Anda di halaman 1dari 38

SUPOSITORI 1

A
Aristha Novyra Putri, M. Farm., Tepat
Supositoriaadalah sediaan padat yang digunakan
melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melarut atau
melunak / meleleh pada suhu tubuh. Kecuali dinyatakan
lain,bobot supositoria dengan bahan dasar lemak
coklat mempunyai bobot 3 gram untuk orang dewasa
dan 2 gram untuk anak-anak (FI ed III).

2
Tujuan Suatu bahan obat dibuat suppositoria

 Untuk mendapatkan efek langsung pada rektal.


Biasanya untuk menghilangkan rasa sakit dan iritasi karena
sakit hemoroid (wasir), contoh:
 Anestesi lokal seperti benzocain
 Astringansia seperti bismut subgallas.dll dan tanin
 Antiinflamasi (antiradang) seperti hidrokortison.dll asetat

Untuk mengeluarkan isi saluran cerna


biasanya mengandung bahan obat yang bersifat laxatif
seperti gliserol dan bisakodil

3
Untuk mendapatkan efek sistemik (efek yang mengikuti
aliran darah)
Hal ini dilakukan karena:
o Mengobati pasien dalam keadaan tidak sadar, tidak bisa
diberikan secara lisan karena selalu muntah
o Untuk obat-obat yang mengiritasi lambung atau dapat
dirusak oleh asam lambung
o Untuk pengobatan bayi yang belum bisa jangka dengan
baik

4
Contoh obat-obat untuk tujuan sistemik

 Aminofilin dan theophilinum untuk


menghilangkan asma
 Klorpromazin dan proklorperazin untuk
menghilangkan rasa mual dan muntah serta
sebagai penenang
 Belladon dan opium untuk efek antispasmodik
dan analgesik
 Ergotamin tartrat untuk meringankan migran
 Asetosal untuk analgetik dan analgesik

5
Supositoria dasar
 Dapat mencair pada suhu tubuh atau melarut dan terdispersi
dalam cairan rektal
 Tidak toksis dan tidak mengiritasi jaringan yang peka atau
meradang
 Dapat bercampur dengan berbagai zat
 Stabil jika dipanaskan diatas titik lelehnya
 Tidak terlalu menyusut dalam pendinginan
 Mempunyai sifat membasahi dan mengemulsi
 Angka air tinggi, yaitu dapat menyerap udara dalam jumlah
yang besar
 Stabil dalam penyimpanan, tidak berubah warna, bau atau pola
pelepasan obat.

6
Tipe basis supositoria

1. Dasar berlemak
Bekerja dengan cara meleleh pada suhu tubuh
contoh: oleum cacao (lemak coklat)
2. Basis larut dalam udara atau dapat bercampur dengan
udara
Bekerja dengan cara melarut atau terdispersi dalam
cairan rektal
Contoh: glisero-gelatin, macrogol (PEG)

7
Sifat khusus oleum cacao

 Mempunyai titik leleh antara 30-36 ° C, yaitu padat


pada suhu kamar dan meleleh pada suhu tubuh
 Cepat meleleh pada yang rendah dan cepat memadat
pada pendinginan.
 Dapat bercampur dengan berbagai zat.

8
Dasar kerugian-kerugian
 Oleum Coklat
Mempunyai sifat polimorfisa (dapat berada dalam
bentuk-bentuk kristal yang berbeda) yaitu α, β, γ, yang
harga pada suhu pelelehan, kecepatan pendinginan, dan
JUMLAH massanya. Jika dilelehkan tidak lebih dari 36 °
C dan didinginkan secara perlahan, maka akan terbentuk
kristal β dengan titik leleh normal yaitu 30-36 ° C. tetapi
jika dipanaskan secara berlebihan (diatas 36 ° C), maka
pada pendinginan akan terbentuk kristal α yang tidak
stabil, yang meleleh pada suhu 20 ° C atau terbentuk
kristal γ yang tidak stabil, yang meleleh pada suhu 15 °
C.

9
lanjutan

Lengket pada cetakan karena pada saat pendinginan,


massa oleum kakao tidak menyusut dalam jumlah yang
berarti, karena itu, sebelum dituang, cetakan harus
dilubrikasikan dengan parafin cair.
Daya serap airnya rendah, dan untuk menaikkannya
dapat ditambahkan zat pengemulsi.
γ
Titik lelehnya terlalu rendah (30-36 ° C) untuk daerah
tropis dan beriklim panas. Dan juga beberapa bahan
yang dapat menurunkan titik lelehnya. Karena itu,
dalam mengatasinya, tambahkan 4-6% cera alba untuk
menaikkan titik lelehnya.

10
Peraturan penggunaan Cera

 Penambahan cera flavum tidak boleh lebih


dari 6%, karena akan memperoleh campuran
yang mempunyai titik leleh diatas 36 ° C.
 Penambahan cera flavum tidak boleh kurang
dari 4%, karena akan memperoleh titik leleh
lebih rendah dari titik leleh normal.
 Penambahan cera flavum dapat
meningkatkan daya serap lemak coklat
terhadap air.

11
Nilai Tukar

Volume suppositoria yang dibuat dari sebuah


cetakan pasti sama untuk semua bahan, tetapi
karena densiti (jenis massa) dari bahan obat
berbeda dari basis oleum cacao, maka bobot
suppositoria yang dihasilkan akan berbeda. Oleh
sebab itu untuk membuat supositoria sesuai
dengan berat yang ingin nilai tukar atau faktor
densiti.

12
 Nilai tukar adalah bobot oleum kakao yang
mempunyai volume yang sama dengan 1
gram bahan obat
 Faktor densiti adalah bobot bahan obat yang
mempunyai volume yang sama dengan 1
gram oleum coklat.

13
Cara Menentukan Nilai Tukar atau Faktor Densiti

 Buatlah 6 supositoria dari oleum cacao


misalnya 12 gram
 Buatlah 6 suppositoria yang mengandung 40%
bahan obat dan sisanya oleum cacao. Misalnya
bobot totalnya = 14,5 gr
 Jadi bobot oleum cacao pada supositoria
dengan 40% bahan obat adalah:
Bobot oleum cacao = 60% x 14,5 gr = 8,7 gr
Bobot bahan obat = 40% x 14,5 gr = 5,8 gr

14
 Bobot oleum cacao yang menyimpan oleh
bahan obat adalah 12gr - 8,7 gr = 3,3gr
 Nilai tukar adalah 3,3 / 5,8 = 0,56
 Faktor densiti adalah 5,8 / 3,3 = 1,75
 Jadi 3,3 gram oleum cacao dilindungi oleh
5,8 gram bahan obat.

15
Nilai Tukar Lemak Coklat Untuk 1 gram Bahan Obat

Nama bahan obat Nilai tukar


Asam borat 0,67
Fenobarbital 0,81
Balsem peru 0,83
Bismut subnitras (NBB) 0,33
Bismut subgallas.dll 0,37
Prokain HCl 0,80
Theofillin 0,60
Sulfanilamida 0,60
Aminofilin 0,86
ZnO 0,25
Ichtamol 0,91
Prokain HCl 0,80

Untuk larutan obat salah nilai tukarnya adalah 1


16
Contoh

Diperlukan suppositoria untuk dewasa


sebanyak 15 supositoria yang
mengandung 0,5 gram aminophyllinum.

17
Jawab:
Berat total supositoria = 3 gr x 15 = 75gr
Jumlah aminophyllinum = 0,5 gr x 15 = 7,5 gr
Nilai tukar aminophyllinum = 0,86. artinya, 1
gram aminophyllinum memiliki volume yang
sama dengan 0,86 gr oleum cacao. Sehingga:
7,5 gr x 0,86 = 6,45 gr.
Tambahan lemak coklat yang diperlukan
= 75 gr - 6,45 gr = 38,55gr

18
Cara Pembuatan supositoria dengan dasar oleum coklat

 Hitunglah jumlah bahan yang diperlukan untuk


menggunakan nilai tukar
 Siapkan cetakan suppositoria yang bersih dan
kering, kemudian dilubrikasi dengan cairan
parafin
 Lebur sebagian kecil cera alba dan oleum cacao
sama banyak diatas penangas air
 Gerus bahan obat kemudian tambahkan sisa
oleum cacao, gerus homogen

19
 Jika oleum cacao dan cera alba sudah agak
lebur (jangan sampai berbentuk minyak)
turunkan dari penangas, campur dengan bahan
obat, gerus sampai homogen.
 Tuangkan kedalam cetakan terus menerus
sampai melimpah
 Dinginkan sebentar, lalu kebagian keanggotaan
lemari es sampai membeku.
 Setelah beku, keluarkan dan bersihkan bahan
yang melimpah diatas cetakan dengan sudip

20
 Buka cetakan dengan hati-hati, keluarkan
supositoria dari cetakan dengan cara
mendorong bagian pangkalnya dengan ibu jari
 Timbang supositoria sesuai yang mengurus
(dewasa = 3 gram, untuk anak-anak = 2 gram)
jika lebih dipotong dengan sudip
 Bungkus dengan perkamen dan keanggotaan
kedalam pot, beri etiket biru.

21
BASIS LARUT AIR DAN BASIS YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR

 Glisero-agar-agar
Mewakili dasar yang terdiri dari gliserin, agar-agar, dan
udara (yang mengandung bahan obat)

22
Sifat umum dari basis glisero-gelatin

 Bersifat higroskopis,
karena itu cenderung menyerap uap udara dari udara
sehingga pada penyimpanannya harus terlindung dari
udara lembab.
Cenderung mengiritasi jaringan dan memberi
pengaruh dehidrasi pada jaringan karena itu sewaktu
digunakan boleh dibasahi dulu dengan udara untuk
mengurangi kecendrungan menarik udara dari
membran
mukosa.

23
 Suhu lebur diatas suhu tubuh karena itu
melepaskan bahan aktif bukan dengan cara
melebur tetapi dengan cara bercampur
dengan cairan rektal.
 Lambat melunak karena itu sesuai dengan
supositoria yang diharapkan memberikan
efek yang lama, seperti supositoria vagina
(ovula) dan supositoria saluran urin (basila).

24
 Karena suhu lebur tinggi maka penyimpanannya
tidak perlu di lemari es, cukup pada suhu di
bawah 35 ° C
 Mudah berkontraksi pada pendinginan karena itu
cetakan suppositoria dengan basis yang tidak
perlu dilubrikasi.

PENGGANTIAN BASIS OLEUM CACAO DENGAN


GLISEROL-GELATIN MENGGUNAKAN FAKTOR 1,2

25
Basis formula glisero-gelatin

R / gelatin 20 • Udara digunakan untuk


gliserin 70 melarutkan bahan obat
• Dasar ini dugunakan untuk
udara 10
supositoria rektal dan vagina
atau
R / gelatin 2 • Udara digunakan untuk
gliserin 5 melarutkan bahan obat
• Dasar ini sering digunakan
udara 4
untuk supositoria saluran urin
(basila) karena keras dan tegar

26
Cara Pembuatan
 Timbang bahan obat kemudian larutkan atau campurkan dengan
udara hingga 10 gr, tergantung pada kelarutan bahan obat
 Tambahkan 70 gram gliserin ke dalam campuran tersebut, aduk
dengan hati-hati
 Tambahkan agar-agar dengan hati-hati agar tidak kemasukkan
udara, aduk sampai rata
 Panaskan di atas penangas udara hingga agar-agar melarut
(3-5menit)
 Tuangkan leburan dasar ke dalam cetakan yang tidak dilubrikasi
 Biarkan sampai mengental di lemari es ( 3 menit)

27
Dalam farmakope belanda terdapat rumus
supositoria yang pembuatannya sbb:
Panasi diatas WB 2 bagian agar-agar dengan 4
bagian udara dan 5 bagian gliserin sampai
diperoleh massa yang homogen. Tambahkan udara
panas sampai diperoleh 11 bagian. Biarkan massa
cukup dingin, lalu tuang kedalam cetakan hingga
diperoleh supositoria dengan berat 4 gram.

28
 Polietilenglikol (PASAK, Makgroolum, Carbowax)

Polimer dari etilen oksida dan udara, dibuat menjadi


rantai panjang-rantainya
Keuntungannya memakai basis ini adalah mudah
larut dalam cairan rektal dan tidak ada modifikasi
titik lebur, artinya tidak mudah meleleh pada suhu
kamar.

29
Sifat-sifat umum PEG

 Bahan-bahan ini terdiri dari banyaknya jumlah


molekul. Bobot rata-rata dari polimernya ditulis
pada bagian belakang bahan. Contoh: PEG 200,
PEG 400, PEG 600, PEG 1000, PEG 1500, PEG
1540, PEG 3350, PEG 4000, PEG 6000
 PEG dengan bobot molekul 200, 400, dan 600
merupakan cairan bening tidak berwarna, bobot
molekul diatas 1000, berupa lilin putih dan padat.
Makin besar bobot molekulnya, maka semakin
bertambah kepadatannya.

30
 Titik leleh dari PEG padat lebih dari 37 ° C. untuk
menaikkan titik leleh, dapat dibuat campuran dengan
PEG berbobot molekul tinggi. Untuk menurunkan titik
leleh, dapat dicampurkan dengan PEG cairan. Campuran
ini membuat dasar larut udara.
 Jika suppositoria dengan basis ini tidak mengandung
udara, maka dianjurkan untuk berdoa setelah dibasahi air

31
• Tidak mengiritasi membran mukosa
• Melepaskan bahan obat dengan cara melarut dalam
cairan rektal
• Basis PEG cocok untuk berbagai bahan seperti
luminal Na, aminofilin, procain HCl, sulfanilamida,
chloral hidras, kinin sulfat.
• Basis polietilenglikol tidak tercampurkan dengan tanin,
resorsinol, fenol dan balsem peru

32
CARA PEMBUATAN

 Larutkan atau campurkan bahan obat dengan PEG


yang sama banyak, kemudian lebur dan aduk
sampai homogen
 Tambahkan sisa basis PEG, aduk sampai homogen
 Dinginkan sebentar, kemudian tuang ke dalam
cetakan yang tidak dilubrikasi sampai melimpah,
karena setelah membeku terjadi kontraksi
 Biarkan pada suhu kamar. Tidak disarankan untuk
masuk lemari es untuk menghindari supositoria
patahnya.

33
Dasar formula PEG

R / PEG 400 60% R / PEG 1000 95%


PEG 4000 40% PEG 3350 5%

R / PEG 1000 75%


PEG 3350 25%

R / PEG 4000 33
PEG 6000 47
Udara 20

34
Pola pelepasan Obat

 Untuk basis berlemak,


misalnya: oleum cacao
Lepaskan bahan obatnya dengan cara meleleh
pada suhu tubuh.
 Untuk larut air atau dapat bercampur dengan
udara, misalnya: Glisero-gelatin, PEG
Melepaskan bahan obatnya dengan cara melarut
atau terdispersi dalam cairan rektal.

35
Ketentuan

Untuk menghindari massa suppositoria yang


hilang, maka harus dilebihkan sekitar 50%.
Contoh
Dalam resep pemberian 2 supositoria, maka kita
harus melebihkan 50%, sehingga kita membuat 3
supositoria. (2 + 50% x 2 = 3 supositoria).
Jika dalam resep melayani 3 supositoria, maka kita
membuat 4 supositoria. (3 + 50% x 3 = 3,5 ≈ 4
supositoria).

36
Untuk supositoria yang disimpan lama
dapat ditambahkan pengawet, yaitu
metil paraben 0,1% dan propil paraben
0,03%

37
TERIMA KASIH

38

Anda mungkin juga menyukai