Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

VIRUS CORONA
Dosen Pengampu: Mazidatul Faizah, S.Si.,M.Si

Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan

tugas mata kuliah Biologi.

Penyusun :

Vindia Nur Azlina Putri Syabila (1903080041)

FAKULTAS PERTANIAN

PRODI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

UNIVERSITAS KH.ABDUL WAHAB HASBULLAH

JOMBANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Virus Corona (COVID-19) ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah Virus Corona (COVID-19) ini. Dan kami juga menyadari
pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu
dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Virus Corona (COVID-19) ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Virus
Corona (COVID-19) ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Blitar, 30 Juni 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
Daftar isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................................2
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Pengertian Virus Corona.................................................................................5
B. Penyebab Penyakit Virus Corona....................................................................5
C. Perbedaan Virus Corona dengan Virus Influensa............................................6
D. Penyebaran Virus Corona................................................................................7
E. Tanda dan Gejala Terjangkit Virus Corona.....................................................8
F. Diagnosis Virus Corona...................................................................................9
G. Pencegahan Virus Corona...............................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau


radang paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan
dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging
binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan
berbagai jenis tikus. Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak
ditemukan di pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa
kelelawar dan hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan.
Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya
beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang
paru.
Virus ini dianggap alami dan berasal dari hewan melalui infeksi spillover.
Asalnya tidak diketahui tetapi pada Desember 2019 penyebaran infeksi hampir
seluruhnya terjadi dari manusia ke manusia. Infeksi yang paling awal dilaporkan
secara tidak resmi dilaporkan terjadi pada 17 November 2019 di Wuhan, Cina.
Sebuah studi terhadap 41 kasus pertama COVID-19 yang dikonfirmasi,
diterbitkan pada Januari 2020 di The Lancet, mengungkapkan tanggal paling awal
timbulnya gejala pada 1 Desember 2019. Publikasi resmi dari WHO melaporkan
timbulnya gejala paling awal pada 8 Desember 2019.
Kasus manusia pertama COVID-19 diidentifikasi di Kota Wuhan, Cina pada
Desember 2019. Pada tahap ini, tidak mungkin untuk menentukan dengan tepat
bagaimana manusia di Cina pada awalnya terinfeksi dengan SARS-CoV-2.
Namun, SARS-CoV, virus yang menyebabkan wabah SARS pada tahun 2003,
melompat dari reservoir hewan (kucing luwak, hewan liar yang diternakkan) ke
manusia dan kemudian menyebar di antara manusia. Dengan cara yang sama,
diperkirakan bahwa SARS-CoV-2 melompati penghalang spesies dan pada
awalnya menginfeksi manusia, tetapi lebih mungkin melalui inang perantara, yaitu
spesies hewan lain yang lebih mungkin ditangani oleh manusia, seperti hewan
peliharaan, binatang buas, atau binatang buas yang dijinakkan, dan sampai

2
sekarang belum diidentifikasi. Sampai sumber virus ini diidentifikasi dan
dikendalikan, ada risiko reintroduksi virus dalam populasi manusia dan risiko
wabah baru seperti yang kita alami saat ini.
Angka mortalitas dan morbiditas secara keseluruhan karena infeksi virus
belum ditetapkan dengan baik; sementara tingkat fatalitas kasus berubah dari
waktu ke waktu dalam pandemi koronavirus ini. Perbandingan infeksi yang
berkembang menjadi penyakit yang dapat didiagnosis tetap tidak jelas. Namun,
penelitian pendahuluan telah menghasilkan tingkat kematian kasus antara 2%
hingga 3% dan WHO mengusulkan bahwa tingkat kematian kasus adalah sekitar
3% pada Januari 2020. Sebuah studi pra-cetak Imperial College London pada 55
kasus fatal mencatat bahwa perkiraan awal kematian mungkin terlalu tinggi
karena infeksi asimptomatik tidak terjawab. Mereka memperkirakan rasio fatalitas
infeksi rata-rata (mortalitas di antara yang terinfeksi) berkisar dari 0,8% ketika
termasuk pembawa asimptomatik hingga 18% ketika hanya memasukkan kasus
simptomatik dari provinsi Hubei.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan


dibahas di dalam makalah tentang Virus Corona (COVID-19) ini adalah sebagai
berikut:

