Anda di halaman 1dari 25

I.

TUJUAN
1. Membuat Sediaan Suppositoria Benzokain-Teofilin Sebagi Zat Berkhasiat.
2. Mengetahui Pembuatan Dan Formulasi Suppositoria

II. PRINSIP
Pembuatan Suppositoria Benzokain-Teofilin dengan mempertimbangkan
karakteristik Suppositoria.

III. TEORI
a. Definisi Suppositoria

Supositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya


berbentuk torpedo, dapat melarut atau meleleh pada suhu tubuh. Kecuali
dikatakan lain bobot supositoria dengan bahan dasar lemak coklat mempunyai
bobot 3 gram untuk orang dewasa dan 2 gram untuk anak-anak. (Farmakope
Indonesia Edisi III)
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang umumnya
dimaksudkan untuk dimasukan kedalam rektum, vagina, dan jarang digunakan
untuk uretra. Suppositoria rektal dan urektal biasanya menggunakan pembawa
yang meleleh, atau melunak pada temperatur tubuh, sedangkan suppositoria
vaginal kadang-kadang disebut pessaries, juga dibuat dengan tablet kompressi
yang hancur dalam cairan tubuh.

Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai


pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistematik. Bahan dasar
suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi,
minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul
dan ester asam lemak polietilen glikol.
Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada
suhu tubuh. Suppositoria disimpan dalam wadah tertutup baik dan di tempat yang
sejuk. Keuntungan bentuk torpedo adalah bila bagian yang besar masuk melalui
otot penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiri.

1
i. Suppositoria Lemak Coklat

Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan


mencampur bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak padat pada suhu kamar
dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat dengan
minyak dalam keadaan lebur dan membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi
dingin di dalam cetakan. Sejumlah zat pengeras yang sesuai dapat ditambahkan
untuk mencegah kecenderungan beberapa obat, (seperti kloralhidrat dan fenol)
melunakkan bahan dasar. Yang penting, supositoria meleleh pada suhu tubuh.
Perkiraan bobot supositoria yang dibuat dengan lemak coklat, dijelaskan dibawah
ini. Supositoria yang dibuat dari bahan dasar lain, bobotnya lebih berat dari pada
bobot yang disebutkan dibawah ini. Supositoria rektal. Supositoria rektal untuk
dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot
lebih kurang 2 g. Supositoria vaginal. Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur
dan berbobot lebih kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau
yang dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin
tergliserinasi. Supositoria dengan bahan lemak coklat harus disimpan dalam
wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu dibawah 30 derajat (suhu kamar
terkendali)

ii. Pengganti Lemak Coklat

Suppositoria dengan bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari berbagai
minyak nabati, seperti minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang dimodifikasi
dengan Suppositoria 2 esterifikasi, hidrogenasi, dan fraksionasi hingga diperoleh
berbagai komposisi dansuhu lebur (misalnya minyak nabati terhidrogenasi dan
lemak padat). Produk ini dapat dirancang sedemikian hingga dapat mengurangi
terjadinya ketengikan. Selain itu sifat yang diinginkan seperti interval yang sempit
antara suhu melebur dan suhu memadat dan jarak lebur juga dapat dirancang
umtuk penyesuaian berbagai formulasi dan keadaan iklim.

2
iii. Suppositoria Gelatin Tergliserinasi

Bahan obat dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin tergliserinasi,


dengan menambahkan sejumlah tertentu kepada bahan pembawa yang terdiri dari
lebih kurang 70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air. Supositoria
ini harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 35
derajat.

iv. Suppositoria dengan Bahan Dasar Polietilen Glikol

Beberapa kombinasi polietilen glikol mempunyai suhu lebur lebih tinggi


dari suhu badan telah digunakan sebagi bahan dasar supositoria. Karena pelepasan
dari bahan dasar lebih ditentukan oleh disolusi dari pada pelelehan, maka masalah
dalam pembuatan dan penyimpanan jauh lebih sedikit dibanding masalah yang
disebabkan oleh jenis pembawa yang melebur. Tetapi polietilen glikol dengan
kadar tinggi dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat
pelepasan. Pada etiket supositoria polietilen glikol harus tertera petunjuk “basahi
dengan air sebelum digunakan”, meskipun dapat disimpan tanpa pendinginan,
supositoria ini harus dikemas dalam wadah tertutup rapat.

Keuntungan Supositoria :
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam
lambung.
3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek
lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
5. Menghindari pengrusakan dalam sirkulasi portal.
6. Digunakan pada pasien yang tidak dapat menelan

3
Kekurangan Supositoria :

1. Cara pakai tidak menyenangkan.


2. Absorbsi obat sering kali tak teratur atau sulit diramalkan
3. Dinding membran diliputi suatu lapisan mukosa yang relatif konstan yang
dapat bertanduk sebagai pengahalang mekanik untuk jalannya obat melalui
pori-pori.
4. Suatu obat yang sangat sukar larut dalam minyak.
5. Harus dalam kondisi penyimpanan yang tepat (kering, dingin) tidak
dilindungi dari cahaya, bebas udara disimpan dalam bentuk terpasang
tidak sebagai barang santai untuk memperpanjang stabilitasnya.

Metode Pembuatan

Pencetakan dengan cara penuangan

Metode ini sering digunakan untuk pembuatan skala industri. Teknik ini
juga sering disebut teknik pelelehan. Cara ini dapat dipakai untuk membuat
supositoria dengan hampir semua pembawa. Cetakannya dapat digunakan untuk
membuat 6 sampai 600 supositoria. Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode
ini adalah melelehkan basis dalam penangas air, menghaluskan zat aktif,
mencampurkan zat aktif dengan basis dalam penangas hingga homogen,
membasahi cetakan dengan lubrikan untuk mencegah melekatnya supositoria pada
dinding cetakan, menuang hasil leburan menjadi supositoria, selanjutnya
pendinginan bertahap (pada awalnya di suhu kamar, lalu pada lemari pendingin
suhu -10°C), dan melepaskan supositoria dari cetakan. Cetakan yang umum
digunakan sekarang terbuat dari baja tahan karat, aluminium, tembaga atau
plastik. Cetakan yang dipisah-pisah dalam sekatsekat, umumnya dapat dibuka
secara membujur. Pada waktu leburan dituangkan, cetakan ditutup dan dibuka lagi
bila akan mengeluarkan supositoria yang sudah dingin. Tergantung pada
formulasinya, cetakan supositoria mungkin memerlukan pelumas/lubrikan
sebelum leburan dimasukkan ke dalamnya, supaya memudahkan terlepasnya
supositoria dari cetakan. Bahan-bahan yang mungkin menimbulkan iritasi
terhadap membran mukosa seharusnya tidak digunakan sebagai pelumas cetakan
supositoria. Contoh langkah pembuatan supositoria dengan teknik pelelehan:

 Basis dilelehkan dalam penangas air untuk menghindari pemanasan yang


berlebih (untuk oleum cacao < 40°C).
 Zat aktif dihaluskan.

4
 Campur zat aktif dengan basis dalam penangas hingga homogen.
 Cetakan dibasahi dulu dengan gliserin untuk mencegah melekat pada
dinding cetakan.
 Massa didinginkan secukupnya dan dituang ke dalam cetakan.
 Diamkan dulu di suhu kamar, lalu masukkan ke dalam kulkas bagian
bawah (bukan freezer), dan terakhir masukkan ke dalam freezer.

5
b. Preformulasi

1. Penggunaan Benzokain dan Teofillin


 Efek Lokal
Pada umumnya digunakan untuk pengobatan wasir, konsipasi, infeksi
dubur. Zat aktif yang biasa digunakan:
 Anastetik lokal (benzokain, tetrakain)
 Adstringen (ZnO, Bi-subgalat, Bi-subnitrat)
 Vasokonstriktor (efedrin HCL)
 Analgesik (turunan salisilat)
 Emollient (balsam peru untuk wasir)
 Konstipasi (glisin bisfakodil)
 Antibiotika untuk infeksi
Untuk mendapat efek langsung pada rektal, biasanya untuk menghilangkan
rasa sakit dan iritasi karena sakit hemoroid. Maka dari itu, digunakanlah
benzokain untuk menghindari/menghilangkan rasa sakit dan iritasi pada penderita
hemoroid. Karena khasiat anastetik obat ini lemah, sehingga hanya digunakan
pada anestesi permukaan untuk menghilangkan nyeri dan gatal-gatal (pruritus).
Benzokain digunakan dalam suppositoria (250-500 mg).

