Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SEDIAAN SALEP

Disusun Oleh:

1. Dianti Andiani ( 201851065 )

2. Uci Wulandari ( 201851307 )

3. Intan Ambar K ( 201851128 )

4. Nada Ratna Sari ( 201851192 )

Mata Kuliah : Teknologi Frmasi Sediaan Likuid-Semisolid

Dosen Pengampu : Nurfitriyana.,M.Farm.,Apt

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL (ISTA)

FAKULTAS FARMASI 2020 – 2021


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
limpahan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Berikut ini kami
persembahkan sebuah makalah tentang “Salep (Definisi, Persyaratan,Penggolongan dasar
salep, Kualitas dasar salep, penggolongan salep, dan cara pembuatan)” yang menurut kami
dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari materi tersebut. Makalah
ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Farmasetika Dasar. Melalui kata pengantar ini
kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila dalam isi makalah ini ada
kekurangan dan tulisan yang kurang tepat.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena
itu kritik dan saran para pembaca akan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang. Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan
penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

Jakarta, 5 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB 1 .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................... 1

1.3 TUJUAN ............................................................................................................................. 2

1.4 MANFAAT ......................................................................................................................... 2

BAB II ............................................................................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................. 3

2.1 PEGERTIAN SALEP ............................................................................................................ 3


2.2 PERSYARATAN SALEP ......................................................................................................3
2.3 FUNGSI SALEP …………...…..…………………………………...........………………….4

2.4 PENGGOLONGAN SALEP ................................................................................................. 4

A. PENGGOLONGAN MENURUT KONSISTENSI…………………….....................…………4

B. PENGGOLONGAN MENURUT EFEK TERAPEUTIS…………………….…….....………..4

C. PENGGOLONGAN MENURUT DASAR SALEP………………....…………...……………..5

2.5 KETENTUAN UMUM PEMBUATAN SALEP................................................................... 7

2.6 ZAT TAMBAHAN………………………………………………………………….……….11

A. PENGAWET SALEP…………………………………………………………………………11

B. SOFTENER……………………………………………………………………………………11
C.STIFFENER……………………………………………………………………………………11

ii
D.LEVIGATING AGENT…………………………………………………………………..……12

E.ANTIOKSIDAN…………………………………………………………………………….….12

F.SURFAKTAN…………………………………………………………………………………..12

G.HUMECTANT MATERIAL -MATERIAL………………………………………….…..……12

2.7 PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN SALEP …………………………..…………….12

2.8 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SALEP…………………………..……………….….13

A. KEUNTUNGAN SALEP ………………………………….......……………………….……..13

B. KERUGIIAN SALEP………………………………………..........………………….…….....13

2.9 CONTOH RESEP SALEP……………………………………………………………………13

BAB III ..........................................................................................................................................15

PENUTUP .....................................................................................................................................15

KESIMPULAN .............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakanpada kulit, yang sakit
atau terluka dimaksudkan untuk pemakaian topikal.Salep digunakan untuk mengobati penyakit
kulit yang akut atau kronis,sehingga diharapkan adanya penetrasi kedalam lapisan kulit agar
dapatmemberikan efek yang diinginkan. Salep dapat diartikan sebagai sediaansetengah padat
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaputlendir . Bahan obatnya larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salepyang cocok .Salep tidak boleh berbau tengik.Kecuali
dinyatakan lainkadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotikadalah 10
%.

Sediaan salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidakterpengaruh oleh suhu
dan kelembaban kamar, dan semua zat yangdalam salep harus halus.oleh karena itu pada saat
pembuatan salepterkadang mangalami banyak masalah, salep yang harus digerus
denganhomogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dandiserab oleh kulit.
Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting dalamkeberhasilan terapi dengan
menggunakan sediaan salep.Pelepasan obatdari sediaan salep sangat dipengaruhi oleh sifat kimia
fisika obat sepertikelarutan, ukuran partikel dan kekuatan ikatan antara zat aktif
denganpembawanya serta untuk basis yang berbeda.

