Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN

SEMISOLIDA-LIKUIDA
PERCOBAAN 4
SUPPOSITORIA

Disusun oleh:
Kelompok 6
Kik Agustriani 11194761920018
Muhammad Aldi Setiawan 11194761920020
Putri Amelia 11194761920028
Shofia Rahmi 11194761920033
Yanti 11194761920037

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ........................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................. 11
A. Alat dan Bahan ............................................................................... 11
B. Formulasi ....................................................................................... 12
C. Prosedur Kerja ................................................................................ 13
BAB IV HASIL ............................................................................................... 15
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 21
BAB VI KESIMPULAN ................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25
PERTANYAAN............................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi,
perkembangan di dunia farmasi pun tidak ketinggalan. Semakin hari semakin
banyak jenis dan ragam penyakit muncul. Perkembangan pengobatan pun terus
berkembang. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan
semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.
Farmasi merupakan sistem pengetahusn ysng mengupayakan dan
menyelanggarakan jasa kesehatan dengan melibatkan dirrinya dalam
mendalami, memperluas, menghasilkan, dan mengembangkan pengetahuan
tentang obat dalam arti yang seluas-luasnya serta efek dan pengaruh obat
terhadap hewan dan manusia. Pengetahuan ilmu farmasi yang jangkauannya
sangat luas, namun dari semua cabang ilmu profesi kefarmasian bertujuan untuk
menciptakan raciakn obat yang rasional, baik dan cocok bagi masyarakat untuk
digunakan atau dikonsumsi, yang memberikan efek teraupetik.
Salah satu bentuk sediaan jarang dujumpai dipasaran yaitu sediaan
suppositoria. Kebanyakan orang lebih memilih obat yang dikonsumsi secara
oral kerena berfikir lebih aman dan praktisdibandingkan sediaan suppositoria
yang penggunaannya tidak melalui organ pencernaan. Namun suppositoria
memiliki beberapa fungsi yang tidak dapat dimiliki oleh sediaan oral pada
umumnya, seperti suppositoria tidak dapat dirusak oleh enzim pada sistem
pencernaan kerena suppositoria tidak melewati sistem pencernaan, suppositoria
juga dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan sebagai zat
pembawa teraupeutik yang bersifat lokal atau sistemik.

1
2

B. Tujuan Praktikum
Menberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam merumuskan persiapan
suppositoria dan untuk mengevaluasi kontrol kualitas suppositoria seperti
kekuatan mekanik, waktu pencarian dan pelepasan oabat dari suppositoria.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur
berbentuk terpedo, dan melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh.
Suppositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer, dan melarut pada suhu
tubuh, diguanakan dengan cara meyisipkan kedalam rectum berbentuk terpedo.
Jadi suppositoria adalah suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo yang
biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area
tubuh, sedian ini ditunjukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau
butuh penanganan cepat.
1. Macam-macam suppoitoria
a. Suppositoria untuk rectum
Suppositoria untuk tectum umumnya dimasukan dengan jari tangan.
Biasanya suppositoria rectum panjangnya ±32mm (1,5 inc) dan
berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam.
b. Suppositorian untuk vagina
Suppositoria untuk vagina disebut juga pessarium biasanya
berbentuk bola lonjong atau sepertu kerucut. Beratnya 5 gram bila basis
yang digunakan oleum cacao.
c. Suppositoria untuk saluran urin
Suppositoria untuk saluran urin disebut juga bougie,bentuknya
ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan kedalam saluran
urin pria atau wanita. Supposotoria saluran urin pria bergaris tengah 3-
5mm dengan panjang ±140 mm. Apabila basisnya oleum cacao
beratnya ±4 g, suppositoria untuk urin wanita panjang ±70 mm dan
beratnya 2 g ini berlaku jika basis yang digunakan oleum cacao.

3
4

d. Suppositoria hidung dan telinga


Suppositoria untuk hidung dan telinga disebut juga kerucut telinga,
keduanya berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin hanya
ukuran panjangnya lebih kecil. Biasanya 2 mm, suppositoria telinga
umumnya diolah dengan suatu basis gelatin yang mengandung gliserin.
Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk hidung dan telinga
jarang digunakan.