 Efek Sistemik
Teofilin menstimulasi SSP dan pernapasan, serta bekerja diuretis lemah dan
singkat. Teofillin banyak digunakan sebagai obat prevensi dan terapi serangan
asma. Beberapa contoh zat yang digunakan untuk terapi efek sistemik, yaitu:
 Meringankan penyakit asma (teofilin, efedrin, amonifilin)
 Analgetik dan antiinflamasi (turunan salisilat, parasetamol)
 Anti arthritis, radang persendian (fenilbutason, indometasin)
 Hipnotik & sedatif (turunan barbiturat)
 Trankuilizer dan anti emetik (fenotiazin, klorpromazin)
 Khemoterapetik (antibiotik, sulfonamida)

6
2. Efek Samping Benzokain-Teofillin

 Benzokain

Karena kemungkinan besar timbulnya sensibilitasi, sebaiknya sediaan


demikian jangan digunakan. Adakalanya juga untuk mematikan rasa di mukosa
lambung misalnya bersamaan dengan sediaan antasida pada borok-lambung.

 Teofillin

Efek sampingnya yang terpenting berupa mual dan muntah, baik pada
penggunaan oral maupun rektal atau parenteral. Pada overdose terjadi efek sentral
(gelisah, sukar tidur, tremor dan konvulsi) serta gangguan pernapasan, juga efek
kardiovaskuler, seperti tachycardia, aritmia dan hipotensi. Anak kecil sangat peka
terhadap efek samping teofilin.

3. Farmakologi

 Benzokain
Ester ini merupakan derivate dari asam p-amino benzoate yang
reabsorbsinya lambat. Absorbsi lambat karena sukar larut dalam air sehingga
relatif tidak toksik. Benzokain dapat digunakan langsung pada luka dengan
ulserasi secara topikal dan menimbulkan anestesia yang cukup lama. Sediaannya
berupa salep dan suppositoria.
 Teofillin
Teofilin dimetabolisme oleh hati. Pada pasien perokok atau gangguan fungsi
hati dapat menyebabkan perubahan kadar pada gagal jantung, sirosis, infeksi virus
dan pasien lanjut usia. Penggunaan teofilin harus berhati-hati karena batas
keamanan dosis yang cukup sempit.

7
4. Monografi

a. Benzokain (Aethylis Aminobenzoas)


Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur; putih; tidak berbau; agak
pahit disertai rasa tebal.
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol
(95%) P, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Titik lebur : 89°C – 92°C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Anestetikum Lokal.

b. Teofilin
Pemerian : serbuk hablur; putih; tidak berbau; pahit; mantap di udara.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 180 bagian air; lebih mudah larut
dalam air panas; larut dalam lebih kurang 120 bagian etanol
(95%) P; mudah larut dalam lautan alkali hidroksida dan
dalam amonia encer P.
Titik lebur : lebih kurang 272°C
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Spasmolitikum bronkial

c. Gelatin
Pemerian : lembaran, kepingan, serbuk atau butiran; tidak berwarna
atau kekuningan pucat; bau dan rasa lemah.
Kelarutan : jika direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak,
rangsur-angsur menyerap air 5 sampai 10 kali bobot nya;
larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk gudir;
praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P
dan dalam eter P; larut dalam campuran gliserol P dan air,
jika dipanaskan lebih mudah larut; larut dalam asam asetat
P.
pH : 3,8 – 7,6
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : zat tambahan.