1. Apa pengertian virus corona?

2. Bagaimana penyebab penyakit virus corona?

3. Apa perbedaan virus corona dengan virus influensa?

4. Bagaimana proses penyebaran virus corona?

5. Apa saja tanda dan gejala terjangkit virus corona?

6. Bagaimana mendiagnosis virus corona?

7. Bagaimana cara pencegahan virus corona?

C. Tujuan

3
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Virus Corona (COVID-19)
ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian virus corona.

2. Bagaimana penyebab penyakit virus corona.

3. Apa perbedaan virus corona dengan virus influensa.

4. Bagaimana proses penyebaran virus corona.

5. Apa saja tanda dan gejala terjangkit virus corona.

6. Bagaimana mendiagnosis virus corona.

7. Bagaimana cara pencegahan virus corona.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Virus Corona

Virus Corona atau Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit


menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu jenis koronavirus.
Penyakit ini mengakibatkan pandemi koronavirus 2019–2020. Penderita COVID-
19 dapat mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas. Sakit
tenggorokan, pilek, atau bersin-bersin lebih jarang ditemukan. Pada penderita

5
yang paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan kegagalan
multiorgan.
Pada 11 Februari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan bahwa
“COVID-19” akan menjadi nama resmi dari penyakit ini. Direktur WHO Tedros
Adhanom Ghebreyesus kata “co” adalah singkatan dari “corona” (korona), “vi”
untuk “virus”, dan “d” untuk “disease” (penyakit), sementara “19” adalah untuk
tahun itu (2019) karena wabah tersebut pertama kali diidentifikasi pada tanggal 31
Desember 2019. Tedros mengatakan bahwa nama tersebut dipilih untuk
menghindari referensi ke lokasi geografis tertentu, spesies hewan atau kelompok
orang sesuai dengan rekomendasi internasional untuk penamaan yang bertujuan
mencegah stigmatisasi.

B. Penyebab Penyakit Virus Corona

Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2


(SARS-CoV-2 atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2). Virus ini
menyebar melalui percikan (droplets) dari saluran pernapasan yang dikeluarkan
saat sedang batuk atau bersin. Paru-paru adalah organ yang paling terpengaruh
oleh penyakit ini karena virus memasuki sel inangnya lewat enzim pengubah
angiotensin 2 (angiotensin converting enzyme 2 atau ACE2), yang paling banyak
ditemukan di dalam sel alveolar tipe II paru. SARS-CoV-2 menggunakan
permukaan-permukaan sel khususnya yang mengandung glikoprotein yang
disebut “spike” untuk berhubungan dengan ACE2 dan memasuki sel inang. Berat
jenis ACE2 pada setiap jaringan berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit.
Diduga, bahwa penurunan aktivitas ACE2 memberikan perlindungan terhadap sel
inang karena ekspresi ACE2 yang berlebihan akan menyebabkan infeksi dan
replikasi SARS-CoV-2.
Beberapa penelitian, melalui sudut pandang yang berbeda juga menunjukkan
bahwa peningkatan ekspresi ACE2 oleh golongan obat penghambat reseptor
angiotensin II akan melindungi sel inang. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut
tentang hal ini. ACE2 juga merupakan jalur bagi virus SARS-CoV-2 untuk
menyebabkan kerusakan jantung, karenanya penderita dengan riwayat penyakit
jantung memiliki prognosis yang paling jelek.

