Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM VII

KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF


“UJI KUALITATIF VITAMIN C”
Disusun oleh :

Nama : Vitharina Sarijowan


NIM : 18101101008
Jurusan : Kimia
Kelompok : I (Satu)

Tanggal :
Acc :

Dosen /Asisten

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018
UJI KUALITATIF VITAMIN C

I. Tujuan
 Menguji secara kualitatif vitamin C pada sampel minuman.

II. Dasar Teori

Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan
penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia
dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan
yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya
antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan, seperti
jeruk, merupakan sumber utama vitamin C (Girinda, 1986).

Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan pada tahun
1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat mencegah sariawan. Albert
Szent-Gyorgyi menerima penghargaan nobel dalam fisiologi atau kedokteran pada tahun 1937
untuk penemuan ini. Selama ini vitamin C atau asam askorbat dikenal peranannya dalam
menjaga dan memperkuat imunitas terhadap infeksi (Girinda, 1986).

Pada beberapa penelitian lanjutan ternyata vitamin C juga telah terbukti berperan
penting dalam meningkatkan kerja otak. Dua peneliti di Texas Woman's University
menemukan bahwa murid SMTP yang tingkat vitamin C-nya dalam darah lebih tinggi
ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik daripada yang jumlah vitamin C-nya lebih rendah
(Girinda, 1986).

Vitamin adalah suatu zat organik yang diperlukan tubuh sebagai pengaturan proses
fisiologis tubuh. Walaupun diperlukan dalam jumlah sedikit tetapi fungsinya tidak dapat
digantikan dengan zat-zat lain. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya
tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan
memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita (Hart, 2003).

Vitamin C disebut juga asam askorbat. Vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan
dan sayuran berwarna hijau. Kekurangan vitamin C mengakibatkan skorbutum, pendarahan
pada kulit, kerusakan sendi, dan gusi. Vitamin C sering disebut sebagai rajanya vitamin, itu
karena vitamin C memang memiliki banyak manfaat. Selain bersifat antioksidan yang mampu
melawan radikal bebas, vitamin C juga berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh
(Hart, 2003).

Dosis konsumsi vitamin C yang ideal adalah 75 miligram per hari. Perempuan hamil
dan ibu menyusui sudah tentu harus mengonsumsi vitamin C lebih besar dari jumlah itu. Ada
juga yang berpendapat cukup mengonsumsi 200 miligram sehari. Bagi orang yang hidup
dengan stres atau mereka yang tinggal di kota besar yang penuh polusi, dosis 500 miligram
adalah dosis yang cukup baik (Hart, 2003).

Terlalu banyak mengonsumsi Vitamin C akan memiliki efek samping seperti sakit
kepala, mual, muntah, perut sakit, kelelahan, mengantuk, gangguan pencernaan, kram usus,
diare, insomnia, batu ginjal, iritasi di kerongkongan, hingga pengeroposan gigi. Untuk
mengetahui ada tidaknya kandungan vitamin C dalam sebuah sampel minuman, kita dapat
menggunakan titrasi iodometri dalam laboratorium. Titrasi iodometri dapat menggunakan
larutan amilum Iodida atau bisa juga menggunakan betadine (Hart, 2003).

Vitamin adalah golongan senyawa organik sebagai pelengkap makanan yang sangat
diperlukan oleh tubuh. Vitamin memiliki peran yang sangat penting untuk pertumbuhan,
pemeliharaan kesehatan, dan fungsi-fungsi tubuh lainnya agar metabolisme berjalan normal.
Vitamin dalam bahan makanan hanya dalam jumlah relatif kecil (Winarno, 1988).

Bentuk vitamin berbeda-beda, diantaranya ada yang berbentuk provitamin atau calon
vitamin (precursor), setelah diserap oleh tubuh, provitamin dapat diubah menjadi vitamin
yang aktif. Karbohidrat, protein, dan lemak dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah besar untuk
menyediakan energi dan menghasilkan prekursor organik sebagai komponen tubuh. Namun
demikian, vitamin memiliki fungsi khusus yang tidak dapat digantikan oleh zat lain.
Kekurangan vitamin berati kekurangan zat esensial dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan
penyakit tertentu. Kondisi kekurangan vitamin disebut avitaminosis dan dapat disembuhkan
dengan memberikan vitamin yang kurang (Poedjiadi, 1994).

