Anda di halaman 1dari 40

Drs. Salman, M.Si.

, Apt
Dr. Febriyenti, M.Si., Apt
Deni Noviza, M.Si., Apt

FARMASI PRAKTIS II
Supositoria adalah sediaan padat dalam
berbagai bobot dan bentuk yang
diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra (FI IV)

Suppositoria terdiri dari
zat aktif (obat)
basis
Sebagai pelindung jaringan setempat
Sebagai pembawa zat berkhasiat yang bersifat
lokal atau sistemik


Suppositoria umumnya meleleh, melunak dan
melarut pada suhu tubuh.


Supositoria berasal dari bahasa latin
supponere yang berasal dari kata sub dan
ponere yang artinya ditempatkan di bawah.
Supositoria pertama kali ditemukan oleh
hipocrates pada abad ke-17.
Pada tahun 1852 A.B. Taylor menemukan basis
lemak coklat, kemudian pada tahun 1913 oleh
B. Solomon menggunakan 3 jenis basis
supositoria yaitu oleum cocao, campuran
lemak, lilin dengan ol. Cacao, campuran
gelatin dan gliserin.
Dapat menghindari bau dan rasa obat yang
tidak enak
Dapat digunakan untuk bahan-bahan obat
yang inactive secara oral
Dapat diberikan pada pasien yang tidak bisa
menelan obat, seperti : bayi, anak-anak,
lansia, pasien yang tidak sadarkan diri.
Dapat memberikan efek terapi yang besar.

1. Efek lokal :
Pada pengobatan :
Hemorrhoids
Gatal-gatal
Infeksi
Anestesi lokal
Anti septik
Adstringen
Emolient
2. Efek sistemik
Antimual dan muntah
Anti asma
Analgesik
Hormon
Sedatif
Anti spasmolitik


1. Rektal suppositoria
Yaitu suppositoria yang digunakan melalui
dubur/anus, bentuknya seperti torpedo.
Bobot suppositoria kalau menggunakan ol.
Cacao
Dewasa : 3 g
Anak-anak : 2 g
Sering digunakan pada pengobatan
ambeien/wasir (efek Lokal) dan untuk
serangan asma (efek sistemik).

2.Vagina suppositoria
Yaitu suppositoria yang disisipkan ke dalam
vagina, bentuknya bulat melonjong dan lebih
dikenal dengan ovula.
Bobotnya bila menggunakan basis ol. Cacao :
5 g
Sering digunakan untuk infeksi vagina,
seperti candidiasis

3. Uretra suppositoria
Yaitu suppositoria yang
digunakan/dimasukkan ke dalama daerah
uretra.
Bentuk : basilla / seperti batang panjang
Untuk wanita : diameter : 5 mm,
panjang : 50 mm
bobotnya : 2 g
Untuk pria : diameter : 5 mm,
panjang : 125 mm
bobotnya : 4 g

Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal
dibawah ini Yaitu ;
Telah mencapai kesetimbangan kristalisasi,
dimana sebagian besar komponen mencair pada
temperatur rectal 36
0
C , tetapi basis dengan
kisaran leleh yang lebih tinggi dapat digunakan
untuk campuran eutektikum, penambahan minyak-
minyak, balsam-balsam, serta suppositoria yang
digunakan pada iklim tropis.
Secara keseluruhan basis tidak toksik dan tidak
mengiritasi pada jaringan yang peka dan jaringan
yang meradang.
Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal
dibawah ini Yaitu ;
Dapat bercampur dengan berbagai jenis
obat.
Basis suppositoria tersebut tidak
mempunyai bentuk meta stabil.
Basis suppositoria tersebut menyusut
secukupnya pada pendinginan, sehingga
dapat dilepaskan dari cetakan tanpa
menggunakan pelumas cetakan
Basis suppositoria tersebut tidak
merangsang
Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal
dibawah ini Yaitu ;
Basis suppositoria tersebut bersifat
membasahi dan mengemulsi.
Angka air yang tinggi maksudnya
jumlah air yang bias masuk kedalam basis
tinggi.
Basis suppositoria tersebut stabil pada
penyimpanan, maksudnya warna, bau, dan
pola penglepasan obat tidak berubah.
Suppositoria dapat dibuat dengan
mencetak dengan tangan, mesin, kompressi
atau ekstrusi.
Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal
dibawah ini Yaitu ;
Jika basis tersebut berlemak, basis
suppositoria memiliki persyaratan tambahan
sebagai berikut :
Angka asam dibawah 0,2.
Angka penyabunan berkisar dari 200-
245
Angka iod kurang dari 7.
Interval antara titik leleh dan titik
memadat kecil
Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3
kelompok yaitu :
Basis berminyak atau berlemak

Basis yang paling sering digunakan adalah lemak coklat karena basis ini
tidak toksik, lunak, tidak reaktif dan meleleh pada suhu tubuh. Akan
tetapi lemak coklat memiliki kelamahan yaitu mudah tengik, meleleh
pada udara panas, menjadi cair bila dicampur dengan obat-obat
tertentu dan pemanasan yang lama, trisomerasi dengan titik leleh yang
lebih rendah.
Selain lemak coklat basis yang lain yaitu asam-asam lemak yang
dihidrogenasi dengan minyak nabati dan gliserin yang digabungkan
dengan asam-asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi
contohnya gliseril monostearat.
Yang perlu diperhatikan pada penggunaan ol.
Cacao :