8
d. Gliserin
Pemerian : cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau;
manis diikuti rasa hangat, higroskopik.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P;
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan
dalam minyak lemak.
pH :7
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : zat tambahan

e. Metil Paraben
Pemerian : Serbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Ph :4–8
Sinonim : Methylis Parabenum, Nipagin M.
Khasiat : zat tambahan; zat pengawet.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
dalam 3,5 bagian etanol ( 95% ) P dan dalam 3 bagian aseton P;
mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida;
larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian
minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap
jernih.
Konsentrasi Penggunaan : 0,1% - 0,18%

9
b. Usulan Formula

1. Formula Acuan

R/

Benzokain 0,5
Teofillin 0,5
Basis yang cocok q.s

2. Usulan Formula

R/

Benzokain 0,35
Teofillin 0,35
Gelatin
Berdasarkan perhitungan di bawah
Gliserin
Nipagin 0,1%

10
IV. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN

1. Perhitungan Bahan (Untuk 12 Suppositoria)

Nilai Tukar Benzokain = 0,7


Nilai Tukar Teofillin = 0,6

Suppositoria yang dibuat = 12 + 1 = 13


1. Benzokain = 13 X 350mg = 4550mg = 4,55g
2. Teofillin = 13 X 350mg = 4550mg = 4,55g

Basis Ol. Cacao


= (13 X 3g) – (4,55g X 0,7 + 4,55g X 0,6)
= 39g – (3,185g + 2,73g)
= 39g – 5,915g
= 33,085g = 33085mg

Jika basis diganti Gelatin tergliserinasi maka:


3. Basis yang dibutuhkan = 33085mg X 1,2
= 39702mg
20
Gelatin = × 39702mg = 7940,4mg
100

70
Gliserin = × 39702mg = 27791,4mg
100

10
Air = × 39702mg = 3970,2mg
100

4. Nipagin = 0,1% X 3g X 13 = 0,039g = 39mg

11
2. Penimbangan Bahan (Untuk 12 Suppositoria)

Suppositoria yang dibuat = 12 + 1 = 13


1. Benzokain = 13 X 350mg = 4550mg = 4,55g
2. Teofillin = 13 X 350mg = 4550mg = 4,55g
3. Gelatin = 7940,4mg ≈ 7950mg
4. Gliserin = 27791,4mg ≈ 27800mg
5. Air = 3970,2mg ≈ 4000mg
6. Nipagin = 0,039g = 39mg ≈ 50mg

12
V. CARA KERJA
1. Siapkan cetakan suppositoria yang bersih dan kering, kemudian olesi
dengan paraffin cair.
2. Gerus benzokain lalu tambahkan teofilin, gerus homogen, tambahkan
nipagin, gerus homogen, masukkan sebagian gliserin, gerus homogen
(massa 1).
3. Larutkan gelatin dalam air dengan pemanasan, lalu tambahkan sisa gliserin
(massa 2).
4. Turunkan massa 2 dari pemanasan, lalu masukkan massa 1, aduk
homogen.
5. Tuangkan leburan ke dalam cetakan yang telah dilubrikasi terus menerus
sampai melimpah pada cetakan.
6. Diamkan dulu di suhu kamar, lalu masukkan ke dalam kulkas bagian
bawah (bukan freezer), dan terakhir masukkan ke dalam freezer.
7. Setelah beku keluarkan dan bersihkan bahan yang melimpah pada cetakan
dengan sudip
8. Buka cetakan dengan hati-hati, keluarkan suppositoria dengan jalan
mendorong bagian pangkal dengan ibu jari
9. Timbang sesuai suppositoria (3g per suppos) yang diminta, jika lebih
potong dengan sudip.
10. Lakukan pengemasan.

13
VI. EVALUASI - HASIL PENGAMATAN

1. Keseragaman bobot

Keseragaman bobot merupakan salah satu parameter baik tidaknya


suppositoria yang dihasilkan. Caranya: timbang masing-masing suppo
sebanyak 10, diambil secara acak. Lalu tentukan bobot rata-rata.toleransi
penyimpangan bobot untuk suppositoria tidak boleh lebih dari 5% dan tidak
satupun suppositoria yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot
rata-rata suppositoria.

