Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembuatan gel dengan sifat fisik tertentu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dapat
dilakukan dengan mencampurkan dua atau lebih basis atau bahan pembentuk gel (Lieberman
dkk., 1998). Kombinasi basis karbomer dan HPMC dapat membentuk massa gel yang baik secara
fisik dibandingkan penggunaan basis tunggalnya (Quinones & Ghaly, 2008)
Gel merupakan salah satu bentuk sediaan topikal yang masih banyak diminati konsumen
maupun industri obat dan kosmestika. Gel dengan sifat fisik yang optimum dapat meningkatkan
efektifitas terapi dan kenyamanan penggunaan. Sifat fisik gel yang optimum dapat diperoleh
melalui optimasi formula gel dengan mengkombinasikan dua atau lebih basis yang berbeda.
Bentuk sediaan gel dipilih karena mempunyai beberapa keunggulan dibanding jenis
sediaan topikal lain, yaitu memiliki kemampuan pelepasan obat yang baik, mudah dibersihkan
dengan air, memberikan efek dingin akibat penguapan lambat di kulit, mempunyai kemampuan
penyebaran yang baik di kulit serta tidak memiliki hambatan fungsi rambut secara fisiologis
(Voigt, 1984).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Gel?
2. Apa saja komponen Gel?
3. Apa kelebihan dan kekurangan Gel?
4. Bagaimana kriteria sediaan Gel?
5. Bagaimana metode dan prosedur pembuatan Gel?
6. Apa saja contoh formula dan cara pembuatan Gel?
7. Bagaimana evaluasi Gel?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui lebih lanjut apa itu Gel
2. Untuk mengetahui komponen yang terdapat pada Gel
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Gel
4. Untuk mengetahui kriteria Gel
5. Untuk mengetahui metode dan prosedur pembuatan Gel
6. Untuk mengetahui contoh formula dan cara pembuatan Gel
7. Untuk dapat mengetahui bagaimana mengevaluasi Gel

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang –
kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7)
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil
senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan
saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315)
B. KOMPONEN GEL
1. Gelling Agents (Pustaka : Dysperse System, vol. II, page 499-504)
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk jaringan yang
merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah gum
alam, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi
dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa
partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya
flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan nonionik dapat
digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang mengandung
sampai 15% minyak mineral.
Berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent :
a. Polimer (gel organik)
1). Gum alam (natural gums)
Umumnya bersifat anionik (bermuatan negatif dalam larutan atau dispersi dalam
air), meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan netral, seperti guar gum.
Karena komponen yang membangun struktur kimianya, maka natural gum mudah
terurai secara mikrobiologi dan menunjang pertumbuhan mikroba. Oleh karena
itu, sistem cair yang mengandung gum harus mengandung pengawet dengan

3
konsentrasi yang cukup. Pengawet yang bersifat kationik inkompatibel dengan
gum yang bersifat anionik sehingga penggunaannya harus dihindari.
Beberapa contoh gum alam :
a). Natrium alginate
Merupakan polisakarida, terdiri dari berbagai proporsi asam D-mannuronik dan
asam L-guluronik yang didapatkan dari rumput laut coklat dalam bentuk garam
monovalen dan divalen. Natrium alginat 1,5-2% digunakan sebagai lubrikan, dan
5-10% digunakan sebagai pembawa.Garam kalsium dapat ditambahkan untuk
meningkatkan viskositas dan kebanyakan formulasi mengandung gliserol sebagai
pendispersi. Tersedia dalam bebrapa grade sesuai dengan viskositas yang
terstandardisasi yang merupakan kelebihan natrium alginat dibandingkan dengan
tragakan.
b). Karagenan
Hidrokoloid yang diekstrak dari beberapa alga merah yang merupakan suatu
campuran tidak tetap dari natrium, kalium, amonium, kalsium, dan ester-ester
magnesium sulfat dari polimer galaktosa, dan 3,6-anhidrogalaktosa. Jenis
kopolimer utama ialah kappa, iota, dan lambda karagenan. Fraksi kappa dan iota
membentuk gel yang reversibel terhadap pengaruh panas.Semua karagenan adalah
anionik. Gel kappa yang cenderung getas, merupakan gel yang terkuat dengan
keberadaan ion K. Gel iota bersifat elastis dan tetap jernih dengan keberadaan ion
K.
c). Tragakan
Menurut NF, didefinisikan sebagai ekstrak gum kering dari Astragalus gummifer
Labillardie, atau spesies Asia dari Astragalus. Material kompleks yang sebagian
besar tersusun atas asam polisakarida yang terdiri dari kalsium, magnesium, dan
kalium. Sisanya adalah polisakarida netral, tragakantin. Gum ini mengembang di
dalam air.Digunakan sebanyak 2-3% sebagai lubrikan, dan 5% sebagai
pembawa.ragakan kurang begitu populer karena mempunyai viskositas yang
bervariasi. Viskositas akan menurun dengan cepat di luar range pH 4,5-7, rentan
terhadap degradasi oleh mikroba. Formula mengandung alkohol dan/atau gliserol