1.2 RUMUSAN MASALAH

sebagai berikut:

1.Apa yang dimaksud dengan Salep ?

2.Apa saja Persyaratan Salep ?

3.Apa sajakah Penggolongan dasar Salep?

4.Bagaimana Kualitas Dasar Salep ?

5.Apa saja penggolongan menurut konsistensi salep ?


6.Apa saja penggolongan menurut terapeutis penetrasi?

7.Bagaimana Cara pembuatan salep ?

1
1.3 TUJUAN
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dari salep.


2. Untuk mengetahui persyaratan salep
3. Untuk mengetahui Penggolongan dasar salep
4. Untuk mengetahui kualitas dasar salep
5. Untuk mengetahui penggolongan menurut konsistensi salep
6. Untuk memenuhi penggolongan menurut terapeutis penetrasi
7. Mengetahui bagaimana cara pembuatan salep

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga
dapat memenuhi tugas sediaan likuid-semisolid dasar yang diberikan dan sebagai sarana media
pembelajaran serta menambah wawasan pengetahuan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PEGERTIAN SALEP


Menurut FI. IV, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir. Menurut FI III, Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam
dasar salep yang cocok. Menurut DOM Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang
menunjukkan aliran dilatan yang penting. Menurut Scoville’s salep terkenal pada daerah
dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga
membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut
Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya
lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan
kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan
obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).

Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep
yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %.

2.2 PERSYARATAN SALEP


Persyaratan salep Menurut FI III, yaitu :

1. Pemerian : tidak boleh berbau tengik


2. Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik,
kadar bahan obat adalah 10%.
3. Dasar salep : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) digunakan
vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan o bat dan tujuan pemakaian
salep.
4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
harus menunjukkan susunan yang homogen.
5. Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”

3
2.3 FUNGSI SALEP

Fungsi salep adalah :


a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas pada kulit
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan
berair dan rangsang kulit ( Anief, 2005).

2.4 PENGGOLONGAN SALEP


A. Penggolongan Menurut Konsistensi Salep

1) Unguenta adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada
suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
2) Krim (Cream) adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe
yang dapat dicuci dengan air
3) Pasta adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu salep
tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.
4) Cerata adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin (waxes),
sehingga konsistensinya lebih keras.
5) Gelones / Spumae / Jelly adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan
mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa sebagai
pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak dengan titik
lebur yang rendah

B. Penggolongan Menurut Terapeutis Penetrasi 1)


Salep Epidermic (Salep Penutup).
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan
menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan
antiseptik, astringen untuk meredakan rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah
senyawa hidrokarbon (vaselin).
2) Salep Endodermic.
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak melalui kulit dan
terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal iritan. Dasar
salep yang baik adalah minyak lemak.

4
3) Salep Diadermic (Salep Serap).
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek
yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada salep yang mengandung
senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar salep yang baik adalah adepslanae dan oleum
cacao.

C. Penggolongan Menurut Dasar Salep

1. ) Dasar salep hidrofobik

Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy bases):
tidak dapatdicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak lemak, malam.

2. ) Dasar salep hidrofilik

Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep tipe
o/w.

Menurut FI. IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok :

1. Dasar Salep Hidrokarbon

Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih dan salep
putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini
dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalut penutup. Dasar salep hidr okarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci,
tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.

Contoh : Vaselin putih, vaselin kuning, paraffin cair, paraffin padat, minyak nabati.

2. Dasar Salep Serap

Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiriatas dasar salep
yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan
lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdir i atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur
dengan sejumlah larutanair tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.
Contoh : Adeps Lanae, Unguentum SimpleX.

3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air.

Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik (krim). Dasar
salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap

5
basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi
lebih efektif menggunak an dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari
dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada
kelainan dermatologik.

Contoh: Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream), emulsifying wax

4. Dasar Salep Larut Dalam Air

Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air.
Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau
malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.

Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang diinginkan, sifat
bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam
beberapa hal perlu menggunakan dasar sale p yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang
diinginkan. Misalnya obat- obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon
daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam
dasar salep yang mangandung air.

Contoh : Poly Ethylen Glycol (PEG)

Kualitas Dasar Salep

1.) Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan
kelembaban kamar.

2.) Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan selur uh produk harus
lunak dan homogenya.

3.) Mudah dipakai.

4.) Dasar salep yang cocok.

5.) Dapat terdistribusi merata.

6
2.5 Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep
1. Peraturan Salep Pertama

Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan
pemanasan.

2. Peraturan Salep Kedua

Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan- peraturan lain dilarutkan
lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep.
Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis.

3. Peraturan Salep Ketiga

Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air, harus
diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.

4. Peraturan Salep Keempat

Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai
dingin.

Cara Pembuatan

Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke dalam salep dasar.
Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu;

• Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai
membentuk fasa yang homogeny.

• Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai
atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis

Ketentuan lain;
• Zat yang dapat larut dalam basis salep :(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol,
Guaiacol)àmudah larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat +sebagian basis
(sama banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis

7
• Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung air dan obatnya
dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur
dengan basis salep yang dapat menyerap air.

• Salep yang dibuat dengan peleburan

- Dalam cawan porselen

- Salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya
(air ditambahkan terakhir)

- Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh
perlu dikolir (disaring dengan kasa)àdilebihkan 10-20%

Cara pembuatan salep ditinjau dari khasiat utamanya dapat dibagi menjadi beberapa bagian:

a) Zat padat dan larut dalam dasar salep. 1. Camphorae n dalam dasar salep yang sudah
dicairkan didalam pot salet tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya).

- Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. Sesame), camphorae dilarutkan lebih
dahulu dalam minyak tersebut.
- Jika dalam resep terdapat salol, mentol, atau zat lain yang dapat mencair jika dicampur
(karena penurunan titik eutektik), Camphorae dicampurkan supa mencair, baru ditambahkan dasar
salepnya.
- Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahlu dengan eter atau
alcohol 95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.

2. Pellidol
- Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang
dicairkan (jika dasar salep disaring, pellidol ikut disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan
pada penimbangannya sebanyak 20%).
- Jika pollidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep
yang sudah dicairkan.

3. Lodium
- Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae
- Larutkan daalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada Unguentum Iodii dari Ph. Belanda
V).

8
- Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar salepnya.
b) Zat padat larut dalam air
1. Protargol
2. Colargol
3. Argentums nitrat (AgNO3)
4. Zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karna akan meninggalkan bekas noda hitam pada
kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.
5. Fenol. Fenol dalam salep tdak dilarutkan karna akan menimbulkan rangsangan atau
mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti dengan penol liquidfactum.
c) Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu:
1. Argentums nitrat
2. Fenol
3. Hydrargyri bichloridum
4. Chrysarobin
5. Pirogalol
6. Stibii et kalii tartrans
7. Oleum iocoris aselli
8. Zinc sulfat
9. Antibiotik (misalnya penisilin)
10. Chloretum auripo natrico
d) Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep.
1. Ichtyol
2. Balsam-balsem dan minyak yang mudah menguap
3. Air
4. Gliserin
5. Marmer album
e) Zat padat tidak larut dalam air Umumnya dibuat serbuk halus lebih dahulu.
 Zat Cair (Sebagai pelarut bahan obat)
1. Air
- Terjadi reaksi
- Tak terjadi reaksi
2. Spiritus/etanol/alcohol

9
- Jumlah sedikit
- Jumlah banyak
3. Cairan kental
Umumnya dimasukkan sedikit demi sedikit. Contohnya: gliserin, pix lithantratis, pix liquida,
balsam peruvianum, ichtyol, kreosot.
 Bahan berupa ekstak/extraktum
a. Extraktum siccum/kering
b. Exractum spissum/kental
c. Extractum liquidum
 Bahan-bahan lain
a. Hydrargyrum
b. Naphtolum
c. Bentonit
Kerugian Basis Hidrokarbon

• Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air
sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
• Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika
dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.

Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu;

 Metode Pelelehan : Zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai
membentuk fasa yang homogeny

 Metode Triturasi : Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai
atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis

 Ketentuan lain;

Zat yang dapat larut dalam basis salep

(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol, Guaiacol)àmudah larut dalam minyak lemak (vaselin)
Zat berkhasiat +sebagian basis (sama banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis

10
• Zat yang mudah larut dalam air dan stabil

Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya
dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air,

• Salep yang dibuat dengan peleburan

– Dalam cawan porselen


– Salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya (air
ditambahkan terakhir)
– Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh perlu
dikolir (disaring dengan kasa) dilebihkan 10-20%.

2.6 ZAT TAMBAHAN SALEP


A. Pengawet Salep
Preparat farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan pengawet
kimia sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikro organisme yang
terkontaminasi.Pengawet pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol fenol, asam benzoat, asam
sorbat, garam amonium kuarterner dan campuran lainnya.Preparat setengah padat harus pula
dilindungi melalui kemasan dan penyimpanan yang sesuai dari pengaruh pengrusakan oleh udara,
cahaya, uap air (lembap) dan panas serta kemungkinan terjadinya interaksi kimia antara preparat
dengan wadah. ditambahkan untuk mencegah kontaminasi, perusakan dan pembusukan oleh
bakteri atau fungi karena banyak basis salep yang merupakan substrat mikroorganisme. contoh
pengawet yang digunakan: senyawasenyawa amonium kuarterner ( cetiltrimetil amonium
bromida) , senyawa-senyawa merkuri organik (thimerosal) , formaldehid, asam sorbit/kalium
sorbat, asam benzoat/ natrium benzoat, paraben (metil/propil), dan alkoholalkohol.

B. Softlener

Contoh parafin cair

C. Stiffener/ thickening agent (bahan pengental)

Bahan pengental digunakan agar diperoleh struktur yang lebih kental ( meningkatkan
viskositas ) sehingga diharapkan akan lebih baik daya lekatnya. Bahan-bahan yang umum
ditambahkan sebagai pengental yaitu polimer hidrifilik, baik yang berasal dari alam ( natural
polimer ) seperti agar, selulosa, tragakan, pektin, natrium alginat; polimer semisintetik seperti metil
selulosa, hidroksi etil selulosa, dan CMC Na; serta polimer sintetik seperti karbopol ( karbomer,
karboksipolimetilen)

11
D. Levigating agent

Digunakan untuk membasahi serbuk dan menggabungkan serbuk yang telah terbasahi
dengan basis salep. Contoh minyak mineral

E.Antioksidan

Ditambahkan ke dalam salep bila diperkirakan terjadi kerusakan basis karena terjadinya
oksidasi Contoh antioksidan yang sering ditambahkan: Butylated Hydroxyanisole ( BHA ),
Butylated Hydroxytoluene (BHT), Propyl gallate, dan Nordihydroguaiaretic acid ( NCGA)

F. Surfaktan

dibutuhkan sebagai emulsifying untuk membentuk sistem o/w atau w/o, sebagai bahan
pengsuspensi, thickening, cleansing, penambah kelarutan, pembasah dan bahan pemflokulasi.
Surfaktan yang biasa digunakan yaitu surfaktan nonionik ( contoh ester polioksietilen), kationik (
benzalkonium klorida) atau anionik (contoh natrium dodesil sulfat).

G. Humectant Material-material

Seperti gliserin, propilen glikol, polietileni glikol BM rendah, dan sorbitol mempunyai
tendensi berikatan dengan air, sehingga dapat mencegah hilangnya air dari, penyusutan wadah (
shrinkage ) air dari produk / sediaan. Senyawa-senyawa ini dapat juga berfungsi untuk
memudahkan aplikasi sediaan pada kulit, melunakkan/melembutkan kulit.

2.7 PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN SALEP

Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol dapat dibuat dari gelas
tidak berwarna, warna hijau, amber atau biru atau buram dan porselen putih.Botol plastik juga
dapat digunakan. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk salep yang mengandung
obat yang peka terhadap cahaya.Tube dibuat dari kaleng atau plastik, beberapa di antaranya diberi
tambahan kemasan dengan alat bantu khusus bila salep akan digunakan untuk dipakai melalui
rektum, mata, vagina, telinga, atau hidung.Tube umumnya diisi dengan bertekanan alat pengisi
dari bagian ujung belakang yang terbuka (ujung yang berlawanan dari ujung tutup) dari tube yang
kemudian ditutup dengan disegel. Tube salep untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5
sampai 30 gram.Botol salep dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi dengan
mengemas sejumlah salep yang sudah ditimbang ke dalam botol dengan memakai spatula yang
fleksibel dan menekannya ke bawah, sejajar melalui tepi botol guna menghindari kemungkinan
terperangkapnya udara di dalam botol.Salep dalam tube lebih luas pemakaiannya dari pada botol,
disebabkan lebih mudah dan menyenangkan digunakan oleh pasien dan tidak mudah menimbulkan
keracunan. Pengisian dalam tube juga mengurangi terkena udara dan menghindari kontaminasi
dari mikroba yang potensial, oleh karena itu akan lebih stabil dan dapat tahan lama pada pemakaian
dibandingkan dengan salep dalam botol.

12
Kebanyakan salep harus disimpan pada temperatur di bawah 30° C untuk mencegah
melembek apalagi dasar salepnya bersifat dapat mencair.

2.8 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SALEP


A. Keuntungan Salep
1.)Sebagai bahan pembawa subtansi obat untuk pengobatan kulit
2.) Sebagai bahan pemulas pada kulit
3. Sebagai pelindung kulit, yaitu mencegah kontak permukaan kulitdengan larutan berair dan
rangsang kulit 4) Sebagai obat luar.

B. Kerugian Salep
1) Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci dan sulit di
bersihkan dari permukaan kulit.
2) Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan bahan kurang
stabil dengan adanya air .
3) Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air

2.9 CONTOH RESEP SALEP

R/ Acid Sal 1
Sulf praecipitatum 6
Sapo Kalini 6
Cetae flavi 3
Ol Arachid ad 30
S.Ad us ext

Penyelesaian :
1. Di buat dua masa karena Sapo + Acid salicyl akan keluar air ( reaksi pendesakan ), Salep jadi
sangat lembek
2. Campur kedua campuran tersebut
3. Sebagian campuran yang lain + Sapo kalinus + Sulfur

13
4. Acid Salicyl + setengah dari campuran tersebut
5. Lebur Cerae flav dan Oleum Archidis , aduk sampai dingin

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasaan diatas dapat disimpulkan bahwa salep adalah sediaan setengah padat
ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik.
Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik
adalah 10 %. Untuk dasar salep kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep)
digunakan vaselin putih (vaselin album). Penggolongan dasar salep terdiri dari : dasar salep
hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan dasar salep larut
dalam air. Jikadioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus
menunjukkan susunan yang homogen dan Penandaan pada etiket tertera “obat Luar”.

Salep juga digolongkan menurut konsistensinya yaitu : unguenta, cream, pasta, cerata, dan
Jelly, ada juga penggolongan salep menurut efek terapinya yaitu : salep penutup, salep serap, dan
salep endodermic. Cara Pembuatan salep dapat ditinjau dari zat berkhasiat utamanya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Farmakope Edisi III


Buku Ilmu Resep kelas X
Anief, Moh, 2002, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 53.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 12. Anief,
M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES RI
Ansel, HC., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed 4, UI Press, Jakarta. Voigt,
R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai