Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN

ACARA VI
VITAMIN C

disusun oleh:
Hanifatul Zahra
H3117034

DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2018
ACARA VI
VITAMIN C

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Acara VI “Vitamin C” adalah:
1. Mahasiwa mampu memahami prinsip pengujian kadar vitamin C
menggunakan metode titrasi iodometri
2. Mahasiwa mampu mengukur kadar vitamin C ada sampel dengan
menggunakan metode titrasi iodometri
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh
dan berfungsi untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Bila dalam tubuh
kebutuhan vitamindan mineral mencukupi, maka segala jenis penyakit dapat
dicegah. Mengkonsumsi vitamin C yang juga berfungsi sebagai antioksidan
terbukti dapat menangkal virus-virus seperti virus flu, selain itu vitamin C
juga berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh yang bertanggung jawab
penuh terhadap setiap gangguan pada tubuh baik gangguan psikis, fisik,
fisiologi (kasus salah gizi), maupun lingkungan sekitar (Widiastuti, 2011).
Vitamin C disebut juga asam askorbat, merupakan vitamin yang paling
sederhana, mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi
manusia. Struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya
tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi
asam dehidroaskorbat (Safaryani dkk., 2007).
Jus buah adalah cairan alami yang terkandung dalam jaringan buah
atau sayuran. Jus dihasilkan dengan cara memeras secara mekanis atau
memarut buah atau sayuran segar tanpa aplikasi panas atau pelarut. Label
pada paket jus buah dapat menyesatkan karena perusahaan mungkin
meremehkan atau melebih-lebihkan konten yang sebenarnya. Dengan
demikian, masalahnya adalah bahwa konsumen tidak tahu jumlah
sebenarnya vitamin C dalam jus buah, kecuali jumlah vitamin C dinyatakan
pada label paket (Kashyap dan Gautam, 2012).
Jus buah diperoleh dengan ekstraksi mekanis (meremas) buah yang
dipanen pada saat jatuh tempo, diikuti oleh pasteurisasi. Jus buah dari
konsentrat diperoleh dengan cara yang sama kecuali bahwa jus
terkonsentrasi melalui penguapan kandungan air alami. Jus kemudian
dipulihkan dengan menambahkan jumlah air yang sama seperti yang
diekstrak dari jus itu selama proses konsentrasi. Langkah konsentrasi
digunakan untuk memfasilitasi penyimpanan dan transportasi, dan
meningkatkan dampak lingkungan dari produk. Sari buah dibuat dengan
menambahkan air ke jus buah atau buah murni, dengan atau tanpa gula atau
pemanis buatan. Kandungan buah minimal dalam sari buah harus 25% -
50%, tergantung pada jenis buahnya (Rolle dkk., 2016).
Buah jambu biji putih dan merah muda memiliki aroma khas, kaya
mineral dan vitamin. Kandungan vitamin C dalam buah jambu biji diketahui
secara signifikan lebih tinggi daripada kebanyakan jeruk. Vitamin ini adalah
nutrisi penting yang dikenal karena sifat antioksidan dan antikanker, dan
efek kesehatan lainnya. Vitamin C sebenarnya sensitif terhadap panas dan
mudah terurai ketika mengalami perlakuan panas. Dalam buah jambu biji
merah muda, warna yang menarik ini dikaitkan dengan kehadiran pigmen
karotenoid, lycopene. Intensitas warna buah berbanding lurus dengan
kandungan likopen dalam daging buah serta warna dan jumlah likopen
dalam jus yang dibuat dari buah. Meskipun likopen tidak memiliki aktivitas
provitamin A tetapi telah digambarkan sebagai salah satu antioksidan paling
aktif dari semua pigmen karotenoid (Aishah dkk., 2016).
Buah jeruk salah satu fungsinya adalah sebagai sumber makanan dan
obat-obatan. Asam askorbat juga dikenal sebagai Vitamin C, asam L-
askorbat dan Vitamin Antiscorbutic, asam askorbat murni adalah kristal
putih yang larut air, ditemukan terutama pada buah jeruk dan sayuran. Asam
askorbat adalah vitamin yang paling melimpah dalam jeruk, lemon dan
grapefruit. Buah jeruk memiliki kulit kasar, kuat dan berwarna atau kulit
yang dikenal sebagai epicarp yang menutupi buah dan melindunginya dari
kerusakan. Kelenjarnya mengandung minyak esensial yang merupakan
aroma buah khas jeruk. Endokarp kaya akan gula terlarut dan mengandung
sejumlah besar asam askorbat, pektin, serat, asam organik dan garam kalium
yang berbeda yang memberikan buah citarasa jeruk yang khas
(Motora, 2017).
Vitamin C, karotenoid, pektin dan senyawa fenolik adalah komponen
penting dari buah jeruk. Antioksidan fenolik dari jus buah melindungi
kandungan vitamin C dari degradasi oksidatif. Senyawa fenolik larut yang
dapat diidentifikasi jeruk adalah hesperidin dan nanrirutin, tetapi
antioksidan utama adalah asam askorbat. Jus jeruk juga mengandung
karotenoid, terutama cryptoxanthis, lutein, anthoxanthin, violaxantin, yang
tidak bercampur dengan komponen antioksidan yang larut dalam air.
Hesperidin dan narirutin flavon berlimpah dalam jus jeruk dalam bentuk
sebagian terlarut, sebagian tersuspensi dan sebagian koloid
(Ywassaki dan Brazaca, 2011).
Mangga (Mangifera indicaL.) adalah buah berbiji yang mengandung
banyak air dan tumbuh di banyak bagian dunia, terutama di negara-negara
tropis. Ini adalah buah nasional India dan Filipina dan pohon nasional
Bangladesh. Saat ini, mangga dibudidayakan di area seluas sekitar 3,7 juta
ha di seluruh dunia. Buah mangga menaklukkan posisi ke-2 sebagai
tanaman tropis. Telah terbukti bahwa buah mangga merupakan sumber
penting mikronutrien, vitamin dan phytochemical lainnya. Selain itu, buah
mangga memberikan energi, serat makanan, karbohidrat, protein, lemak dan
senyawa fenolik, yang penting bagi pertumbuhan, perkembangan dan
kesehatan manusia pada umumnya (Parvez, 2016).
2. Tinjauan Teori
Vitamin C dapat berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mengurangi
resiko kanker payudara, kolon, rektum, dan paru-paru. Menurut Permenkes
RI Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Bagi Bangsa Indonesia menyatakan bahwa kebutuhan vitamin C per hari
minimal yaitu 40 - 50 mg (bayi di bawah 1 tahun), 40 mg (umur 1 - 3
tahun), 45 mg (umur 4 - 6 tahun), 45 - 50 mg (umur 7 - 12 tahun), 100 mg
(wanita hamil) dan 150 mg (ibu menyusui). Penentuan vitamin C pada
bahan makanan dan minuman kemasan dapat dilakukan dengan metode
spektrofotometri dan titrasi (Damayanti dan Kurniawati, 2017).
Vitamin C terlibat dalam biosintesis karnitin, senyawa yang penting
untuk menghasilkan energi dengan mengangkut asam lemak rantai panjang
ke mitokondria. Kebanyakan gejala defisiensi vitamin C terkait dengan
kolagen, elemen penting dalam tendon, tulang rawan, tulang dan fungsi
kulit. Sehingga jika seseorang kekurangan vitamin C, kaadar plasma darah
menurun cukup cepat; namun, gejala kekurangan membutuhkan waktu lebih
lama untuk berkembang. Salah satu gejala paling awal adalah (sayangnya,
sangat tidak spesifik): kelelahan. Vitamin C diperlukan oleh prolin
hidroksilase dan lisin hidroksilase (enzim dalam biosintesis procollagen),
dan defisiensi menyebabkan traktures kolagen yang tidak stabil. Hal ini
menyebabkan kehilangan gigi, nyeri sendi, tulang dan gangguan jaringan
ikat, penyembuhan luka yang buruk dan, lebih spesifik: m-perdarahan,
memar, edema, hemorrhage, gingivitis (Pacier and Martirosyan., 2015).
Vitamin C mudah larut dalam air, oleh karena itu pada waktu
