VIRUS CORONA
Dosen Pengampu: Mazidatul Faizah, S.Si.,M.Si
Penyusun :
FAKULTAS PERTANIAN
JOMBANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Virus Corona (COVID-19) ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah Virus Corona (COVID-19) ini. Dan kami juga menyadari
pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu
dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Virus Corona (COVID-19) ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Virus
Corona (COVID-19) ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
Daftar isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................................2
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Pengertian Virus Corona.................................................................................5
B. Penyebab Penyakit Virus Corona....................................................................5
C. Perbedaan Virus Corona dengan Virus Influensa............................................6
D. Penyebaran Virus Corona................................................................................7
E. Tanda dan Gejala Terjangkit Virus Corona.....................................................8
F. Diagnosis Virus Corona...................................................................................9
G. Pencegahan Virus Corona...............................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
sekarang belum diidentifikasi. Sampai sumber virus ini diidentifikasi dan
dikendalikan, ada risiko reintroduksi virus dalam populasi manusia dan risiko
wabah baru seperti yang kita alami saat ini.
Angka mortalitas dan morbiditas secara keseluruhan karena infeksi virus
belum ditetapkan dengan baik; sementara tingkat fatalitas kasus berubah dari
waktu ke waktu dalam pandemi koronavirus ini. Perbandingan infeksi yang
berkembang menjadi penyakit yang dapat didiagnosis tetap tidak jelas. Namun,
penelitian pendahuluan telah menghasilkan tingkat kematian kasus antara 2%
hingga 3% dan WHO mengusulkan bahwa tingkat kematian kasus adalah sekitar
3% pada Januari 2020. Sebuah studi pra-cetak Imperial College London pada 55
kasus fatal mencatat bahwa perkiraan awal kematian mungkin terlalu tinggi
karena infeksi asimptomatik tidak terjawab. Mereka memperkirakan rasio fatalitas
infeksi rata-rata (mortalitas di antara yang terinfeksi) berkisar dari 0,8% ketika
termasuk pembawa asimptomatik hingga 18% ketika hanya memasukkan kasus
simptomatik dari provinsi Hubei.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Virus Corona (COVID-19)
ini adalah sebagai berikut:
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Virus Corona
5
yang paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan kegagalan
multiorgan.
Pada 11 Februari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan bahwa
“COVID-19” akan menjadi nama resmi dari penyakit ini. Direktur WHO Tedros
Adhanom Ghebreyesus kata “co” adalah singkatan dari “corona” (korona), “vi”
untuk “virus”, dan “d” untuk “disease” (penyakit), sementara “19” adalah untuk
tahun itu (2019) karena wabah tersebut pertama kali diidentifikasi pada tanggal 31
Desember 2019. Tedros mengatakan bahwa nama tersebut dipilih untuk
menghindari referensi ke lokasi geografis tertentu, spesies hewan atau kelompok
orang sesuai dengan rekomendasi internasional untuk penamaan yang bertujuan
mencegah stigmatisasi.
6
C. Perbedaan Virus Corona dengan Virus Influensa
7
risiko infeksi parah. Mortalitas untuk COVID-19 tampaknya lebih tinggi daripada
influenza, terutama influenza musiman.
Sementara kematian COVID-19 yang sebenarnya akan membutuhkan waktu
untuk sepenuhnya dipahami, data sejauh ini mengindikasikan bahwa rasio
kematian kasar (jumlah kematian yang dilaporkan dibagi dengan kasus yang
dilaporkan) adalah antara 3-4%, rasio kematian akibat infeksi (jumlah kematian
yang dilaporkan dibagi dengan jumlah infeksi) akan lebih rendah. Untuk influenza
musiman, kematian biasanya jauh di bawah 0,1%. Namun, kematian sebagian
besar ditentukan oleh akses dan kualitas pelayanan kesehatan.
Orang dapat terjangkit COVID-19 dari orang lain yang memiliki virus.
Penyakit ini dapat menyebar dari orang ke orang melalui tetesan kecil dari hidung
atau mulut seseorang yang terjangkit COVID-19 dan menyebar ketika batuk atau
buang napas. Tetesan ini mendarat pada benda dan permukaan di sekitar orang
tersebut. Orang lain kemudian terjangkit COVID-19 dengan menyentuh benda
atau permukaan ini, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka.
Orang-orang juga dapat terjangkit COVID-19 jika mereka menghirup tetesan
dari seseorang yang terjangkit COVID-19 ketika batuk atau mengeluarkan tetesan.
Inilah sebabnya mengapa penting untuk tinggal lebih dari 1 meter (3 kaki) dari
orang yang sakit. WHO sedang menilai penelitian yang sedang berlangsung
tentang cara-cara COVID-19 tersebar dan akan terus berbagi temuan yang
diperbarui.
Cara utama penyebaran penyakit ini adalah melalui tetesan pernapasan yang
dikeluarkan oleh seseorang yang batuk. Risiko terkena COVID-19 dari seseorang
tanpa gejala sama sekali sangat rendah. Namun, banyak orang yang terjangkit
COVID-19 hanya mengalami gejala ringan. Ini mungkin benar pada tahap awal
penyakit. Karena itu dimungkinkan untuk terjangkit COVID-19 dari seseorang
yang, misalnya, hanya batuk ringan dan tidak merasa sakit.
WHO sedang menilai penelitian yang sedang berlangsung pada periode
transmisi COVID-19 dan akan terus berbagi temuan terbaru. Penelitian hingga
8
saat ini menunjukkan bahwa virus yang menyebabkan COVID-19 terutama
ditularkan melalui kontak dengan tetesan pernapasan daripada melalui udara.
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk
kering. Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat,
pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala ini biasanya ringan dan mulai
secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi tidak mengembangkan
gejala apa pun dan merasa tidak enak badan. Kebanyakan orang (sekitar 80%)
pulih dari penyakit tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang
yang mendapatkan COVID-19 sakit parah dan mengalami kesulitan bernapas.
Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis yang memiliki
riwayat seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung atau diabetes, lebih
memungkin untuk menjadi penyakit serius. Orang dengan demam, batuk, dan
kesulitan bernapas harus mencari perhatian medis.
Orang-orang yang terinfeksi mungkin bersifat asimtomatik atau memiliki
gejala ringan, seperti demam, batuk, dan kesulitan bernapas. Gejala diare atau
infeksi saluran napas atas (misalnya bersin, pilek, dan sakit tenggorokan) lebih
jarang ditemukan. Kasus dapat berkembang menjadi pneumonia berat, kegagalan
multiorgan, dan kematian. Masa inkubasi diperkirakan antara 1–14 hari oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan 2–14 hari oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC). Tinjauan WHO terhadap 55.924
kasus terkonfirmasi di Tiongkok mengindikasikan tanda dan gejala klinis berikut:
9
ginjal, dsb.) diasosiasikan dengan prognosis terburuk. Begitu pula dengan
peningkatan level interleukin-6 dalam darah, troponin I jantung sensitivitas tinggi,
dehidrogenase laktat, dan limfopenia dikaitkan dengan kondisi penyakit yang
lebih parah. Komplikasi COVID-19 adalah sepsis, serta komplikasi jantung
seperti gagal jantung dan aritmia. Orang dengan gangguan jantung lebih berisiko
mengalami komplikasi jantung. Juga, keadaan hiperkoagulopati tercatat pada 90%
penderita pneumonia.
10
Mereka juga merekomendasikan higiene tangan yang tepat setelah batuk atau
bersin. Strategi pembatasan fisik diperlukan untuk mengurangi kontak antara
orang yang terinfeksi dengan kerumunan besar seperti dengan menutup sekolah
dan kantor, membatasi perjalanan, dan membatalkan pertemuan massa dalam
jumlah besar. Perilaku pembatasan fisik juga meliputi menjaga jarak dengan orang
lain sejauh 6 kaki (sekitar 1,8 meter). Karena vaksin untuk SARS-CoV-2 baru
tersedia paling cepat 2021, hal penting dalam penanganan pandemi penyakit
koronavirus 2019 adalah menekan laju penyebaran virus atau yang dikenal dengan
melandaikan kurva epidemi.
Hal ini dapat menurunkan risiko tenaga medis kewalahan dalam menghadapi
lonjakan jumlah pasien, memungkinkan perawatan yang lebih baik bagi penderita,
dan memberikan waktu tambahan hingga obat dan vaksin dapat tersedia dan siap
digunakan. Berdasarkan WHO, penggunaan masker hanya direkomendasikan
untuk orang yang sedang batuk atau bersin atau yang sedang menangani pasien
terduga. Di sisi lain, beberapa negara merekomendasikan individu sehat untuk
memakai masker, terutama Tiongkok, Hong Kong, dan Thailand.
Untuk mencegah penyebaran virus, CDC merekomendasikan untuk pasien
agar tetap berada di dalam rumah, kecuali untuk mendapatkan perawatan di rumah
sakit. Sebelum ingin mendapatkan perawatan, pasien harus menghubungi rumah
sakit. Selain itu, CDC merekomendasikan untuk menggunakan masker ketika
berhadapan dengan orang atau berkunjung ke tempat yang diduga terdapat
penyakit koronavirus, menutup mulut dengan tisu ketika batuk dan bersin, rutin
mencuci tangan dengan sabun dan air, serta menghindari berbagi alat rumah
tangga pribadi.
CDC juga merekomendasikan untuk mencuci tangan minimal selama 20
detik, terutama setelah dari toilet, ketika tangan kotor, sebelum makan, dan setelah
batuk atau bersin. Lalu, rekomendasi berikutnya adalah menggunakan penyanitasi
tangan dengan kandungan alkohol minimal 60% jika tidak tersedia sabun dan air.
WHO menyarankan agar menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut
dengan tangan yang belum dicuci. Meludah di sembarang tempat juga harus
dihindari.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
mengembangkan vaksin terdiri dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Tiongkok, Universitas Hong Kong,[94] dan Rumah Sakit Shanghai Timur. Tiga
proyek vaksin ini sedang didukung oleh Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi
(CEPI), termasuk satu proyek perusahaan bioteknologi Moderna dan proyek
lainnya oleh Universitas Queensland Australia. Institut Kesehatan Nasional
Amerika Serikat (NIH) bekerja sama dengan Moderna untuk membuat vaksin
RNA yang cocok dengan protein permukaan (protein spike) koronavirus dan
diharapkan untuk memulai produksi pada Mei 2020.
Di Australia, Universitas Queensland sedang menyelidiki potensi vaksin
penjepit molekuler yang secara genetik akan memodifikasi protein virus untuk
membuatnya meniru koronavirus dan merangsang reaksi kekebalan. Di Kanada,
Pusat Vaksin Internasional (VIDO-InterVac) di Universitas Saskatchewan mulai
mengembangkan vaksin[96] serta menargetkan produksi vaksin dan pengujian
terhadap hewan pada Maret 2020 dan pengujian terhadap manusia pada 2021.
Pada akhir Januari 2020, Janssen Pharmaceutica mulai bekerja
mengembangkan vaksin dengan memanfaatkan teknologi yang sama yang
digunakan untuk membuat percobaan vaksin Ebola. Pada bulan berikutnya, Badan
Penelitian dan Pengembangan Biomedis Lanjutan Kementerian Kesehatan dan
Layanan Masyarakat Amerika Serikat (BARDA) mengumumkan bahwa mereka
akan berkolaborasi dengan Janssen dan Sanofi Pasteur (Divisi vaksin Sanofi)
untuk mengembangkan vaksin. Sanofi sebelumnya telah mengembangkan vaksin
untuk SARS dan mulai berharap memiliki calon vaksin dalam waktu enam bulan
yang dapat siap untuk diuji pada orang dalam satu tahun hingga 18 bulan.
Meskipun tidak ada pengobatan yang efektif untuk mencegah penyakit ini,
manifestasi dan komplikasi klinis yang dihasilkan harus dikelola. WHO telah
menerbitkan rekomendasi perawatan terperinci untuk pasien rawat inap dengan
infeksi saluran pernapasan akut ketika dicurigai terdapat infeksi SARS-CoV-2.
WHO juga merekomendasikan sukarelawan untuk mengambil bagian dalam uji
coba terkontrol secara acak untuk menguji efektivitas dan keamanan perawatan
secara potensial.
Karena pengobatan tersebut terbukti memiliki efek terhadap koronavirus
lainnya dan memiliki mode tindakan yang menunjukkan pengobatan tersebut
13
mungkin efektif, lopinavir/ritonavir menjadi target penelitian dan analisis yang
signifikan. Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok cabang Beijing, meskipun
mencatat bahwa saat ini tidak ada antivirus yang efektif, menyarankan
penggunaan lopinavir/ritonavir sebagai bagian dari rencana perawatan. Obat-
obatan ini sekarang dapat diklaim untuk asuransi kesehatan di beberapa negara.
B. Saran
Mencuci tangan, menjaga jarak dari orang yang batuk, dan tidak menyentuh
wajah dengan tangan yang tidak bersih adalah langkah yang disarankan untuk
mencegah penyakit ini. Disarankan untuk menutup hidung dan mulut dengan tisu
atau siku yang tertekuk ketika batuk.
DAFTAR PUSTAKA
https://en.wikipedia.org/wiki/Coronavirus_disease_2019
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_koronavirus_2019
https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses
14
https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-similarities-and-differences-
covid-19-and-influenza
https://doc.lalacomputer.com/makalah-virus-corona-covid-19/
15