Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLIDA-LIKUIDA

SIRUP

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Andreas Agung Wicjaksono 11194761920040


Kriscika Guspani 11194761920055
Noorjannah 11194761920061
Talitha Cressentia Rahma 11194761920074

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2019

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii


BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ...................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 2
A. Dasar Teori................................................................................................ 2
B. Deskripsi Bahan ........................................................................................ 6
BAB III. METODE PRAKTIKUM ........................................................................ 9
A. Alat dan Bahan .......................................................................................... 9
B. Formula ..................................................................................................... 9
C. Perhirungan Bahan .................................................................................... 9
D. Prosedur Kerja ........................................................................................ 11
BAB IV HASIL .................................................................................................... 12
BAB V PEMBAHASAN. ..................................................................................... 14
BAB VI KESIMPULAN. ..................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
JAWABAN PERTANYAAN ............................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis,
atau pewarna yang larut dalam air atau campuran konsolven. Beberapa contoh
sediaan larutan oral, antara lain: Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula
atau pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat
obat. Komponen-komponen dari sirup : (1) gula, biasanya sukrosa atau
pengganti gula yang digunakan untuk memberi rasa manis dan kental, (2)
pengawat antimikroba, (3) pembau, dan (4) pewarna.
Faktor utama pemilihan penggunaan obat bentuk sediaan cair khususnya
larutan yaitu lebih mudah ditelan dibandingkan dengan bentuk sediaan padat
seperti tablet atau kapsul, sehingga lebih cocok untuk pemberian pada bayi,
anak-anak, dan usia lanjut yang susah menelan obat dalam bentuk kapsul atau
tablet. Sediaan tablet atau kapsul dihindari untuk anak kurang dari 5 tahun.
Disamping itu, larutan juga memberikan efek yang lebih cepat karena obat
cepat di absorbsi tanpa mengalami proses disintegrasi dan pelarutan karena
sudah berada dalam bentuk larutan. Untuk pemakaian luar, larutan lebih mudah
digunakan. Namun ada beberapa obat yang tidak stabil atau mudah rusak bila
dibuat dalam larutan, sehingga harus selalu dibuat baru bila akan digunakan.

B. Tujuan Praktikum
Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasi
sediaan sirup dan melakukan kontrol kualitas sediaan sirup.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
Menurut Farmakope Indonesia IV, Sirup adalah sediaan cair berupa
larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak
kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Sirup adalah larutan oral yang
mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (Anonim, 1995). Secara
umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair
kental yang minimal mengandung 50% sakarosa.
Hal-hal yang harus diperhatikan jika konsentrasi obat digunakan
melebihi kriteria kelarutan agar dapat sediaan larutan yang homogen :
1. pH, Sejumlah besar zat kemoterapi modern adalah asam lemah atau basa
lemah. Kelarutan zat-zat ini dapat dengan nyata dipengaruhi oleh pH
lingkungannya.
2. Konsolvensi, elektrolit-elektrolit lemah dan moleukul-moleukul nonpolar
seringkali mempunyai kelarutan dalam air yang buruk. Kelarutannya
bbiasanya dapat ditingkatkan dengan penambahan suatu pelarut yang dapat
bercampur dengan air dimana dalam pelarut tersebut obat mempunyai
kelarutan yang baik.
3. Solubilisasi, Merupakan tempatnya moleukul-moleukul zat terlarut yang
larut dsalam air secara spontanke dalam larutan air dari suatu sabun atau
detergen, dimana di bentuk suatu larutan yang stabil secara termodinamik.
4. Kompleksasi, Senyawa- senyawa organik dalam larutan umumnya
cenderung bergabung satu sama lain sampai tingkat tertentu.
5. Hidrotopi
6. Modifikasi kimia obat. Banyak obat yang sukar larut dapat dimodifikasi
secara kimiawi menjadi turunan-turunan yang larut dalam air.
Ada beberapa komponen sirup, yaitu:
1. Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari
kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis

2
berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol,
sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah seperti laktosa
2. Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar
dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
3. Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau
bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa
yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus
mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke
dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian
pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup
dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
4. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH
selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama
tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat
konsisen dengan rasa.
5. Kosolven
Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan
mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan.
Sifat Fisika Kimia sirup
1. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan
erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai
gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu
permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan
tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang
akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji
yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang
kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk

3
pengukuran sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas idak lebi dari
0,1 C.
2. Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup.
Uji ini berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan
cairan akan smakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fiik ini digunakan
untuk melihat stabilitas sediaan cair selama penyimpanan.Besar kecilnya
kadar suspending agent berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk
dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan sirup
kental dan sukar dituang.
3. Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada
warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan
dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan Selama waktu
tertentu.
Persyaratan Mutu Dalam Pengerjaan Sirup
1. Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon
di tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.
2. Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan
ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok.
3. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila
lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 %
sirup akan membusuk.
4. Bj sirup kira-kira 1,3
5. Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah menjadi
glukosa dan fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat
terjadi lebih cepat.
6. Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan
terjadinya gula invert.

4
7. Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga
mudah berjamur dan berwarna tua (terbentuk karamel), tetapi mencegah
terjadinya oksidasi dari bahan obat.
8. Pada sirup yang mengandung sakarosa 62% atau lebih, sirup tidak dapat
ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati
9. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila
dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
10. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan
pengawet misalnya nipagin.
11. Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan
sirupus Iodeti ferrosi.Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang
mereduksi, mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri. Gula invert disini
dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan gula dengan asam
sitrat.
12. Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka
sakarosa dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup,
seperti pada pembuatan Thymi sirupus dan Thymi compositus sirupus,
aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan tanpa
pemanasan.
13. Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang jernih.
Penjernihan Sirup
Ada beberapa cara menjernihkan sirup :
a. Menambahkan kocokan zat putih telur segar pada sirup . Didihkan sambil
diaduk, zat putih telur akan menggumpal karena panas.
b. Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup
akan melekat ke kertas saring.
Kestabilan Sirup dalam Penyimpan
a. Cara Memasukkan Sirup Dalam Botol
Cara memasukkan sirup ke dalam botol penting untuk kestabilan sirup dalam
penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur) sebaiknya sirup disimpan
dengan cara :

5
1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada
pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga
penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas (karena sterilisasi)
sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi
sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan
parafin solidum yang menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran
udara luar.
3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah
tidak berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang panambahan
metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok.
b. Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk

B. Deskripsi Bahan
1. Parasetamol
Parasetamol atau Acetaminophenum adalah hablur atau serbuk hablur
putih, tidak berbau dan berasa pahit. Parasetamol mengandung
acetaminophen tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%.
Parasetamol larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol 95% P, dalam
13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gloserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol. Khasiat dari parasetamol yaitu sebagai antipiretik dan
analgetik.
2. Metil Paraben / Nipagin
Metil paraben merupakan serbuk hablur halus, putih, hampir tidak
berbau, tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa pedas.
Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian eter
(95%), dan dalam 3 bagian aseton, larut dalam eter dan larut dalam alkali
hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol.
3. Sirup Simplek
Sirup simplek atau larutan gula merupakan cairan tidak berwarna,
berasa manis dan tidak berbau. Sirup simplek mengandung sukrosa yang

6
larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih dan sukar larut dalam eter.
Sirup simplek digunakan sebagai zat tambahan atau pemanis dalam suatu
sediaan.
4. Aqua destilata
Aqua dest merupakan cairan jernih tak berwarna, tak brbau dan tak
mmpunyai rasa yang biasanya digunakan sebagai bahan pelarut (Dinkes RI,
1979).
5. Gliserin
Gliserin merupakan cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna
yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 oC. Gliserin
digunakan sebagai bahan tambahan dalam suatu sediaan.
6. Ammonium HCl
Ammonium HCl merupakan serbuk butir atau hablur, putih, tidak
berbau, rasa asin dan dingin, higroskopik. Ammonium HCl mudah larut
dalam air dan dalam gliserol P, lebih mudah larut dalam air mendidih, dan
agak sukar larut dalam etanol P 95%. Penyimpanan ammonium HCl harus
dalam wadah tertutup rapat. Ammonium HCl berkhasiat sebagai
ekspektoran.
7. Natrium Sitrat
Natrium sitrat merupakan hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih
yang mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, praktis
tidak larut dalam etanol P 95%. Penyimpanan Natrium sitrat yaitu harus
dalam wadah tertutup rapat. Natrium sitrat berkhasiat sebagai antikoagulan.
8. Menthol
Menthol merupakan hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak
berwarna, biasanya berbentuk jarum atau massa lebur, bau enak seperti
minyak permen (Depkes RI,1995). Menthol sangat larut dalam air, sangat
mudah larut dalam etanol, kloroform, eter dan heksana, mudah larut dalam
asam asetat glasial, dalam minyak mineral, minyak lemak dan dalam
minyak atsiri. Menthol memiliki titik didih 212oC dan titik leleh 34oC.

