Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

Formulasi Granul dengan Metode Granulasi Basah, Evaluasi Mutu Granul,


Pembuatan Tablet dan Evaluasi Tablet

Disusun Oleh :

Kelompok II

Alifia Fauziyyah H 11161020000082

Ari Dewiyanti 11161020000084

Khairin Nisa 11161020000089

Vicka Hendriyan 11161020000093

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

NOVEMBER/ 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1


BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
TEORI DASAR ...................................................................................................... 4
BAB III ................................................................................................................... 6
METODOLOGI ...................................................................................................... 6
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................... 6
3.2. Alat dan Bahan ......................................................................................... 6
3.3. Prosedur Kerja .......................................................................................... 7
BAB IV ................................................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 8
4.1. Hasil.......................................................................................................... 8
4.2. Pembahasan .............................................................................................. 9
BAB V................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................. 11
1.1 Kesimpulan ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang
diberikan melalui rectal,vaginal atau uretra (Depkes R.I.,1995 ).

Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah
dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan
kejanggalan begitu masuk, har us dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu
(Ansel, 2005).

Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi menjadi:

1. Suppositori rectal : Suppositorial untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu


atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g (Depkes R.I.,
1995).

2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot
lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang
dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi.
Suppositoria ini biasa dibuat sebagai “pessarium” .( Anonim,1995; Ansel,
2005).

3. Suppositoria uretra : suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut


“bougie”. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke
dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria
berdiameter 3- 6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih
bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka
beratnya ± 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan
beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram, bila
digunakan oleum cacao sebagai basisnya ( Ansel, 2005).

4. Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga “kerucut telinga”,
keduanya berbentuk sama dengan suppositoria uretra hanya ukuran panjangnya

2
lebih kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umumnya diolah dengan
basis gelatin yang mengandung gliserin. Namun, suppositoria untuk obat
hidung dan telinga jarang digunakan (Ansel, 2005).

Suppositiria rectum umunya dimasukkan dengan jari tangan, biasanya


suppositoria rectum panjangnya lebih kurang dari 32 mm (1,5 inci), dan berbentuk
silinder dan kedua ujungnya tajam. Benruk suppositoria rectum antara lain bentuk
peluru, torpedo atau jari-jari kecil, tergantung pada bobot jenis bahan obat dan
basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk menggunakan
basis oleum cacao ( Ansel, 2005 ).

Penggunaan suppositoria bertujuan :

1) untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan
penyakit infeksi lainnya. suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat
diserap oleh membran mukosa dalam rektum.

2) untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat

3) untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran


gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati
(Syamsuni, 2005 ).

1.1 Tujuan Praktikum

1) Adapun tujuan praktikum ini, yaitu :

2) Mengetahui bentuk sediaan suppositoria

3) Mengetahui bahan dasar suppositoria

4) Mengetahui dan memahami cara pembuatan suppositoria

5) Mengetahui persyaratan suppositoria

6) Mengetahui mengevaluasi suppositoria.

3
BAB II
TEORI DASAR

Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang berbentuk torpedo,


bentuk ini memiliki kelebihan yaitu bila bagian yang besar masuk melalui otot
penutup dubur, maka supositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya (Anief,
2006).

Umumnya, supositoria rectum panjangnya ± 32 mm (1,5 inci), berbentuk


silinder dan kedua ujungnya tajam. Beberapa supositoria untuk rectum
diantaranya ada yang berbentuk seperti peluru, torpedo atau jari-jari kecil
tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan habis yang digunakan, beratnya pun
berbeda-beda. USP menetapkan berat supositoria 2 gram untuk orang dewasa
apabila oleum cacao yang digunakan sebagai basis. Sedang supositoria untuk bayi
dan anak-anak, ukuran dan beratnya ½ dari ukuran dan berat untuk orang dewasa,
bentuknya kira-kira seperti pensil. Supositoria untuk vagina yang juga disebut
pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan
kompendik resmi beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum cacao. Supositoria
untuk saluran urin yang juga disebut bougie bentuknya ramping seperti pensil,
gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urin pria atau wanita. Supositoria
saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun
ukuran ini masih bervariasi satu dengan lainnya. Apabila basisnya dari oleum
cacao maka beratnya ± 4 gram. Supositoria untuk saluran urin wanita panjang dan
beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram dan
basisnya oleum cacao (Ansel, 1989).

Penggunaan obat dalam suppositoria ada keuntungannya dibanding


penggunaan obat per os, yaitu:

1) Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.


2) Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan.
3) Langsung dapat masuk saluran darah berakibat akan memberi efek lebih
cepat daripada penggunaan obat per os.

4
4) Dapat mempermudah bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

Bahan dasar yang digunakan supaya melelehkan pada suhu tubuh atau dapat larut
dalam cairan yang ada dalam rektum. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar
bila perlu dipanaskan. Bila obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus
diserbuk yang halus. Setelah obat dan bahan dasar meleleh dan mencair
dituangkan dalam cetakan suppositoria dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat
dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain , ada juga yang dibuat dari
plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan
suppositoria (Ansel, 1989)

5
BAB III
METODOLOGI

3.1.Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Senin , 03 Desemberl 2018
Waktu : 14.30 – 16.30 WIB
Tempat : Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi lantai 1 FIK
UIN Jakarta

3.2.Alat dan Bahan


1) Beaker Glass

2) Cawan Porselen

3) Spatula

4) Batang Pengaduk

5) Cetakan Suppositoria

6) Aluminium Foil

7) Hot Plate

8) Timbangan

9) Bahan :

10) Zat Aktif : Theofilin

11) Cera Alba

12) Oleum Cacao

6
3.3.Prosedur Kerja
1. Timbang seluruh bahan

2. Sediakan air dalam beaker glass sebagai waterbath buatan

3. Larutkan cera alba yang telah ditimbang di cawan porselen dengan


meletakkannya diatas waterbath buatan.