mengalami proses pengirisan, pencucian dan perebusan bahan makanan
yang mengandung vitamin C akan mengalami penurunan kadarnya.
Kandungan vitamin C dalam buah dan makanan akan rusak karena
proses oksidasi oleh udara luar, terutama jika dipanaskan. Oleh karena
itu, penyimpanan dilakukan pada suhu rendah (di lemari es) dan
pemasakan yang tidak sampai menyebabkan perubahan warna pada
makanan yang mengandung vitamin C (Putri dan Setiawati., 2015).
Pengukuran kadar vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa
metode diantaranya adalah Spektrofotometri UV-Vis dan metode
iodometri. Metode spektrofometer UV-Vis dapat memberikan informasi
baik analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif. Beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa metode spektrofotometer UV-Vis mampu
memberikan hasil pengukuran kadar vitamin C yang hampir sama dengan
nilai nutrisi yang terdapat dalam bahan pangan yang diujikan
(Badriyah dan Manggara, 2015).
Metode titrasi iodometri memakai Iodium sebagai oksidator yang
mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai indikatornya
(Wijanarko, 2002). Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu
kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri
tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod
yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Techinamuti dan Pratiwi, 2018).
Penentuan konsentrasi vitamin C melibatkan larutan iodin dan iodat
dalam metode titrasi redoks. Ketika larutan iodine adalah titran, vitamin C
dioksidasi untuk membentuk asam dehidroaskorbat sementara yodium
direduksi menjadi ion iodida. Ketika semua vitamin C telah selesai, larutan
yodium berlebih akan bereaksi akan larutan kanji untuk f orm warna biru-
hitam sebagai titik akhir titrasi (asam askorbat + I 2 → 2I- + asam
dehidroaskorbat) (Kashyap dan Gautam, 2012).
Titrasi Iodometri juga adalah salah satu metode analisis yang dapat
digunakan dalam menghitung kadar Vitamin C. Dimana, suatu larutan
vitamin C (asam askorbat) sebagai reduktor dioksidasi oleh Iodium,
sesudah vitamin C dalam sampel habis teroksidasi, kelebihan Iodium akan
segera terdeteksi oleh kelebihan amilum yang dalam suasana basa berwarna
biru muda. Prinsip analisis ini adalah mereaksikan asam askorbat dengan
iodin dan larutan iodin yang tersisa ditritrasi dengan larutan natrium
tiosulfat. Kekurangan dari metode ini yaitu ketidak akuratan nilai yang
diperoleh karena vitamin C dapat dipengaruhi oleh zat lain
(Wijanarko, 2002).
Titrasi iodometri juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya seperti; penitaran berlangsung lebih cepat karena titrat dan
titran langsung bereaksi. Kekurangannya ialah seringkali penitarnya mudah
terurai oleh cahaya, (2) dikhawatirkan kehilangan ion iod pada saat titrasi,
(3) dan dalam keadaan asam, larutan iod dapat dioksidasi oleh udara
(Georgieva dkk., 2016).
Vitamin C memiliki sifat yang mudah larut dalam air dan juga mudah
teroksidasi oleh udara luar maupun terkena panas, hal tersebut merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar vitamin C pada suatu
bahan pangan. Faktor lain yang membuat kadar vitamin C dapat berkurang
yaitu karena adanya pemanasan pada proses pengolahan suatu bahan pangn
dan bergantung pula pada lamanya penyimpanan produk pangan tersebut
(Putri dan Setiawati, 2015).
C. Metodologi
1. Alat:
a. Buret 50 ml
b. Erlenmeyer 250 ml
c. Gelas beker 250 ml
d. Labu takar 100 ml
e. Pipet ukur 5 ml
f. Pipet Volume 10 ml
g. Timbangan analitik
2. Bahan:
a. Aquadest
b. Indikator amilum 1%
c. Larutan iodin 0,01N
d. Sari buah jambu biji
e. Sari buah jeruk
f. Sari buah mangga
3. Cara Kerja

30 gr sampel

Pemasukkan ke dalam labu takar 100ml

Aquades Penambahan hingga tanda tera

Pengambilan 25 ml larutan

25 ml
Pemasukan ke dalam erlenmeyer 100ml
amilum 1%

Larutan iodin Penitrasian dan penghitungan kadar


0,01 N vitamin C sampel

Gambar 6.1 Diagram Alir Uji Iodometri


D. Hasil dan Pembahasan
Vitamin C disebut juga asam askorbat, merupakan vitamin yang
paling sederhana, mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi
manusia. Struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya
tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi
asam dehidroaskorbat. Dari beberapa vitamin dapat diketahui dari
kepentingannya dalam membantu aktivitas berbagai enzim.. Vitamin C
pada tumbuhan merupakan metabolit sekunder, karena terbentuk dari
glukosa melalui jalur asam D-glukoronat dan L-gulonat. Pada manusia,
binatang menyusui tingkat tinggi, dan marmot, biosintesis ini tidak terjadi,
karena adanya hambatan biosintetik yang sifatnya genetik antara L-
golonolakton dan 2 keto-L-gulonolakton sehingga untuk spesies tersebut
vitamin C merupakan faktor penting dalam makanan. Asam Laskorbat
dengan adanya enzim asam askorbat oksidase akan teroksidasi menjadi
asam L-dehidroaskorbat. Asam ini secara kimia juga sangat labil dan
mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang
tidak lagi memiliki keaktifan sebagai vitamin C. Suasana basa
menyebabkan asam Ldiketogulonat teroksidasi menjadi asam oksalat
dan asam L-treonat (Safaryani dkk., 2007).
Pengukuran kadar vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa
metode diantaranya adalah Spektrofotometri UV-Vis dan metode iodometri.
Metode spektrofometer UV-Vis dapat memberikan informasi baik analisis
kualitatif maupun analisis kuantitatif. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa metode spektrofotometer UV-Vis mampu memberikan
hasil pengukuran kadar vitamin C yang hampir sama dengan nilai nutrisi
yang terdapat dalam bahan pangan yang diujikan (Badriyah dan Manggara,
2015). Metode titrasi iodometri memakai Iodium sebagai oksidator yang
mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai indikatornya
(Wijanarko, 2002). Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu
kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri
tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia (Techinamuti dan Pratiwi., 2018).
Prosedur/langkah kerja penetapan kadar vitamin C secara iodimetri
sebagai berikut: asam askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan dalam
campuran aquades dan amilum 1%.. Larutan dititrasi dengan iodin 0.01N
menggunakan indikator kanji sampai terbentuk warna biru. Larutan
standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah
natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat
Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan
secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer.
(Techinamuti dan Pratiwi., 2018).
Titrasi iodometri juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya seperti; penitaran berlangsung lebih cepat karena titrat dan
titran langsung bereaksi. Kekurangannya ialah seringkali penitarnya mudah
terurai oleh cahaya, (2) dikhawatirkan kehilangan ion iod pada saat titrasi,
(3) dan dalam keadaan asam, larutan iod dapat dioksidasi oleh udara
(Georgieva dkk., 2016). Kekurangan lainnya yaitu ketidak akuratan nilai
yang diperoleh karena vitamin C dapat dipengaruhi oleh zat lain
(Wijanarko, 2002).
Tabel 5.1 Data Kadar Vitamin C