7
9. Carmin
Carmin merupakan serbuk dengan konsentrasi 0,01% yang berwarna
biru gelap, tidak berasa, dan tidak berbau. Carmin mudah larut dalam air,
gliserin, propilen glikol dan alcohol 95%. Carmin memiliki Ph 4-8, dan
memiliki stabilitas yang sensitif terhadap cahaya. Carmin berfungsi sebagai
colouring agent atau pewarna.

8
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan, yaitu:
1. Beaker glass
2. Gelas ukur
3. Batang pengaduk
4. Sendok tanduk
5. Kaca arloji
6. Timbangan analitik
7. Mortir dan stemper
8. Kompor listrik
9. Alat uji kejernihan
10. Viskometer
Bahan yang digunakan, yaitu:
1. Diphenhidramin HCl
2. Ammonium HCl
3. Dekstrometrofan HBr
B. Formula sediaan sirup
R/ Paracetamol 125mg
Ammonium HCl 125mg
Na.Citrat 50mg
Menthol 1mg
Corigen saporis qs
Corigen coloris qs
Metil paraben sodium 0,18%
Gula 65%
Gliserin 10%
Aquadest ad 5ml
Formulasi sediaan sirup dibuat sebanyak 300ml
C. Perhitungan Bahan
1. Paracetamol

9
300ml
x125mg = 7500mg ≈ 7,5gram
5ml

2. Ammonium HCl
300ml
x125mg = 7500mg ≈ 7,5gram
5ml

3. Na.Citrat
300ml
x50mg = 3000mg ≈ 3gram
5ml

4. Menthol
1 mg = 0,006 ml
300ml
x0,006 ml = 0,36 ml
5ml

5. Corigen saporis qs
6. Corigen coloris qs
7. Metil paraben sodium
0,18gr
0,18% b/v = 100ml = 0,0018gram

= 300mg x 0,0018gram = 0,54gram


8. Gula
65gr
65% b/v = 100ml = 0,65gram

= 300mg x 0,65gram = 195gram


9. Gliserin
10gr
10% b/v = 100ml = 0,1gram

= 300mg x 0,1gram = 30gram


10. Aquadest ad 5 ml

10
D. Prosedur Kerja

Menimbang semua bahan (1)

Membuat sirup simpleks dengan cara gula 65% dimasukan ke dalam


air lalu dipanaskan dan disaring sampai jernih (2)

Melarutkan paracetamol dan Ammonium HCl kedalam sebagian air


(3)

Melarutkan asam sitrat kedalam sebagian air dan tambahkan sedikit


gula (4)

Melarutkan menthol dan metil paraben kedalam sebagian air (5)

Mencampurkan 3,4 dan 5 kemudian aduk sampai homogen, lalu


tambahkan bagian 2 aduk sampai homogen (6)

Menambahkan semua corigen dan aduk sampai homogen dan


tambahkan aquadest ad 300 ml (7)

11
BAB IV
HASIL
1. Organoleptis
- Warna : Merah muda cerah
- Bau : Menthol
- Rasa : Agak mint, kurang manis
2. Ph : 5,68
3. Viskositas
Speed 12 rpm 680,0 mPa*s
Speed 30 rpm 216,0 mPa*s
Speed 60 rpm 198,0 mPa*s
4. Uji bobot jenis
Dik:
- Berat pikno kosong : 24,26 gram
- Berat pikno + Sirup : 58,20 gram
58,20−24,26 33,94
P= = = 1,35 gram/ml
25ml 25 ml
5. Uji kejernihan
Latar Putih Latar Hitam