4. Setelah cera alba melarut sempurna tambahkan oleum cacao, tunggu sampai
oleum cacao melarut dan tercampur ad homogen.

5. Setelah cera alba dan oleum cacao melarut masukkan theofilin (zat aktif),
aduk rata ad homogen.

6. Masukkan semua campuran tersebut kedalam cetakan suppositoria yang telah


dilapisi dengan gliserin.

7. Dinginkan dalam lemari pendingin.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil
Perhitungan

1. Suppositoria 100% basis


a) Berat bahan yang digunakan untuk membuat sebuah suppositoria
100% basis= 2,157 g
b) Berat setelah terbentuk suppositoria= 2,3598 g
c) Selisih berat sebelum dan sesudah terbentuk suppositoria= 0,1925 g

2. Suppositoria 10% zat aktif dan 90% basis


a) Barat total= 2,397 g
b) Suppositoria :
10
Berat zat aktif = 10% x berat total = x 2,397 g = 0,2397 g
100
90
Berat basis = 90% x berat total = x 2,397 g = 2,1973 g
100

Perbandingan zat aktif dan basis = ZA: B = 0,24: 0,19


0,24 0,19
Jumlah basis yang tergantikan = : , maka x = 0,79 g
1 𝑥

3. Suppositoria dengan resep 1 g teofilin dan basis ad 100%


a) Basis yang akan digunakan = 2,3498 g – 0,79 g
= 1,5598 g/pcs
b) Basis yang dibutuhkan untuk membuat 4 buah suppositoria
= ,5598 g x 4 = 6,2392 g

Sediaan yang dihasilkan

1) 1 buah suppositoria 100% basis dengan berat 2,3598 g


2) 1 suppositoria 10% zat aktif dan 90% basis dengan berat 2,397 g
3) 4 buah suppositoria sesuai resep dengan masing-masing berat

8
Evaluasi organoleptis

Suppositoria yang dihasilkan berwarna putih kekuningan dan bau khas lemak
coklat.

4.2.Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan suppositoria dengan zat aktif
teofilin. Teofilin merupakan obat yang diindikasikan kepada pasien penderita
asma. Obat ini merupakan golongan agonis β2 yang reseptor tersebut berada pada
paru-paru. Teofilin dibuat dalam sediaan rektal secara rektal digunakan untuk
distribusi sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum.
Karena pada saat pasien terserang asma tidak memungkinkan diberikan obat oral
maupun inhalasi. Obat dalam bentuk suppositoria ini bekerja cepat cepat, karena
obat diabsorpsi melalui mukosa rektallangsung masuk ke dalam sirkulasi darah.

Basis yang kami gunakan adalah cera albadan lemak coklat dengan kadar
40 : 60. Langkah pertama lemak coklat dan cera alba dilelehkan. Cera alba di
lelehkan terlebih dahulu kemudian lemak coklat. Ini dilakukan karena titik leleh
cera alba lebih tinggi daripada lemak coklat sehingga cera alba dan lemak coklat
meleleh secara bersamaan. Pencampuran basis ini dilakukan agar suppositoria
dapat memadat dan menaikkan titik leleh dari lemak coklat.

Sebelum dilakukan pencampuran basis dan zat aktif, basis 100 % dicetak
terlebih dahulu agar dapat mengetahui berapa berat yang didapat dalam sekali
cetak, kemudian dihitung berapa banyak zat aktif dan basis yang diperlukan dalam
satu formula suppositoria.

Sebelum campuran lelehan cera alba dan lemak coklat dimasukkan kedalam
cetakan, cetakan di berikan gliserin terlebih dahulu agar pengambilan suppositoria
dari cetakan mudah.

Dari praktikum kali ini didapatkan 1 buah suppositoria 100% basis dengan
berat 2,3598 g ,1 suppositoria 10% zataktif dan 90% basis denganberat 2,397 g
dan 4 buah suppositoria sesuai resep dengan masing-masing berat. Dari hasil
evaluasi organoleptis didapatkan suppositoria yang berwarna putih kekuningan

9
dan bau khas lemak coklat.Penyimpanan sediaan suppositoria pada suhu dibawah
suhu ruang agar suppositoria tidak meleleh.

10
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan 1 buah suppositoria
100% basis dengan berat 2,3598 g ,1 suppositoria 10% zat aktif dan 90%
basis denganberat 2,397 g dan 4 buah suppositoria sesuai resep dengan
masing-masing berat. Dari hasil evaluasi organoleptis didapatkan
suppositoria yang berwarna putih kekuningan dan bau khas lemak coklat.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan: Farida
Ibrahim,. Edisi keempat, UI Press: Jakarta.

Anief, M., 2006, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta

12
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai