Anda di halaman 1dari 34

Suci Sammulia, M.Sc.

,Apt
 Suppositoria : sediaan padat dalam
berbagai bentuk dan ukuran yang terdiri
dari satu atau lebih obat dan diginakan
melalui rektal, vaginal dan uretra, yang
dapat melunak/melebur pada suhu tubuh.
 Komponen suppo :
1. Obat
2. Basis
Inkompatibilitas suppo dipengaruhi sifat
bahan obat dan basisnya.
 Keuntungan sediaan suppo :
1. Bagi pasien yang tidak bisa terima obat p.o
2. Menghindari rusaknya obat oleh sirkulasi portal
3. Sesuai tujuan pengobatan (lokal atau sistemik)
- Lokal : hanya bekerja pada daerah yang
dikehendaki
Ex. : Anusol suppo (wasir), Dulcolax suppo
(memperlancar BAB)
- Sistemik : ikut peredaran darah
Ex. : Primperan suppo (anti muntah)
Aminofilin suppo (anti asma)
Asetosal suppo (analgetika)
Diazepam suppo (anti kejang)
 Kekurangan:
1. Kurang nyaman dalam pemakaian
2. Penyebaran tidak merata sehingga efek obat sulit
diprediksi
 Ciri basis suppo yang ideal :
1. Stabil dalam penyimpanan dan penggunaan
2. Tidak toksik, tidak mengiritasi
3. Meleleh/melebur pada suhu tubuh
4. Dapat melepaskan obatnya setelah digunakan
5. Kompatibel dengan obatnya
 Pertimbangan pemilihan basis :
1. Tujuan pemakaian
2. Rute administrasi/tempat pemberian obat
3. Kenyamanan pasien
4. Kompatibility dan stabilitas
 Macam basis suppo :
1. Lemak (fatty bases/oil soluble bases)
Ex. : Cocoa butter (theobroma oil/oleum
cacao/lemak biji coklat)
2. Minyak nabati yang terhidrogenasi
Ex. : Trigliserida (palm/coconut oil)
3. Basis larut dalam air
Ex. : PEG
Gelatin-gliserin
4. Surfaktan
Ex. : Tween
Campuran Tween-PEG
 Sifat : melunak pada suhu 30˚C, melebur pada suhu
34˚C
 Kelebihan : hampir memenuhi sifat basis yang ideal
 Kekurangan : terdiri dari dari gliserida asam lemak
tidak jenuh cukup banyak sehingga punya sifat
polimorfi
 Polimorfi : punya bentuk kristal bermacam-macam
dengan sifat fisis yang berbeda-beda, terutama titik
leburnya
 Pelepasan obat terjadi karena basis
meleleh/melebur pada suhu tubuh sehingga bahan
aktif obat terlepas, sehingga perlu diperhatikan titik
lebur/titik leleh basisnya
 Empat metode yang digunakan dalam
pembuatan suppositoria adalah
• mencetak dengan tangan,,
• kompressi,
• mencetak tuang dan
• kompressi pada suatu pres tablet
regular
Mencetak dengan tangan
Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur
homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-
mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahn-bahan aktif dengan
menggunakan lumping dan mortar, sampai diperoleh massa akhir yang
homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa digulung menjadi suatu
batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki. Amilum
atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang silinder dipotong
dan salah satu ujungnya diruncingkan
Mencetak kompressi
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin
menjadi suatu bentuk yang dikehendaki. Suatu roda tangan
berputar menekan suatu piston pada massa suppositoria
yang diisikan dalam sulinder, sehingga massa terdorong
kedalam cetakan.
Mesin Pencetak otomatis

Sama proses diatas tetapi menggunakan


mesin secara otomatis melakukan
semuanya.
Mencetak tuang
Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya
diatas penangas air atau penangas uap untuk
menghindari pemanasan setempat yang
berlabihan, kemudian bahan-bahan aktif
diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya.
Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam
yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi
krom atau nikel
Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal
dibawah ini Yaitu ;

Telah mencapai kesetimbangan kristalisasi, dimana


sebagian besar komponen mencair pada temperatur
rectal 360 C , tetapi basis dengan kisaran leleh yang
lebih tinggi dapat digunakan untuk campuran
eutektikum, penambahan minyak-minyak, balsam-
balsam, serta suppositoria yang digunakan pada iklim
tropis.
Secara keseluruhan basis tidak toksik dan tidak
mengiritasi pada jaringan yang peka dan jaringan
yang meradang.
Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal
dibawah ini Yaitu ;

Dapat bercampur dengan berbagai jenis


obat.
Basis suppositoria tersebut tidak mempunyai
bentuk meta stabil.
Basis suppositoria tersebut menyusut
secukupnya pada pendinginan, sehingga dapat
dilepaskan dari cetakan tanpa menggunakan
pelumas cetakan
Basis suppositoria tersebut tidak merangsang
Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal
dibawah ini Yaitu ;