2. Keuntungan dan kerugian suppositoria


a. Keuntungan suppositoria
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi lambung
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam
lambung
3. Obat dapat masuk lagsung kedalam saluran darah sehingga dapat
menimbulkan efek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral
4. Baik untuk pasien yang mudah meuntah ataupun tidak sadar
(pingsan)
b. Kerugiaan suppositoria
1. Pemakaiannya tidak menyenangkan
2. Tidak dapat disimpan dalam suhu ruang

3. Persyaratan suppositorian
Sediaan suppositoria memiliki persyaratan sebagai berikut:
a. Suppositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit dalam suhu
tubuh atau melarut (persyratan kerja obat)
b. Pembebasan dan response obat yang baik
c. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik
d. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil

4. Basis suppositorian
Sediaan suppositoria ketika dimasukan kedalam lubang tubuh akan
melebur, melarut, dan terdispersi, maka dari itu basis supoositoria harus
5

memenuhi syarat utama, yaitu basis harus selalu padat dalam suhu ruang
dan akan melebur maupum melunak dengan mudah pada suhu tubuh
sehingga zat aktif atau obat yang dikandungnya dapat melarut dan
didespersikan merata kemudian menghasilkan efek terapi lokal maupun
sistemik. Basis suppositoria yang ideal juga harus mempunyai beberapa
sifat seperti berikut:
a. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi
b. Dapat bercampur dengan macam-macam obat
c. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukan perubahan warna dan
bau serta pemisahan obat
d. Kadar air mencukupi
e. Untuk basis lemak, maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan
penyabunan harus diketahui jelas
Adapun macam-macam basis suppositoria, diantaranya:
a. Berbasis lemak, contohnya oleum cacao
b. Basis lain, pembentuk emulsi dalam minyak: campuran tween dengan
gliserin
c. Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya gliserin-gelatin
dan PEG (polietilen glikol)

5. Bahan dasar suppositoria


a. Bahan dasar berlemak (oleum cacao)
Lemak coklat merupakan trigliserida berwarna kekuningan,
memiliki bau khas yang bersifat polomorf (mempunyai benruk kristal).
Jika dipanaskan pada suhu sekitar 30°C akan mulai mencair dan
biasanya meleleh sekitar 34°-35°C, sedangkan dibawah 30°C berupa
masa semi padat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak coklat akan
mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua inti
kristal menstabil.
Keuntungan oleum cacao:
1. Dapat melebur pada suhu tubuh
2. Dapat memadat pada suhu kamar
6

Kerugian oleum cacao:


1. Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi (cairan pengeluaran)
2. Titik leburnya tidak menentu, kadang naik dan kadang turun apabila
ditambah dengan bahan tertentu
3. Meleleh pada suhu panas
b. Polietilen glikol
PEG merupakan etilenglikol terpolomeserasi dengan bobot molekul
antara 300-6000, PEG dibawah 1000 berbentuk cair, sedangkan PEG
diatas 1000berbentuk padat lunak seperti mala. Formula PEG yang
dipakai sebagai berikut:
1. Bahan dasar tidak berair: PEG4000 4% (25%) dan PEG1000 96%
(75%)
2. Bahan dasar berair: PEG1540 30%, PEG6000 50% dan aqua+ obat
20%. Titik lebur PEG antara 35°-63°C, tidak melelah pada suhu
tubuh tapi larut dalam cairan sekresi tubuh
Keuntungan penggunaan PEG:
a. Tidak meniritasi atau merangsang
b. Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan
dengan oleum cacao
c. Tetap kontak dengan lapisan mukosa kerena tidak meleleh pada
suhu tubuh
Kerugiaan penggunaan PEG
a. Menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukan sehingga
timbul rasa yang menyengat, hal ini dapat diatasi dengan cara
menculupkan suppositoria kedalam air sebelum digunakan
b. Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat
pelepas obat

