Anda di halaman 1dari 43

Oleh : Nur Aji, M.Farm.

, Apt
 Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang –
kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7).

 Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa


suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan
organik atau makromolekul senyawa organik,
masing-masing terbungkus dan saling terserap
oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315).
 Berdasarkan sifat fasa koloid :
◦ Gel anorganik, contoh : bentonit magma
◦ Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
 Berdasarkan sifat pelarut :
◦ Hidrogel (pelarut air).
◦ Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul
polimer hidrofilik yang saling sambung silang
melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti
interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi
hidrofobik.
 Organogel (pelarut bukan air/pelarut
organik). Contoh : plastibase (suatu polietilen
dengan BM rendah yang terlarut dalam
minyak mineral dan didinginkan secara shock
cooled), dan dispersi logam stearat dalam
minyak.
 Xerogel : Gel yang telah padat dengan
konsentrasi pelarut yang rendah diketahui
sebagai xerogel. Contoh : gelatin kering,
tragakan ribbons dan acacia tears, dan
sellulosa kering dan polystyrene.
 Emulgel
 Emulgel adalah emulsi baik O/W maupun
W/O yang dibuat gel dengan
mencampurkannya dengan gelling agent.
Keunggulan emulgel memiliki kelebihan daya
hantar obat yang baik seperti gel maupun
emulsi
 Berdasarkan bentuk struktur gel:
◦ Kumparan acak: struktur dibentuk oleh gelling
agent golongan polimer sintetik dan derivat
selulosa. penambahan selanjutnya akan
meningkatkan sifat viskoelastis dan ketegaran masa
gel.
◦ Heliks: struktur dibentuk oleh gelling agent
golongan gom xanthan dan polisakarida
◦ Batang (egg box):terjadi ikatan silang antara
polimer kation dengan polimer divalent. Contoh:
Kalsium alginat
◦ Bangunan kartu: terbentuk dari partikel anorganik
terhidratasi.
Berdasarkan jenis fase
terdispersi :
 Gel fase tunggal, terdiri dari
makromolekul organik yang
tersebar serba sama.
 Gel sistem dua fasa,
terbentuk jika masa gel
terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah. Dalam
sistem ini, jika ukuran
partikel dari fase terdispersi
relatif besar, masa gel
kadang-kadang dinyatakan
sebagai magma.
 Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk
pemberian oral, dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai
kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan
obat long – acting yang diinjeksikan secara intramuskular.
 Gel biasa digunakan untuk orang yang memiliki kulit berminyak
(pada sediaan topikal)
 Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada
granulasi tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan
pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
 Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk
kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit –
dan sediaan perawatan rambut.
 Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal
(non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata
(gel steril) (FI IV, hal 8)
Keuntungan sediaan gel :
Untuk hidrogel :
 Eefek pendinginan pada kulit saat digunakan;
 penampilan sediaan yang jernih dan elegan;
 pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastis,
daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori
sehingga pernapasan pori tidak terganggu;
 mudah dicuci dengan air;
 pelepasan obatnya baik;
 kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
Kekurangan sediaan gel :
 Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif
yang larut di dalam air sehingga diperlukan
penggunaan peningkat kelarutan seperti
surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai
perubahan temperatur,
 Penggunaan emolien golongan ester harus
diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai
kejernihan yang tinggi.
 Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan
alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih
pada wajah dan mata.
Swelling
 Gel dapat mengembang
karena komponen pembentuk
gel dapat mengabsorbsi
larutan sehingga terjadi
pertambahan volume.
 Pelarut akan berpenetrasi
diantara matriks gel dan
terjadi interaksi antara
pelarut dengan gel.
 Pengembangan gel kurang
sempurna bila terjadi ikatan
silang antar polimer di dalam
matriks gel yang dapat
menyebabkan kelarutan
komponen gel berkurang.
Sineresis.
 Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di
dalam massa gel.
 Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas
permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi
tekananyang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang
tegar.
Efek suhu
 Efek suhu mempengaruhi struktur gel.
 Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel
terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu.
Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada
air yang dingin membentuk larutan yang kental.
 Pada peningkatan suhu larutan tersebut
membentuk gel. Fenomena pembentukan gel
atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelation.
Efek elektrolit.
 Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan
berpengaruh pada gel hidrofilik dimana koloid
digaramkan (melarut).
 Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan
konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan
rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk
menyusun diri sesudah pemberian tekanan
geser.
 Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan
adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang
disebabkan karena terjadinya pengendapan
parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang
tidak larut.
Rheologi
 Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan
dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang
khas, dan menunjukkan jalan aliran non –
Newton (menggunakan alat brookfield) yang
dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan
peningkatan laju aliran.
Elastisitas dan rigiditas
 Sifat ini merupakan karakteristik dari gel
gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel
terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel.
 Penampilan gel : transparan atau berbentuk
suspensi partikel koloid yang terdispersi
 Inkompatibilitas dapat terjadi dengan
mencampur obat yang bersifat kationik pada
kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan
dengan pembentuk gel yang bersifat anionik
(terjadi inaktivasi atau pengendapan zat
kationik tersebut).
 Gelling agents yang dipilih harus bersifat
inert, aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formulasi.
 Penggunaan polisakarida memerlukan
penambahan pengawet sebab polisakarida
bersifat rentan terhadap mikroba.
 Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga
saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas
tersebut mudah diubah dengan pengocokan
sehingga mudah dioleskan saat penggunaan
topikal.
A. Gelling Agents (Pustaka : Dysperse System,
vol. I, page 499-504)
 Termasuk dalam kelompok ini adalah :
 gum alam,
 turunan selulosa, dan
 karbomer.
Catatan: Pada pemilihan gelling agent
perhatikan dengan pH stabilita dan
inkompatibilitasnya
1.Gum alam (natural gums)
 Umumnya bersifat anionik (bermuatan negatif
dalam larutan atau dispersi dalam air), meskipun
dalam jumlah kecil bermuatan netral, seperti
guar gum.
 Karena komponen yang membangun struktur
kimianya, maka natural gum mudah terurai
secara mikrobiologi dan menunjang
pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, sistem
cair yang mengandung gum harus mengandung
pengawet dengan konsentrasi yang cukup.
Beberapa contoh gum alam :
i. Natrium alginat
 Natrium alginat 5-10% digunakan dalam
sediaan semisolid.
 Inkompatibel dengan derivat akridin, kristal
violet, fenil merkuri asetat dan nitrat, garam
kalsium, logam berat dan etanol dengan
konsentrasi lebih dari 5%.
 Natrium alginat pada pH 4-10, sedangkan
pada pH 10 viskositas menurun (HOPE hal
543-544)
ii. Karagenan
 Fraksi kappa dan iota membentuk gel yang
reversibel terhadap pengaruh panas.
 Semua karagenan adalah anionik. Gel kappa yang
cenderung getas, merupakan gel yang terkuat
dengan keberadaan ion K. Gel iota bersifat elastis
dan tetap j ernih dengan keberadaan ion K.
 Konsentrasi karagenan yang digunakan 0,3-1%.