Vitamin C mempunyai banyak fungsi yaitu berperan membantu enzim spesifik dalam
melakukan fungsinya. Vitamin C juga bekerja sebagai antioksidan. Perusahaan kadang–
kadang menambahkan vitamin C pada produk makanannya untuk menjaga kandungan bahan
tertentu. Vitamin C juga penting untuk membentuk kolagen, serat, struktur protein. Kolagen
dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi dan juga untuk membentuk jaringan bekas
luka (Winarno, 1988).
Vitamin C juga meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi dan membantu tubuh
menyerap zat besi. Vitamin C atau asam askorbat mempunyai massa molekul 176 gram/mol
dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-192ºC.
Bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat
molekul rendah (Winarno, 1988).

Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter dan benzena. Dengan logam membentuk
garam. Sifat asam ditentukan oleh ionisasi gugus enol pada atom C nomor 3. Vitamin C lebih
stabil pada pH rendah daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, terutama apabila
terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar, dan temperatur tinggi. Larutan
encer Vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti di
atas. Oksidasi Vitamin C menghasilkan asam dehidroaskorbat (Winarno, 1988).

Vitamin C dapat ditemukan pada buah jeruk, tomat, dan juga beberapa buah-buahan
lainnya. Vitamin C diperlukan pada pembentukan zat kolagen oleh fibroblast hingga
merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel. Keadaan kekurangan vitamin C akan
mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan juga pada proses pematangan
eritrosit dan pada pembentukan tulang dan dentin. Vitamin C mempunyai peranan penting
pada respirasi jaringan (Rachmawati et al, 2009).

Sumber vitamin C adalah buah-buahan segar terutama buah jeruk dan sayuran.
Fungsinya yang pasti tidak diketahui, kecuali bahwa askorbat ikut berperan pada kerja enzim-
enzim prolil dan lisil hidrolakse serta pehidroksifenil-piruvat oksidase, dan pada pembentukan
nondrenalin (Rachmawati et al, 2009).

Kebutuhan orang dewasa 60 mg lebih banyak dalm laktasi, 35 – 45 mg untuk bayi dan
anak-anak. Peningkatan kebutuhan dapat terjadi karena stress. Vitamin C pertama-tama
diisolasi oleh Szent Gyorgy (1928) dari jeruk, kol dan adrenal korteks. Ia namakan senyawa
tersebut asam heksuronik karena molekulnya mempunyai enam karbon dan mempunyai sifat
mereduksi (Rachmawati et al, 2009).

Vitamin C adalah derivate heksosa dan cocok digolongkan sebagai suatu karbohidrat.
Vitamin ini dalam bentuk Kristal berwarna putih, sangat larut dalam air dan alcohol. Vitamin
C stabil dalam keadaan erring tetapi mudah teroksidasi dalam keadaan larutan apalagi dalam
suasana basa (Rachmawati et al, 2009).
Vitamin C diperlukan untuk sintesis kolagen, komponen struktural penting dari
pembuluh darah, tendon, ligamen, dan tulang. Vitamin C juga berperan penting dalam
sintesis neurotransmitter , norepinefrin (Fessenden, 1982).

Neurotransmiter sangat penting untuk fungsi otak dan diketahui mempengaruhi


suasana hati. Selain itu, vitamin C diperlukan untuk sintesis karnitin , molekul kecil yang
sangat penting untuk pengangkutan lemak menjadi organel sel yang disebut mitokondria , di
mana lemak diubah menjadi energi. Penelitian juga menunjukkan bahwa vitamin C adalah
terlibat dalam metabolisme kolesterol untuk asam empedu , yang mungkin memiliki implikasi
terhadap kadar kolesterol darah dan kejadian batu empedu (Fessenden, 1982).

Vitamin C juga sangat efektif terhadap antioksidan protein. Bahkan jumlah kecil
vitamin C dapat melindungi molekul yang sangat diperlukan dalam tubuh, seperti, lipid
(lemak), karbohidrat, dan asam nukleat (DNA dan RNA), dari kerusakan oleh radikal bebas
dan reaktif oksigen spesies yang dapat dihasilkan selama metabolisme normal maupun
melalui hubungan ke racun dan polutan (misalnya, asap rokok) (Fessenden, 1982).

Vitamin C juga mungkin dapat beregenerasi antioksidan lain seperti vitamin E. Satu
studi terbaru perokok ditemukan bahwa vitamin C vitamin E regenerasi dari bentuk
teroksidasinya (Fessenden. 1982).

Vitamin yang larut dalam air disebut prakoenzim (procoenzyme). Vitamin-vitamin ini
dapat bergerak bebas di dalam badan, darah, dan limfa. Karena sifat kelarutannya, vitamin
ynag larut dalam air mudah rusak dalam pengolahan dan mudah hilang atau terlarut bersama
air selama pencucian bahan (Fessenden, 1982).