6
C. Perbedaan Virus Corona dengan Virus Influensa

Kecepatan penularan adalah titik perbedaan penting antara kedua virus


tersebut. Influenza memiliki masa inkubasi rata-rata yang lebih pendek (waktu
dari infeksi hingga munculnya gejala) dan interval serial yang lebih pendek
(waktu antara kasus yang berurutan) dibandingkan virus COVID-19. Interval
serial untuk virus COVID-19 diperkirakan 5-6 hari, sedangkan untuk virus
influenza, interval serial adalah 3 hari. Ini berarti bahwa influenza dapat menyebar
lebih cepat daripada COVID-19.
Lebih lanjut, penularan dalam 3-5 hari pertama sakit, atau penularan
potensial sebelum gejala penularan virus sebelum munculnya gejala merupakan
pendorong utama penularan influenza. Sebaliknya, sementara kita belajar bahwa
ada orang yang dapat melepaskan virus COVID-19 dalam 24-48 jam sebelum
timbulnya gejala, saat ini, ini tampaknya bukan pendorong utama penularan.
Jumlah infeksi sekunder yang dihasilkan dari satu orang yang terinfeksi
antara 2 dan 2,5 untuk virus COVID-19, lebih tinggi daripada influenza. Namun,
perkiraan untuk virus COVID-19 dan influenza sangat konteks dan spesifik
waktu, membuat perbandingan langsung lebih sulit. Anak-anak adalah pendorong
penting penularan virus influenza di masyarakat. Untuk virus COVID-19, data
awal menunjukkan bahwa anak-anak kurang terpengaruh daripada orang dewasa
dan bahwa tingkat serangan klinis pada kelompok usia 0-19 rendah.
Data awal lebih lanjut dari studi transmisi rumah tangga di Cina
menunjukkan bahwa anak-anak terinfeksi dari orang dewasa, bukan sebaliknya.
Sementara kisaran gejala untuk kedua virus serupa, fraksi dengan penyakit parah
tampaknya berbeda. Untuk COVID-19, data sampai saat ini menunjukkan bahwa
80% infeksi ringan atau tanpa gejala, 15% infeksi parah, membutuhkan oksigen,
dan 5% infeksi kritis, membutuhkan ventilasi. Fraksi infeksi berat dan kritis ini
akan lebih tinggi daripada yang diamati untuk infeksi influenza.
Mereka yang paling berisiko terkena infeksi influenza parah adalah anak-
anak, wanita hamil, lansia, mereka yang memiliki kondisi medis kronis dan
mereka yang tertekan kekebalannya. Untuk COVID-19, pemahaman kami saat ini
adalah bahwa usia yang lebih tua dan kondisi yang mendasarinya meningkatkan

7
risiko infeksi parah. Mortalitas untuk COVID-19 tampaknya lebih tinggi daripada
influenza, terutama influenza musiman.
Sementara kematian COVID-19 yang sebenarnya akan membutuhkan waktu
untuk sepenuhnya dipahami, data sejauh ini mengindikasikan bahwa rasio
kematian kasar (jumlah kematian yang dilaporkan dibagi dengan kasus yang
dilaporkan) adalah antara 3-4%, rasio kematian akibat infeksi (jumlah kematian
yang dilaporkan dibagi dengan jumlah infeksi) akan lebih rendah. Untuk influenza
musiman, kematian biasanya jauh di bawah 0,1%. Namun, kematian sebagian
besar ditentukan oleh akses dan kualitas pelayanan kesehatan.