Volume Rerata Kadar Vitamin C Rerata


Berat Iodin (%)
Kel Sampel volum kadar
sampel
U1 U2 Iodin U1 U2 Vit. C
Sari
1 buah 30,1 gr 6,4 5,7 6,05 0,076% 0,067% 0,072%
Manga
Sari
2 buah 30 gr 4,6 3, 3 3,95 0,055% 0,039% 0,047%
jeruk
Sari
3 buah 30 gr 14 15,5 14,75 0,166% 0,184% 0,175%
jambu
Sumber : laporan sementara
Berdasarkan praktikum Acara VI Vitamin C yang telah dilakukan
dengan metode titrasi iodometri, didapatkan hasil seperti pada Tabel 5.1
diatas. Data kadar Vitamin C sampel sari buah manga yang digunakan
kelompok 1 dan 2 didapatkan hasil bahwa sari buah mangga memiliki berat
sampel sebesar 30,1 gram; volume iodin U1 sebesar 6,4 ml dan U2 sebesar
5,7 ml serta didapatkan rerata volume iodin sebesar 6,05 ml dengan kadar
vitamin C U1 sebesar 0,076% dan kadar vitamin C U2 sebesar 0,067%
serta didapatkan rerata kadar vitamin C sebesar 0,072%. Pada sampel sari
buah orange dari kelompok 3 dan 4 didapatkan berat sampel sebesar 30
gram; volume iodin U1 sebesar 4,6 ml dan U2 sebesar 3,3 ml serta
didapatkan rerata volume iodin sebesar 3,95 ml dengan kadar vitamin C U1
sebesar 0,055% dan kadar vitamin C U2 sebesar 0,039% serta didapatkan
rerata vitamin C sebesar 0,047%. Pada sampel sari buah jambu dari
kelompok 5, 6, dan 7 didapatkan berat sampel sebesar 30 gram; volume
iodin U1 sebesar 14 ml dan U2 sebesar 15,5 ml serta rerata volume iodin
sebesar 14,75 ml dengan kadar vitamin C U1 sebesar 0,166% dan kadar
vitamin C U2 sebesar 0,184% serta didapatkan rerata vitamin C sebesar
0,175%.
Berdasarkan nutrition fact, pada sari buah mangga yaitu sebesar 35%
pada 250 ml larutan sari buah mangga, sedangkan pada hasil praktikum
didapatkan rerata kadar vitamin C sebesar 0,072% pada 30,1 gram sari buah
mangga. Pada sari buah orange yaitu sebesar 45% pada 250 ml larutan,
sedangkan pada hasil praktikum didapatkan rerata kadar vitamin C sebesar
0,047% pada 30 gram sari buah orange. Pada sari buah jambu yaitu sebesar
35,5% pada 250 ml larutan, sedangkan pada hasil praktikum didapatkan
rerata kadar vitamin C sebesar 0,175% pada 30 gram sari buah jambu.
Dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan yang sangat jauh antara kadar
vitamin C pada nutrition facts dengan hasil praktikum. Penyimpangan ini
dapat terjadi karena kesalahan pada praktikan saat melakukan uji iodometri
dan vitamin C juga memiliki sifat yang mudah teroksidasi atau mudah
rusak. Selain itu, dalam proses titrasi masing-masing sampel terjadi
kelebihan iodin sehingga diperoleh warna larutan sampel yang terlalu biru
kehitaman. Hal ini bisa saja menyebabkan jumlah iodin yang dicatat sebagai
data kurang akurat karena terjadi kelebihan iodin dalam proses titrasi
(Kashyap dan Mangla,2012).
Pada titrasi iodometri menggunakan amilum sebagai indikator
yang berfungsi untuk menunjukan titik akhir titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna. Larutan indikator
amilum ditambahkan pada saat akan menjelang titik akhir dititrasi, karena
jika indikator amilum ditambahkan diawal akan membentuk iod-amilum
memiliki warna biru kompleks yang sulit dititrasi oleh natrium tiosulfat
(Techinamuti dan Pratiwi, 2018).
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar vitamin
C pada setiap jenis buah-buahan sehingga tiap jenis buah dan setiap daerah
memiliki kadar vitamin C yang berbeda : Faktor dalam atau faktor
pembawaan (genetik) yang berpengaruh terhadap hasil panen yaitu rasa,
bau (aroma), komposisi kimia, nilai gizi dan kemampuan produksinya
(produktivitas). Faktor luar; faktor lingkungan, intensitas cahaya matahari,
temperatur, musim, tempat / daerah pertumbuhan zat makanan / hara, dan
faktor tingkat kemasakan hasil tanaman (Cresna dkk., 2014). Komposisi
jenis gizi dalam setiap jenis buah berbeda-beda tergantung pada beberapa
faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan iklim tempat tumbuh,
pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan waktu panen,
kondisi selama pemeraman dan kondisi penyimpanan
(Setiawan dkk., 2014).
Vitamin C memiliki sifat yang mudah larut dalam air dan juga mudah
teroksidasi oleh udara luar maupun terkena panas, hal tersebut merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar vitamin C pada suatu
bahan pangan. Faktor lain yang membuat kadar vitamin C dapat berkurang
yaitu karena adanya pemanasan pada proses pengolahan suatu bahan pangn
dan bergantung pula pada lamanya penyimpanan produk pangan tersebut
(Putri dan Setiawati., 2015).