4
dan/atau volatile oil untuk mendispersikan gum dan mencegah pengentalan ketika
penambahan air.
d). Pektin
Polisakarida yang diekstrak dari kulit sebelah dalam buah citrus yang banyak
digunakan dalam makanan. Merupakan gelling agent untuk produk yang bersifat
asam dan digunakan bersama gliserol sebagai pendispersi dan humektan.Gel yang
dihasilkan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat karena air dapat
menguap secara cepat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya proses
sineresis.Gel terbentuk pada pH asam dalam larutan air yang mengandung
kalsium dan kemungkinan zat lain yang befungsi menghidrasi gum.
2). Derivat selulosa
Selulosa murni tidak larut dalam air karena sifat kristalinitas yang tinggi.
Substitusi dengan gugus hidroksi menurunkan kristalinitas dengan menurunkan
pengaturan rantai polimer dan ikatan hidrogen antar rantai. Derivat selulosa yang
sering digunakan adalah MC, HEMC, HPMC, EHEC, HEC, dan HPC.Sifat fisik
dari selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus substitusi. HPMC merupakan
derivat selulosa yang sering digunakan. Derivat selulosa rentan terhadap
degradasi enzimatik sehingga harus icegah adanya kontak dengan sumber
selulosa. Sterilisasi sediaan atau penambahan pengawet dapat mencegah
penurunan viskositas yang diakibatkan oleh depolimerisasi oleh enzim yang
dihasilkan dari mikroorganisme. Misalnya : MC, Na CMC, HEC, HPC Sering
digunakan karena menghasilkan gel yang bersifat netral, viskositas stabil, resisten
terhadap pertumbuhan mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film yang kuat
pada kulit ketika kering. Misalnya MC, Na CMC, HPMC
3). Polimer sintetis (Karbomer = karbopol)
Sebagai pengental sediaan dan produk kosmetik.Karbomer merupakan gelling
agent yang kuat, membentuk gel pada konsentrasi sekitar 0,5%. Dalam media air,
yang diperdagangkan dalam bentuk asam bebasnya, pertama-tama dibersihkan
dulu, setelah udara yang terperangkap keluar semua, gel akan terbentuk dengan
cara netralisasi dengan basa yang sesuai. Dalam sistem cair, basa anorganik
seperti NaOH, KOH, dan NH4OH sebaiknya ditambahkan. pH harus dinetralkan

