Disusun Oleh :
Kelompok II
NOVEMBER/ 2018
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang
diberikan melalui rectal,vaginal atau uretra (Depkes R.I.,1995 ).
Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah
dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan
kejanggalan begitu masuk, har us dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu
(Ansel, 2005).
2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot
lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang
dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi.
Suppositoria ini biasa dibuat sebagai “pessarium” .( Anonim,1995; Ansel,
2005).
4. Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga “kerucut telinga”,
keduanya berbentuk sama dengan suppositoria uretra hanya ukuran panjangnya
2
lebih kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umumnya diolah dengan
basis gelatin yang mengandung gliserin. Namun, suppositoria untuk obat
hidung dan telinga jarang digunakan (Ansel, 2005).
1) untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan
penyakit infeksi lainnya. suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat
diserap oleh membran mukosa dalam rektum.
3
BAB II
TEORI DASAR
4
4) Dapat mempermudah bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Bahan dasar yang digunakan supaya melelehkan pada suhu tubuh atau dapat larut
dalam cairan yang ada dalam rektum. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar
bila perlu dipanaskan. Bila obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus
diserbuk yang halus. Setelah obat dan bahan dasar meleleh dan mencair
dituangkan dalam cetakan suppositoria dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat
dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain , ada juga yang dibuat dari
plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan
suppositoria (Ansel, 1989)
5
BAB III
METODOLOGI
2) Cawan Porselen
3) Spatula
4) Batang Pengaduk
5) Cetakan Suppositoria
6) Aluminium Foil
7) Hot Plate
8) Timbangan
9) Bahan :
6
3.3.Prosedur Kerja
1. Timbang seluruh bahan
4. Setelah cera alba melarut sempurna tambahkan oleum cacao, tunggu sampai
oleum cacao melarut dan tercampur ad homogen.
5. Setelah cera alba dan oleum cacao melarut masukkan theofilin (zat aktif),
aduk rata ad homogen.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
Perhitungan
8
Evaluasi organoleptis
Suppositoria yang dihasilkan berwarna putih kekuningan dan bau khas lemak
coklat.
4.2.Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan suppositoria dengan zat aktif
teofilin. Teofilin merupakan obat yang diindikasikan kepada pasien penderita
asma. Obat ini merupakan golongan agonis β2 yang reseptor tersebut berada pada
paru-paru. Teofilin dibuat dalam sediaan rektal secara rektal digunakan untuk
distribusi sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum.
Karena pada saat pasien terserang asma tidak memungkinkan diberikan obat oral
maupun inhalasi. Obat dalam bentuk suppositoria ini bekerja cepat cepat, karena
obat diabsorpsi melalui mukosa rektallangsung masuk ke dalam sirkulasi darah.
Basis yang kami gunakan adalah cera albadan lemak coklat dengan kadar
40 : 60. Langkah pertama lemak coklat dan cera alba dilelehkan. Cera alba di
lelehkan terlebih dahulu kemudian lemak coklat. Ini dilakukan karena titik leleh
cera alba lebih tinggi daripada lemak coklat sehingga cera alba dan lemak coklat
meleleh secara bersamaan. Pencampuran basis ini dilakukan agar suppositoria
dapat memadat dan menaikkan titik leleh dari lemak coklat.
Sebelum dilakukan pencampuran basis dan zat aktif, basis 100 % dicetak
terlebih dahulu agar dapat mengetahui berapa berat yang didapat dalam sekali
cetak, kemudian dihitung berapa banyak zat aktif dan basis yang diperlukan dalam
satu formula suppositoria.
Sebelum campuran lelehan cera alba dan lemak coklat dimasukkan kedalam
cetakan, cetakan di berikan gliserin terlebih dahulu agar pengambilan suppositoria
dari cetakan mudah.
Dari praktikum kali ini didapatkan 1 buah suppositoria 100% basis dengan
berat 2,3598 g ,1 suppositoria 10% zataktif dan 90% basis denganberat 2,397 g
dan 4 buah suppositoria sesuai resep dengan masing-masing berat. Dari hasil
evaluasi organoleptis didapatkan suppositoria yang berwarna putih kekuningan
9
dan bau khas lemak coklat.Penyimpanan sediaan suppositoria pada suhu dibawah
suhu ruang agar suppositoria tidak meleleh.
10
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan 1 buah suppositoria
100% basis dengan berat 2,3598 g ,1 suppositoria 10% zat aktif dan 90%
basis denganberat 2,397 g dan 4 buah suppositoria sesuai resep dengan
masing-masing berat. Dari hasil evaluasi organoleptis didapatkan
suppositoria yang berwarna putih kekuningan dan bau khas lemak coklat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan: Farida
Ibrahim,. Edisi keempat, UI Press: Jakarta.
Anief, M., 2006, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
12
LAMPIRAN