Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki
peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit.Vitamin ini juga dikenal
dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C
termasuk golongan vitamin antioksidan karena sangat mudah troksidasi oleh panas,
cahaya, dan logam. Oleh karena itu vitamin C mampu menangkal berbagai radikal
bebas ekstraseluler. Buah-buahan seperti jeruk, merupakan sumber utama vitamin
C (Girinda, 1986).
B. Tujuan Praktikum
Menguji vitamin C secara kualitatif dan kuantitatif
Mengetahui kadar vitamin C dalam sample yang dianalisa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Vitamin C atau asam askorbat merupakan kristal putih yang larut dalam air.
Vitamin C cukup stabil dalam keadaan kering, namun dalam keadaan terlarut
vitamin C mudah rusak karena teroksidasi. Oksidasi dipercepat karena adanya
tembaga dan besi. Struktur asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan
diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat berkaitan dengan monosakarida,
sehingga strukturnya sangat mirip glukosa pada sebagian besar mamalia yaitu L-
asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehodroaskorbat terjadi bila
bersentuhan dengan tembaga, panas dan alkali ( Iswari, 2006).
Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan
pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat
mencegah sariawan. Albert Szent-Gyorgyi menerima penghargaan nobel dalam
fisiologi atau kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini. Selama ini vitamin
C atau asam askorbat dikenal peranannya dalam menjaga dan memperkuat
imunitas terhadap infeksi (Girinda, 1986).
Vitamin adalah suatu zat organik yang diperlukan tubuh sebagai pengaturan
proses fisiologis tubuh.Walaupun diperlukan dalam jumlah sedikit tetapi fungsinya
tidak dapat digantikan dengan zat-zat lain.Tanpa vitamin manusia, hewan dan
makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan
vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh
kita (Hart, 2003).
Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter dan benzena. Dengan logam
membentuk garam. Sifat asam ditentukan oleh ionisasi gugus enol pada atom C
nomor 3.Vitamin C lebih stabil pada pH rendah daripada pH tinggi. Vitamin C
mudah teroksidasi, terutama apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat
oksidase, sinar, dan temperatur tinggi. Larutan encer Vitamin C pada pH kurang
dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti di atas. Oksidasi Vitamin
C menghasilkan asam dehidroaskorbat (Winarno, 1988).
Vitamin C dapat ditemukan pada buah jeruk, tomat, dan juga beberapa
buah-buahan lainnya. Vitamin C diperlukan pada pembentukan zat kolagen oleh
fibroblast hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel. Keadaan
kekurangan vitamin C akan mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C
diperlukan juga pada proses pematangan eritrosit dan pada pembentukan tulang
dan dentin. Vitamin C mempunyai peranan penting pada respirasi jaringan
(Rachmawati et al, 2009).
Di dalam tubuh, vitamin ini disimpan dalam jumlah terbatas dan kelebihan
vitamin akan dikeluarkan atau diekskresikan melalui urine. Oleh karena itu untuk
mempertahankan saturasi vitamin ini harus sering dikonsumsi. Salah satu vitamin
yang larut dalam air adalah vitamin C (asam askorbat) (Fessenden, 1982).
Vitamin C dikenal juga dengan nama lain yaitu “cevitamic
acid”,“antiscorbutic factor” dan “scurvy preventive dietary essential”. Terdapat dua
bentuk vitamin C aktif, yaitu bentuk tereduksi (asam akorbat) dan bentuk
teroksidasi (asam dehidro askobat). Bila asam dehidroaskorbat teroksidasi lebih
lanjut akan berubah menjadi asam diketoglukonat yang tidak aktif secara biologis
(Fessenden, 1982).
Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan
mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin c mampu menetralkan
radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamini ini juga dapat
meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal
nitrit penyebab kanker. Penelitian di Institut Teknologi Massachusetts menemukan,
pembentukan nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan makanan yang
mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin C
berkurang sampai 81% (Poedjiadi, 1994).
c. Titrasi Asam-Basa
METODE ANALISA
A. Uji Kualitatif
1. Alat dan Bahan
Alat :
Pipet tetes
Gelas reagen
Sendok makan
Spatula
Tabung Reaksi
Bahan :
ABC kedelai
ABC sirsak
Air
Aquades
Betadine
Tepung maizena
2. Prosedur Kerja
Metode II
1
1. Dibuat larutan kanji : dilarutkan tepung maizena dalam gelas air, diaduk
4
cepat sampai semua tepung larut
2. Disiapkan 3 buah gelas kimia, lalu diberi label
3. Disiapkan sampel sari buah mangga, liang the\ dan nata de coco ke dalam
1
gelas kimia, kemudian ditambahkan gelas air, lalu diaduk
2
4. Diambil 1 sendok makan larutan kanji, dituangkan dalam gelas kimia yang
telah diberi label
5. Betadine antiseptik ditetes sebanyak 2 tetes lalu diaduk, dilakukan terus
sampai larutan sampel berwarna biru kehitaman
6. Tetesan dihentikan jika warna larutan sudah biru kehitaman (warna biru
kehitaman menunjukkan di dalam sampel terkandung vitamin c)
7. Dicatat berapa tetes betadine yang dibutuhkan untuk membuat sampel dari
warna kuning menjadi biru kehitaman.
Metode II
1. Disiapkan 4 tabung reaksi yang telah diisi air dengan takaran yang sama
2. Diberi betadine antiseptik sebanyak 3 tetes ke dalam 3 tabung reaksi dan 1
tabung reaksi dibiarkan tetap berisi air putih biasa
3. Diberi ekstrak buah-buahan ke dalam 3 tabung reaksi dan 1 tabung reaksi
dibiarkan tetap berisi air putih biasa
4. Setelah itu dicampurkan ekstrak buah-buahan dengan air yang telah diberi
betadine hingga larutan tercampur rata dengan cara di goncang perlahan
5. Setelah mengalami perubahan warna, diamati dan di catat.
B. Uji Kuantitatif
Alat :
Buret
Statif
Erlenmeyer
Labu ukur
Neraca analitik
Gelas kimia
Pipet tetes
Kapas
Pipet gondok
Pisau
Bahan :
Jeruk
Reagen
Amylum 1% ; 10 gr pati yang dapat larut dicampur dengan 10 mg
Hgl dan 30 ml aquades yang sedang mendidih
Standar Yodium : 2 – 2.5 gr KI dan 1.269 gr I2 dilarutkan dalam
aquades sampai 1 liter
2. PROSEDUR PRATIKUM
1. Jeruk diperas, ambil airnya.
1) Uji Kualitatif
Metode I
Metode II
2) Uji Kuantitatif
Sampel ML titran I ML titran II ML titran II ML titran II Rata rata Bobot Sample (g)
ML titran
Perasan air jeruk 2.2 1.8 1.6 2.0 1.9 10 g
Dari percobaan yang dilakukan didapat hasil kandungan vitamin C dalam sample
yang dianalisa dengan melakukan perhitungan sebagai berikut:
Berat Sample 10
4.2 Pembahasan
Uji Kualitatif
Untuk praktikum uji vitamin C kali ini digunakan bahan betadine karena
warna daripada betadine yaitu berwarna merah akan menyebabkan lebih mudah
dalam mengamati perubahan warna yang akan terjadi. Jika sampel mengandung
vitamin C maka jika sampel tersebut bereaksi dengan betadine maka akan berubah
warna menjadi warna biru kehitaman pada percobaan.
3.2 Saran
Uji Kualitatif : Dalam melakukan praktikum diperlukan ketelitian
dan juga selain itu harus lebih menguasai prosedur percobaan yang
akan dilakukan agar didapati hasil yang lebih akurat dan tepat.
Uji Kuantitatif :
Sebelum melakukan analisa kadar vitamin, mahasiswa harus
benar-benar memahami prosedur kerja agar diperoleh data
pengukuran dengan keteliatian yang tinggi dan mendekati
keakuratan.
Sebaiknya sewaktu analisa kadar vitamin, menggunakan banyak
sampel yang diuji dari satu jenis bahan (sari jeruk) sehingga
hasil pengukuran yang digunakan merupakan nilai rata-rata yang
dapat mendekati nilai keakuratan pengujian.
Sebaiknya dalam melakukan titrasi, sebelumnya praktikan telah
memastikan kondisi buret seperti mengatur kuat tidaknya keran
untuk dibuka atau ditutup, sehingga hasil tidak akan kelebihan.
Praktikan juga harus lebih teliti melihat awal dan akhir titrasi.
Hasil praktikum belum sesuai seperti yang ada di bahan sumber
karena terjadinya kesalahan. Kesalahan terjadi karena kurang
teliti dan kurang terampilnya praktikan melakukan proses
titraasi, sehingga hasil pengamatan menjadi kurang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Ketnan, J.K.2005. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Pelajar. Erlangga, Jakarata.
Thamrin, Husni. dkk.. 2012. Penuntun Praktikum Kimia pangan. Jurusan Gizi :
Poltekkes Kemenkes
Padang
DKBM, 1999
Sudarmadji, Slamet. et al. 1996. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Fauzi, Mukhammad. 1994. Analisa Hasil Pangan (Teori dan Praktek). Jember:
UNEJ
Krisno, Budiyanto, Agus. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press
http://id.wikipedia.org/wiki/Vit C
http://www.keluargasehat.com/keluarga-giziisi.php?news_id=940
http://www.nutrifood.co.id/