Jernih Jernih

12
Viskositas
800

700 680
600

500

400
Viskositas
300

200 216 198


100

0
12 30 60

Gambar 4.1 Grafik hasil viskositas

13
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan membuat sediaan sirup.
Percobaan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman dalam membuat sediaan
sirup dan melakukan control kualitas sediaan sirup. Sirup adalah larutan oral yang
mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah
sirup yang hamper jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-
66%, kecuali dinyatakan lain. Dalam pembuatan sirup ini zat aktif yang digunakan
adalah paracetamol.
Paracetamol atau asetaminofen adalah obat analgesic dan antipiretik yang
populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit
ringan, serta demam. Efek dari paracetamol adalah tubuh menyerap paracetamol
dengan cepat. Paracetamol dalam bentuk larutan lebihi cepat diserap daripada
tablet padat. Efek paracetamol biasanya akan mencapai puncaknya antara
setengah jam sampai dua jam setelah konsumsi dengan efek analgesic
berlangsung selama sekitar empat jam. Setelah itu paracetamol akan dikeluarkan
oleh tubuh. Pembuatan sirup paracetamol ini dilakukan beberapa evaluasi.
Adapun evaluasi tersebut yaitu, organoleptis, viskositas, uji kejernihan,
pemeriksaan pH, dan uji kerapatan.
Adapun langkah kerja yang praktikan lakukan pada saat melakukan
percobaan. Hal pertama yang dilakukan praktikan yaitu menimbang semua bahan
sesuai perhitungan formula yang sudah dihitung, kemudian menyiapkan larutan
sirup simpleks yang berperan sebagai corigen saporis berfungsi untuk
memberikan rasa manis terhadap sirup. Setelah itu melarutkan paracetamol dan
ammonium HCl dimana paracetamal yang berfungsi sebagai zat aktif pada
pembuatan sirup dan ammonium HCl adalah senyawa garam yang berbentuk
kristal putih dan mudah larut dalam air banyak terkandung dalam beberapa jenis
obat batuk, manfaat utamanya adalah sebagai ekspektoran atau pengencer dahak
pada kondisi batuk berdahak. Kemudian melarutkan asam sitrat kedalam sebagian
air dan menambahkan sedikit gula, hal ini berfungsi sebagai larutan dapar. Setelah
itu melarutkan menthol dan metil paraben ke dalam sebagian air dimana menthol
berfungsi sebagai pengaroma (flavour) dan metil paraben sebagai pengawet.

14
Kemudian larutan-larutan tersebut dicampurkan jadi satu dalam suatu wadah
(beaker glass) aduk hingga homogen. Setelah semuanya tercampur homogen
tambahkan gliserin sebagai anticaploating, corigen coloris (carmin) sebagai
pewarna, dan add kan 300 ml aquadest sebagai pelarut.
Setelah semuanya tercampur praktikan melakukan beberapa uji evaluasi
seperti uji organoleptis, uji kejernihan, pemeriksaan pH, uji bobot jenis, dan uji
viskositas. Pada percobaan pertama uji evaluasi organoleptis yaitu menguji
sediaan dari warna, bau dan rasanya. Dilihat dari warna sediaan sirup memiliki
warna merah muda cerah, memiliki bau khas menthol karena sirup yang dibuat
mengandung menthol, dan rasanya agak mint kurang manis. Warna merah muda
ditimbulkan dari penambahan pewarna yaitu carmin. Hasil organoleptis dari sirup
yang dibuat ini sesuai dengan formulasi sediaan sirup yang diinginkan.
Evaluasi selanjutnya pengujian kerapatan atau bobot jenis menggunakan
piknometer yaitu piknometer kosong ditimbang, kemudian diisi penuh oleh sirup
lakukan penimbangan lagi, dinginkan pada suhu 2oC selama 15 menit. Sehingga
larutan yang ada pada piknometer akan menurun saat didinginkan, penurunan
volume larutan ini terjadi karena perubahan suhu, sehingga kerapatan dari larutan
tersebut meningkat. Apabila sirup pada piknometer menurun maka perlu
ditambahkan kembali sirup kedalam piknometer, hal ini bertujuan untuk
memampatkan volume sirup tersebut yang mana sirup tersebut didiamkan pada
suhu ruang sehingga kerapatannya menurun karena meningkatnya suhu. Dimana
teori mengatakan semakin tinggi suhu maka kerapatan dari suatu larutan akan
menurun. Setelah piknometer tadi didiamkan selama 15 menit pada suhu ruang
timbang piknometer dan larutan sirup serta hitung bobot jenis menggunakan
rumus dan diperoleh hasil bobot jenis yaitu 1,35 gram/ml.
Evaluasi selanjutnya pengujian viskositas kecepatan yang digunakan
adalah 12 rpm, 30 rpm, dan 60 rpm. Setelah data dimasukkan ke dalam kurva
ternyata dihasilkan jenis aliran pseudoplastis. Dimana aliran pseudoplastis
diperoleh ketika semakin besar kecepatan, maka semakin kecil viskositas. Hal ini
telah sesuai dengan hasil praktikum. Pada praktikum diperoleh hasil speed 12
rpm= 680,0 mPa*s, speed 30 rpm= 216,0 mPa*s, speed 60 rpm= 198,0 mPa*s.

