Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PRAKTIKUM : FTS SEMI SOLID


PERTEMUAN KE : VI
JUDUL PERCOBAAN : SUPPOSITORIA

DISUSUN OLEH

NAMA : BELLA LEVIANA


NPM : 1848201110024
KELAS/ SEMESTER : C/ 4
KELOMPOK : II
TANGGAL : SELASA , 14 JULI 2020
DOSEN PENGAMPU :

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 202

1
I. JUDUL

Suppositoria

II. DASAR TEORI

2.1 Definisi Suppositoria


Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur
berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh.
Suppositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer, dan larut pada suhu
tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan kedalam rectum berbentuk
sesuai dengan maksud penggunaannya, umumnya berbentuk torpedo. Jadi,
suppositoria adalah suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo yang
biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area
tubuh, sediaan ini ditujukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar
atau butuh penanganan cepat.

2.2 Macam-macam suppositoria


a. Suppositoria untuk rectum (rectal)
Suppositoria untuk rectum umumnya dimasukkan dengan jari
tangan. Biasanya suppositoria rectum panjangnya ±32 mm(1,5 inch)
dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria
rectum antara lain bentuk peluru, torpedo atau jari-jari kecil,
tergantung pada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan.
Menurut USP berarnya sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis
oleum cacao.
b. Suppositoria untuk vagina (vaginal)
Suppositoria untuk vagina disebut juga pessarium biasanya
berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut. Beratnya sekitar 5 g bila
basis yang digunaka oleum cacao.

2
c. Suppositoria untuk saluran urin (uretra)
Suppositoria untuk saluran urin disebut juga bougie, bentuknya
ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran
urin pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-
6 mm dengan panjang ±140 mm.
walaupun ukuran ini masih bervariasi anatara satu dengan yang
lain. Apabila basisnya oleum cacao beratnya ±4 g. Suppositoria untuk
saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria,
panjang ±70 mm dan beratnya 2 g ini berlaku jika basis yang
digunakan oleum cacao.
d. Suppositoria untuk hidung dan telinga
Suppositoria untuk hidung dan telinga yang disebut juga kerucut
telinga, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin
hanya ukuran panjangnya lebih kecil. Biasanya 2 mm, suppositoria
telinga umumnya diolah dengan suatu basis gelatin yang mengandung
gliserin. Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk obat
hidung dan telinga jarang digunakan.

2.3 Keuntungan dan kerugian sediaan suppositoria


a. Keuntungan suppositoria :
 Dapat menghindari terjadinya iritasi lambung.
 Dapat menghibdari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan
asam lambung.
 Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat
dapat menimbulkan efek lebih cepat daripada penggunaan obat
peroral.
 Baik untuk pasien yang mudah muntah ataupun tidak sadar
(pingsan).

3
b. Kerugian suppositoria :
 Pemakaiannya tidak menyenangkan.
 Tidak dapat disimpan dalam suhu ruang.

2.4 Persyaratan suppositoria


Sediaan suppositoria memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Suppositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit dalam suhu
tubuh atau melarut (persyaratan kerja obat)
b. Pembebasan dan response obat yang baik.
c. Daya tahan da daya penyimpanan yang baik.
d. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.

2.5 Tujuan penggunaan suppositoria


a. Untuk tujuan local, seperti pada pengobatan wasir atau hemorrhoid
dan penyakit infeksi lainnya.
b. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat
diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan
terutama bila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan seperti
pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
c. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih
cepat karena obat diserap oleh mukosa rectal dan langsunng masuk
kedalam sirkulasi pembuluh darah.
d. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim didalam saluran
gastrointestinal dan perubahanobat secara biokimia didalam hati.

2.6 Basis suppositiria


Sediaan suppositoria ketika dimasukkan kedalam lubang tubuh akan
melebur, melarut, dan terdispersi. Dalam hal ini, basis suppositoria
memainkan peranan penting. Maka dari itu, basis suppositoria harus

4
memenuhi syarat utama, yaitu basis harus selalu padat dalam suhu ruangan
dan akan melebur maupun melunak dengan mudah pada suhu tubuh
sehingga zat aktif atau obat yang dikandungnya dapat melarut dan
didispersikan merata kemudian menghasilkan efek terapi local maupun
sistemik. Basis suppositoria yang ideal juga harus mempunyai beberapa
sifat seperti berikut :
a. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
b. Dapat bercampur dengan macam-macam obat.
c. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna dan
bau serta pemisahan obat.
d. Kadar air mencukupi.
e. Untuk basis lemak, maka bilangan asam, bilangan iodium dan
bilangan penyabunan harus diketahui jelas.