Hasil Pengamatan:
Berat Perkamen Kosong: 0,34g
Berat
Suppos Berat Suppos - Persentase Penyimpangan
Suppos +
Ke- Perkamen Bobot Suppos
Perkamen
1 3,46g 3,12g 1%
2 3,31g 2,97g -4%
3 3,45g 3,11g 1%
4 3,49g 3,15g 2%
5 3,48g 3,14g 2%
6 3,46g 3,12g 1%
7 3,40g 3,06g -1%
8 3,35g 3,01g -2%
9 3,49g 3,15g 2%
10 3,34g 3g -3%
Berat rata-rata suppos 3,082g
% Penyimpangan
-1%
Bobot Suppos Rata-rata

% Penyimpangan Bobot Suppos


Berat Suppos – (Berat Rata − rata Sediaan)
= × 100%
Berat Rata − rata Sediaan
Keterangan: Berat Rata-rata Sediaan = 3,082g

Karena tidak ada satupun suppositoria yang bobot penyimpangannya lebih


dari 5% dan tidak satupun bobot suppositoria yang menyimpang lebih dari 10%,
maka bisa disimpulkan bahwa suppositoria yang dihasilkan baik secara
keseragaman bobot.

14
2. Bentuk
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak
seperti sediaan suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu
akan mengira bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga
sangat mendukung karena akan memberikan keyakinan pada pasien bahwa
sediaa tersebut adalah suppositoria. Selain itu, suppositoria merupakan
sediaan padat yang mempunyai bentuk torpedo.
Hasil Pengamatan:
Bentuk suppositoria yang dihasilkan sama seperti sediaan suppositoria pada
umumnya, yaitu sediaan padat dengan bentuk torpedo, hanya saja tekstur nya
yang disebabkan oleh basis gelatin, membuat suppositoria ini menjadi agak
seperti karet, agak elastis, tidak keras seperti suppositoria yang berbasis
oleum cacao.

3. Homogenitas
Dengan cara memotong suppositoria secara memanjang, harus didapatkan
massa yang homogen yang tidak berongga.
Hasil Pengamatan:
Setelah suppositoria dipotong secara memanjang, maka didapatkan
homogenitas yang baik, tanpa ada rongga ataupun patahan.

4. Uji Kisaran Leleh


Uji ini disebut juga uji kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu
ukuran waktuynag diperlukan suppositoria untuk meleh sempurna bila
dicelupkan dalam waterbath (Disentegration Tester) dengan temperatur tetap
(37°). Persyaratan waktu pelarutan yang diinginkan adalah tidak noleh dari 30
menit untuk basis berlemak dan tidak lebih dari 60 menit dari untuk basis
larut air.
Hasil Pengamatan:
Dengan menggunakan waterbath (Desintegration Tester) yang bersuhu
±38°C, suppositoria basis gelatin ini melarut sempurna dalam waktu 2 menit
36 detik, maka dari itu suppositoria ini memenuhi syarat kisaran waktu leleh
secara makro.

15
PEMBAHASAN

Supositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya


berbentuk torpedo, dapat melarut atau meleleh pada suhu tubuh. Kecuali
dikatakan lain bobot supositoria dengan bahan dasar lemak coklat mempunyai
bobot 3 gram untuk orang dewasa dan 2 gram untuk anak-anak. Suppositoria
rektal dan urektal biasanya menggunakan pembawa yang meleleh, atau melunak
pada temperatur tubuh.

Bahan obat dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin tergliserinasi,


dengan menambahkan sejumlah tertentu kepada bahan pembawa yang terdiri dari
lebih kurang 70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air. Supositoria
ini harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 35
derajat.

Pada suppositoria ini, zat aktif yaitu teofilin merupakan obat dengan efek
sistemik yaitu sebagai obat brankodilator pada asma dengan khasiat berdasarkan
Farmakope Indonesia Vol. III yaitu spasmolitikum bronkial. Teofilin
menstimulasi SSP dan pernapasan, serta bekerja diuretis lemah dan singkat.
Teofillin banyak digunakan sebagai obat prevensi dan terapi serangan asma.
Sedangkan benzokain digunakan sebagai anastetikum lokal dengan tujuan
menghindari rasa nyeri ketika suppositoria dimasukkan ke dubur.