15
Sehingga dapat dilihat dari hasil sudah sesuai dengan teori karena semakin besar
kecepatan rpm makan nilai viskositasnya semakin kecil.
Evaluasi selanjutnya pengujian uji kejernihan dimana pada uji ini
dilakukan penyaringan dengan tujuan untuk membersikan partikel-partikel yang
terdapat dalam sirup sehingga didapatkan sirup yang jernih sesuai dengan
persyaratan sirup yaitu sirup harus jernis atau sesuai dengan warna pelarutnmya.
Selanjutnya sirup diamati menggunakan latar hitam dan latar putih untuk
memastikan sirup bebeas dari partikel-partikel pengotor, sirup yang dihasilkan
berwarna merah muda terang.
Evaluasi selanjutnya pengujian pH menggunakan alat ph meter. Pengujian
ini dilakukan pencelupkan alat kedalam larutan sirup untuk mengukur pH nya
sampai mendapatkan nilai ph 7 (netral) selama kurang lebih setengah menit. Hasil
yang didapatkan pada percobaan yaitu 5,68 yang menandakan sediaan sirup
bersifat asam. Hal ini telah sesuai dengan literatur karena ph paracetamol berada
antara Ph 3.8-6,1. Hal ini menunjukkan ph asam dari sirup sesuai dengan literatur
karena paraceatmol bersifat asam lemah.

16
BAB VI
KESIMPULAN
Sirup yang didapatkan pada praktikum kali ini memiliki kejernihan yang
baik dan memiliki warna merah muda terang, dengan rasa tidak terlalu manis dan
memiliki aroma menthol serta memiliki pH sebesar 5,6 dan kerapatan sebesar 1,35
g/ml. Untuk viskositas yang didapatkan dari sirup tersebut semakin rendah dengan
kecepatan stromer yang tinggi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta:UI
Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.


Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional Edisi


II. Jakarta: Depkes RI

18
JAWABAN PERTANYAAN
1. Sebutkan kentungan dan kerugiaaan bentuk sediaan sirup (larutan)?
2. Jelaskan fungsi dari pewangi (flavour)?
3. Sebutkan contoh minimal 4 dari flavour dan sifat obat (rasa obat)?
Jawab
1. Keuntungan dan kerugian sediaan sirup
- Keuntungan
a) Merupakan campuran yang homogen
b) Dosis dapat diubah ubah dalam pembuatan
c) Obat lebih mudah diabsorbsi
d) Mempunyai rasa manis
e) Mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya Tarik
untuk anak
f) Membantu pasien yang tidak dapat menelan obat tablet
- Kerugiaan
a) Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
b) Volume dan bentuk larutan lebih besar dan ada yang sukar ditutupi rasa
dan baunya

2. Fungsi flavour digunakan untuk memperbaiki bau, ditambahkan hanya jika


diperlukan saja agar obat berbau harum dan menutupi bau zat aktif yang
kurang sedap. Contoh dari pewangi adalah essen straw, oleum rosae, dll.

3. Contoh dari flavour essen straw, oleum rosae, menthol. Sifat atau rasa obat
manis dan tidak pahit

19

Anda mungkin juga menyukai