6. Pengujian zat suppositoria


a. Titik lebur
Titik lebur adalah suhu dimana x]zat akan diuji pertama kali melebur
atau meleleh seluruhnya yang ditunjukkan pada saat fase padat cepat
7

hilang. Dalam analisa farmasi, titik lebur untuk menetapkan


karakteristik senyawa dan identifikasi adanya pengotor, untuk uji titik
lebur dibutuhkan alat pengukuran titik lebur yaitu, Metling Point
Apparatus(MPA) alat ini digunakan untuk melihat atau mengukur
besarbya titik lebur suatu zat.
b. Bobot jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot jenis udara pada suhu 25°
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis
suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot jenis
denga bobot air dalam piknometer, lalu dinyatakan lain dalam
monografi keduanya ditetapkan pada suhu 25°. Bobot jenis dapat
digunakan untuk:
1. Mengetahui kepekaan suatu zat
2. Mengetahui kemurnian suatu zat
3. Mengetahui jenis zat

7. Evauasi sediaan suppositoria


a. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat
tercampur dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak tercampur
maka akan mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang
terlepas akan membersihkan terapi yang berbeda. Cara uji homogenitas
yaitu dengan cara mengambil 3 titik bagian suppositoria (atas-tengah-
bawah) masing-masing diletakkan pada kaca objek kemudian diamati
dibawak mikroskop, cara selanjutnya dengan menguji kadarnya dengan
cara melakukan titrasi.

b. Bentuk
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika bentuknya
tidak seperti sediaan pada umumnya, maka seseorang yang tidak yang
tidak tahun akan mengira bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk
itu bentuk juga sangat mendukung karena akan memberikan keyakinan
8

pada pasien bahwa sediaan tersebut merupakan sediaan padat yang


mempunyai bentuk torpedo.
c. Uji waktu hancur
Uji waktu hancur dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan
tersebut dapat hancur dalam tubuh, cara uji waktu hancur dengan
dimasukkan kedalam air yang diset sama dengan suhu tubuh manusia,
kemudian pada sediaan yang berbahan dasar PEG1000 waktu
hancurnya ±15 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 3 menit.
Jika melebihi syarat diatas maka sediaan tersebut belum memenuhi
syarat untuk digunakan dalam tubuh. Air digunakan sebagai media
dikarenakan sebagian besar tubuh manusia mengandung cairan.
d. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap
sediaan sudah sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat.
Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap kemurnian suatu
sediaan karean dikahawtirkan zat lain akan ikut tercampur. Caranya
dengan menimbang 10 suppo satu persatu kemudian dihitung berat rata-
ratanya.
e. Uji titik lebur
Uji titik lebur dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan sedian suppositoria yang dibuat melebur dalam tubuh.
Dilakukan dengan cara menyiapkan air dengan suhu ±37°C. Kemudian
dimasukkan kedalam air dan diamati waktu leburnya, untuk basis
oleum cacao dingin persyaratan leburnya adalah 3 menit sedangkan
untuk PEG1000 adalah 15 menit.
f. Kerapuhan
Suppositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras
yang menjadikannya sukar meleleh, untuk uji kerapuhan dapat
digunakan uji elastilitas. Suppositoria dipotong horizontal kemudian
ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan
jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar, kemudian
9

diberi beban seberat 20N (2 kg) dengan cara menggerakan jari atau
batang yang dimasukkan kedalam tabung.

B. Deskripsi Bahan
1. Parasetamol (Farmakope Indonesia edisi III)
Nama resmi : Acetamonofen
Nama lain : Parasetamol
Rumus molekul : C8H9NO2
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berwarna,
dan rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol 95%, 13
bagian etanol P, dan larut dalam dalam larutan
alkali hidroksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

2. Oleum Cacao(Farmakope Indonesia edisi III)


Nama resmi : Oleum cacao
Nama lain : Lemak Coklat
Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau khas
aromatik, rasa khas lemak, dan agak rapuh
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol 95% dan mudah larut
dalam kloroform

3. PEG (Farmakope Indonesia edisi III)


Nama resmi : polietilenglikol
Nama lain : poliglikol atau PEG
Rumus molekul : H(O-CH2-CH2)nOH
Pemerian : Serbuk licin putih
Kelarutan : mudah larut dalam air dan etanol
10

4. Cera Alba (Farmakope Indonesia edisi III)


Nama resmi : Cera alba
Nama lain : Malam putih
Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening, dan putih
kekuningan
kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan agak sukar larut
dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam pembuatan dan uji evaluasi suppositoria adalah
sebagai berikut :
1. Beker glass
2. Cawan petri
3. Cawanpenguap
4. Cetakkansuppositoria
5. Disolution tester
6. Freability tester
7. Kacaarloji
8. Mortir dan stemper
9. Sendoktanduk
10. Spatula
11. Spektrofotometriuv-vis
12. Timbangananalitik
13. Termometer
14. Stop watch

Bahan yang digunakan padapembuatan dan uji evaluasi suppositoria adalah


sebagai berikut :
1. Aquadest
2. Cera 6%
3. Oleum cacao
4. Paracetamol
5. PEG

11
12

B. Formula
Formulasi I untuk sediaan 12 suppositoria adalah sebagai berikut:
R/ Cera 6% 1,14 gram
Oleum cacao 24 gram
Paracetamol 3 gram
m.f. suppositoria no. XII

Formulasi II untuk sediaan 12 suppositoria adalah sebagai berikut:


R/ Cera 6% 1,14 gram
PEG 24 gram
Paracetamol 3gram
m.f. suppositoria no. XII
13

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan sediaan suppositoria adalah
sebagai berikut :
1. MembuatSuppositoria

Buatlah 2 formulasisuppositoria

Leburkan oleum cacao, cera 6%, dan PEG diatas penangas air

Untuk formulasi I , campurkan setengah oleum cacao dengan
paracetamol, kemudian tambahkan cera 6%

Aduk sampai merata, kemudian tambahkan sisa oleum cacao dan aduk

Untuk formulasi II, campurkan setengah PEG dengan paracetamol,
kemudian tambahkan cera 6%

Aduk sampai merata, kemudian tambahkan sisa PEG dan aduk

Setiap formula dimasukkan kedalam cetakkans uppositoria, kemudian
dinginkan disuhu kulkas

Lakukan evaluasi

2. Evaluasi Sediaan Suppositoria


a. Organoleptis
- Identifikasi bau
- Identifikasi warna
- Identifikasi bentuk

b. Mengukur keseragaman bobot


Mengukur keseragaman bobot dengan menimbang 10 suppositoria tiap
formulasi menggunakan timbangan analitik.
14

c. Menentukan Homogenitas
Menentukan homogenitas dengan mengambil 1 suppositoria tiap
formulasi, dan dilakukan pemotongan suppositoria menjadi 4 bagian
untuk melihat kehomogenan bahan.

d. Uji kerapuhan
Menentukan kerapuhan suppositoria dengan menimbang 5 suppositoria
tiap formulasi menggunakan friability tester.

e. Uji waktuhancur
Menentukan waktu hancur tiap formulasi suppositoria dengan
menggunakan aquadest bersuhu 370C.

f. Uji Disolusi
Mengatur alat disolusi dengan suhu 370C dan kecepatan 100 rpm

Masukkan 1 suppositoria tiap formuasi kedalam keranjang disolusi

Ambil larutan tiap waktu menit ke 0, 5, 15, 30, 45, dan 60

Tiap pengambilan larutan, masukkan larutan aquadest sebagai
cairan pengganti

Larutan yang diambil, dilihat nilai absorbansi di spektrofotometri
uv-vis

Catat nilai absorbansi
BAB IV
HASIL

A. Evaluasi
1. Organoleptis
Tabel 1. Hasil OrganoleptisSuppositoriaTiapFormulasi
Organoleptis Formulasi I Formulasi II
Bau Coklat Tidakberbau
Warna Kuning Putih

2. KesaragamanBobot
Tabel 2. Hasil Uji KeseragamanBobotTiapFormulasi
No Formulasi I Formulasi II
1. 2,12 gram 1,97 gram
2. 2,13 gram 1,87 gram
3. 2,03 gram 1,89 gram
4. 2,03 gram 1,89 gram
5. 2,10 gram 1,82 gram
6. 2,04 gram 1,97 gram
7. 2,10 gram 1,82 gram
8. 2,23 gram 1,87 gram
9. 2,01 gram 1,80 gram
10. 1,99 gram 1,74 gram
Jumlah 20,78 gram 18,64 gram
Rata-rata 2,078 gram 1,864 gram
Syarat keseragaman bobot
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot
rata-rata dalam %
< 1,0 g 10,0
1,0 – 3,0 g 7,5
>3,0 g 5,0

15
16

Perhitungan Formulasi 1
Penyimpangan bobot kolom A (7,5%)
7,5
x 2,078 = 0,15585 gram
100
2,078 gram – 0,15585gram = 1,922 gram
2,078 gram + 0,15585gram = 2,233 gram
Rentang bobot suppo = 1,922 sampai 2,233 gram

Perhitungan Formulasi 2
Keseragaman bobot
Penyimpangan bobot kolom B (7,5%)
7,5
x 1,864 = 0,1398 gram
100
1,864gram – 0,1398 gram = 1,7242 gram
1,864 gram + 0,1398 gram = 2,003 gram
Rentang bobot suppo = 1,7242 sampai 2,003 gram

3. Uji Homogenitas
Tabel 3. Hasil Uji HomogenitasSuppositoriaTiapFormulasi
Suppositoria Kehomogenan Gambar

Formulasi I Homogen

Formulasi II Homogen
17

4. Uji Kerapuhan
Tabel 4. Hasil Uji kerapuhan Pada Formulasi I
No Sebelumpengujian Sesudahpengujian
1. 2,20 gram 2,01 gram
2. 1,96 gram 1,94 gram
3. 2,09 gram 1,90 gram
4. 1,92 gram 1,91 gram
5. 2,06 gram 1,73 gram

Tabel 5. Hasil Uji kerapuhan Pada Formulasi II


No Sebelumpengujian Sesudahpengujian
1. 1,80 gram 1,80 gram
2. 1,89 gram 1,88 gram
3. 1,77 gram 1,73 gram
4. 1,90 gram 1,87 gram
5. 1,97 gram 1,94 gram

Uji Kerapuhan
Formula 1 Formula 2
W1 (Bobot sebelum) = 10,23 gram 9,33 gram
W2 (Bobot sesudah) = 9,49 gram 9,22 gram

Perhitungan Formula 1 Perhitungan Formula 2


𝑊1−𝑊2 𝑊1−𝑊2
R% = x 100% R% = x 100%
𝑊1 𝑊1
10,23−9,49 9,33−9,22
= x 100% = x 100%
10,23 9,33
= 7,23% = 1,17%
18

5. Uji Waktu Hancur


Tabel 6. Hasil Uji Waktu HancurTiapFormulasi
Lama Waktu
Formula
Hancur
Formulasi I 9 menit
Formulasi II 1 jam 30 menit

Gambar 4. Uji Waktu Hancur


6. Uji Disolusi
Tabel 7. Hasil Uji Disolusi
Menit Formulasi I Formulasi II
0 0,012 0,019
5 0,014 0,025
15 0,015 0,036
30 0,016 0,050
45 0,011 0,053
60 0,011 0,043

Tabel 8. Kurva Baku Parasetamol


Konsentrasi Absorbansi
1 0,01 a = 0,0035
3 0,03 b = 0,0105
5 0,05 r = 0,9873
7 0,08
8 0,01
19

Perhitungan konsentrasi suppo


Rumus : y = bx + a
𝑦−𝑎
X= 𝑏

Formula 2: Formula 2:
0,012−0,0035 0,019−0,0035
Menit 0 : 0,0105 Menit 0 : 0,0105
: 0,809 : 1,476
0,014−0,0035 0,025−0,0035
Menit 5 : Menit 5 :
0,0105 0,0105
:1 : 2,047
0,015−0,0035 0,036−0,0035
Menit 15 : Menit 15 :
0,0105 0,0105
: 1,095 : 3,095
0,016−0,0035 0,050−0,0035
Menit 30 : Menit 30 :
0,0105 0,0105
: 1,190 : 4,428
0,011−0,0035 0,043−0,0035
Menit 45 : Menit 45 :
0,0105 0,0105
: 0,714 : 4,714
0,011−0,0035 0,043−0,0035
Menit 60 : Menit 60 :
0,0105 0,0105
: 0,714 : 3,761

Gambar 9. Uji Disolusi


20

4,714
5 4,428
3,761
4 3,095

Konsentrasi
3 2,047 Formula 1
2 1,476
1 1,095 1,19 Formula 2
0,809 0,714 0,714
1
0
0 5 15 30 45 60
Waktu (menit)

10. Kurva perbandingan konsentrasi formula 1 dengan konsentrasi formula


BAB V
PEMBAHASAN
Suppositoria adalah suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo yang
biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area tubuh,
sedian ini ditunjukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh
penanganan cepat.
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan suppositoria dengan zat aktif
yaitu parasetamol yang dijadikan 2 formula yaitu terbagi menjadi basis yang
berbeda, formula satu menggunakan oleum cacao dan formula dua menggunakan
PEG. Metode pembuatan suppositoria ini bahan yang telah siap untuk dicetak akan
dituang kedalam cetakan logam.
Pada evaluasi yang dilakukan adalah yang pertama uji organleptis atau
bentuk, bau, untuk menafsirkan apakah sediaan yang dibuat sesuai dengan sumber
referensi yang disebutkan. Pada pengujian ini didapatkan hasil yang bagus sesuai
teori, tidak ada hambatan selama pembuatan dan sesuai prosedur, hingga didapat
hasil yang baik.
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat
tercampur dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak tercampur maka akan
mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang terlepas akan
membersihkan terapi yang berbeda. Pada hasil sediaan yang didapat menunjukan
tidak adanya perbedaan signifikan antara satu suppo dan suppositoria yang lainnya
dari formula 1 dan formula 2, dinilai dari penilaian 3 titik bagian suppositoria (atas-
tengah-bawah) yang terlihat sama keseluruhan secara visual. Hasil ini pun
dipegaruhi saat perlakuan pembuatan yang pengadukan basis dan pencampuran
bahan yang selalu stabil atau tidak sampai membeku.
Uji waktu hancur dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut
dapat hancur dalam tubuh, cara uji waktu hancur dengan dimasukkan kedalam air
yang diset sama dengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang berbahan
dasar PEG waktu hancurnya ±15 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 3
menit menurut farmakope edisi III. Jika melebihi syarat diatas maka sediaan
tersebut belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam tubuh. Air digunakan
sebagai media dikarenakan sebagian besar tubuh manusia mengandung

21
22

cairan. Pada hasil yang didapat formula 1 dan formula 2 tidak sesuai dengan teori
yang artinya tidak memenuhi syarat untuk menggunakan pada tubuh. Pada formula
1 yang menggunakan basis oleum cacao pengujiannya dengan menggunakan suhu
37◦C di aquadest, pemanasan menggunakan aquadest ini berpangaruh lambat
cepatnya uji hancur formula tersebut karena basis yang dipakai adalah bersifat
lipofilik. Untuk formula berbasis dengan menggunakan PEG sangat jauh berbeda
dengan waktu yang ditafsirkan yang harusnya kurang lebih 15 menit, berdasarkan
analisis kami ini dipengaruhi oleh jenis PEG yang dipakai hingga untuk suhu yang
harus dicapai suhu yang lebih dari 37◦C atau melebihi suhu tubuh.
Uji Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap
sediaan sudah sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot
akan mempengaruhi terhadap kemurnian suatu sediaan karean dikahawtirkan zat
lain akan ikut tercampur. Dari hasil suppositoria yang diperoleh, dilakukan uji
keseragaman bobot dan didapatkan bobot rata-rata yaitu 2,078 pada formula 1 gram
dan formula 1,864 gram. Dari keseluruhan uji keseragaman bobot tersebut,
diperoleh keseragaman bobot dengan menggunakan rumus uji keseragaman bobot
suppositoria pertama rentang bobot suppo antara 1,922 sampai 2,233 gram pada
formula 1 dan rentang bobot suppo antara 1,7242 sampai 2,003 gram pada formula
2. Keseragaman bobot tersebut bahwa tidak satupun suppositoria yang bobotnya
menyimpang lebih dari 7,5% dari formula 1 dan formula 2, jadi suppositoria
tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan dalam farmakope indonesia. Hal ini
berarti keseragaman bobot dari suppositoria yang didapatkan sesuai dari standart
yang ditentukan. Karena suppositoria yang baik adalah keseragman bobot tidak
boleh melebihi 5%. Sehingga suppositoria yang diperoleh memenuhi syarat
keseragaman bobot. Pada praktikum kali ini juga uji penampilan/uji keseragaman
bentuk suppositoria yang didapatkan sesuia dengan standar yang ditentukan juga
secara visual untuk melihat bau, bentuk dan warna. Untuk memudahkan hasil yang
didapat harus nya ada perlakuan kalibrasi pada cetakan logam dengan tujuan apakah
cetakan tersebut layak pakai atau ada kecacatan hingga tercegahnya hasil yang tidak
dapat ditafsirkan.
Uji kerapuhan suppositoria, kami menganalisis belum ada sumber berapa
yang harus maksimal sediaan suppositoria untuk kehilangan masa nya saat diujikan
23

kekuatan mekanik atau benturan dan biasanya pengujian menggunakan uji


elastisitas, dan praktikan mengujikan dengan alat friabillity tester tapi yang harus
diperhatikan dalam kerapuhan suppositoria adalah Suppositoria sebaiknya jangan
terlalu lembek maupun terlalu keras yang menjadikannya sukar meleleh.
Uji disolusi untuk melihat seberapa banyak konsentrasi atau massa yang
terlarut setiap waktu, kecepatan pelarutan obat dipengaruhi oleh formulasi sediaan
obatnya yaitu kadar zat aktif, basis dan cara pembuatannya (voigt,1971). Uji
pelarutan ini menggunakan alat disolusion tester atau secara in vitro mengukur laju
dan jumlah pelarutan obat dalam suatu media air dengan adanya satu atau lebih
bahan tambahan yang terkandung sediaan telah dibuat. Pada praktikum ini ada
beberapa yang mempengaruhi hasil yaitu saat praktikum alat yang di format suhu
37◦C dan menggunakan media aquadest. Hal ini mempengaruhi hasil karena untuk
basis PEG suhu nya 37-40◦ umumnya semakn tinggi suhu media akan semakin
banyak zat aktif yang terlarut. Kenaikan kelarutan akan memberikan kenaikan
gradien (x) konsentrasi sehingga menghasilkan kecepatan disolusi. Media pelarutan
menggunakan aquadest ini mempengaruhi uji pelarutan dan untuk
meminimalisirkan kekurangan maka volume media yang besar dari jumlah pelarut
yang diperlukan untuk melarutkan obat secara sempurna. ada uji pelarutan obat
akan kecepatan pengadukan mengakibatkan pelarutan obat semakin cepat. Pada
pengujian ini formula 1 yaitu dilatan karena konsterasinya hampir sama setiap
waktu dan pada menit akhir terjadi penurunan. untuk formula 2 dilihat dari hasil
yang semakin meningkat nilai konsentrasinya maka kami menyimpulkan sifat alir
adalah pseodoplastis dan sifat alir.
BAB VI
KESIMPULAN
Percobaan pembuatan sediaan suppositoria dengan uji hasil evaluasi untuk
mengamati apakah sediaan suppostioria sudah memenuhi persyaratan, maka kami
simpulkan dari pengujian evaluasi sesuai dengan teori dan memenuhi persyaratan
yang diujikan. Dari kedua formula dapat dibandingkan bahwa formula 2 yang
berbasis PEG lebih unggul formula yang berbasi oleum cacao dari sisi titik leleh
yang stabil atau tidak cepat meleleh.

24
DAFTAR PUSTAKA
Anief., Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Anief., Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.
Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.

25
PERTANYAAN
1. Buatlah contoh formula suppositoria paracetamol.
2. Jelaskan keuntungan dan kerugian sedian suppositoria.
JAWABAN

1. R Parasetamol 100 mg
PEG 400 0,659
Tween 80 0,011
PEG 400 0,22
2. Keuntungan dan kerugian sediaan supositoria
Keuntungan supositoria:
a. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
b. Dapat menghindari keruskan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung.
c. Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat dapat
berefek lebih.
d. Cepat daripada penggunaan obat peroral.
e. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Kerugian supositoria
a. Pemakaiannya tidak menyenangkan.h
b. Tidak dapat disimpan pada suhu ruang.

26

Anda mungkin juga menyukai