D. Penyebaran Virus Corona

Orang dapat terjangkit COVID-19 dari orang lain yang memiliki virus.
Penyakit ini dapat menyebar dari orang ke orang melalui tetesan kecil dari hidung
atau mulut seseorang yang terjangkit COVID-19 dan menyebar ketika batuk atau
buang napas. Tetesan ini mendarat pada benda dan permukaan di sekitar orang
tersebut. Orang lain kemudian terjangkit COVID-19 dengan menyentuh benda
atau permukaan ini, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka.
Orang-orang juga dapat terjangkit COVID-19 jika mereka menghirup tetesan
dari seseorang yang terjangkit COVID-19 ketika batuk atau mengeluarkan tetesan.
Inilah sebabnya mengapa penting untuk tinggal lebih dari 1 meter (3 kaki) dari
orang yang sakit. WHO sedang menilai penelitian yang sedang berlangsung
tentang cara-cara COVID-19 tersebar dan akan terus berbagi temuan yang
diperbarui.
Cara utama penyebaran penyakit ini adalah melalui tetesan pernapasan yang
dikeluarkan oleh seseorang yang batuk. Risiko terkena COVID-19 dari seseorang
tanpa gejala sama sekali sangat rendah. Namun, banyak orang yang terjangkit
COVID-19 hanya mengalami gejala ringan. Ini mungkin benar pada tahap awal
penyakit. Karena itu dimungkinkan untuk terjangkit COVID-19 dari seseorang
yang, misalnya, hanya batuk ringan dan tidak merasa sakit.
WHO sedang menilai penelitian yang sedang berlangsung pada periode
transmisi COVID-19 dan akan terus berbagi temuan terbaru. Penelitian hingga

8
saat ini menunjukkan bahwa virus yang menyebabkan COVID-19 terutama
ditularkan melalui kontak dengan tetesan pernapasan daripada melalui udara.

E. Tanda dan Gejala Terjangkit Virus Corona

Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk
kering. Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat,
pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala ini biasanya ringan dan mulai
secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi tidak mengembangkan
gejala apa pun dan merasa tidak enak badan. Kebanyakan orang (sekitar 80%)
pulih dari penyakit tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang
yang mendapatkan COVID-19 sakit parah dan mengalami kesulitan bernapas.
Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis yang memiliki
riwayat seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung atau diabetes, lebih
memungkin untuk menjadi penyakit serius. Orang dengan demam, batuk, dan
kesulitan bernapas harus mencari perhatian medis.
Orang-orang yang terinfeksi mungkin bersifat asimtomatik atau memiliki
gejala ringan, seperti demam, batuk, dan kesulitan bernapas. Gejala diare atau
infeksi saluran napas atas (misalnya bersin, pilek, dan sakit tenggorokan) lebih
jarang ditemukan. Kasus dapat berkembang menjadi pneumonia berat, kegagalan
multiorgan, dan kematian. Masa inkubasi diperkirakan antara 1–14 hari oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan 2–14 hari oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC). Tinjauan WHO terhadap 55.924
kasus terkonfirmasi di Tiongkok mengindikasikan tanda dan gejala klinis berikut:

1. Jalur pertama, penyakit mungkin berbentuk ringan yang menyerupai


penyakit pernapasan atas umum lainnya.

2. Jalur kedua mengarah ke pneumonia, yaitu infeksi pada sistem pernapasan


bawah.

3. Jalur ketiga, yang paling parah, adalah perkembangan cepat ke sindrom


gangguan pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome atau ARDS).
Usia yang lebih tua, nilai d-dimer lebih besar dari 1 μg/mL, dan nilai SOFA
yang tinggi (skala penilaian klinis yang menilai berbagai organ seperti paru-paru,

9
ginjal, dsb.) diasosiasikan dengan prognosis terburuk. Begitu pula dengan
peningkatan level interleukin-6 dalam darah, troponin I jantung sensitivitas tinggi,
dehidrogenase laktat, dan limfopenia dikaitkan dengan kondisi penyakit yang
lebih parah. Komplikasi COVID-19 adalah sepsis, serta komplikasi jantung
seperti gagal jantung dan aritmia. Orang dengan gangguan jantung lebih berisiko
mengalami komplikasi jantung. Juga, keadaan hiperkoagulopati tercatat pada 90%
penderita pneumonia.

F. Diagnosis Virus Corona

WHO telah menerbitkan beberapa protokol pengujian untuk penyakit ini.