Agar ol. Cacao tidak mudah meleleh maka
pada pembuatan suppositoria dapat
ditambahkan unguentum simplek 5 % atau
cera flava 6%
Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3
kelompok yaitu :
Basis larut dalam air atau bercampur dengan air

Basis memiliki supositoria yang sering digunakan yaitu suppositoria
gliserin yang berfungsi sebagai basis sekaligus bahan aktif, ada dua
macam formula suppositoria yang terkenal yaitu :
Suppositoria yang digunakan untuk katartik yaitu :
Gliserin 91 g
Natrium stearat 9 g
Air murni 5 g
Formula ini merupakan formula resmi menurut USP XX, sedangkan
formula lainnya yang tidak resmi yaitu :
Obat dalam air murni 10 g
Gelatin 20 g
Gliserin 70 g
Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3
kelompok yaitu :
Basis yang merupakan campuran basis yang
berlemak dan yang bercampur dengan air

Basis ini umumnya berbentuk emulsi dengan tipe minyak dalam
air, contohnya yaitu Polioksil 40 steara. Bahan ini menyerupai lilin,
putih, kecokloat-coklatan, padat dan larut dalam air.

Bisa juga digunakan polyetilenglikol (PEG)

Tiga metode yang digunakan dalam
pembuatan suppositoria adalah
mencetak dengan tangan/cara
gulung,,
mencetak tuang dan
kompressi pada suatu pres tablet
regular
Mencetak dengan tangan

Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur
homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki.
Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahn-bahan aktif
dengan menggunakan lumpang dan mortar, sampai diperoleh massa
akhir yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa digulung
menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang
dikehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan.
Batang silinder dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan

Mencetak tuang
Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya
diatas penangas air atau penangas uap untuk
menghindari pemanasan setempat yang
berlabihan, kemudian bahan-bahan aktif
diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya.
Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam
yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi
krom atau nikel
Mesin Pencetak otomatis

Sama proses diatas tetapi menggunakan
mesin secara otomatis melakukan
semuanya.
Pada metode cetak tuang, maka sebelum
proses pencetakan maka harus dilakukan
kalibrasi dari cetakan.

Cara mengkalibrasi cetakan :
buat basis suppositoria, masukkan ke dalam
cetakan, biarkan dingin kemudian keluarkan
hasil cetakan. Timbang berat satu
suppositoria.
Jumlah basis yang diganti oleh bahan aktif
dalam formulasi suppositoria dapat dihitung,
dengan menggunakan factor pengganti
dimana f dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
1
) )( (
) ( 100

X G
G E
F
Keterangan : E = bobot basis suppositoria murni
G = bobot suppositoria dengan bahan aktif X%
Contoh perhitungan :
Berat suppositoria yang akan dibuat adalah 3 gr
yang mengandung aminofillin 0,5 g akan dibuat
sebanyak 12 buah, hitunglah lemak coklat yang
dibutuhkan.

Jawaban :
Diperlukan : 12 x 0,5 g = 6 g aminofillin
Berat suppositoria 12 x 3 g = 36 g.
Nilai tukar aminofilin adalah :
6 g x 0,86 = 5,16 g
Jadi lemak coklat yang diperlukan adalah:
36 g 5,16 g = 30,84 g
1. Mempersiapkan alat cetak
2. Mempersiapkan basis
3. Mempersiapkan zat aktif
4. Pencampuran dan pengisian kedalam alat
cetak
5. Pendinginan dan pengemasan
1. Penampilan
2. Keseragaman bobot
3. Penentuan jarak leleh
4. Uji waktu melunak
5. Waktu hancur
6. Penetapan kadar
7. Uji disolusi
Rektal suppositoria harus berbentuk torpedo,
permukaannya mulus, dan apabila dipotong
memanjang maka campuran dari basis dan
bahan obatnya homogen (tidak ada bercak-
bercak)


Alat cetak yang baik harus memiliki variasi
volume antar ruang cetak tidak lebih dari 2%

Variasi bobot antar suppositoria tidak boleh
lebih dari 5%

Farmakope Jerman dan rusia : 5% dari bobot
rata-ratanya


Ada 2 jenis uji jarak leleh :
1. Uji kisaran leleh MAKRO : suatu ukuran
waktu yang diperlukan suppositoria untuk
melelh sempurna bila dicelupkan dalam
penangas air dengan temperatur tetap (37
C)
2. Uji kisaran leleh MIKRO : suatu kisaran leleh
yang diukur dalam pipa kapiler (hanya
untuk basis lemak)
ALAT YANG DIGUNAKAN : ALAT DESINTEGRASI
TABLET USP

Adalah waktu yang dibutuhkan suppositoria untuk
mencair dalam alat yang disesuaikan dengan
kondisi in vivo.

Suatu pipa selopan (membran semi permeable)
diikat pada kedua ujung kondensor dengan
masing-masing ujungnya terbuka. Air suhu 37 C
dialirkan melalui kondensor sehingga separuh
bagian bawah pipa kempis dan bagian atad
membuka. Bila temperatur air dibuat 37 C maka
suppositoria akan meleleh dan bergerak turun
sampai batas tertentu, dan waktu yang
dibutuhkan suppositoria untuk bergerak turun
dinamakan waktu melunak/waktu melelh
Dinamakan juga uji kerapuhan suppositoria
Sesuai dengan monografi masing-masing zat
aktif
Sama dengan uji disolusi masing-masing
monografi zat aktif hanya dengan sedikit
modifikasi.

1. Cara pemakaian
2. Cara penyimpanan
3. Kapan digunakan

Anda mungkin juga menyukai