Adapun macam-macam basis suppositoria, diantaranya:

a. Basis berlemak, contohnya oleum cacao.


b. Basis lain, pembentuk emulsi dalam minyak : campuran tween dengan
gilserin laurat.
c. Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya gliserin-gelatin,
PEG (polietilen glikol).
2.7 Bahan dasar suppositoria
a. Bahan dasar berlemak (oleum cacao)
Lemak coklat merupakan trigliserida berwarna kekuningan,
memiliki bau yang khas dan bersifat polimorf (mempunyai bentuk
kristal). Jika dipanaskan pada suhu sekitar 30°C akan mulai mencair
dan biasanya meleleh sekitar 34°-35°C, sedangkan dibawah 30°C
berupa massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak coklat
akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua
inti Kristal menstabil.
Keuntungan oleum cacao :
 Dapat melebur pada suhu tubuh.

5
 Dapat memadat pada suhu kamar.

Kerugian oleum cacao :

 Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi (cairan pengeluaran).

 Titik leburnya tidak menentu, kadang naik an kadang turun apabila


ditambahkan dengan bahan tertentu.

 Meleleh pada udara panas.

b. Polietilenglikol (PEG)
PEG merupakan etilenglikol terpolimerisasi dengan bobot molekul
antara 300-6000. Dipasaran terdapat PEG 400 (carbowax 400), PEG
1000 (carbowax 1000) dan PEG 6000 (carbowax 6000). PEG dibawah
1000 berbentuk cair, sedangkan PEG diatas 1000 berbentuk padat
lunak seperti mala. Formlua PEG yang dipakai sebagai berikut :
 Bahan dasar tidak berair : PEG 4000 4 % (25%) dan PEG 1000
96% (75%).
 Bahan dasar berair : PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan aqua +
obat 20%. Titik lebur PEG antara 35°-63°C, tidak meleleh pada
suhu tubuh tapi larut dalam cairan sekresi tubuh.

Keuntungan penggunaan PEG adalah :

 Tidak mengiritasi atau merangsang.


 Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan
dengan oleum cacao.
 Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada
suhu tubuh.

Kerugian penggunaan PEG adalah :

 Menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan sehingga


timbul rasa yang menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara
mencelupkan suppositoria kedalam air sebelum digunakan.

6
 Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat
pelepasan obat.
Pembuatan susppositoria dengan bahan dasar PEG dilakukan
dengan melelehkan bahan dasar lalu dituang kedalam cetakan seperti
pembuatan suppositoria berbahan dasar lemak.

2.8 Pengujian zat aktif suppositoria


a. Titik lebur
Titik lebur adalah suhu dimana zat yang akan diuji pertama kali
melebur atau meleleh seluruhnya yang ditunjukkan pada saat fase padat
cepat hilang. Dalam analisa farmasi, titik lebur untuk menetapkan
karakteristik senyawa dan identifikasi adanya pengotor. Untuk uji titik
lebur dibutuhkan alat pengukuran titik lebur yaitu, Melting Point
Apparatus (MPA) alat ini digunakan untuk melihat atau mengukur
besarnya titik lebur suatu zat.
b. Bobot jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot jenis udara pada suhu 25°
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis
suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot jenis
dengan bobot air dalam piknometer. Lalu dinyatakan lain dalam
monografi keduanya ditetapkan pada suhu 25°. Bobot jenis dapat
digunakan untuk :
 Mengetahui kepekaan suatu zat.
 Mengetahui kemurnian suatu zat.
 Mengetahui jenis zat.
Piknometer untuk menentukan bobot jenis zat padat dan zat cair.
Zat padat berbeda dengan zat cair, zat padat memiliki pori dan rongga
sehingga berat jenis tidak dapat terdefinisi dengan jelas, berat jenis
sejati merupakan berat jenis yang dihitung tanpapori atau rongga
ruang. Sedangkan beat jens nyata merupakan berat jenis yang dihitung
sekaligus dengan porinya.