Di dalam tubuh, vitamin ini disimpan dalam jumlah terbatas dan kelebihan vitamin
akan dikeluarkan atau diekskresikan melalui urine. Oleh karena itu untuk mempertahankan
saturasi vitamin ini harus sering dikonsumsi. Salah satu vitamin yang larut dalam air adalah
vitamin C (asam askorbat) (Fessenden, 1982).

Vitamin C dikenal juga dengan nama lain yaitu “cevitamic acid”, “antiscorbutic
factor” dan “scurvy preventive dietary essential”. Terdapat dua bentuk vitamin C aktif, yaitu
bentuk tereduksi (asam akorbat) dan bentuk teroksidasi (asam dehidro askobat). Bila asam
dehidroaskorbat teroksidasi lebih lanjut akan berubah menjadi asam diketoglukonat yang
tidak aktif secara biologis (Fessenden, 1982).

Pada buah cabai terkandung beberapa vitamin. Salah satu vitamin dalam buah cabai
adalah vitamin C (asam askorbat). Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat yang
dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu
meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan tulang)
serta zat besi dari bahan makanan lain. Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air
dan esensial untuk biosintesis kolagen (Poedjiadi, 1994).

Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang
menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh
manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan
kecil, dan luka ringan (Poedjiadi, 1994).

Vitamin c juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan
mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin c mampu menetralkan radikal bebas di
seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamini ini juga dapat meningkatkan pembuangan
feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Penelitian di
Institut Teknologi Massachusetts menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil akhir
pencernaan bahan makanan yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang
diberi vitamin C berkurang sampai 81% (Poedjiadi, 1994).

Vitamin C merupakan zat organik karena terdapat dalam tubuh makhluk hidup,
vitamin C terdapat pada buah-buahan dan sayuran yang berwarna hijau. Kekurangan vitamin
C pada manusia dapat mengakibatkan skorbut yaitu pendarahan pada kulit, pendarahan pada
gusi, dan kerusakan pada sendi (Poedjiadi, 1984).

Peranan vitamin C dalam tubuh untuk menjaga struktur kolagen yaitu sejenis protein
yang menghubungkan semua jaringan serabut kulit, urat, tulang rawan dan jaringan lain di
tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar,
pendarahan kecil dan luka ringan. Vitamin C juga berperan aktif dalam membantu penyerapan
zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu menetralkan
radikal bebas di seluruh tubuh, kemudian melalui pengaruh pencahar, vitamin C juga dapat
meningkatkan pembuangan feces dan kotoran lain. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit
penyebab kanker (Poedjiadi, 1984).

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah


kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolism dalam sel dan penting
untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Kebanyakan
vitamin-vitamin ini tidak dapat disintesis oleh tubuh, beberapa di antaranya masih dapat
dibentuk dalam tubuh namun kecepatan pembentukannya sangat kecil sehingga jumlah yang
terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh (Henry 1995).

Vitamin dapat dibagi dalam dua golongan yaitu golongan pertama yang disebut
dengan prakoenzim dan bersifaf larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak beracun,
diekskresi dalam urine. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah tiamin, riboflavin, asam
nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat, vitamin B dan vitamin C. Golongan
kedua yang larut dalam lemak disebut alosterin dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila
vitamin ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh dan memberikan gejala
penyakit tertentu atau yang disebut dengan hipervitaminosis yang juga membahayakan.
Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit defisiensi tetapi biasanya gejala
penyakit akan hilang kembali apabila kecukupan vitamin tersebut terpenuhi (Linder, 2006).

Pada level molekular, askorbat dan dehidroaskorbat mempunyai sifaf pereduksiseperti


halnya vitamin E, dalam keadaan demikian vitamin tersebut mempunyai sifaf umum yang
penting sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks potensial tubuh. Seperti halnya
vitamin E fungsi askorbat adalah sebagai sumber reducing equivalent di seluruh tubuh tetapi
hanya beberapa reaksi enzim sudah diperlihatkan secara khusus membutuhkan vitamin C
seperti proses hidrolisasi yang menggunakan molekul oksigen dan sering mempunyai
kofaktor besi dan tembaga. Dalam reaksi tersebut asam askorbat mempunyai peranan sebagai
sumber elektron untuk mereduksi oksigen dan sebagai zat pelindung untuk memelihara status
reduksi besi (Agustina, 2008).

