Disusun Oleh:
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
limpahan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Berikut ini kami
persembahkan sebuah makalah tentang “Salep (Definisi, Persyaratan,Penggolongan dasar
salep, Kualitas dasar salep, penggolongan salep, dan cara pembuatan)” yang menurut kami
dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari materi tersebut. Makalah
ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Farmasetika Dasar. Melalui kata pengantar ini
kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila dalam isi makalah ini ada
kekurangan dan tulisan yang kurang tepat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena
itu kritik dan saran para pembaca akan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang. Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan
penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB 1 .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................. 3
A. PENGAWET SALEP…………………………………………………………………………11
B. SOFTENER……………………………………………………………………………………11
C.STIFFENER……………………………………………………………………………………11
ii
D.LEVIGATING AGENT…………………………………………………………………..……12
E.ANTIOKSIDAN…………………………………………………………………………….….12
F.SURFAKTAN…………………………………………………………………………………..12
B. KERUGIIAN SALEP………………………………………..........………………….…….....13
PENUTUP .....................................................................................................................................15
KESIMPULAN .............................................................................................................................15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Sediaan salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidakterpengaruh oleh suhu
dan kelembaban kamar, dan semua zat yangdalam salep harus halus.oleh karena itu pada saat
pembuatan salepterkadang mangalami banyak masalah, salep yang harus digerus
denganhomogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dandiserab oleh kulit.
Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting dalamkeberhasilan terapi dengan
menggunakan sediaan salep.Pelepasan obatdari sediaan salep sangat dipengaruhi oleh sifat kimia
fisika obat sepertikelarutan, ukuran partikel dan kekuatan ikatan antara zat aktif
denganpembawanya serta untuk basis yang berbeda.
sebagai berikut:
1
1.3 TUJUAN
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah sebagai berikut.
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga
dapat memenuhi tugas sediaan likuid-semisolid dasar yang diberikan dan sebagai sarana media
pembelajaran serta menambah wawasan pengetahuan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep
yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %.
3
2.3 FUNGSI SALEP
1) Unguenta adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada
suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
2) Krim (Cream) adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe
yang dapat dicuci dengan air
3) Pasta adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu salep
tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.
4) Cerata adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin (waxes),
sehingga konsistensinya lebih keras.
5) Gelones / Spumae / Jelly adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan
mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa sebagai
pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak dengan titik
lebur yang rendah
4
3) Salep Diadermic (Salep Serap).
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek
yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada salep yang mengandung
senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar salep yang baik adalah adepslanae dan oleum
cacao.
Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy bases):
tidak dapatdicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak lemak, malam.
Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep tipe
o/w.
Menurut FI. IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok :
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih dan salep
putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini
dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalut penutup. Dasar salep hidr okarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci,
tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.
Contoh : Vaselin putih, vaselin kuning, paraffin cair, paraffin padat, minyak nabati.
Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiriatas dasar salep
yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan
lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdir i atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur
dengan sejumlah larutanair tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.
Contoh : Adeps Lanae, Unguentum SimpleX.
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik (krim). Dasar
salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap
5
basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi
lebih efektif menggunak an dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari
dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada
kelainan dermatologik.
Contoh: Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream), emulsifying wax
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air.
Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau
malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang diinginkan, sifat
bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam
beberapa hal perlu menggunakan dasar sale p yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang
diinginkan. Misalnya obat- obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon
daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam
dasar salep yang mangandung air.
1.) Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan
kelembaban kamar.
2.) Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan selur uh produk harus
lunak dan homogenya.
6
2.5 Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep
1. Peraturan Salep Pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan
pemanasan.
Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan- peraturan lain dilarutkan
lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep.
Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis.
Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air, harus
diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.
Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai
dingin.
Cara Pembuatan
Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke dalam salep dasar.
Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu;
• Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai
membentuk fasa yang homogeny.
• Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai
atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis
Ketentuan lain;
• Zat yang dapat larut dalam basis salep :(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol,
Guaiacol)àmudah larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat +sebagian basis
(sama banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis
7
• Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung air dan obatnya
dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur
dengan basis salep yang dapat menyerap air.
- Salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya
(air ditambahkan terakhir)
- Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh
perlu dikolir (disaring dengan kasa)àdilebihkan 10-20%
Cara pembuatan salep ditinjau dari khasiat utamanya dapat dibagi menjadi beberapa bagian:
a) Zat padat dan larut dalam dasar salep. 1. Camphorae n dalam dasar salep yang sudah
dicairkan didalam pot salet tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya).
- Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. Sesame), camphorae dilarutkan lebih
dahulu dalam minyak tersebut.
- Jika dalam resep terdapat salol, mentol, atau zat lain yang dapat mencair jika dicampur
(karena penurunan titik eutektik), Camphorae dicampurkan supa mencair, baru ditambahkan dasar
salepnya.
- Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahlu dengan eter atau
alcohol 95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.
2. Pellidol
- Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang
dicairkan (jika dasar salep disaring, pellidol ikut disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan
pada penimbangannya sebanyak 20%).
- Jika pollidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep
yang sudah dicairkan.
3. Lodium
- Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae
- Larutkan daalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada Unguentum Iodii dari Ph. Belanda
V).
8
- Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar salepnya.
b) Zat padat larut dalam air
1. Protargol
2. Colargol
3. Argentums nitrat (AgNO3)
4. Zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karna akan meninggalkan bekas noda hitam pada
kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.
5. Fenol. Fenol dalam salep tdak dilarutkan karna akan menimbulkan rangsangan atau
mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti dengan penol liquidfactum.
c) Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu:
1. Argentums nitrat
2. Fenol
3. Hydrargyri bichloridum
4. Chrysarobin
5. Pirogalol
6. Stibii et kalii tartrans
7. Oleum iocoris aselli
8. Zinc sulfat
9. Antibiotik (misalnya penisilin)
10. Chloretum auripo natrico
d) Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep.
1. Ichtyol
2. Balsam-balsem dan minyak yang mudah menguap
3. Air
4. Gliserin
5. Marmer album
e) Zat padat tidak larut dalam air Umumnya dibuat serbuk halus lebih dahulu.
Zat Cair (Sebagai pelarut bahan obat)
1. Air
- Terjadi reaksi
- Tak terjadi reaksi
2. Spiritus/etanol/alcohol
9
- Jumlah sedikit
- Jumlah banyak
3. Cairan kental
Umumnya dimasukkan sedikit demi sedikit. Contohnya: gliserin, pix lithantratis, pix liquida,
balsam peruvianum, ichtyol, kreosot.
Bahan berupa ekstak/extraktum
a. Extraktum siccum/kering
b. Exractum spissum/kental
c. Extractum liquidum
Bahan-bahan lain
a. Hydrargyrum
b. Naphtolum
c. Bentonit
Kerugian Basis Hidrokarbon
• Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air
sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
• Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika
dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
Metode Pelelehan : Zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai
membentuk fasa yang homogeny
Metode Triturasi : Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai
atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis
Ketentuan lain;
(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol, Guaiacol)àmudah larut dalam minyak lemak (vaselin)
Zat berkhasiat +sebagian basis (sama banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis
10
• Zat yang mudah larut dalam air dan stabil
Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya
dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air,
B. Softlener
Bahan pengental digunakan agar diperoleh struktur yang lebih kental ( meningkatkan
viskositas ) sehingga diharapkan akan lebih baik daya lekatnya. Bahan-bahan yang umum
ditambahkan sebagai pengental yaitu polimer hidrifilik, baik yang berasal dari alam ( natural
polimer ) seperti agar, selulosa, tragakan, pektin, natrium alginat; polimer semisintetik seperti metil
selulosa, hidroksi etil selulosa, dan CMC Na; serta polimer sintetik seperti karbopol ( karbomer,
karboksipolimetilen)
11
D. Levigating agent
Digunakan untuk membasahi serbuk dan menggabungkan serbuk yang telah terbasahi
dengan basis salep. Contoh minyak mineral
E.Antioksidan
Ditambahkan ke dalam salep bila diperkirakan terjadi kerusakan basis karena terjadinya
oksidasi Contoh antioksidan yang sering ditambahkan: Butylated Hydroxyanisole ( BHA ),
Butylated Hydroxytoluene (BHT), Propyl gallate, dan Nordihydroguaiaretic acid ( NCGA)
F. Surfaktan
dibutuhkan sebagai emulsifying untuk membentuk sistem o/w atau w/o, sebagai bahan
pengsuspensi, thickening, cleansing, penambah kelarutan, pembasah dan bahan pemflokulasi.