Pengujian menggunakan reaksi berantai polimerase transkripsi-balik secara waktu
nyata (rRT-PCR). Spesimen untuk pengujian dapat berupa usap pernapasan atau
sampel dahak. Pada umumnya, hasil pengujian dapat diketahui dalam beberapa
jam hingga 2 hari. Ilmuwan Tiongkok telah mengisolasi galur koronavirus dan
menerbitkan sekuens genetika sehingga laboratorium di seluruh dunia dapat
mengembangkan uji PCR secara independen untuk mendeteksi infeksi oleh virus.
Pedoman diagnostik yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Zhongnan dari
Universitas Wuhan mengusulkan metode untuk mendeteksi infeksi berdasarkan
fitur klinis dan risiko epidemiologis. Pedoman ini melibatkan mengidentifikasi
pasien yang memiliki setidaknya dua gejala berikut selain riwayat perjalanan ke
Wuhan atau kontak dengan pasien lain yang terinfeksi: demam, gambaran
pencitraan pneumonia, jumlah sel darah putih normal atau berkurang, atau
berkurangnya jumlah limfosit.

G. Pencegahan Virus Corona

Tindakan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan infeksi antara lain


tetap berada di rumah, menghindari bepergian dan beraktivitas di tempat umum,
sering mencuci tangan dengan sabun dan air selama minimum 20 detik, tidak
menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang tidak dicuci, serta
mempraktikkan higiene pernapasan yang baik. CDC merekomendasikan untuk
menutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin dan menggunakan
bagian dalam siku jika tidak tersedia tisu.

10
Mereka juga merekomendasikan higiene tangan yang tepat setelah batuk atau
bersin. Strategi pembatasan fisik diperlukan untuk mengurangi kontak antara
orang yang terinfeksi dengan kerumunan besar seperti dengan menutup sekolah
dan kantor, membatasi perjalanan, dan membatalkan pertemuan massa dalam
jumlah besar. Perilaku pembatasan fisik juga meliputi menjaga jarak dengan orang
lain sejauh 6 kaki (sekitar 1,8 meter). Karena vaksin untuk SARS-CoV-2 baru
tersedia paling cepat 2021, hal penting dalam penanganan pandemi penyakit
koronavirus 2019 adalah menekan laju penyebaran virus atau yang dikenal dengan
melandaikan kurva epidemi.
Hal ini dapat menurunkan risiko tenaga medis kewalahan dalam menghadapi
lonjakan jumlah pasien, memungkinkan perawatan yang lebih baik bagi penderita,
dan memberikan waktu tambahan hingga obat dan vaksin dapat tersedia dan siap
digunakan. Berdasarkan WHO, penggunaan masker hanya direkomendasikan
untuk orang yang sedang batuk atau bersin atau yang sedang menangani pasien
terduga. Di sisi lain, beberapa negara merekomendasikan individu sehat untuk
memakai masker, terutama Tiongkok, Hong Kong, dan Thailand.
Untuk mencegah penyebaran virus, CDC merekomendasikan untuk pasien
agar tetap berada di dalam rumah, kecuali untuk mendapatkan perawatan di rumah
sakit. Sebelum ingin mendapatkan perawatan, pasien harus menghubungi rumah
sakit. Selain itu, CDC merekomendasikan untuk menggunakan masker ketika
berhadapan dengan orang atau berkunjung ke tempat yang diduga terdapat
penyakit koronavirus, menutup mulut dengan tisu ketika batuk dan bersin, rutin
mencuci tangan dengan sabun dan air, serta menghindari berbagi alat rumah
tangga pribadi.
CDC juga merekomendasikan untuk mencuci tangan minimal selama 20
detik, terutama setelah dari toilet, ketika tangan kotor, sebelum makan, dan setelah
batuk atau bersin. Lalu, rekomendasi berikutnya adalah menggunakan penyanitasi
tangan dengan kandungan alkohol minimal 60% jika tidak tersedia sabun dan air.
WHO menyarankan agar menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut
dengan tangan yang belum dicuci. Meludah di sembarang tempat juga harus
dihindari.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Banyak organisasi menggunakan genom yang diterbitkan untuk