Suppositoria teofilin yang diperoleh dari praktikum ini cukup baik. Terlihat
secara kasat mata bahwa bentuk suppositoria yang dihasilkan sama seperti sediaan
suppositoria pada umumnya, yaitu sediaan padat dengan bentuk torpedo, hanya
saja tekstur nya yang disebabkan oleh basis gelatin, membuat suppositoria ini
menjadi agak seperti karet, agak elastis, tidak keras seperti suppositoria yang
berbasis oleum cacao. Juga melalui uji homogenitas dengan cara membelah
suppositoria secara memanjang didapatkan tidak adanya rongga udara ataupun
patahan. Terlihat dari keseragaman bobot yang memenuhi syarat yaitu
penyimpangan bobot tidak lebih dari 5% serta penyimpangan bobot . Suppositoria

16
yang telah dibuat dengan bobot rata-rata 10 suppositoria yaitu 3,082g dan
penyimpangan bobot rata-rata yaitu 2,73%. Lalu kisaran waktu larut yang
dihasilkan dari suppositoria Dengan menggunakan waterbath yang bersuhu
±38°C, suppositoria basis gelatin ini melarut sempurna dalam waktu 2 menit 36
detik, maka dari itu suppositoria ini memenuhi syarat kisaran waktu leleh secara
makro. Dan titik leleh berkisar di suhu 37°C dalam waktu ±1menit.

17
VII. KESIMPULAN

Supositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya


berbentuk torpedo, dapat melarut atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan obat dapat
dicampur ke dalam bahan dasar gelatin tergliserinasi, dengan menambahkan
sejumlah tertentu kepada bahan pembawa yang terdiri dari lebih kurang 70 bagian
gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air.

Pada suppositoria ini, zat aktif yaitu teofilin merupakan obat dengan efek
sistemik yaitu sebagai obat brankodilator pada asma. Sedangkan benzokain
digunakan sebagai anastetikum lokal dengan tujuan menghindari rasa nyeri ketika
suppositoria dimasukkan ke dubur.

Suppositoria teofilin yang diperoleh dari praktikum ini cukup baik. Terlihat
secara kasat mata bahwa bentuk suppositoria yang dihasilkan memenuhi syarat
yaitu berbentuk seperti torpedo, dan dikarenakan basis gelatin maka tekstur dari
suppositoria ini agak elastis seperti karet, tidak kaku. Maka dari itu perlu
diperhatikan dalam pemberiannya untuk tidak diperbolehkan dibiarkan lama
dalam suhu ruangan biasa karena akan cepat meleleh.

Juga melalui uji homogenitas dengan cara membelah suppositoria secara


memanjang didapatkan tidak adanya rongga udara ataupun patahan. Terlihat dari
keseragaman bobot yang memenuhi syarat keseragaman bobot berdasarkan
Farmakope Indonesia IV.

Lalu uji kisaran waktu leleh dengan menggunakan Water Bath secara makro
bahwa sediaan suppositoria ini telah memenuhi syarat yaitu meleleh pada suhu
tubuh (37°C) dalam waktu ±1 menit.

18
VIII. DAFTAR PUSTAKA

 Sumber Buku

Depkes RI (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta.
Depkes RI (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
Rowe C Raymond., Sheskey J Paul., & Quinn E Marian (2009). Handbook
of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Association.
Kasim Fauzi, M.Kes., Apt dkk (2013). Informasi Spesialite Obat Indonesia
Volume 48.
Anief, Moh (2007). Farmasetika. Gadjah Mada University: Yogyakarta.
Anief, Moh (2010). Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University:
Yogyakarta.

 Sumber Internet

https://belindch.wordpress.com/2010/12/24/macam-obat-anestesi-lokal/
(Diakses pada 27 Mei 2015)
https://www.scribd.com/doc/211656639/SUPPOSITORIA (Diakses pada 27 Mei
2015)
file:///C:/Users/windows/Downloads/191810655-Ts-Suppositoria-Lengkap.pdf
(Diakses pada 27 Mei 2015)
https://www.academia.edu/4689847/Makalah_Farmakologi (Diakses pada
27 Mei 2015)
http://milissehat.web.id/?p=1035 (Diakses pada 27 Mei 2015)
https://www.academia.edu/9261684/Aminofilin_supositoria (Diakses pada
27 Mei 2015)

19
Teoma Suppositoria
ANTIASMA

Indikasi:
- Sebagai bronkodilator pada asma dan PPOM
(penyakit paru obstruksi menahun).
- Memperbaiki fungsi diafragma pada PPOM.
Brosur
Kontra Indikasi:
- Wanita hamil dan menyusui
- Penderita hipertensi, gangguan fungsi hati,
tukak lambung dan kekurangan oksigen
dalam darah.
- Penderita yang alergi pada teofilin
- Tidak boleh digunakan untuk anak-anak

Komposisi:
Tiap 3 g mengandung:
Teofilin 350mg
Zat tambahan q.s

Farmakologi:
Teofilin dimetabolisme oleh hati. Pada pasien
perokok atau gangguan fungsi hati dapat
menyebabkan perubahan kadar pada gagal
jantung, sirosis, infeksi virus dan pasien lanjut
usia. Penggunaan teofilin harus berhati-hati
karena batas keamanan dosis yang cukup
sempit.

Efek Samping:
- Sakit kepala, pusing, bingung, mual, muntah
- Stimulans susunan syaraf pusat,
hematemesis, demam.
- Penggunaan dalam jangka waktu panjang
dapat menimbulkan iritasi rektal.

Dosis:
Dewasa: Sekali sehari pada saat asma. Jangan
dipakai terus menerus.
Atau menurut petunjuk dokter.

Petunjuk Pemakaian Obat Suppositoria:


- Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari
kemasan, suppositoria dibasahi dengan air.
- Penderita berbaring dengan posisi miring
dan suppositoria dimasukkan ke dalam
rektum.
- Masukan supositoria dengan cara bagian
ujung supositoria didorong dengan ujung
jari sampai melewati otot sfingter rektal;
kira-kira 1 inchi pada dewasa.
- Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat
dimasukkan, maka sebelum digunakan
sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin
selama 30 menit kemudian tempatkan pada
air mengalir sebelum kemasan dibuka.
- Setelah penggunaan suppositoria, tangan
penderita dicuci bersih.

Kemasan:
Berisi 6 suppositoria.

Penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering.
Dalam Wadah Tertutup Baik.

No Reg : DTL 9601202753A1


No Batch: 05155301

Diproduksi oleh : 20
PT. YOMED
Palembang-Indonesia
LAMPIRAN
1. Kotak

Gambar 1.1 Desain Etiket di Kotak

Gambar 1.2 Kotak

Gambar 1.3 Kotak Beserta Isi

21
2. Proses Pembuatan

Gambar 2.1 Proses Lubrikasi Cetakan

Gambar 2.3
Penggerusan Bahan Aktif
dengan Sebagian Gliserin

Gambar 2.2 Bahan yang Digunakan

22
Gambar 2.4
Pelarutan Gelatin, Gliserin dan Air Gambar 2.5
denggan pemanasan Proses Pencampuran Basis
dengan Zat Aktif

Gambar 2.6 Gambar 2.7


Proses Penuangan Massa ke Pendinginan Massa di Suhu Ruangan
dalam Cetakan

23
Gambar 2.8 Gambar 2.9
Pendinginan Massa di Suhu Frezeer Suppositoria yang telah Jadi

3. Proses Evaluasi

Gambar 3.1
Uji Keseragaman Bobot
Gambar 3.2
Evaluasi Bentuk

24
Gambar 3.3
Evaluasi Homogenitas

Telah
Melarut

Gambar 3.4
Uji Kisaran Waktu Leleh
(2 menit 36 detik)

Telah
Meleleh

Pada suhu ±37°C


dalam waktu ±1 menit

25

Anda mungkin juga menyukai