Anda di halaman 1dari 50

BAHAN TAMBAHAN

FORMULASI TEKNOLOGI PADA


SEDIAAN CAIR (FTSC)

FORMULA SEDIAAN CAIR


ORAL

1
The successful formulation of liquid, as well as other
dosage forms requires a blend of scientific acuity
and pharmaceutical “art”

2
Definisi Sediaan Cair Oral
Sediaan cair oral adalah suatu sediaan berbentuk cair yang
mengandung agen terapetik dan beberapa bahan tambahan lain
yang terlarut dalam suatu pembawa (Jones, 2008)

3
Mengapa suatu sediaan
cair membutuhkan
bahan tambahan /
eksipien ?

4
Sediaan Cair Oral
• Pada umumnya untuk pasien anak-anak
• Aseptabilitas mempengaruhi kepatuhan px
• Rasa bahan obat sulit tertutupi oleh karena:
- kontak sediaan lebih lama
- pada lidah tdp 900 simpul rangsang syaraf
• Perlu corrigent: - odoris & saporis  flavour
- coloris
• Terutama untuk sediaan emulsi dan suspensi penting diperhatikan
jaminan homogenitas antar takaran
• Sediaan cair mengandung air. Perlu diperhatikan :
- stabilitas kimia (perubahan pH, rx. Degradasi ? )
- stabilitas thd mikroba ?
5
Bahan Tambahan/ eksipien
Eksipien atau bahan tambahan pada sediaan farmasi adalah suatu
bahan yang inert secara fisiologi, yang masuk ke dalam suatu
formulasi sediaan dan ditujukan untuk memfasilitasi administrasi
dari sediaan tersebut (Jone, 2008)

• Pada umumnya mempunyai ADI (Acceptable Daily


Intake : mg/kb BB)

6
Bagaimana cara
menentukan eksipien
untuk sediaan cair?

7
CARA MENENTUKAN EKSIPIEN
Lihat persyaratan umum sediaan yang
akan dibuat (bisa di lihat di farmakope
atau buku-buku standar lain)

Lihat sifat fisika dan kimia bahan aktif

Lihat sifat fisika dan kimia eksipien

Pastikan tidak ada inkompatibilitas antara


eksipien dengan eksipien dan eksipien
dengan bahan aktif
8
Apa saja contoh eksipien
untuk sediaan cair oral?

9
Pembawa / vehicle
• Aqueous (yang paling umum) :
Aqua/ water: drinking water
purified Water USP
aquadest Apa
bedanya?
aquabidest
aquadem

10
Ko-solven
• Pelarut tambahan yang digunakan untuk
meningkatkan kelarutan suatu bahan

 mekanisme: menurunkan polaritas air agar


mendekati polaritas bahan aktif
Contoh ko-solven: alkohol, gliserol, propilen glikol

11
Alkohol :

•  elixir self sterilizing


• Produk OTC: anak < 6 th, maks 0,5%
6 – 12 th, maks 5%
> 12 th, maks 10%

Gliserin
Sebagai pelarut campuran bersama air, viskus
perlu pemanasan saat proses pelarutan. Kadar ttn
dpt sbg preservativ. ADI: 1 – 1,5 g/ kg BB
12
Propilen glikol
• Sebagai ko solven (oral: 10 – 25%, topikal: 5-80%,
parenteral: 10-60%
• Sbg preservativ: 15 – 30%
• ADI: 25 mg/ kg BB
• Mudah teroksidasi

13
Solubilizing agent

• Bahan tambahan (umumnya surfaktan) yang dapat


membantu meningkatkan kelarutan bahan aktif

• mekanisme : menurunkan tegangan permukaan dan


pembentukan misel (sbg “jembatan penghubung” ggs
hidrofil dan lipofil)

• Macam: surf. Anionik  sed. Eksternal


surf. Kationik  sed. Eksternal
surf. Nonionik  sed. Eksternal dan
internal

14
Wetting agent
• Dibutuhkan bila bahan yang akan disuspensikan
bersifat hidrofob  sulit terbasahi  bahan aktif
mengapung atau menempel pada dinding atas wadah/
botol
• Mekanisme :
1. menurunkan tegangan antar permukaan sehingga
menurunkan sudut kontak partikel dengan media
cairnya  gol. surfaktan
2. Mengusir udara yang teradsorpsi oleh partikel o.k.
penetrasi fase cair dlm serbuk  gol. Poli-ol/
hidrofilik lain