 Inkompatibel dengan material kationik


 (HOPE hal101-102)
 iii. Tragakan
 Menurut NF, didefinisikan sebagai ekstrak gum
kering dari Astragalus gummifer Labillardie, atau
spesies Asia dari Astragalus.
 Digunakan sebanyak 5% sebagai gelling agent.
 Viskositas akan menurun dengan cepat di luar
range pH 4,5-7 rentan terhadap degradasi oleh
mikroba.
 Viskositas juga dapat menurun dengan
penambahan alkali, atau NaCl (HOPE hal 655)
 Kompatibel dengan garam konsentrasi tinggi,
suspending agent synthetic (Acacia, CMC, pati,
sukrosa), HOPE hal 655
iv. Pektin
 Polisakarida yang diekstrak dari kulit sebelah
dalam buah citrus yang banyak digunakan
dalam makanan. Merupakan gelling agent
untuk produk yang bersifat asam dan
digunakan bersama gliserol sebagai
pendispersi dan humektan.
 Gel terbentuk pada pH asam dalam larutan air
yang mengandung kalsium dan kemungkinan
zat lain yang befungsi menghidrasi gum.
2. Derivat selulosa :
 CMC Na digunakan pada konsentrasi 3-6 %.Secara umum,
CMC Na menunjukkan viskositas maksimum pada pH 7-9
(HOPE hal97-99). Inkompatibel dengan larutan asam,
larutan garam, besi, dan beberapa metal lain (Al, merkuri,
zinc),HOPE hal99
 HPC stabil pada pH 6-8, inkompatibel dengan derivat
fenol, seperti metil paraben dan propil paraben, kehadiran
polimer anionik akan meningkatkan viskositas HPC.
Kompatibel dengan garam inorganik(HOPE hal291)
 HEC memiliki pH stabilitas 2-12,Inkompatibel dengan
zinc, inkompatibel parsial dengan kasein, gelatin, MC,PVA,
dan pati(HOPE hal 285)
 HPMC stabil pada pH3-11, inkompatibel dengan agen
oksidator(HOPE 299
 Karbomer merupakan gelling agent yang kuat, membentuk gel
pada konsentrasi sekitar 0,5-2%. Dalam media air, yang
diperdagangkan dalam bentuk asam bebasnya, pertama-tama
dibersihkan dulu, setelah udara yang terperangkap keluar
semua, gel akan terbentuk dengan cara netralisasi dengan basa
yang sesuai.
 Dalam sistem cair, basa anorganik seperti NaOH, KOH, dan
NH4OH sebaiknya ditambahkan.
 pH harus dinetralkan karena karakter gel yang dihasilkan
dipengaruhi oleh proses netralisasi atau pH yang tinggi.
 Viskositas dispersi karbomer dapat menurun dengan adanya
ion-ion.
 Merupakan gelling agent yang kuat, maka hanya diperlukan
dalam konsentrasi kecil, biasanya 0,5-2 %(HOPE hal 89)
 Inkompatibel dengan fenol, polimer kationik, asam kuat,
elektrolit kuat(HOPE hal91)
Nama gelling agent Konsentrasi Cara pengembangan
(sering digunakan)

Hidroksi metil selulosa 1-3% HPMC dikembangkan menggunakan


(HPMC) air panas (60-70oC), serbuk
didispersikan secara merata diatas air
panas yang terdapat dalam wadah,
kemudian didiamkan selama satu
malam hingga terbasahi sempurna.
HPMC yang telah dikembangkan
diaduk hingga didapatkan basis gel
yang homogen

HPC 4-6% HPC dikembangkan menggunakan air


dingin. serbuk didispersikan merata
diatas air dingin yang terdapat dalam
wadah kemudian dibiarkan selama satu
malam hingga serbuk terbasahi
sempurna, HPC yang telah
dikembangkan diaduk hingga
didapatkan basis gel yang homogen

HEC Serbuk HEC didispersikan dengan


cepat kedalam air yang sedang diaduk
dengan cepat pada suhu kamar, ketika
dikembangkan diaduk hingga
didapatkan basis gel yang homogen

HEC Serbuk HEC didispersikan dengan


cepat kedalam air yang sedang diaduk
dengan cepat pada suhu kamar, ketika
HEC terbasahi sempurna, temperatur
larutan dinaikkan menjadi 60-70oC
untuk meningkatkan kecepatan
dispersi.

Karbomer:TEA (1:1) 0,5-2% Serbuk karbomer terlebih dahulu


didispersikan kedalam air yang sedang
diaduk. kuat, hati-hati jangan sampai
terbentuk gumpalan yang tidak
terdispersi, kemudian netralkan dengan
penambahan basa (bisa KOH, NaOH,
TEA, borax, Na bikarbonat)

CMC Na 3-6% Serbuk CMC Na didispersikan diatas


air dalam mortar hingga terbasahi
semua. aduk larutan CMC Na yang
telah terbasahi hingga terbentuk gel
yang homogen
 Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan
dihasilkan gel yang lembut, mudah tersebar,
dan membentuk lapisan/film yang tahan air
pada permukaan kulit.
 Untuk membentuk gel, polimer harus
didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi
(di atas 800C) kemudian langsung
didinginkan dengan cepat untuk
mengendapkan kristal yang merupakan
pembentukan matriks.
 Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi
sebagai gellant dengan cara pembentukan
jaringan karena gaya tarik-menarik antar
partikel seperti ikatan hidrogen.
 Banyak wax yang digunakan sebagai gellants
untuk media nonpolar seperti beeswax,
carnauba wax, setil ester wax.
 PVA digunakan dalam emulsi pada
konsentrasi 0,5 %. Inkompatibel pada
konsentrasi tinggi dengan garam inorganik
terutama sulfat dan fosfat (HOPE hal 491-
492). Untuk membuat gel yang dapat
mengering secara cepat.
 Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis.
Mempunyai pH 9 sehingga tidak cocok
digunakan pada kulit. Viskositas dapat
menurun dengan adanya basa. Magnesium
oksida sering ditambahkan untuk
meningkatkan viskositas. Bentonit harus
disterilkan terlebih dahulu untuk penggunaan
pada luka terbuka. Bentonit dapat digunakan
pada konsentrasi 5-20%. Contohnya :
Bentonit, veegum, laponite.
Pengawet
 Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil
hidroksi benzoat 0,05 % w/v
 Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau
klorokresol 0,1 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
 Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi
benzoat 0,12 % w/v atau klorokresol 0,1-0,2 % w/v
 Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau
asam benzoat 0,2 % w/v
 MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium
klorida 0,02% w/v
 Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil
hidroksi benzoat 0,02 % w/v
 Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v
 Penambahan Bahan higroskopis Bertujuan
untuk mencegah kehilangan air. Contohnya
gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan
konsentrasi 10-20 %
 Chelating agent Bertujuan untuk mencegah
basis dan zat yang sensitive terhadap logam
berat. Contohnya EDTA
 Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh
kombinasi antara minyak mineral, air, dan
konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari
surfaktan anionik. Kombinasi tersebut
membentuk mikroemulsi.

Anda mungkin juga menyukai