mengembangkan kemungkinan vaksin terhadap SARS-CoV-2. Badan yang

12
mengembangkan vaksin terdiri dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Tiongkok, Universitas Hong Kong,[94] dan Rumah Sakit Shanghai Timur. Tiga
proyek vaksin ini sedang didukung oleh Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi
(CEPI), termasuk satu proyek perusahaan bioteknologi Moderna dan proyek
lainnya oleh Universitas Queensland Australia. Institut Kesehatan Nasional
Amerika Serikat (NIH) bekerja sama dengan Moderna untuk membuat vaksin
RNA yang cocok dengan protein permukaan (protein spike) koronavirus dan
diharapkan untuk memulai produksi pada Mei 2020.
Di Australia, Universitas Queensland sedang menyelidiki potensi vaksin
penjepit molekuler yang secara genetik akan memodifikasi protein virus untuk
membuatnya meniru koronavirus dan merangsang reaksi kekebalan. Di Kanada,
Pusat Vaksin Internasional (VIDO-InterVac) di Universitas Saskatchewan mulai
mengembangkan vaksin[96] serta menargetkan produksi vaksin dan pengujian
terhadap hewan pada Maret 2020 dan pengujian terhadap manusia pada 2021.
Pada akhir Januari 2020, Janssen Pharmaceutica mulai bekerja
mengembangkan vaksin dengan memanfaatkan teknologi yang sama yang
digunakan untuk membuat percobaan vaksin Ebola. Pada bulan berikutnya, Badan
Penelitian dan Pengembangan Biomedis Lanjutan Kementerian Kesehatan dan
Layanan Masyarakat Amerika Serikat (BARDA) mengumumkan bahwa mereka
akan berkolaborasi dengan Janssen dan Sanofi Pasteur (Divisi vaksin Sanofi)
untuk mengembangkan vaksin. Sanofi sebelumnya telah mengembangkan vaksin
untuk SARS dan mulai berharap memiliki calon vaksin dalam waktu enam bulan
yang dapat siap untuk diuji pada orang dalam satu tahun hingga 18 bulan.
Meskipun tidak ada pengobatan yang efektif untuk mencegah penyakit ini,
manifestasi dan komplikasi klinis yang dihasilkan harus dikelola. WHO telah
menerbitkan rekomendasi perawatan terperinci untuk pasien rawat inap dengan
infeksi saluran pernapasan akut ketika dicurigai terdapat infeksi SARS-CoV-2.
WHO juga merekomendasikan sukarelawan untuk mengambil bagian dalam uji
coba terkontrol secara acak untuk menguji efektivitas dan keamanan perawatan
secara potensial.
Karena pengobatan tersebut terbukti memiliki efek terhadap koronavirus
lainnya dan memiliki mode tindakan yang menunjukkan pengobatan tersebut

13
mungkin efektif, lopinavir/ritonavir menjadi target penelitian dan analisis yang
signifikan. Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok cabang Beijing, meskipun
mencatat bahwa saat ini tidak ada antivirus yang efektif, menyarankan
penggunaan lopinavir/ritonavir sebagai bagian dari rencana perawatan. Obat-
obatan ini sekarang dapat diklaim untuk asuransi kesehatan di beberapa negara.

B. Saran

Mencuci tangan, menjaga jarak dari orang yang batuk, dan tidak menyentuh
wajah dengan tangan yang tidak bersih adalah langkah yang disarankan untuk
mencegah penyakit ini. Disarankan untuk menutup hidung dan mulut dengan tisu
atau siku yang tertekuk ketika batuk.

DAFTAR PUSTAKA
https://en.wikipedia.org/wiki/Coronavirus_disease_2019
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_koronavirus_2019
https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses

14
https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-similarities-and-differences-
covid-19-and-influenza
https://doc.lalacomputer.com/makalah-virus-corona-covid-19/

15

Anda mungkin juga menyukai