7
Sosor bebek (Kalanchoe pinnata [L] pers) merupakan salah satu
tanaman obat yang di gunakan sebagai obat wasir.Suppositoria adalah
sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang di berikan
melalui rektal, vaginal atau uretra. Basis suppositoria merupakan
komponen terbesar yang sangat menentukan kecepatan pelepasan atau
aksi dari obat, sehingga akan mempengaruhi khasiat atau keberhasilan
terapi.

III. STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIF


I. Studi Praformulasi Bahan Aktif

No Bahan Efek Utama Efek Karakteristik Karakterist


Aktif Samping Fisik ik Kimia

1. (Kalancho Tanaman cocor bebek Hasil Cairan kental Larut dalam


e pinnata merupakan tanaman yang studi berwarna gelap alkohol dan
(Lam.) telah dikenal dan menunju berbau khas etanol 70%.

8
Pers.) digunakan sebagai tanaman kkan cocor bebek
obat yang dapat digunakan bahwa
untuk menyembuhkan tidak ada
berbagai penyakit oleh tanda-
nenek moyang kita sejak tanda
zaman dahulu. Pada zaman efek
sekarang, fungsi tanaman samping
ini dalam bidang secara
pengobatan kurang umum
dimanfaatkan dengan baik.
Tanaman ini banyak
dikembangkan sebagai
tanaman hias karena
bentuknya yang indah.
Salah satu manfaat
tanaman cocor bebek
adalah dapat
menyembuhkan luka bakar
seperti yang telah diteliti
oleh (Hasyimet al, 2012).
Tanaman cocor bebek
memiliki beberapa
kandungan yaitu flavonoid,
saponin dan tannin.
Flavonoid berfungsi
sebagai antiinflamasi,
antibakteri, antioksidan,
apabila diberikan pada
kulit yang terluka dapat
berfungsi sebagai
penghambat pendarahan.

9
Saponin memiliki fungsi
sebagai pembersih atau
antiseptik yang dapat
berfungsi sebagai
pembunuh dan mencegah
pertumbuhan organisme
pada luka. Tannin
berfungsi sebagai astringen
yang dapat menyebabkan
penutupan pori-pori kulit,
menghentikan eksudat dan
menghentikan pendarahan
ringan Namun, cocor
bebek juga dapat
digunakan untuk
menyembuhkan ambeien.
Kandungan glikosida,
damar, biofilin, magnesium
malat, kalsium, oksalat,
asam formiat dan tanin,
membuat cocor
bebek dapat difungsikan
sebagai obat anti
peradangan. (Harborne,
1987

10
IV. FORMULASI SEDIAAN

R/Estrak daun sosor bebek 0,2 g


PEG 400 70%
PEG 4000 30%
M,F Suppo dtd No. VIII

V. KHASIAT SEDIAAN
Sosorbebek (Kalanchoepinnata[L.] pres) mempunyaikhasiatsebagaibisul,
radangpayudara,radangamandel, lambung, rematik, memar, bengkak,
wasir, kencingterasanyeri, datanghaidtidakteratur, diare, disentri, demam,
sakitkepala, batukdarah, muntahdarah,danlukaberdarah (Dalimartha,
1999).
Khasiatsediaan Suppositoriapadapraktikum kali
iniadalahsebagaipengobatanwasir(Afikoh, Nurcahyo and Susiyarti, 2017).

11
VI. FUNGSI BAHAN TAMBAHAN DISERTAI DESKRIPSI & RUMUS
KIMIA

No. Nama bahan Fungsidalam formula Deskripsi Rumuskimia

1 Polietilenglik Basis larut air Pemerian: PEG 400 H(O-CH2-


ol 400 atautercampurkandengan adalahcairankentalj CH2)nOH,
air ernih, harga n 8,2 dan
(PEG 400)
tidakberwarna, 9,1
Nama IUPAC praktistidakberwar
na, baukhaslemah,
Poli(oksietilen
agakhigroskopik.
a)
{berdasarkans Kelarutan: PEG
truktur}, 400
Poli(etilenaok adalahlarutdalam
sida) air, dalametanol
{berdasarkans (95%) P,
umber} dalamaseton P,
dalamglikollain,
Nama lain :
danhidrokarbonaro
Carbowax, matik. PEG 400
Carbowax praktistidaklarutdal
sentry, ameter P
Lipoxol, dandalamhidrokarb
Lutrol E, onalifatik.
Pluriol E
BM :380 sampai
(Roweet al.,
420
2006)
Bobotjenis: 1,110

12
GoLYTELY, sampai 1,140
GlycoLax,
Titikleleh: (OC)
Fortrans,
TriLyte, (Anonim, 1979).
Colyte,
Halflytely,
Macrogol,
MiraLAX,
MoviPrep,
and PEG-100
Stearate

(wikipedia.or
g)

2 Polietilenglik Basis larut air Pemerian: PEG H(O-CH2-


ol 4000 atautercampurkandengan 4000 CH2)nOH,
air adalahserbuklicinp hargan antara
(PEG 4000)
utihataupotonganpu 68 dan 48
tihgading,
praktistidakberbau,
tidakberasa.
Kelarutan: PEG
4000
adalahmudahlarutd
alam air,
dalametanol (95 %)
P,
dandalamkloroform
P,
praktistidaklarutdal
ameter P.

13
Kesempurnaanmela
rutdanwarnalarutan
5 g dalam air
hingga 50 ml
praktisjernihdantid
akberwarna.

Bobotmolekul:
rata-rata
tidakkurangdari
3000
dantidaklebihdari
3700

Titikleleh: 53-55
(OC)

(Anonim, 1979).

VII. ALASAN PEMILIHAN BAHAN

SOSOR BEBEK

Sosor bebek (Kalanchoepinnata[L]pers)merupakan salah satu tanaman


obat yang digunakan sebagai obat wasir.

DP :
DalimarthaS.1999.AtlasTumbuhanObatIndonesia.Jilid1.Jakarta:Trubus
Agriwidya

PEG 400 DAN PEG 4000

14
Polietilenglikol sebagai salah satu basis suppositoria yang memiliki
daya serap air tinggi, melarut pada cairan rektal, mudah bercampur
dengan bahan obat.

Zat tambahan (basis)

DP : Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia . Edisi III: Jakarta


Departemen KesehatanRepublik Indonesia

menurut jurnal kita

Tidak mempengaruhi bentuk,bau dan warna suppositoria tersebut


(SOSOR BEBEK)

VIII. PERHITUNGAN DM
-
IX. PENIMBANGAN BAHAN
1. Suppositoria yang di buat = 8 + 2 = 10 buah (perhitungan dibuat lebih)
2. Berat suppositoria =10 x 3 gram = 30 gram
3. Sosor bebek = 0,2 gram x 10 = 2 gram + 5% = 2,1 gram
4. Basis = berat suppositoria – total zat aktif
= 30 gram – 2,1 gram = 27,9 gram
70
5. PEG 400 = x 27,9 gram = 19,53 gram + 10% = 21,483 gram
100
30
6. PEG 4000 = x 27,9 gram = 8,37 gram + 10% =9,207 gram
100

X. CARA KERJA

Pembuatan suppositoria dilakukan dengan metode cetk tuang :

1. Tara timbangan, tara cawan penguap dn tara gelas beker


2. Siapkan dan timbang bahan, ekstrak daun sosor beber dicawan
penguap (), PEG 400 di gelas beker (), PEG 4000 ()
3. Leburkan PEG 4000 sambil diaduk hingga larut (bagian I)

15
4. Masukan ekstrak sosor bebek kedalam PEG 400, aduk hingga
homogen (bagian II)
5. Campurkan bagian I dan bagian II , aduk hingga homogeny
6. Tuang campuran kedalam cetakan suppositoria , ratakan bagian atas
cetakan dan dinginkan suppositoria hingga membeku
7. Setelah sediaan memadat atau membeku cetakan dibuka dan
suppositoria dikeluarkan dari cetakan
8. Timbang sediaan suppositoria hingga semua suppositoria berbobot
@3g
9. Kemas suppositoria , bungkus dengan aluminium foil
10. Beri etiket biru dengan signa 1 x sehari 1 suppositoria , masukkan
melewati rektal atau anus

XI. UJI SIFAT FISIK SEDIAAN

FORMULASI NO 1

1. Uji organoleptis

Formula Bentuk Warna Bau

I Padat ( peluru) Kuning Khas

II Padat ( peluru) Kuning Khas

III Padat ( peluru) Kuning Khas

16
Dari hasil di atas dapat diketahui pada formula I, II, III memiliki bentuk, warna
dan bau yang sama hal ini dikarenakan suppositoria berbentuk padat, warnanya
kuning dan berbau khas.

Suppositoria sendiri menggunakan variasi penggunaan PEG 400 dan PEG 4000
yang berbeda sehingg a tidak mempengaruhi bentuk, bau dan warna suppositoria
tersebut.

cara kerjanya :

Satu suppositoria di belah secara vertikal dan horizontal kemudian mengamati


secara visual pada bagian internal dan eksternal untuk melihat bentuk, warna dan
bau suppositoria

2. Uji keseragamn bobot

Tabel Hasil

Formulasi Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

keseragama bobot rata-rata


n

I 2.62 g 2.63 g 2.62 g

II 2.63 g 2.64 g 2.64 g

III 2.64 g 2.64 g 2.62 g.

Cara kerjanya

Menimbang suppositoria sebanyak 10 buah, lalu menghitung dan menentukan


bobot rata-ratanya, menimbang satu persatu, menghitung suppositoria yang
bobotnya menyimpang dengan persyaratan yang sudah di tentukan. Persyaratan
tidak boleh lebih dari 1 suppositoria yang masing-masing bobotnya menyimpang
dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang di tetapkan kolom A (5%) dan tidak

17
satu suppositoria yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari
harga yang di tentukan di kolom B (10%).

3. Uji waktu leleh

Tabel Hasil

Formula Rata-Rata waktu leleh


( Menit )

I 07.91 menit

II 09.02 menit

III 12.93 menit

suppositoria yang dibuat memiliki waktu leleh yang berbeda di karenakan


penggunaan variasi PEG 400 dan PEG 4000 yang berbeda, dari semua formulasi
yang didapatkan hasilnya dalah kurang dari 60 menit.

Semakin cepat suppositoria meleleh semakin cepat pula memberikan efek


terapinya

Cara Kerja :

Memasukan suppositoria kedalam sangkar berbentuk spiral gelas dan masukan ke


alat uji waktu leleh, Mengaliri air dengan suhu 37 o C, Mencatat waktu saat
suppositoria meleleh menggunakan Stopwatch

4. Uji Titik Leleh

Tabel Hasil

18
Jadi data di atas dapat disimpulkan bahwa hasil ratarata titik leleh Dari formula I,
II, III sudah memenuhi syarat karena tidak melebihi dari 37 oC.Persyaratan uji
titik leleh yaitu tidak lebih dari 37 oC. H

Cara Kerja

Uji titik leleh Memasukan suppositoria kedalam cawan uap dan melelehkan di
atas waterbath. Mengamati dan mencatat suhu saat suppositoria meleleh.

5. Uji Kekerasan

Tabel Hasil

Dari hasil diatas dapat diketahui dari ke 3 formula dapat disimpulkan paling baik
adalah formula III dengan rata-rata 1.93 kg hal ini dikarenakan semakin keras
suppsoitoria meminimalkan kerusakan saat pengemasan dan distribusi.
Persyaratan yaitu uji kekerasan tidak kurang dari 1.8 kg – 2.0 kg.

Cara Kerja

Memasukan suppositoria kedalam alat uji kekerasan dan menutup dengan


lempeng kaca, Menambahkan beban 600 gram sebagai masa dasar pada
suppositoria, Menambahkan beban 200 gram setiap interval 1 menit selama

19
suppositoria belum hancur, Mencatat waktu dan beban yang di butuhkan untuk
suppositoria hancur, Antara 0-20 detik : beban tambahan di angap tidak ada,
Antara 21-40 detik : beban tambahan di hitung setengahnya, Antara 41-60 detik :
beban tambahan di hitung penuh

XII. DESAIN PRODUK JADI

20
21
22
DAFTAR PUSTAKA

Afikoh, N., Nurcahyo, H. and Susiyarti (2017) ‘Pengaruh Konsentrasi EG 400 dan
PEG 4000 Terhadap Formulasi dan Uji Sifat Fisik Suppositoria Ekstak Sosor
Bebek (Kalanchoe pinnata [L.] pers)’, 6, p. 156.

Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat.


Jajarta : Univesitas Indonesia
Anief, Moh. 2000. Ilmu meracik obat teori dan praktik. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia edisi III Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV Jakarta

Syamsuni, 2012. Ilmu resep. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC

23

Anda mungkin juga menyukai