5
karena karakter gel yang dihasilkan dipengaruhi oleh proses netralisasi atau pH
yang tinggi.Viskositas dispersi karbomer dapat menurun dengan adanya ion-
ion.Merupakan gelling agent yang kuat, maka hanya diperlukan dalam
konsentrasi kecil.
b. Polietilen (gelling oil)
Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah
tersebar, dan membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk
membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di
atas 800C) kemudian langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan
kristal yang merupakan pembentukan matriks.
c. Koloid padat terdispersi
Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara pembentukan
jaringan karena gaya tarik-menarik antar partikel seperti ikatan hidrogen.
Konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan nonpolar. Untuk cairan polar
diperlukan konsentrasi yang lebih besar untuk membentuk gel, karena adanya
kompetisi dengan medium yang melemahkan interaksi antar partikel tersebut.
d. Surfaktan
Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan
konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi tersebut
membentuk mikroemulsi. Karakteristik gel yang terbentuk dapat bervariasi
dengan cara meng-adjust proporsi dan konsentrasi dari komposisinya. Bentuk
komersial yang paling banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih
rambut.
e. Gellants lain
Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar seperti
beeswax, carnauba wax, setil ester wax.
f. Polivinil alcohol
Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk
sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan
kulit. Tersedia dalam beberapa grade yang berbeda dalam viskositas dan angka
penyabunan.

6
g. Clays (gel anorganik)
Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga tidak
cocok digunakan pada kulit. Viskositas dapat menurun dengan adanya basa.
Magnesium oksida sering ditambahkan untuk meningkatkan viskositas. Bentonit
harus disterilkan terlebih dahulu untuk penggunaan pada luka terbuka. Bentonit
dapat digunakan pada konsentrasi 5-20%. Contohnya : Bentonit, veegum, laponite
2. Bahan tambahan
a. Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel
mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba.
Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan
gelling agent.
Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent :
1). Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05
% w/v
2). Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 %
w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
3). Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v
atau klorokresol 0,1-0,2 % w/v
4). Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam
benzoat 0,2 % w/v
5). MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v
6). Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02
% w/v
7). Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v
Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air.
Biasanya digunkan pelarut air yang mengandung metilparaben 0,075% dan
propilparaben 0,025% sebagai pengawet.
b. Penambahan Bahan higroskopis
Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan
sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %

7
c. Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat.
Contohnya EDTA.

C. KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN SEDIAAN GEL


1. Keuntungan sediaan gel
Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan
yang jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film
tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga
pernapasan pori tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya baik;
kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
2. Kekurangan sediaan gel
a. Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih
pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau
hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan
iritasi dan harga lebih mahal.
b. Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk
mencapai kejernihan yang tinggi.
c. Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat
menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila
terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan
meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area
tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

D. KRITERIA SEDIAAN GEL YANG BAIK (lachman, 496 – 499)


1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman
dan tidak bereaksi dengan komponen lain
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik
selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau

8
daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama
penggunaan topikal.
3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang
diharapkan.
4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar
dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.
5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel
terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC
dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental
dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan
disebut thermogelation
Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai berikut (Disperse system):
1. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel
dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna
bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan
kelarutan komponen gel berkurang.
2. Sineresis

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang
terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel
terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme
terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis
pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan
mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak
menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.

3. Efek suhu

Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu

9
tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk
larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel.
Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan
disebut thermogelation.

4. Efek elektrolit.

Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik
dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan
koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi
elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk
menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera
mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena
terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.

5. Elastisitas dan rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap
perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat
bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.

7. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non –
Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

10
E. METODA DAN PROSEDUR PEMBUATAN (Pustaka : Lachman, Disperse System
Vol. 2)
1. Timbang sejumlah gelling agent sesuai dengan yang dibutuhkan
2. Gelling agent dikembangkan sesuai dengan caranya masing-masing
3. Timbang zat aktif dan zat tambahan lainnya
4. Tambahkan gelling agent yang sudah dikembangkan ke dalam campuaran tersebut
atau sebaliknya sambil diaduk terus-menerus hingga homogen tapi jangan terlalu
kuat karena akan menyerap udara sehingga menyebabkan timbulnya gelembung
udara dalam sediaan yang nantinya dapat mempengaruhi pH sediaan.
5. Gel yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi gel dan diisikan ke dalam tube
sebanyak yang dibutuhkan
6. Ujung tube ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wa dah ynag dilengkapi
brosur dan etiket.

F. CONTOH FORMULA DAN CARA PEMBUATAN


Formula gel (Pustaka : Liweberman, Herbert A., martin M. R., Gilbert S. B., 1989.
Phamaceutical Dosage Forms Disperse System, Vol II, Macel Dekker Inc., New york.
Hal 504-506).

1. Gel minyak mineral


R/ Polietilen 10 %
Minyak mineral 90 %

Cara pembuatan ;
Dicampurkan dan aduk atau kocok. Campuran dipanaskan hingga 90°C campur
hingga homogen, lalu dinginkan dengan cepat melalui pengadukan.

2. Gel efedrin sulfat


R/ Efedrin sulfat 10 g
Tragakan 10 g
Metil salisilat 0,1 g

11
Eucalyptol 1 mL
Minyak pine needle 0,1 mL
Gliserin 150 g
Air 830 mL

Cara pembuatan :

Efedrin sulfat dilarutkan ke dalam air dan ditambahkan gliserin, tragakan, kemudian
komponen lainnya. Campurkan dengan baik dan simpan dalam wadah tertutup baik
selama 1 minggu dengan pengadukan
3. Clear gel
R/ Minyak mineral 10 %
Polioksietilen 10 oleil eter 20,7 %
Polioksietilen fatty gliserida 10,3 %
Propilen glikol 8,6 %
Sorbitol 6,9 %
Air 43,5 %

Cara pembuatan :

Semua komponen dipanaskan kecuali air hingga 90°C, kemudian air dipanaskan
secara terpisah hingga 85°C. Air dicampurkan ke dalam komponen lain tersebut
dengan pengadukan, lalu dinginkan hingga 60°C

4. Gel zinc oksida


R/ Karbomer 934 P (karbopol 934 P) 0,8 %
NaOH (larutan 10 %) 3,2 %
ZnO 20 %
Air 76 %

12
Cara pembuatan :

Karbomer didispersikan ke dalam air, kemudian ditambahakan NaOH dengan


pengadukan yang lambat untuk menghindari penyerapan /penjerapan udara.
Kemudian tambahkan ZnO dan campurkan hingga homogen.

5. Gel sun Screening


R/ Etanol 53 %
Karbomer 940 1%
Gliseril-p-amino benzoat 3%
Monoisopropanolamin 0,09 %
Air 52,91 %

Cara pembuatan :

Karbomer 940 didispersikan ke dalam alcohol dan giseril-p-amino benzoat dilarutkan


ke dalm larutan. Secara perlahan Monoisopropanolamin ditambahkan. Kemudian
secara perlahan-lahan ditambahkan air dan dikocok dengan seksama untuk
menghindari penyerapan udara, larutan akan jernih dan terbentuk gel.

6. Gel hidroksi peroksida


R/ Poloksamer F-127 25 %
Hidrogen peroksida (larutan 30 %) 10 %
Air murni 65 %

Cara pembuatan :

Air dipanakan hingga 40-50° F dan disimpan pada wadah pencampuran. Poloksamer
F-127 ditambahkan secara perlahan dengan pengadukan yang baik kemudian
pengadukan dilakukan kembali hingga larutan terbentuk. Temperatur dijaga pada
suhu 50° F. Tambahkan larutan hydrogen peroksida dingin secara perlahan dengan
pengadukan yang baik. Lalu pindahkan ke dalam wadah dan disimpan dalam
temperatur ruangan hingga cairan menjadi gel yang jernih.

13
7. Basis clear Jelly
R/ Na-alginat 3g
Metil paraben 0,2 g
Natrium heksametafosfat 5g
Gliserin 10 g
Air murni 100 g

Cara pembuatan :

Metil paraben dilarutkan ke dalam gliserin dengan penambahan panas. Kemudian


ditambahkan air ke dalm gliserin yang hangat dengan pengadukanm yang cepat,
kemudian Natrium heksametafosfat dilarutkan ke dalam larutan. Lalu ditambahkan
Na-alginat dengan pengadukan cepat yang kontinu hingga terlarut sempurna.

G. EVALUASI GEL

(Total perkiraan yang dibutuhkan 20 tube)

1. Evaluasi fisik
Penampilan (Diktat teknologi likuida dan semisolid hal.127)

Yang dilihat penampilan, warna dan bau.

a. Homogenitas ( Diktat teknologi likuida dan semisolid hal.127)


Caranya: oleskan sedikit gel diatas kaca objek dan diamati susunan partikel yang
terbentuk atau ketidak homogenan.
b. Viskositas/rheologi (lihat lampiran martin, Farfis hal 501)
Menggunakan viscometer Stromer dan viscometer Brookfield
c. Distribusi ukuran partikel

Prosedur :

14
1). sebarkan sejumlah gel yang membentuk lapisan tipis pada slide mikroskop

2). Lihat di bawah mikroskop

3). Suatu partikel tidak dapat ditetapkan bila ukurannya mendekati sumber cahaya

4). Untuk cahaya putih, suatu mikroskop bisa dapat mengukur partikel 0,4 – 0,5 mm.

5). Dengan lensa khusus dan sinar UV, batas yang lebih rendah dapat diperluas sampai 0,1.

d. Uji Kebocoran ( Lihat Lampiran FI IV Hal. 1096)


e. Isi minimum (Lihat Lampiran FI IV hal.997)
f. Penetapan pH (Lihat Lampiran FI IV hal 1039)
g. Uji pelepasan Bahan aktif dari sediaan gel (Pustaka TA Ivantina “Pelepasan Diklofenak
Dari Sediaan Salep”)
Prinsip : mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan gel dengan cara
mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima pada waktu-waktu tertentu
h. Uji difusi bahan aktif dari sediaan gel (Pustaka TA Sriningsih “Kecepatan difusi
kloramfenikol dari sediaan salep”)
Prinsip : Menguji difusi bahan aktif dari sediaan gel menggunakan suatu sel difusi
dengan cara mengukur konsentrasi bahan aktif dalam cairan penerima pada selang waktu
tertentu)
i. Stabilitas gel (Dosage Form, disperse system vol.2 hal 507) 1 tube
1). Yield value suatu sediaan viskoelastis dapat ditentukan dengan menggunakan
penetrometer. Alat ini berupa logam kerucut atau jarum. Dalamnya penetrasi yang
dihasilkan dilihat dari sudut kontak dengan sediaan diwawah suatu tekanan. Yield value
ini dapat dihitung dengan rumus :
SO = yield value
m = massa kerucut dan fasa gerak (g)
g = percepatan gravitasi
p = dalamnya penetrasi (cm)
n = konstanta material mendekati 2

15
Yield value antara 100-1000 dines/cm2 menunjukkan kemampuan untuk mudah
tersebar. Nilai dibawah ini menunjukkan sediaan terlalu lunak dan mudah mengalir.,
diatas nilai ini menunjukkan terlalu keras dan tidak dapat tersebar.
Dilakukan uji dipercepat dengan :
a). Agitasi atau sentrifugasi (Mekanik)
b). Sediaan disentrifugasi dengan kecepatan tinggi (sekitar 30000 RPM). Amati
apakah terjadi pemisahan atau tidak (Lachman hal 1081)
c). Manipulasi suhu
Gel dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50, 60, 70 ° C.
Amati dengan bantuan indicator (seperti sudan merah) mulai suhu berapa terjadi
pemisahan, makin tinggi suhu bearti makin stabil)

2. Evaluasi kimia
a. Identifikasi zat aktif (sesuai dengan monografi FI IV/kompendia lain)
b. Penetapan kadar zat aktif (sesuai dengan monografi FI IV/kompendia lain).
3. Evaluasi biologi
a. Uji penetapan potensi antibiotik (lihat lampiran FI IV hal 891)
b. Uji sterilitas (lihat Lampiran FI IV Hal 855)

16
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Gel merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif,
merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan
pada fase terdispersi.

SARAN

Diharapkan kepada para pembaca agar dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat lebih
baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://apotecherry.blogspot.com/2011/05/sediaan-gel_3072.html

17
18

Anda mungkin juga menyukai