Vitamin C tidak memiliki aktivitas koenzim. Makna biologisnya yang dimiliki


berdasarkan pada sifafredoksnya. Fungsi fisiologis vitamin ini antara lain berperan di dalam
kesehatan substansi matriks jaringan ikat serta epitel pembuluh darah, mekanisme imunitas
bagi daya tahan tubuh terhadap serangan berbagai penyakit dan toksin, penurunan kadar
kolesterol dan diperlukan juga untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Vitamin C dapat terserap
sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke seluruh
jaringan tubuh. Kelenjar adrenalin mengandung vitamin C sangat tinggi, pada umumnya
tubuh menyimpan vitamin C sangat sedikit. Konsentrasi vitamin C dalam plasma darah
sekitar 0,4 sampai 1,0 mg/100 mL dianggap sudah sangat baik. Bila konsentrasi sudah 1,0 mg
maka member indikasi plasma darah sudah jenuh terhadap vitamin C dan kelebihan akan
vitamin ini akan dibuang melalui urine (Agustina, 2008).

Vitamin yang tergolong larut dalam air adalah vitamin C dan vitamin B kompleks.
Vitamin C terbentuk sebagai asam L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat, dimana keduanya
mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. asam askorbat sangat mudah teroksidasi secara
reversibel menjadi asam L-dehidroaskorbat. Asam L-dehidroaskorbat secara kimia sangat
labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak
memiliki keaktifan vitamin C lagi. Vitamin C disintesis secara alami baik dalam tanaman
maupun hewan dan mudah dibuat secara sintesis dari gula dengan biaya yang sangat rendah
(Linder, 2006).

III. Alat dan Bahan


3.1 Alat
 Botol Reagen
 Gelas piala
 Pipet Tetes
 Sendok makan
 Spatula
 Tabung reaksi

3.2 Bahan
 Air
 Aquades
 Betadine
 Buahvita mangga
 Betadin antiseptik
 Ichitan
 Tepung maizena

IV. Prosedur Percobaan


 Prosedur I
1. Dibuat larutan kanji dengan menambahkan ¼ gelas air, didauk sampai larut.
2. Disiapkan sampel minuman dan sampel larutan penyegar panas dalam, lalu sampel
dimasukan dibotol reagen kemudian ditambahkan aquades.
3. Diambil 1 sendok makan larutan kanji, kemudian dituang kedalam botol reagen yang
berisi sampel.
4. Dipipet betadine kedalam sampel, kemudian diamati perubahan warna yang terjadi.
5. Dicatat perubahan warna yang terjadi ( jika berubah warna biru kehitaman) perubahan
tersebut menandahkan bahwa sampel mengandung vitamin C.

 Prosedur II
1. Disiapkan 4 Tabung reaksi yan telah diisi air dan takarannya harus sama tinggi.
2. Masing-masing 3 tabung reaksi diberi betadine sebanyak 3 tetes dan 1 tabung
dibiarkan berisi air putih biasa.
3. Diberi ekstrak buah-buahan didalam 3 tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes) dan 1
tabung dibiarkan tetap berisi air putih biasa.
4. Setelah itu dicampurkan ekstrak buah-buahan yang telah diberi betadine hingga
larutan tercampur dengan rata dengan cara digoyangkan secara perlahan
5. Setelah mengalami perubahan warna, diamati dan dicatat isi tabel hasil praktikum.

V. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamtan Prosedur I

No Jenis Sampel Jumlah Tetes Perubahan warna


1 Buahvita Mangga 100 tetes Merah Bata menjadi kuning
2 Ichitan 45 Tetes Merah bata menjadi kuning bening

Tabel Hasil Pengamatan Prosedur II

No Jenis Sampel Jumlah Tetes Perubahan warna


1 Buhvita Mangga 16 Tetes Kuning menjadi biru kehitaman
2 Ichitan 15 Tetes Cokelat muda menjadi biru kehitaman

VI. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dilakukan uji kualitatif vitamin C pada beberapa jenis
sampel dari ekstrak buah. Jenis buahnya pun bisa apa saja terkecuali rasa jeruk. Alasannya
karena sudah diketahui bahwa buah jeruk adalah sumber dari vitamin C jadi menggunakan
sampel buah maupun sayuran yang lain untuk mengetahui apakah sari buah dan sayuran
tersebut mengandung vitamin C atau tidak. Sampel yang digunakan yaitu Buahvita mangga
dan Ichitan. Diambil sampel tersebut karena untuk mengetahui dan membandingkan manakah
yang memiliki kandungan vitamin C lebih banyak antara buah dan sayuran.

Percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan tiga tabung yang telah terisi 1/8
aquades. Masing-masing dari tiap tabung reaksi tersebut ditetesi dengan betadine sebanyak 3
tetes, untuk pengujian ditetesi sampel Buahvita mangga untuk tabung reaksi yang pertama dan
Ichitan pada tabung reaksi yang kedua. Dibuat tiga tabung reaksi dengan campuran aquades
dan betadine agar dapat diketahui perbandingan warna yang terjadi ketika ditambahkan ke
dua sampel pada masing-masing tabung reaksi. Di dapatkan perubahan warna pada tabung
pertama setelah ditetesi sebanyak 100 tetes yaitu dari warna merah bata menjadi kuning dan
pada tabung yang kedua setelah ditetesi dengan Ichitan sebanyak 45 tetes dihasilkan
perubahan warna dari merah bata menjadi kuning bening.

Dalam pengujian dalam metode pertama digunakan bahan betadine karena warna dari
pada betadine yaitu berwarna merah akan menyebabkan lebih mudah dalam mengamati
perubahan warna yang akan terjadi. Jika sampel mengandung vitamin C maka akan
menghasilkan perubahan warna menjadi putih. Dari hasil yang telah didapatkan bisa dilihat
perbandingan kandungan vitamin C yang ada pada kedua sampel tersebut. Sampel yang
pertama sangat lambat dalam mengalami perubahan warna dan tidak terjadi perubahan total.
Sampel kedua mengalami reaksi yang cepat itu dilihat dari pproses perubahan warna yang
terjadi dari sampel Ichitan yaitu berubah total. Hal ini menunjukan bahwa kandungan vitamin
C pada minuman Ichitan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan minumanan Buahvita
mangga.

Pada percobaan kedua untuk pengujian kandungan vitamin C pada sampel minuman.
Masingmasing sampel diambil sebanyak satu sendok makan dan ditempatkan pada kedua
gelas kimia yang berbeda. Ditambahkan masing-masing tiga tetes larutan betadine pada gelas
kimia tersebut. Dibuat larutan kanji dengan menggunakan bahan tepung maizena dengan
¼
campuran 1 sendok makan tepung maizena dengan air pada gelas kimia. Larutan kanji
dipanaskan dalam kompor pemanas hal ini bertujuan agar larutan kanji tersebut dapat
tercampur dengan baik. Diambil sebanyak dua sudip larutan kanji dan ditambahkan masing-
masing ke dalam dua gelas kimia yang telah terisi sampel, dihomogenkan dengan sampel
kemudian diteteskan betadine. Jika dalam sampel yang diuji mengandung vitamin C maka
dari sampel tersebut akan mengalami perubahan warna menjadi biru kehitaman. Dan
didapatkan hasil pada sampel pertama setelah ditetesi dengan larutan betadine sebanyak 100
tetes perubahan warna yang terjadi yaitu biru kehitaman dan pada sampel yang kedua
(Ichitan) setelah ditetesi dengan larutan betadine sebanyak 45 tetes perubahan warna yang
terjadi yaitu dari warna cokelat muda menjadi warna birukehitaman.

VII. Penutup
7.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan pada kedua sampel tersebut yaitu mengandung


vitamin C dan pada sampel minuman ABC lecy yang mengandung lebih besar
kandungan vitamin C nya.

7.2 Saran

Lebih baik harus kuasai prosedur terlebih dahulu sebelum melakukan


praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina , 2008. “ Pengujian Vitamin C pada beberapa Minuman yang tersebar di Pasar
Daerah Purwokerto” Jurnal Kimia 2 (3) : 1-14.

Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jilid 2. Jakarta, Erlangga.

Girindra, A. 1986. Biokimia I. Jakarta, Gramedia.

Hart, H. 2003. Kimia Organik. Jakarta, Erlangga.

Henry, C. 1995. Biochemistry for dental students. Jurnal Chemistry. 9(10):21-23

Linder, 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta : UI Press.

Poedjiadi, A., 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI-Press : Jakarta.

Rachmawati R; Defiani M. R, Suriani N. L. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan


Terhadap Kandungan Vitamin C pada Cabai Rawit Putih. (Capsicum frustescens).
Jurnal Biologi. 8 (2) : 36 – 40.

Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Kualitatif Kuantitatif. Manado :
FMIPA UNSRAT.

Winarno, F.G. 1988. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia : Jakarta.

LAMPIRAN
Sampel minuman yang Sampel minuman yang
Indikator betadine
mengandung vitamin C mengandung vitamin C

Perubahan warna pada Perubahan warna pada


metode 2 (buavita Tepung maizena
metode 1
mangga)

Sampe buavita mangga Sampel Ichitan

Anda mungkin juga menyukai