Surfaktan yang biasa digunakan yaitu surfaktan nonionik ( contoh ester polioksietilen), kationik (
benzalkonium klorida) atau anionik (contoh natrium dodesil sulfat).
G. Humectant Material-material
Seperti gliserin, propilen glikol, polietileni glikol BM rendah, dan sorbitol mempunyai
tendensi berikatan dengan air, sehingga dapat mencegah hilangnya air dari, penyusutan wadah (
shrinkage ) air dari produk / sediaan. Senyawa-senyawa ini dapat juga berfungsi untuk
memudahkan aplikasi sediaan pada kulit, melunakkan/melembutkan kulit.
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol dapat dibuat dari gelas
tidak berwarna, warna hijau, amber atau biru atau buram dan porselen putih.Botol plastik juga
dapat digunakan. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk salep yang mengandung
obat yang peka terhadap cahaya.Tube dibuat dari kaleng atau plastik, beberapa di antaranya diberi
tambahan kemasan dengan alat bantu khusus bila salep akan digunakan untuk dipakai melalui
rektum, mata, vagina, telinga, atau hidung.Tube umumnya diisi dengan bertekanan alat pengisi
dari bagian ujung belakang yang terbuka (ujung yang berlawanan dari ujung tutup) dari tube yang
kemudian ditutup dengan disegel. Tube salep untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5
sampai 30 gram.Botol salep dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi dengan
mengemas sejumlah salep yang sudah ditimbang ke dalam botol dengan memakai spatula yang
fleksibel dan menekannya ke bawah, sejajar melalui tepi botol guna menghindari kemungkinan
terperangkapnya udara di dalam botol.Salep dalam tube lebih luas pemakaiannya dari pada botol,
disebabkan lebih mudah dan menyenangkan digunakan oleh pasien dan tidak mudah menimbulkan
keracunan. Pengisian dalam tube juga mengurangi terkena udara dan menghindari kontaminasi
dari mikroba yang potensial, oleh karena itu akan lebih stabil dan dapat tahan lama pada pemakaian
dibandingkan dengan salep dalam botol.
12
Kebanyakan salep harus disimpan pada temperatur di bawah 30° C untuk mencegah
melembek apalagi dasar salepnya bersifat dapat mencair.
B. Kerugian Salep
1) Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci dan sulit di
bersihkan dari permukaan kulit.
2) Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan bahan kurang
stabil dengan adanya air .
3) Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air
R/ Acid Sal 1
Sulf praecipitatum 6
Sapo Kalini 6
Cetae flavi 3
Ol Arachid ad 30
S.Ad us ext
Penyelesaian :
1. Di buat dua masa karena Sapo + Acid salicyl akan keluar air ( reaksi pendesakan ), Salep jadi
sangat lembek
2. Campur kedua campuran tersebut
3. Sebagian campuran yang lain + Sapo kalinus + Sulfur
13
4. Acid Salicyl + setengah dari campuran tersebut
5. Lebur Cerae flav dan Oleum Archidis , aduk sampai dingin
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasaan diatas dapat disimpulkan bahwa salep adalah sediaan setengah padat
ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik.
Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik
adalah 10 %. Untuk dasar salep kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep)
digunakan vaselin putih (vaselin album). Penggolongan dasar salep terdiri dari : dasar salep
hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan dasar salep larut
dalam air. Jikadioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus
menunjukkan susunan yang homogen dan Penandaan pada etiket tertera “obat Luar”.
Salep juga digolongkan menurut konsistensinya yaitu : unguenta, cream, pasta, cerata, dan
Jelly, ada juga penggolongan salep menurut efek terapinya yaitu : salep penutup, salep serap, dan
salep endodermic. Cara Pembuatan salep dapat ditinjau dari zat berkhasiat utamanya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16