Basis suppositoria tersebut bersifat


membasahi dan mengemulsi.
“Angka air “ yang tinggi maksudnya jumlah
air yang bias masuk kedalam basis tinggi.
Basis suppositoria tersebut stabil pada
penyimpanan, maksudnya warna, bau, dan pola
penglepasan obat tidak berubah.
Suppositoria dapat dibuat dengan mencetak
dengan tangan, mesin, kompressi atau ekstrusi.
Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal
dibawah ini Yaitu ;

Jika basis tersebut berlemak, basis


suppositoria memiliki persyaratan tambahan
sebagai berikut :
“Angka asam” dibawah 0,2.
“Angka penyabunan” berkisar dari 200-245
“Angka iod” kurang dari 7.
Interval antara titik leleh dan titik memadat
kecil
Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3
kelompok yaitu :

Basis berminyak atau berlemak


Basis yang paling sering digunakan adalah lemak coklat karena basis ini
tidak toksik, lunak, tidak reaktif dan meleleh pada suhu tubuh. Akan tetapi
lemak coklat memiliki kelamahan yaitu mudah tengik, meleleh pada udara
panas, menjadi cair bila dicampur dengan obat-obat tertentu dan
pemanasan yang lama, trisomerasi dengan titik leleh yang lebih rendah.
Selain lemak coklat basis yang lain yaitu asam-asam lemak yang
dihidrogenasi dengan minyak nabati dan gliserin yang digabungkan
dengan asam-asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi contohnya
gliseril monostearat.
Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3
kelompok yaitu :

Basis larut dalam air atau bercampur dengan air

Basis memiliki supositoria yang sering digunakan yaitu suppositoria gliserin


yang berfungsi sebagai basis sekaligus bahan aktif, ada dua macam formula
suppositoria yang terkenal yaitu :

Suppositoria yang digunakan untuk katartik yaitu :


Gliserin 91 g
Natrium stearat 9 g
Air murni 5g

Formula ini merupakan formula resmi menurut USP XX, sedangkan


formula lainnya yang tidak resmi yaitu :
Obat dalam air murni 10 g
Gelatin 20 g
Gliserin 70 g
Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3
kelompok yaitu :

Basis I
Polietilen glikol 1000 96%
Polietilen glikol 4000 4%

Basis II
Polietilen glikol 1000 75%
Polietilen glikol 4000 25%
Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3
kelompok yaitu :

Basis yang merupakan campuran basis yang


berlemak dan yang bercampur dengan air
Basis ini umumnya berbentuk emulsi dengan tipe minyak dalam air,
contohnya yaitu Polioksil 40 steara. Bahan ini menyerupai lilin, putih,
kecokloat-coklatan, padat dan larut dalam air
 Jumlahbasis yang diganti oleh bahan aktif
dalam formulasi suppositoria dapat
dihitung, dengan menggunakan factor
pengganti dimana f dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
100( E  G )
F 1
(G )( X )

Keterangan : E = bobot basis suppositoria murni


G = bobot suppositoria dengan bahan aktif X%
Contoh perhitungan :
Berat suppositoria yang akan dibuat adalah 3 gr
yang mengandung aminofillin 0,5 g akan dibuat
sebanyak 12 buah, hitunglah lemak coklat yang
dibutuhkan.

Jawaban :
Diperlukan : 12 x 0,5 g = 6 g aminofillin
Berat suppositoria 12 x 3 g = 36 g.
Nilai tukar aminofilin adalah :
6 g x 0,86 = 5,16 g
Jadi lemak coklat yang diperlukan adalah:
36 g – 5,16 g = 30,84 g
Problema inkompatibilitas :
 Menurunkan titik lebur ol. Cacao : bahan obat yang larut
dalam minyak (chlorathidrat, kamfer, kreosot, fenol, salol)
Pengatsan :
- ditambahkan wax (cera) sebanyak 4-6% dari bobot oleum
cacao
- ditambahkan cetaceum sebanyak 18-28% bobot ol. Cacao
 Menaikkan titik lebur ol. Cacao : Ag Nitrat, Pb Asetat
Pengatasan : ditambah beberapa tetes Peanut oil (minya k
kacang)
 Bahan yang tidak mau campur dengan basis ol. Cacao :
aqueous sol., ichtamol
Pengatasan :
- ditambah solven, saat penambahan ekstrak kental ditambah
alkohol dulu sampai mencair baru dicampur dengan basisnya
- penambahan ichtamol jangan pada keadaan panas (kalau
terlalu panas akan memisah)
 Kosistensinya tergantung BM (BM tinggi/rantai panjang bentuknya
padat, BM rendah/rantai pendek bentuknya cair)
 Perlu campuran berbagai PEG (padat dengan cair) agar
didapatkan basis yang baik
 Pelepasan obat terjadi jika obat melarut dalam cairan rektal,
sehingga perlu memperhatikan BM nya karena BM mempengaruhi
kelarutan
 Keuntiungan basis PEG :
- stabil dalam penyimpanan (tidak mudah tengik)
- tidak mudah terhidrolisa/terurai
- tidak mudah ditumbuhi mikroba/jamur
 Kerugian :
- higroskopis (harus disimpan dalam wadah tertutup rapat)
- iritasi pada mukosa rektal (sebelum digunakan dicelupkan dulu
dalam air)
Problema inkompatibilitas :
 Dengan obat yang dapat melunakkan/mencairkan :
asam salisilat, fenol, asam tannat
 Bila dicampur dengan obat yang mengandung antibiotik
akan mengurangi aktivitas beberapa antibiotik :
penicillin, bacitracin
 Mengurangi efektivitas preservative (bahan pengawet)
karena PEG dapat membentuk kompleks dengan
preservativenya:
Gol. Paraben (metil paraben/nipagin)

PEG digunakan untuk suppo :


- Sulfonamid
- Aminofilin
- Chloralhidrat
- Barbiturat sodium
Contoh basis PEG :
 PEG 8000 50%
PEG 1540 30%
PEG 400 20%
(dapat digunakan secara umum)
 PEG 3350 60%
PEG 1000 30%
PEG 400 10%
(lebih larut/lunak dari pada basis di atas karena BM nya kecil)
 PEG 8000 30%
PEG 1540 70%
(titik lebur tinggi, dipakai untuk obat yang menurunkan titik lebur ol. Cacao )
 PEG 8000 30% PEG 8000 20%
PEG 400 70% PEG 400 80%
(untuk basis progesteron suppo)
 PEG 8000 60%
PEG 1540 25%
Cetyl alkohol 5%
Aqua 5%
(untuk obat yang larut dalam air)
 Kebanyakan untuk basis vaginal suppo (ovula)
 Komposisi :
menurut British Ph : Gelatin 14%
Gliserin 70%
Water to 100%
menurut USP : Gelatin 20%
Gliserin 70%
Aqua 10%
 Macam gelatin :
- tipe A : dibuat dengan hidrolisa asam
- tipe B : dibuat dengan hidrolisa alkali (basa)
 Problema inkompatibilitas Gelatin:
Obat Gelatin tipe A Gelatin tipe B
Asam borat + Sticky
Ichtamol/Ichtyol Granular +
Ag proteinatum skrinkage +
+ : kompatibel
sticky : pliket, lengket
granular : seperti granul, tidak homogen,
berbintik
skrinkage : mengkerut

 Gelatin-gliserin digunakan untuk suppo :


- chloralhidrat
- asam borat
 Surfaktan : zat yang dapat menurunkan
tegangan muka
 Yang dipakai sebagai basis adalah surfaktan
yang non ionik karena tidak terionkan
sehungga dapat campur dengan obat pada
range pH yang luas
 Keuntungan :
- tidak toksik, tidak iritasi
- stabil dalam penyimpanan
- kompatibel denagn kebanyakan obat
- tidak larut dalam air tapi dapat terdispersi
oleh cairan tubuh di rektum
Contoh basis surfaktan :
 Tween 61
 Campuran : Tween 61 60%
Tween 60 40%
 Kombinasi : Tween 61 dengan PEG
 Polibase (campuran PEG dan polisorbat
80)
R/ Hidras chlorali mg 100
Ol. Cacao q.s
M f suppo dtd No IV

Problema : adanya hidras chlorali menurunkan titik lebur oleum cacao

Pengatasan : 4-6% bobot ol. Cacao diganti dengan cera flava

3/21/2019
31
R/ Acid boric
Zinc oxyd aa 2
Bals. Peruv 0,750
camphor 2
Ol. Cacao q.s
M f suppo dtd No IV

Problema : basis PEG melunakkan

Pengatasan : basis diganti dengan ol. cacao

3/21/2019
32
R/ Salol 2
Ol. Cacao q.s
M f suppo dtd No VI

Problema : adanya Salol menurunkan titik lebur oleum cacao

Pengatasan : 4-6% bobot ol. Cacao diganti dengan cera flava

3/21/2019
33
R/ Iodoform 4
Phenol liq 0,36
Ol. Cacao q.s
M f suppo dtd No VI

Problema : adanya Phenol menurunkan titik lebur oleum cacao

Pengatasan : 4-6% bobot ol. Cacao diganti dengan cera flava

3/21/2019
34

Anda mungkin juga menyukai