.
BAB 5

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah


kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan
penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan.

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah


kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan
penting  untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan.

Dari hasil praktikum didapatkan hasil TP2KS2 memiliki berat awal 12,864gram
setelah itu dilakukan titrasi dengan penambahan 1 ml iodium 0,01 N dihasilkan nilai
sebesar 0,5ml dan dilakukan titrasi kedua mendapatkan hasil 0,55ml. kemudian nilai
dari kedua hasil sampel TP2KS2 di dapatkan nilai sebesar 0,525ml.

Pada sampel TP2KS3 memiliki berat awal 11,189 gram setelah itu dilakukan titrasi
dengan penambahan 1ml iodium 0,01 N dihasilkan nilai sebesar 0,2 ml dan
kemudian dilakukan titrasi kedua mendapatkan hasil 2 ml. selanjutnya dari nilai
hasil kedua sampel TP2KS3 didapatkan nilai sebesar 1,1ml.

F. Saran

Tak ada gading yang tak retak, seperti inilah cerminan makalah kami. Karena usaha
kami dalam menyusun makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, maka
dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar dalam
penyusnan makalah selanjutnya kami dapat membenahi kesalahan dalam makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kritalini, Wangi. 2014. Laporan Penentuan Kadar Vitamin C – Iodometri.


http://wangikristalini.blogspot.com/2014/01/penentuan-kadar-
vitamin-c.html. diakses 22 Januari 2021.

Buret, Retno. 2014. PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS II PENENTUAN


KADAR VITAMIN C DENGAN METODE IODIMETRI.
https://www.academia.edu/37533571/PRAKTIKUM_KIMIA_ANAL
ISIS_II_PENENTUAN_KADAR_VITAMIN_C_DENGAN_METO
DE_IODIMETRI. Diakses 22 januari 2021.

Yasinta, Yasa. 2014. PENENTUAN KADAR VITAMIN C DENGAN


TITRASI IODIMETRI.
https://www.academia.edu/6883560/PENENTUAN_KADAR_VITA
MIN_C_DENGAN_TITRASI_IODIMETRI. Diakses 22 januari
2021.

Ma’wah, Sofwah. 2014. Laporan Praktikum Penentuan Kadar Vit c Dengan


Titrasi Iodometri. https://www.scribd.com/doc/221899911/Laporan-
Praktikum-Penentuan-Kadar-Vit-c-Dengan-Titrasi-Iodometri.
Diakses 22 januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai