SEMISOLIDA-LIKUIDA
PERCOBAAN 4
SUPPOSITORIA
Disusun oleh:
Kelompok 6
Kik Agustriani 11194761920018
Muhammad Aldi Setiawan 11194761920020
Putri Amelia 11194761920028
Shofia Rahmi 11194761920033
Yanti 11194761920037
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi,
perkembangan di dunia farmasi pun tidak ketinggalan. Semakin hari semakin
banyak jenis dan ragam penyakit muncul. Perkembangan pengobatan pun terus
berkembang. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan
semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.
Farmasi merupakan sistem pengetahusn ysng mengupayakan dan
menyelanggarakan jasa kesehatan dengan melibatkan dirrinya dalam
mendalami, memperluas, menghasilkan, dan mengembangkan pengetahuan
tentang obat dalam arti yang seluas-luasnya serta efek dan pengaruh obat
terhadap hewan dan manusia. Pengetahuan ilmu farmasi yang jangkauannya
sangat luas, namun dari semua cabang ilmu profesi kefarmasian bertujuan untuk
menciptakan raciakn obat yang rasional, baik dan cocok bagi masyarakat untuk
digunakan atau dikonsumsi, yang memberikan efek teraupetik.
Salah satu bentuk sediaan jarang dujumpai dipasaran yaitu sediaan
suppositoria. Kebanyakan orang lebih memilih obat yang dikonsumsi secara
oral kerena berfikir lebih aman dan praktisdibandingkan sediaan suppositoria
yang penggunaannya tidak melalui organ pencernaan. Namun suppositoria
memiliki beberapa fungsi yang tidak dapat dimiliki oleh sediaan oral pada
umumnya, seperti suppositoria tidak dapat dirusak oleh enzim pada sistem
pencernaan kerena suppositoria tidak melewati sistem pencernaan, suppositoria
juga dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan sebagai zat
pembawa teraupeutik yang bersifat lokal atau sistemik.
1
2
B. Tujuan Praktikum
Menberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam merumuskan persiapan
suppositoria dan untuk mengevaluasi kontrol kualitas suppositoria seperti
kekuatan mekanik, waktu pencarian dan pelepasan oabat dari suppositoria.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur
berbentuk terpedo, dan melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh.
Suppositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer, dan melarut pada suhu
tubuh, diguanakan dengan cara meyisipkan kedalam rectum berbentuk terpedo.
Jadi suppositoria adalah suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo yang
biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area
tubuh, sedian ini ditunjukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau
butuh penanganan cepat.
1. Macam-macam suppoitoria
a. Suppositoria untuk rectum
Suppositoria untuk tectum umumnya dimasukan dengan jari tangan.
Biasanya suppositoria rectum panjangnya ±32mm (1,5 inc) dan
berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam.
b. Suppositorian untuk vagina
Suppositoria untuk vagina disebut juga pessarium biasanya
berbentuk bola lonjong atau sepertu kerucut. Beratnya 5 gram bila basis
yang digunakan oleum cacao.
c. Suppositoria untuk saluran urin
Suppositoria untuk saluran urin disebut juga bougie,bentuknya
ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan kedalam saluran
urin pria atau wanita. Supposotoria saluran urin pria bergaris tengah 3-
5mm dengan panjang ±140 mm. Apabila basisnya oleum cacao
beratnya ±4 g, suppositoria untuk urin wanita panjang ±70 mm dan
beratnya 2 g ini berlaku jika basis yang digunakan oleum cacao.
3
4
3. Persyaratan suppositorian
Sediaan suppositoria memiliki persyaratan sebagai berikut:
a. Suppositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit dalam suhu
tubuh atau melarut (persyratan kerja obat)
b. Pembebasan dan response obat yang baik
c. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik
d. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil
4. Basis suppositorian
Sediaan suppositoria ketika dimasukan kedalam lubang tubuh akan
melebur, melarut, dan terdispersi, maka dari itu basis supoositoria harus
5
memenuhi syarat utama, yaitu basis harus selalu padat dalam suhu ruang
dan akan melebur maupum melunak dengan mudah pada suhu tubuh
sehingga zat aktif atau obat yang dikandungnya dapat melarut dan
didespersikan merata kemudian menghasilkan efek terapi lokal maupun
sistemik. Basis suppositoria yang ideal juga harus mempunyai beberapa
sifat seperti berikut:
a. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi
b. Dapat bercampur dengan macam-macam obat
c. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukan perubahan warna dan
bau serta pemisahan obat
d. Kadar air mencukupi
e. Untuk basis lemak, maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan
penyabunan harus diketahui jelas
Adapun macam-macam basis suppositoria, diantaranya:
a. Berbasis lemak, contohnya oleum cacao
b. Basis lain, pembentuk emulsi dalam minyak: campuran tween dengan
gliserin
c. Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya gliserin-gelatin
dan PEG (polietilen glikol)
b. Bentuk
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika bentuknya
tidak seperti sediaan pada umumnya, maka seseorang yang tidak yang
tidak tahun akan mengira bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk
itu bentuk juga sangat mendukung karena akan memberikan keyakinan
8
diberi beban seberat 20N (2 kg) dengan cara menggerakan jari atau
batang yang dimasukkan kedalam tabung.
B. Deskripsi Bahan
1. Parasetamol (Farmakope Indonesia edisi III)
Nama resmi : Acetamonofen
Nama lain : Parasetamol
Rumus molekul : C8H9NO2
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berwarna,
dan rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol 95%, 13
bagian etanol P, dan larut dalam dalam larutan
alkali hidroksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
11
12
B. Formula
Formulasi I untuk sediaan 12 suppositoria adalah sebagai berikut:
R/ Cera 6% 1,14 gram
Oleum cacao 24 gram
Paracetamol 3 gram
m.f. suppositoria no. XII
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan sediaan suppositoria adalah
sebagai berikut :
1. MembuatSuppositoria
Buatlah 2 formulasisuppositoria
↓
Leburkan oleum cacao, cera 6%, dan PEG diatas penangas air
↓
Untuk formulasi I , campurkan setengah oleum cacao dengan
paracetamol, kemudian tambahkan cera 6%
↓
Aduk sampai merata, kemudian tambahkan sisa oleum cacao dan aduk
↓
Untuk formulasi II, campurkan setengah PEG dengan paracetamol,
kemudian tambahkan cera 6%
↓
Aduk sampai merata, kemudian tambahkan sisa PEG dan aduk
↓
Setiap formula dimasukkan kedalam cetakkans uppositoria, kemudian
dinginkan disuhu kulkas
↓
Lakukan evaluasi
c. Menentukan Homogenitas
Menentukan homogenitas dengan mengambil 1 suppositoria tiap
formulasi, dan dilakukan pemotongan suppositoria menjadi 4 bagian
untuk melihat kehomogenan bahan.
d. Uji kerapuhan
Menentukan kerapuhan suppositoria dengan menimbang 5 suppositoria
tiap formulasi menggunakan friability tester.
e. Uji waktuhancur
Menentukan waktu hancur tiap formulasi suppositoria dengan
menggunakan aquadest bersuhu 370C.
f. Uji Disolusi
Mengatur alat disolusi dengan suhu 370C dan kecepatan 100 rpm
↓
Masukkan 1 suppositoria tiap formuasi kedalam keranjang disolusi
↓
Ambil larutan tiap waktu menit ke 0, 5, 15, 30, 45, dan 60
↓
Tiap pengambilan larutan, masukkan larutan aquadest sebagai
cairan pengganti
↓
Larutan yang diambil, dilihat nilai absorbansi di spektrofotometri
uv-vis
↓
Catat nilai absorbansi
BAB IV
HASIL
A. Evaluasi
1. Organoleptis
Tabel 1. Hasil OrganoleptisSuppositoriaTiapFormulasi
Organoleptis Formulasi I Formulasi II
Bau Coklat Tidakberbau
Warna Kuning Putih
2. KesaragamanBobot
Tabel 2. Hasil Uji KeseragamanBobotTiapFormulasi
No Formulasi I Formulasi II
1. 2,12 gram 1,97 gram
2. 2,13 gram 1,87 gram
3. 2,03 gram 1,89 gram
4. 2,03 gram 1,89 gram
5. 2,10 gram 1,82 gram
6. 2,04 gram 1,97 gram
7. 2,10 gram 1,82 gram
8. 2,23 gram 1,87 gram
9. 2,01 gram 1,80 gram
10. 1,99 gram 1,74 gram
Jumlah 20,78 gram 18,64 gram
Rata-rata 2,078 gram 1,864 gram
Syarat keseragaman bobot
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot
rata-rata dalam %
< 1,0 g 10,0
1,0 – 3,0 g 7,5
>3,0 g 5,0
15
16
Perhitungan Formulasi 1
Penyimpangan bobot kolom A (7,5%)
7,5
x 2,078 = 0,15585 gram
100
2,078 gram – 0,15585gram = 1,922 gram
2,078 gram + 0,15585gram = 2,233 gram
Rentang bobot suppo = 1,922 sampai 2,233 gram
Perhitungan Formulasi 2
Keseragaman bobot
Penyimpangan bobot kolom B (7,5%)
7,5
x 1,864 = 0,1398 gram
100
1,864gram – 0,1398 gram = 1,7242 gram
1,864 gram + 0,1398 gram = 2,003 gram
Rentang bobot suppo = 1,7242 sampai 2,003 gram
3. Uji Homogenitas
Tabel 3. Hasil Uji HomogenitasSuppositoriaTiapFormulasi
Suppositoria Kehomogenan Gambar
Formulasi I Homogen
Formulasi II Homogen
17
4. Uji Kerapuhan
Tabel 4. Hasil Uji kerapuhan Pada Formulasi I
No Sebelumpengujian Sesudahpengujian
1. 2,20 gram 2,01 gram
2. 1,96 gram 1,94 gram
3. 2,09 gram 1,90 gram
4. 1,92 gram 1,91 gram
5. 2,06 gram 1,73 gram
Uji Kerapuhan
Formula 1 Formula 2
W1 (Bobot sebelum) = 10,23 gram 9,33 gram
W2 (Bobot sesudah) = 9,49 gram 9,22 gram
Formula 2: Formula 2:
0,012−0,0035 0,019−0,0035
Menit 0 : 0,0105 Menit 0 : 0,0105
: 0,809 : 1,476
0,014−0,0035 0,025−0,0035
Menit 5 : Menit 5 :
0,0105 0,0105
:1 : 2,047
0,015−0,0035 0,036−0,0035
Menit 15 : Menit 15 :
0,0105 0,0105
: 1,095 : 3,095
0,016−0,0035 0,050−0,0035
Menit 30 : Menit 30 :
0,0105 0,0105
: 1,190 : 4,428
0,011−0,0035 0,043−0,0035
Menit 45 : Menit 45 :
0,0105 0,0105
: 0,714 : 4,714
0,011−0,0035 0,043−0,0035
Menit 60 : Menit 60 :
0,0105 0,0105
: 0,714 : 3,761
4,714
5 4,428
3,761
4 3,095
Konsentrasi
3 2,047 Formula 1
2 1,476
1 1,095 1,19 Formula 2
0,809 0,714 0,714
1
0
0 5 15 30 45 60
Waktu (menit)
21
22
cairan. Pada hasil yang didapat formula 1 dan formula 2 tidak sesuai dengan teori
yang artinya tidak memenuhi syarat untuk menggunakan pada tubuh. Pada formula
1 yang menggunakan basis oleum cacao pengujiannya dengan menggunakan suhu
37◦C di aquadest, pemanasan menggunakan aquadest ini berpangaruh lambat
cepatnya uji hancur formula tersebut karena basis yang dipakai adalah bersifat
lipofilik. Untuk formula berbasis dengan menggunakan PEG sangat jauh berbeda
dengan waktu yang ditafsirkan yang harusnya kurang lebih 15 menit, berdasarkan
analisis kami ini dipengaruhi oleh jenis PEG yang dipakai hingga untuk suhu yang
harus dicapai suhu yang lebih dari 37◦C atau melebihi suhu tubuh.
Uji Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap
sediaan sudah sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot
akan mempengaruhi terhadap kemurnian suatu sediaan karean dikahawtirkan zat
lain akan ikut tercampur. Dari hasil suppositoria yang diperoleh, dilakukan uji
keseragaman bobot dan didapatkan bobot rata-rata yaitu 2,078 pada formula 1 gram
dan formula 1,864 gram. Dari keseluruhan uji keseragaman bobot tersebut,
diperoleh keseragaman bobot dengan menggunakan rumus uji keseragaman bobot
suppositoria pertama rentang bobot suppo antara 1,922 sampai 2,233 gram pada
formula 1 dan rentang bobot suppo antara 1,7242 sampai 2,003 gram pada formula
2. Keseragaman bobot tersebut bahwa tidak satupun suppositoria yang bobotnya
menyimpang lebih dari 7,5% dari formula 1 dan formula 2, jadi suppositoria
tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan dalam farmakope indonesia. Hal ini
berarti keseragaman bobot dari suppositoria yang didapatkan sesuai dari standart
yang ditentukan. Karena suppositoria yang baik adalah keseragman bobot tidak
boleh melebihi 5%. Sehingga suppositoria yang diperoleh memenuhi syarat
keseragaman bobot. Pada praktikum kali ini juga uji penampilan/uji keseragaman
bentuk suppositoria yang didapatkan sesuia dengan standar yang ditentukan juga
secara visual untuk melihat bau, bentuk dan warna. Untuk memudahkan hasil yang
didapat harus nya ada perlakuan kalibrasi pada cetakan logam dengan tujuan apakah
cetakan tersebut layak pakai atau ada kecacatan hingga tercegahnya hasil yang tidak
dapat ditafsirkan.
Uji kerapuhan suppositoria, kami menganalisis belum ada sumber berapa
yang harus maksimal sediaan suppositoria untuk kehilangan masa nya saat diujikan
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Anief., Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Anief., Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.
Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
25
PERTANYAAN
1. Buatlah contoh formula suppositoria paracetamol.
2. Jelaskan keuntungan dan kerugian sedian suppositoria.
JAWABAN
1. R Parasetamol 100 mg
PEG 400 0,659
Tween 80 0,011
PEG 400 0,22
2. Keuntungan dan kerugian sediaan supositoria
Keuntungan supositoria:
a. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
b. Dapat menghindari keruskan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung.
c. Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat dapat
berefek lebih.
d. Cepat daripada penggunaan obat peroral.
e. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Kerugian supositoria
a. Pemakaiannya tidak menyenangkan.h
b. Tidak dapat disimpan pada suhu ruang.
26