15
Contoh:
Surfaktan: 0,05 – 0,5 %
< 0,05 % pembasahan tdk sempurna
> 0,5 % melarutkan partikel halus 
pertumbuhan kristal
anionik: docusat Na USP,
kationik: Na lauryl SO4
non ionik : tween (polisorbat), span
 HLB 7 - 10
Poli-ol : gliserol, propilenglikol,
sirup simpleks
Mucilago dari bhn hidrofil : MC,
CMC Na
16
Suspending agent

• Bahan yang harus ada pada sediaan suspensi untuk


membantu dispersi bahan aktif yang tidak larut dalam
media
• Dpt sbg protektif koloid (<0,1%) dan pembentuk
viskositas (>0,1%)
• Meningkatkan kekuatan lapisan hidrasi yg terbentuk
(ikatan H dan interaksi mol)
• Menurunkan kecepatan sedimentasi dari bahan aktif
(Ingat Hukum Stoke’s)

17
Macam suspending agent
• Berdasar asalnya: alam, semi sintetis, sintetis (+ / - )
• Berdasar muatan: kationik, anionik, non ionik  pemilihan ?
• Pemilihan berdasar a.l.: kemampuan untuk dapat
mendispersikan, viskositasnya, stabilitas dalam rentang pH
sediaan, suhu, elektrolit atau pendiaman, kompatibilitas dll

18
Floculating agent
• Fungsi dari bahan ini adalah untuk mempermudah
kemampuan obat untuk menyebar kembali
(redispersibilitas) saat terjadi pengendapan.\
• Contoh : surfaktan (polisorbat 80), tragakan
(polimer hidrofilik), bentonite (clay), NaCl
(elektrolit)

19
Defloculating agent
• Mekanisme : belum jelas, diduga: menghasilkan/
menambah muatan negatif sehingga:
menurunkan gaya kohesi antar partikel dan
meningkatkan gaya tolak muatan sejenis shg dpt
memecah floc atau aglomerat
 Contoh : lechitin (bhn alam: campuran fosfatid dan

fosfolipid)

20
Emulgator

• Ada 3 mekanisme:
1. membentuk lapisan film (mono/double)
2.menurunkan tegangan permukaan
3. finely divided partikel
• Contoh:
1. CMC Na, MC (koloid hidrofilik)
2. surfaktan
3. bentonit magma
• Pertimbangan: “shelf-life” stability, tipe emulsi yg terbentuk,

21
HLB
• HLB: Hydrophil Lypophilic Balance
Griffin: % ggs hidrfil : 5 maks 20.
• Perhitungan harga ini dibutuhkan bila dibutuhkan
penggunaan kombinasi surfaktan sebagai emulgator.
• Emulsi o/w yg stabil dpt diperoleh dg kombinasi surf.
Lipofil dan hidrofil
• HLB emulgator sebaiknya mendekati HLB minyak
yang ada pada sistem

22
Perhitungan HLB
• Misal diinginkan emulsi o/w dg minyak: liq. Petrolatum
dg kombinasi surfaktan A dan B, total sebanyak 5%.
Berapa jumlah surfaktan A dan B yg dibutuhkan ?
• Diketahui: Liq. Petrolatum untuk dijadikan emulsi o/w
butuh HLB: 12. Harga HLB Surfaktan A: 9,6 dan
surfaktan B: 15,6.
• 9,6 3,6  3,6/6,0 x 5% =
12
15,6 2,4  2,4/6,0 x 5% =

6,0
23
Viscosity imparting agent/
Visc. Enhanching agent/
Thickening agent
• Bahan yang digunakan untuk menambah viskositas/
kekentalan sediaan  aspek palatability
• Umumnya bahan-bahan hidrofil
• Suspending agent sudah mempunyai sifat ini

24
Buffer/ Dapar

• Bahan yang ditambahkan untuk mempertahankan pH


sediaan agar sediaan tetap efektiv dan stabil

• Dibutuhkan bila: ada pH spesifik yg mendukung stabilitas


optimum dan atau menurunkan kelarutan (suspensi)

• Pada suspensi hati-hati: krn komponen dapar dpt merubah


muatan sediaan

25
Dapar tidak selalu dibutuhkan, bila:
• Suspensi obat netral, tdk bermuatan,spt kortikosteroid : tdk
sensitif thd pH  hanya perlu kontrol kualitas pH
• Tidak ada data pH kritis (stabilitas/ efektivitas)
• bahan aktif degradasinya justru dikatalisa oleh komponen dapar
(sbg asam umum/ basa umum)
 dipilih komponen dapar yg tdk mengkatalisa
• Kondisi sediaan tidak memungkinkan terjadinya perubahan pH
 sed. Padat/ semisolid
• Pada sediaan yg tujuannya untuk merubah pH (antasida)

26
Fakto-faktor yang berpengaruh thd dapar:

1.Pengenceran  nilai pengenceran


2.Suhu  koefisien suhu thd pH
3.Elektrolit  ionik strength

27
Antioksidan
• Suatu bahan yang diperlukan bila dalam sediaan terdapat
bahan yang mudah teroksidasi
• Mekanisme: lebih mudah teroksidasi (SIFAT REDUKTOR
>) daripada bahan yang akan dilindungi
• Contoh: BHT, BHA,  tocoferol, asam ascorbat (beda pd
kelarutannya)
• Selain dengan cara kimia dapat dilakukan dengan cara fisika:
menghindari O2 selama proses produksi (dialiri gas N2)

28
Preservative/ pengawet

• Bahan yang ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan


mikro organisme
• Dibutuhkan terutama bila sediaan mengandung air dan atau
bahan yang dapat menumbuhkan m.o (karbohidrat) atau
untuk tujuan menjaga kondisi aseptis
• Umumnya dapat mengalami partisi dalam minyak
• Hati-hati bila ada surfaktan, terjadi jebakan dlm misel 
efektivitas turun

29
Selain dengan penambahan pengawet (cara
kimia) dpt juga dilakukan cara fisika
(pemanasan, pengasapan dll)

30
Faktor yg berpengaruh
pada pemilihan pengawet:
• pH
 jml tdk terionkan pada pH sediaan
• Kadar pengawet
• Jenis mikroba
• Formulasi
 apakah ada bahan yg mempengaruhi efektivitas
pengawet ?
• Kemasan

31
Anticaplocking agent
• Bahan tambahan ini ditambahkan bila dikhawatirkan
terjadi caplock setelah sediaan dibuka dan disimpan.
• Caplock: keadaan dimana tutup wadah sediaan sulit
dibuka kembali setelah pendiaman o.k terjadi
rekristalisasi gula pada ulir tutup wadah.
• Mekanisme anti caplocking agent: dengan membentuk
ikatan hidrogen dengan air pada sediaan maupun udara
sehingga mencegah penguapan media (air) dan dpt
dihindari terjadinya rekristalisasi gula
• Contoh: bahan-bahan poli-ol (sifat: higroskopis)

32
Tidak dibutuhkan bila:
• Sediaan tidak disimpan lama dalam keadaan sudah pernah
dibuka (sed. Dry syrup antibiotik)
• Tidak mengandung bahan yg mudah mengalami re
kristalisasi

33
Antifoaming agent/
defoaming agent
• Bahan untuk menghilangkan jumlah busa yang mungkin timbul
• Mekanisme: menurunkan tegangan permukaan antara cairan dan udara
sehingga gelembung busa akan pecah
• Contoh: alkohol, surfaktan dalam jumlah kecil

34
Corrigen: flavor-sweetening
agent-coloring agent
• Guna penambahan:
 Estetika
 Peningkatan aseptabilitas
 Spesifikasi Produk

• Pertimbangan dan Kapan ditambahkannya ???

35
Pemilihan flavor:
• Pertimbangan:
• Rasa Bahan aktif
• Sasaran Konsumen
• Fungsi sediaan

36
Rasa bahan aktif
• Dpt diperkirakan dari struktur molekulnya
• Seny. Organik: makin banyak ggs OH makin manis
• Seny. Banyak mengandung Nitrogen umumnya pahit
(Contoh: kuinin). Sakarin ???
• Perubahan sedikit pada struktur dpt merubah rasa
(Sakarin dan N metil sakarin, D- glukosa dan L-
Glukosa)

37
Beberapa flavor yang disarankan berdasarkan
rasa bahan aktif

• Rasa asin  butterscotch, maple, apricot, peach, vanila, mint


• Pahit  Cherry, walnut, chocolat, kombinasi mint, anise
• Manis  Buah, vanila
• Asam  Citrus, licorice, rootbeer, raspberry

38
Sasaran Konsumen
• Anak-anak : lebih suka rasa manis/ buah
• Dewasa: manis > buah
• Lansia: suka rasa segar: mint/ wine

Fungsi Sediaan
Antasida : mint  efek karminatif
Antitusif : anisi  efek ekspektoran

39
Perhatikan:

• Bahan perasa mudah menguap  perhatikan suhu penambahan/


proses pembuatan
• Jumlah bahan perasa yang ditambahkan pada sediaan umumnya kecil.
Sehingga perlu diencerkan dengan pelarut/ komponen pembawa yg
dpt melarutkan

40
Sweetening agent/ pemanis
• Alam  (hati-hati untuk px. Diabetes)
Contoh :
Sukrosa  syr.simpleks Manitol
Sorbitol
Madu
• Buatan  sifat non nutritive
Contoh : Aspartam, Sakarin Na, ADI ???

41
Sukrose

• +: mudah larut dlm air (ad 85%), stabil scr fisika-kimia pada pH 4,0
-8,0, berkalori, dpt menambah kekentalan  efek lembut pada
tenggorokan, dpt menutupi rasa asin dan pahit

• -: tdk sesuai untuk penderita diabet, dpt terjadi caplock.

42
Coloring agent/ pewarna
• Digunakan dg maksud:
• menambah daya tarik (o.k produk tdk berwarna),
• menutupi warna yg tidak diinginkan
(bukan menutupi kerusakan sediaan)
• Standarisasi penampilan (antar batch) akibat proses atau
beda warna bahan baku
• Identifikasi produk

• Menyesuaikan dg flavor pilihan

43
Bahan aktif tertentu sudah berwarna

• Sulfur  kuning
CuSO4  biru
Fe2O3  merah
Riboflafin  kuning

44
Istilah-istilah;

• Dye: larut dlm pembawa


• Pigmen: tdk larut dlm pembawa
• Lake: pigmen, yg dibuat dg cara mengendapkan dye
dlm bahan yg tidak larut atau substrat

Penggunaan :
1. Makanan
2. Obat
3. Kosmetik
 Tidak semua sediaan perlu di+ warna
45
• Pewarna alam: aman, ttp kurang bright dan kurang
stabil. Contoh: karetonoid, klorofil, karamel
• Pewarna sintetik, dari destilasi bertingkat coal tar:
lebih bright dan stabil (ttp ada bbrp bahan yg
dipengaruhi pH, radiasi UV dan rx. Oksidasi
• Ada 3 kategori pewarna: FDC, D&C dan ekternal DC
• Hati-hati bahaya impurities.

46
Tdp beberapa golongan bahan yang
mempunyai fungsi > 1
• Surfaktan:
padat – cair : solubilising agent
wetting agent
cair –cair (minyak – air) : emulgator
cair – gas: antifoaming agent (jml <<)

: foaming agent (jml >>)


(??) : antiseptik/ preservativ
Contoh: tween, span, Na lauryl sulfat dll
47
• Gol. poli-ol
Gol. poli-ol
Fungsi:
- ko-solven
- anticaplocking agent
- viscosity imparting agent/
thickening agent
- weting agent
- sweetening agent
- preservativ
- plastisicer

contoh: propilen glikol, gliserol, sorbitol,


manitol, polietilen glikol

48
TERIMAKASIH 49
PUSTAKA:
1. Ansel H.C., et al, 1995, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
Systems, sixth Edition, Lea and Febiger, Malvern.
2. Jones D., 2008, FASTract : Pharmaceutics : Dosage Form and Design,
Pharmaceutical Press, London.
3. Lachman L., et al, 1986, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3rd
Ed., Lea and Febiger, Phildelphia.
4. Lieberman H.A., et al, 1996, Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse
Systems, Vol 2, Second Edition, Marcel Dekker Inc., New York.
5. Wade Ainley, 1980, Pharmaceutical Handbook, 19th Ed., The Pharmaceutical
Press, London.
5. Wade Ainley and Weller P.J., 1994, Handbook of PHARMACEUTICAL
EXCIPIENTS, Second Edition, The Pharmaceutical Press, London.

50

Anda mungkin juga menyukai