Salah satu cara mencegah terjadinya kerusakan vitamin C dapat
dilakukan dengan teknik pengemasan. Kadungan gula dan vitamin-
vitamin dalam buah-bauahan dapat dipertahankan lebih baikdengan
pengemasan daripada yang tidak dikemas. Pengemasan merupakan teknik
pengawetan untuk mencegah terjadinya kerusakan bahan pangan dan
menambah umur simpan (Sine, 2012).
Aplikasi penentuan kadar vitamin C pada bidang pangan
contohnya ialah penentuan kadar vitamin C pada antara nanas segar dan
nanas kaleng. Nanas merupakan salah satu jenis buah yang banyak
diminati oleh masyarakat. Kebutuhan vitamin C yang dianjurkan adalah
sebesar 30-60 mg per hari, sedangkan rata-rata kecukupan vitamin C untuk
keluarga adalah sebesar (53,7±2,2) mg. Sumber vitamin C yang penting di
dalam makanan terutama berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran
(Putri dan Setiawati, 2015).
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari Acara VI “Vitamin C” adalah:
1. Prinsip uji kadar vitamin C dengan metode titrasi iodometri adalah
mereaksikan asam askorbat dengan iodin dan larutan iodin yang tersisa
ditritrasi dengan larutan natrium tiosulfat.
2. Mahasiwa mampu mengukur kadar
DAFTAR PUSTAKA
Aishah, B., Hannah, K., dan Zati Alyani, O. 2016. Stability Of Selected Quality
Attributes of Pink Guava Juice During Storage at Elevated Temperatures.
International Food Research Journal. Vol. 23(5) :1918-1925.
Badriyah, Lailatul dan Algafari B. Manggara. 2015. Penetapan Kadar Vitamin C
Pada Cabai Merah (Capsicum Annum L.) Menggunakan Metode
Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Wiyata. Vol. 2(1) :25-28.
Cresna., Mery Napitupulu dan Ratman. 2014. Analisis Vitamin C Pada Buah
Pepaya, Sirsak, Srikaya dan Langsat Yang Tumbuh di Kabupaten
Donggala. Jurnal Akademika Kimia. Vol. 3(3):121-128.
Damayanti, Evi Triyana dan Puji Kurniawati. 2017. Perbandingan Metode
Penentuan Vitamin C pada Minuman Kemasan Menggunakan Metode
Spektrofotometer UV-Vis dan Iodimetri. Prosiding Seminar Nasoinal
Kimia dan Pembelajarannya. Jurusan Kimia FMIPA UM.
Georgieva, S., T. Nedeltcheva dan A. Stoyanova- Ivanova. 2016. Development of
the Titrimetric and Spectrophotometric Methods for Determination of the
Oxygen Content in Superconducting Cuprates. American Chemical
Science Journal. Vol. 13(1) :1-15.
Kashyap, Gunjan., dan Mangla Dav e Gautam. 2012. Analysis of Vitamin C in
Commercial and Naturals substances by Iodometric Titration found in
Nimar and Malwa regeion. Journal of Scientific Research in Pharmacy.
Vol. 1(2) :77-78.
Motora, Kebena Gebeyehu. 2017. Iodometric Determination of the Ascorbic Acid
(Vitamin C) content of mango and tomato consumed in Mettu Town Ilu
Abba Bora Zone, Oromia Ethiopia. IOSR Journal of Pharmacy and
Biological Sciences. Vol 12(3) :59-61
Pacier, Callen dan Danik M. Martirosyan. 2015. Vitamin C: Optimal Dosages,
Supplementation and Use In Disease Prevention. Functional Foods in
Health and Disease. Vol. 5(3) :89-107.
Putri, Mardiana Prasetyani dan Yunita Herwidiani Setiawati. 2015. Analisis Kadar
Vitamin C pada Buah Nanas Segar (Ananascomosus (L.) Merr) dan Buah
Nanas Kaleng dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Wiyata.
Vol. 2(1) :34-38.
Safaryani, Nurhayati., Sri Haryanti dan Endah Dwi Hastuti. Pengaruh Suhu dan
Lama Penyimpanan terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli
(Brassica oleraceaL). Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. 15(2) :39-45.
Setiawan, Heri., Sri Mulyani dan I Made Tangkas. 2014. Analisis Kandungan
Vitamin C dan Kalium dalam Labu Kuning (Cucurbita Moschata).
Jurnal Akademika Kimia. Vol. 3(4) :173-177.
Sine, Heny M. C. 2012. Ketahanan Kadar Vitamin C dan Kadar Air Pada Cabai
Merah Besar (Capsicum Annuuml) dengan Berbagai Jenis Kemasan.
Partner. Vol. 20(2) :165-171.
Techinamuti, Novalisha dan Rimadani Pratiwi. 2018. Review: Metode Analisis
Kadar Vitamin C. Farmaka Suplemen. Vol. 16(2) :309-315.
Widiastuti, Harti. 2011. Standarisasi Vitamin C Pada Buah Bengkuang
(Pachyrhizus Erosus) Secara Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal
Fitofarmaka Indonesia. Vol. 2(1) :72-75.
Wijanarko., Simon Bambang. 2002. Analisis Hasil Pertanian. Malang :
Universitas Brawijaya.
Ywassaki, Larissa Akemi., dan Solange Guidolin Canniatti-Brazaca. 2011.
Ascorbic Acid And Pectin in Different Sizes and Parts Of Citric Fruits.
Ciênc. Tecnol. Aliment., Campinas. Vol. 31(2) :319-326.
LAMPIRAN
LAMPIRAN PERHITUNGAN

a. Rumus :
ml iodin× N iodin × BM Vit C
1. Kadar Vitamin C = × fp × 100 %
2 ×berat sampel ( gr ) ×1000
persen diperoleh%
2. Vitamin C dalam ml ¿ × ml persajian kemasan
100 %
3. Mg vit C sampel A = ml vit. C x BJ vit C
4. Jumlah mg vit C kemasan

kadar %AKG dalam kemasan


¿ kebutuhan vit C AKG
100 %

b. Diketahui :
BM Vitamin C = 178
100 ml
fp = =4
25 ml
BJ Vitamin C = 1,65
Kebutuhan Vitamin C AKG = 90 mg

c. Kadar Vitamin C Sari buah Mangga


5,7 ×0,01 ×178
1. % kadar vit. C ulangan 1 = × 4 × 100 % = 0,067
2× 30,1× 1000
%
6,4 ×0,01 ×178
2. % kadar vit. C ulangan 2 = ×4 ×100 % = 0,076
2 ×30,1 ×1000
%
0,067 %+ 0,076 %
3. Rerata % kadar vit. C = = 0,072 %
2
0,072 %
4. Vitamin C dalam ml = × 250 ml = 0,18 ml
100 %
5. Mg vit. C sampel = 0,18 ml × 1,65 =0,297 mg
35 %
6. Jumlah mg vit. C kemasan = × 90 mg = 31,5 mg
100 %
d. Kadar Vitamin C Sari buah Orange
4,6 × 0,01×178
1. % kadar vit. C ulangan 1 = × 4 ×100 % = 0,055
2 ×30 ×1000
%
3,3× 0,01× 178
2. % kadar vit. C ulangan 2 = × 4 ×100 % = 0,039
2× 30× 1000
%
0,055 %+0,039 %
3. Rerata % kadar vit. C = = 0,047 %
2
0,047 %
4. Vitamin C dalam ml = ×250 ml = 0,118 ml
100 %
5. Mg vit. C sampel = 0,118 ml ×1,65 =0,195 mg
45 %
6. Jumlah mg vit. C kemasan = × 90 mg = 40,5 mg
100 %

e. Kadar Vitamin C Sari buah Jambu


14 ×0,01 ×178
1. % kadar vit. C ulangan 1 = × 4 × 100 % = 0,166
2× 30 ×1000
%
15,5× 0,01× 178
2. % kadar vit. C ulangan 2 = × 4 ×100 % = 0,184
2× 30× 1000
%
0,166 %+ 0,184 %
3. Rerata % kadar vit. C = = 0,175 %
2
0,175 %
4. Vitamin C dalam ml = × 250 ml = 0,438 ml
100 %
5. Mg vit. C sampel = 0,438 ml × 1,65 = 0,723mg
90 %
6. Jumlah mg vit. C kemasan = × 90 mg = 81 mg
100 %

Anda mungkin juga menyukai