Anda di halaman 1dari 19

Abstack

Bentuk-bentuk sediaan topical adalah beberapa macam antara lain krim, gel, pasta dll.
Gel merupakan system semipadat terdiri dari suspense yang dibuat dari partikerl anorganik yang
kecil atau molekul organic yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Polimer-polimer yang biasa
digunakan untuk membuat gel-gel farmasetika meliputi gom, pectin, karagen, agar, asam
alginate, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metal selulosa, hidroksi etil selulosa,
karboksi metal selulosa dan karbopol yang merupakan polimer vinilsintetis dengan gugus
karboksil yang terionisasi. Gel gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu
prosedur khusus berkenaan dengan sifat berkembang dari gel. Sediaan gel mempunyai kelebihan
diantaranya adalah memiliki viskositas dan daya lekat tinggi sehingga tidak mudah mengalir
pada permukaan kulit, memiliki sifat tiksotropi sehingga mudah merata bila dioles, tidak
meninggalkan bekas, hanya berupa lapisan tipis seperti film saat pemakaian, mudah tercucikan
dengan air, dan memberikan sensai dingin setelah digunakan, mampu berpenetrasi lebih jauh dari
krim, sangat baik dipakai untuk area berambut dan lebih disukai secara kosmetika, gel segera
mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan dan absorpsinya pada kulit
lebih baik daripada krim.

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Gel (dari bahasa Latin gelu — membeku, dingin, es atau gelatus — membeku)
adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase: padat dan cair. Penampilan gel
seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu
dapat berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan gel
seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat seperti benda padat.
Contoh gel adalah gelatin, agar-agar, dan gel rambut.
Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy) : menjadi cairan ketika
digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa gel juga
menunjukkan gejala histeresis. Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula
untuk membentuk aerogel ('gel udara'), yang merupakan bahan dengan sifat-sifat yang
khusus, seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat besar, dan isolator
panas yang sangat baik. (Wikipedia, 2013)
Gel terbentuk akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini,
partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini akan
saling bertaut. Kemudian terjadi proses hidrasi molekul air melalui pembentukan ikatan
hydrogen, dimana molekul-molekul dari medium pendispersi cair akan terperangkap
dalam lubang-lubang struktur molekul kompleks tersebut sehingga membentuk suatu
struktur padatan. Dengan demikian, terbentuk suatu massa berpori yang semi padat
dengan stuktur gel.
Terdapat dua jenis gel yaitu gel elastis dan gel non elastis. Gel elastic, dapat berubah
seusai bentuk jika diberi gaya dan akan kembali ke bentuk semula ketika gaya yang ada
ditiadakan. Sedangkan gel non elastis , tidak dapat berubah ketika diberi gaya.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa itu sediaan gel?
2. Apa saja komponen-komponen gel ?

2
3. Bagaimana metode serta formulasi standar gel?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui definisi sediaan gel
2. Dapat mengetahui komponen-komponen pembuat gel
3. Mengetahui metode dan formulasi standar gel

1.4 Manfaat Penelitian

Makalah ini akan memberikan gambaran bahwa formulasi sediaan gel dengan

sifat fisik optimum dapat dilakukan dengan mengkombinasikan basis gel yang

berbeda. Pemilihan basis mempunyai peranan yang cukup penting dalam formulasi

sediaan gel. Gel dengan sifat fisik yang optimum akan meningkatkan kenyamanan

dalam penggunaan oleh pemakainya serta ketercapaian efek terapi. Selain itu,

penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan kemanfaatan dalam perkembangan

ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kefarmasian di Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi GEL

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel
kadang – kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7)
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil
senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan
saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315)

2.2 Keuntungan & Kekurangan

a. Keuntungan sediaan gel :


 Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan yang
jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus
pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori
tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya baik; kemampuan
penyebarannya pada kulit baik.

b. Kekurangan sediaan gel :


 Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada
berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika
berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih
mahal.
 Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk
mencapai kejernihan yang tinggi.

4
 Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan
pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan
cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang
berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat
aktif.

2.3 Komponen

1. Gelling Agents (Pustaka : Dysperse System, vol. II, page 499-504)


Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk jaringan yang
merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah gum alam,
turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air,
selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel padat koloidal
dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi
yang tinggi dari beberapa surfaktan nonionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang
jernih di dalam sistem yang mengandung sampai 15% minyak mineral.
Berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent :
a) Polimer (gel organik)
1. Gum alam (natural gums)
Umumnya bersifat anionik (bermuatan negatif dalam larutan atau dispersi dalam air),
meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan netral, seperti guar gum. Karena
komponen yang membangun struktur kimianya, maka natural gum mudah terurai secara
mikrobiologi dan menunjang pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, sistem cair yang
mengandung gum harus mengandung pengawet dengan konsentrasi yang cukup. Pengawet
yang bersifat kationik inkompatibel dengan gum yang bersifat anionik sehingga
penggunaannya harus dihindari.
Beberapa contoh gum alam :
i. Natrium alginat
 Merupakan polisakarida, terdiri dari berbagai proporsi asam D-mannuronik dan asam
L-guluronik yang didapatkan dari rumput laut coklat dalam bentuk garam monovalen

5
dan divalen. Natrium alginat 1,5-2% digunakan sebagai lubrikan, dan 5-10%
digunakan sebagai pembawa.
 Garam kalsium dapat ditambahkan untuk meningkatkan viskositas dan kebanyakan
formulasi mengandung gliserol sebagai pendispersi.
 Tersedia dalam bebrapa grade sesuai dengan viskositas yang terstandardisasi yang
merupakan kelebihan natrium alginat dibandingkan dengan tragakan.

ii. Karagenan
 Hidrokoloid yang diekstrak dari beberapa alga merah yang merupakan suatu
campuran tidak tetap dari natrium, kalium, amonium, kalsium, dan ester-ester
magnesium sulfat dari polimer galaktosa, dan 3,6-anhidrogalaktosa.
 Jenis kopolimer utama ialah kappa, iota, dan lambda karagenan. Fraksi kappa dan iota
membentuk gel yang reversibel terhadap pengaruh panas.
 Semua karagenan adalah anionik. Gel kappa yang cenderung getas, merupakan gel
yang terkuat dengan keberadaan ion K. Gel iota bersifat elastis dan tetap jernih
dengan keberadaan ion K.

iii. Tragakan
 Menurut NF, didefinisikan sebagai ekstrak gum kering dari Astragalus gummifer
Labillardie, atau spesies Asia dari Astragalus.
 Material kompleks yang sebagian besar tersusun atas asam polisakarida yang terdiri
dari kalsium, magnesium, dan kalium. Sisanya adalah polisakarida netral, tragakantin.
Gum ini mengembang di dalam air.
 Digunakan sebanyak 2-3% sebagai lubrikan, dan 5% sebagai pembawa.
 Tragakan kurang begitu populer karena mempunyai viskositas yang bervariasi.
Viskositas akan menurun dengan cepat di luar range pH 4,5-7, rentan terhadap
degradasi oleh mikroba.
 Formula mengandung alkohol dan/atau gliserol dan/atau volatile oil untuk
mendispersikan gum dan mencegah pengentalan ketika penambahan air.

6
iv. Pektin
 Polisakarida yang diekstrak dari kulit sebelah dalam buah citrus yang banyak
digunakan dalam makanan. Merupakan gelling agent untuk produk yang bersifat
asam dan digunakan bersama gliserol sebagai pendispersi dan humektan.
 Gel yang dihasilkan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat karena air dapat
menguap secara cepat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya proses
sineresis.
 Gel terbentuk pada pH asam dalam larutan air yang mengandung kalsium dan
kemungkinan zat lain yang befungsi menghidrasi gum.

2. Derivat selulosa
 Selulosa murni tidak larut dalam air karena sifat kristalinitas yang tinggi. Substitusi
dengan gugus hidroksi menurunkan kristalinitas dengan menurunkan pengaturan
rantai polimer dan ikatan hidrogen antar rantai.
 Derivat selulosa yang sering digunakan adalah MC, HEMC, HPMC, EHEC, HEC,
dan HPC.
 Sifat fisik dari selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus substitusi. HPMC merupakan
derivat selulosa yang sering digunakan.
 Derivat selulosa rentan terhadap degradasi enzimatik sehingga harus icegah adanya
kontak dengan sumber selulosa. Sterilisasi sediaan atau penambahan pengawet dapat
mencegah penurunan viskositas yang diakibatkan oleh depolimerisasi oleh enzim
yang dihasilkan dari mikroorganisme. Misalnya : MC, Na CMC, HEC, HPC
 Sering digunakan karena menghasilkan gel yang bersifat netral, viskositas stabil,
resisten terhadap pertumbuhan mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film yang
kuat pada kulit ketika kering. Misalnya MC, Na CMC, HPMC

3. Polimer sintetis (Karbomer = karbopol)


 Sebagai pengental sediaan dan produk kosmetik.
 Karbomer merupakan gelling agent yang kuat, membentuk gel pada konsentrasi
sekitar 0,5%. Dalam media air, yang diperdagangkan dalam bentuk asam bebasnya,

7
pertama-tama dibersihkan dulu, setelah udara yang terperangkap keluar semua, gel
akan terbentuk dengan cara netralisasi dengan basa yang sesuai.
 Dalam sistem cair, basa anorganik seperti NaOH, KOH, dan NH4OH sebaiknya
ditambahkan.
 pH harus dinetralkan karena karakter gel yang dihasilkan dipengaruhi oleh proses
netralisasi atau pH yang tinggi.
 Viskositas dispersi karbomer dapat menurun dengan adanya ion-ion.
 Merupakan gelling agent yang kuat, maka hanya diperlukan dalam konsentrasi kecil.

b) Polietilen (gelling oil)


Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah tersebar,
dan membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel,
polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas 800C) kemudian
langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan kristal yang merupakan
pembentukan matriks.

c) Koloid padat terdispersi


4. Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara pembentukan
jaringan karena gaya tarik-menarik antar partikel seperti ikatan hidrogen.
5. Konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan nonpolar. Untuk cairan polar diperlukan
konsentrasi yang lebih besar untuk membentuk gel, karena adanya kompetisi dengan
medium yang melemahkan interaksi antar partikel tersebut.

d) Surfaktan
Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan
konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi tersebut membentuk
mikroemulsi. Karakteristik gel yang terbentuk dapat bervariasi dengan cara meng-adjust
proporsi dan konsentrasi dari komposisinya. Bentuk komersial yang paling banyak untuk
jenis gel ini adalah produk pembersih rambut.

8
e) Gellants lain
Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar seperti beeswax,
carnauba wax, setil ester wax.

f) Polivinil alkohol
Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat
dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam
beberapa grade yang berbeda dalam viskositas dan angka penyabunan.

g) Clays (gel anorganik)


Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga tidak cocok
digunakan pada kulit. Viskositas dapat menurun dengan adanya basa. Magnesium oksida
sering ditambahkan untuk meningkatkan viskositas. Bentonit harus disterilkan terlebih
dahulu untuk penggunaan pada luka terbuka. Bentonit dapat digunakan pada konsentrasi 5-
20%. Contohnya : Bentonit, veegum, laponite

2. Bahan tambahan
a. Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel
mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam
pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.
Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent :
 Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v
 Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau
asam benzoat 0,2 % w/v
 Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau
klorokresol 0,1-0,2 % w/v
 Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 %
w/v
 MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v
 Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v

9
 Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v

Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya
digunkan pelarut air yang mengandung metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025%
sebagai pengawet.

b. Penambahan Bahan higroskopis


Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol
dengan konsentrasi 10-20 %

c. Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya
EDTA

2.4 Tipe / Penggolongan

Pengolongan (Disperse Sistem), (Lachman, hal 496)

a. Berdasarkan sifat fasa koloid :


 Gel anorganik, contoh : bentonit magma
 Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
b. Berdasarkan sifat pelarut :
 Hidrogel (pelarut air).
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling
sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan
hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang
tinggi sebab hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan cairan
biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi
sel; hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan
dengan berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga meminimalkan
iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya. Kekurangan hidrogel yaitu

10
memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah setelah mengembang. Contoh
: bentonit magma, gelatin
 Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik).
Contoh : plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam
minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam stearat
dalam minyak.
 Xerogel.
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui sebagai
xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa – sisa
kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula
dengan penambahan agen yang mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel.
Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan
polystyrene.

c. Berdasarkan bentuk struktur gel:


 Kumparan acak
 Heliks
 Batang
 Bangunan kartu

d. Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel):


 Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan).
Molekul organik larut dalam fasa kontinu.
 Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil
yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif
besar, masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik
tidak larut, hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.

11
2.5 Metode Pembuatan

Dalam pembuatan gel, semua bahan harus dilarutkan dahulu pada pelarut atau

zat pembawanya sebelum penambahan gelling agent. Jika pada formulasi terdapat

pelarut organic yang polar (seperti etanol, propilen glikol), selulosa didispersikan pada

fase organic kemudian ditambahkan fase cair. Agar serbuk tersebar danuntuk

mencegah penggumpalan, maka temperature pelarut awal harus dapat digunakan untuk

membatasi penggumpalan dan disolusi yang tidak baik, yaitu digunakan air panas dan

diaduk dengan shear secara cepat sehingga partike;-partikel terdispersi sebelu, lapisan

permukaannya mengembang dan melekat (lengket). Kemudian ditambahkan air

dingin supaya pengembangan gel sempurna.

2.6 Contoh Resep

Formula Umum/standar

R/ Zat aktif
Basis gel
Zat tambahan

Contoh resep standar gel :

1. R/ Ichtimol 2g
Tragakan 5g
Alkohol 10 mL
Gliserol 2g
Air hingga 100 g
Buat 50 g

Metoda pembuatan:
1. Disiapkan untuk 60 g sebagai antisipasi kehilangan dalam proses
2. Botol ditara dan siapkan mucilago tragakan dengan 33 mL air

12
3. Ichtimol, gliserol dan 10 mL air dicampurkan, kemudian tambahkan mucilage
tragakan, lalu diaduk/dikocok
4. Berat diadjust dengan air, kemudian dikocok kembali, lalu dimasukkan ke dalam
wadah

Pembuatan mucilage tragakan :


1. Pembawa disiapkan
2. Botol bermulut lebar dikalibrasi, dikeringkan di dalam oven kemudian dinginkan
3. Alkohol dimasukkan kemudian tambahkan tragakan (jangan terbalik karena akan
mengakibatakan terjadinya pengentalan) kemudian dilakukan pengocokkan untuk
mencampurkan
4. Ditungkan kedalam wadah yang berisi pembawa, lalu ditutup dan dikocok segera
5. Volume digenapkan, lalu dicampurkan dan dimasukkan kedalam wadah untuk
penyimpanan

2. R/ Piroxicam gel 20 g
Tragakan 2%
Gliserol 25%
Aqua Dest ad 100 g
Nipagin q.s
m.f gelloness . s u e

a. Piroxicam:
Tiap gram mengandung 5 mg piroxicam.
20 gram = 100 mg x 10 sediaan = 1000 mg

b. Basis gel
 Tragakan : x 200 = 4 gram
 Gliserol : x 200 = 50 gram

13
 Nipagin : x 20 = 0,02 gram x 10 = 0,2 gram
 Aqua dest ad 200 – ( 4 + 50 0,2 ) = 145,8 gram

c. Penimbangan
1. Piroxicam : 1000 mg
2. Tragakan : 4 gr
3. Gliserol : 50 gr
4. Air untuk Tragakan: 20 x 4 gr = 80 gr
5. Aqua dest : 200
6. Nipagin : 200 mg

d. Cara kerja :
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang Tragakan tambahkan dengan air diamkan beberapa menit lalu gerus ad
terbentuk jelling agent
3. Timbang Piroxicam masukan ke dalam mortir sambil digerus ad homogen, encerkan
dengan sedikit air
4. Timbang glicerol tambahkan pada mortir sambil di gerus ad homogen
5. Masukkan dalam wadah yang sesuai dan beri etiket

3. Pilokarpin Hidroklorida (Sediaan Gel untuk Mata)


R/ Pilokarpin HCl (zat aktif) 4%
Benzalkonium klorida 0.08%
(pengawet)
Dinatrium edetat (chelating
agent)
Karbomer 940 (gelling agent)
Natrium hidroksida (adjust pH) qs
dan atau
Asam Hidroklorida (adjust pH) qs
Air murni (purified water) qs

14
100mL
a. Cara Pembuatan :
Karbomer didispersikan ke dalam sebagian air dan disterilisasi dalam autoklaf.
Pilokarpin HCl, dinatrium edetat, dan benzalkonium klorida dilarutkan dalam air yang
berbeda. Larutan ini kemudian disterilisasi dengan metode filtrasi membran. Dispersi
karbomer kemudian ditambahkan ke dalam larutan pilokarpin pada kondisi aseptik.
Volume akhir disesuaikan dengan menambahkan air steril, juga dilakukan pada kondisi
aseptik. Produk yang sudah jadi kemudian diisikan ke dalam tube gel untuk mata yang
sebelumnya sudah disterilkan, dilakukan pada kondisi aseptik.

(Pustaka : Avis, Lieberman, Lachman, 1993. Pharmaceutical Dosage Forms, Parenteral


Medication, Vol. II, 2nd Ed. Hal. 576)

2.7 Inkomtabilitas/ Permasalahan fisik selama pembuatan

Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada
kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik
(terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
Inkomtabilitas dengan fenol, polimer kationik, asam kuat dan elektrolit. Karbomer
akan kehilangan warna dengan adanya resorsinol. Intensitas panas akan meningkat ketika
kontak dengan basa kuat seperti ammonia, KOH, dan NaOH.
Berikut sifat dan karakteristik gel :
1. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan
terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila
terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan
kelarutan komponen gel berkurang.
Sineresis.

15
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang
terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel
terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme
terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis
pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan
jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju
permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.
2. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk
larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena
pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.
3. Efek elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana
ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid
digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil
akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah
pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah
konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari
alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.
4. Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan
atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam
tergantung dari komponen pembentuk gel.
5. Rheologi

16
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non –
Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

2.8 Contoh Sediaan di Pasaran

1. Feldene gel

 Pabrik : Pfizer

 Golongan : obat keras

 Kemasan : Feldene gel dipasarkan dengan


kemasan : Felden gel : tube 20 g

 Kandungan : setiap kemasan Feldene gel


mengandung zat aktif (generik) piroxicam 5 mg / g gel

 Tentang zat aktif (piroxicam) :

Piroxicam adalah nonsteroidal anti-inflammatory drug ( NSAID ) kelas oxicam


yang digunakan untuk meringankan nyeri. piroxicam bekerja dengan cara
menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX). Enzim ini berfungsi untuk
membantu pembentukan prostaglandin saat terjadinya luka dan menyebabkan rasa
sakit dan peradangan. Dengan menghalangi kerja enzim COX, prostaglandin lebih
sedikit diproduksi, yang berarti rasa sakit dan peradangan akan mereda.
 Kontra indikasi : jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang pernah

mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap Feldene gel (piroxicam), aspirin atau

NSAID lainnya.

 Efek samping : efek samping Feldene gel (piroxicam) diantaranya adalah eritema,
ruam kulit, pitiroid deaquamation, pruritus, dan reaksi lokal pada tempat pemakaian
obat ini. Feldene gel (piroxicam) yang lebih berat pada kulit adalah sindrom stevens –

17
johnson dan nekrolisis epidermal toksik, meskipun kejadiannya jarang. Mempunyai
efek samping yang lebih tinggi terhadap kulit jika dibandingkan dengan obat – obat
NSAID lainnya.
 Perhatian : Feldene gel (piroxicam) tidak boleh diberikan untuk pasien yang sensitif
terhadap piroxicam, aspirin dan harus NSAID lainnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7). Komponen pembentuk gel yaitu gelling
agent yang terdiri dari polimer, polietilen, surfactant dll dan bahan tambahan yaitu
pengawet seperti tragakan, pectin, Na CMC dll.
Dalam pembuatan gel, semua bahan harus dilarutkan dahulu pada pelarut atau zat

pembawanya sebelum penambahan gelling agent. Jika pada formulasi terdapat pelarut

organic yang polar (seperti etanol, propilen glikol), selulosa didispersikan pada fase

organic kemudian ditambahkan fase cair. Agar serbuk tersebar danuntuk mencegah

penggumpalan, maka temperature pelarut awal harus dapat digunakan untuk

membatasi penggumpalan dan disolusi yang tidak baik, yaitu digunakan air panas dan

diaduk dengan shear secara cepat sehingga partike;-partikel terdispersi sebelu, lapisan

permukaannya mengembang dan melekat (lengket). Kemudian ditambahkan air

dingin supaya pengembangan gel sempurna.

18
Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada
kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik
(terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
Inkomtabilitas dengan fenol, polimer kationik, asam kuat dan elektrolit. Karbomer
akan kehilangan warna dengan adanya resorsinol. Intensitas panas akan meningkat ketika
kontak dengan basa kuat seperti ammonia, KOH, dan NaOH.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.Departemen Kesehatan RI

Anonim.1997.Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan RI

Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada University press.

Anonim.2007.Kapita Selekta Dispensing I.Yogyakarta.fakultas Framsai UGM

Lachman, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri edisi ketiga. Jakarta : UI Press.

Formularium Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978

Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Howard C.Ansel

Wikipedia Bahasa Indonesia : Pengertian Gel . web : https://id.wikipedia.org/wiki/Gel

19

Anda mungkin juga menyukai