Anda di halaman 1dari 96

GEL

Gel

1. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli,


merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan.
2. Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan bermassa lembek,
berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau
makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling
terserap oleh cairan.
3. Menurut Ansel, gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang
terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang
terkecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan.
Sediaan Gel
Merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil, molekul organik yang besar terpenestrasi
dalam cairan (FI IV, 1995).

Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur


khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (lachman., dkk,
1994).

Sediaan gel memiliki kharakteristik tersendiri yaitu Swellling (dapat


mengembang) dan sineresis.
Pengolongan (Disperse Sistem), (Lachman,
hal 496)
• Berdasarkan sifat fasa koloid :
• Gel anorganik, contoh : bentonit magma
• Gel organik, pembentuk gel berupa polimer

• Berdasarkan sifat pelarut :


• Hidrogel (pelarut air).
• Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling
sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan
hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi
sebab hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi
dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel;
hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan
berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga meminimalkan iritasi
karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya. Kekurangan hidrogel yaitu
memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah setelah mengembang. Contoh
: bentonit magma, gelatin
• Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik).
• Contoh : plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak
mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam stearat dalam
minyak.
• Xerogel.
• Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui sebagai
xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa – sisa
kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula
dengan penambahan agen yang mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel.
Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan
polystyrene.

• Berdasarkan bentuk struktur gel:


• Kumparan acak
• Heliks
• Batang
• Bangunan kartu
• Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel):
• Gel fase tunggal,
• terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan
sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
(misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan). Molekul organik larut
dalam fasa kontinu.
• Gel sistem dua fasa,
• terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah. Dalam
sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, masa gel
kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik tidak larut,
hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.
Kegunaan (Lachman,1989. Pharmaceuitical Dosage
System. Dysperse system. Volume 2, hal 495 – 496)

• Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian


oral, dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang
dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat long – acting yang
diinjeksikan secara intramuskular.
• Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi
tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada
sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
• Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk
kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit – dan
sediaan perawatan rambut.
• Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non
streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel
steril) (FI IV, hal 8)
Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Gel.

• Keuntungan sediaan gel :


• Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan
sediaan yang jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak
menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu; mudah dicuci
dengan air; pelepasan obatnya baik; kemampuan penyebarannya pada kulit
baik.
• Kekurangan sediaan gel:
• Untuk hidrogel :
• harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan
peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan
temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat,
kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
• Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk
mencapai kejernihan yang tinggi.
• Untuk hidroalkoholik :
• gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan
mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari,
alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-
pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
Sifat / Karakteristik Gel (lachman, 496 –
499)
• Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert,
aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain
• Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik
selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan
atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau
selama penggunaan topikal.
• Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang
diharapkan.
• Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar
dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan).
• Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan
gel terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC,
HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan
yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
• Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan
disebut thermogelation
Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai
berikut (Disperse system):
• Swelling
• Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehingga
terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi
antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar
polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.
• Sineresis.
• Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan
keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis,
sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase
relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada
ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan
bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.
• Efek suhu
• Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat
juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer separti MC, HPMC,
terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan
tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelation.
• Efek elektrolit.
• Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion
berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan
(melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan
meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian
tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion
kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium
alginat yang tidak larut.
• Elastisitas dan rigiditas
• Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama transformasi
dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi
pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai
aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk
gel.
• Rheologi
• Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat
aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non – Newton yang dikarakterisasi
oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
formulasi
• Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel
koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut
yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai
struktur tiga dimensi.
• Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang
bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau
surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi
inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
• Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak
bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi.
• Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet
sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba.
• Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid
tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga
mudah dioleskan saat penggunaan topikal.
• Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan
perubahan viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak
terkontrol.
• Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat
penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat
menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan gel)
• Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya
adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka
sistem gel akan rusak.
Komponen Gel

• Gelling Agents (Pustaka : Dysperse System, vol. II, page 499-504)


• Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk
jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam
kelompok ini adalah gum alam, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan
dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada
yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel padat
koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya
flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan nonionik
dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang
mengandung sampai 15% minyak mineral.
Berikut ini adalah beberapa contoh gelling
agent :

• Polimer (gel organik)


1. Gum alam (natural gums)
• Umumnya bersifat anionik (bermuatan negatif dalam larutan atau dispersi
dalam air), meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan netral, seperti
guar gum. Karena komponen yang membangun struktur kimianya, maka natural
gum mudah terurai secara mikrobiologi dan menunjang pertumbuhan mikroba.
Oleh karena itu, sistem cair yang mengandung gum harus mengandung
pengawet dengan konsentrasi yang cukup. Pengawet yang bersifat kationik
inkompatibel dengan gum yang bersifat anionik sehingga penggunaannya harus
dihindari.
• Beberapa contoh gum alam :
• Natrium alginat
• Merupakan polisakarida, terdiri dari berbagai proporsi asam D-mannuronik dan asam L-
guluronik yang didapatkan dari rumput laut coklat dalam bentuk garam monovalen dan
divalen. Natrium alginat 1,5-2% digunakan sebagai lubrikan, dan 5-10% digunakan sebagai
pembawa.
• Garam kalsium dapat ditambahkan untuk meningkatkan viskositas dan kebanyakan
formulasi mengandung gliserol sebagai pendispersi.
• Tersedia dalam bebrapa grade sesuai dengan viskositas yang terstandardisasi yang
merupakan kelebihan natrium alginat dibandingkan dengan tragakan.
• Karagenan
• Hidrokoloid yang diekstrak dari beberapa alga merah yang merupakan suatu campuran tidak
tetap dari natrium, kalium, amonium, kalsium, dan ester-ester magnesium sulfat dari
polimer galaktosa, dan 3,6-anhidrogalaktosa.
• Jenis kopolimer utama ialah kappa, iota, dan lambda karagenan. Fraksi kappa dan iota
membentuk gel yang reversibel terhadap pengaruh panas.
• Semua karagenan adalah anionik. Gel kappa yang cenderung getas, merupakan gel yang
terkuat dengan keberadaan ion K. Gel iota bersifat elastis dan tetap jernih dengan
keberadaan ion K.
• Tragakan
• Menurut NF, didefinisikan sebagai ekstrak gum kering dari Astragalus gummifer Labillardie,
atau spesies Asia dari Astragalus.
• Material kompleks yang sebagian besar tersusun atas asam polisakarida yang terdiri dari
kalsium, magnesium, dan kalium. Sisanya adalah polisakarida netral, tragakantin. Gum ini
mengembang di dalam air.
• Digunakan sebanyak 2-3% sebagai lubrikan, dan 5% sebagai pembawa.
• Tragakan kurang begitu populer karena mempunyai viskositas yang bervariasi. Viskositas akan
menurun dengan cepat di luar range pH 4,5-7, rentan terhadap degradasi oleh mikroba.
• Formula mengandung alkohol dan/atau gliserol dan/atau volatile oil untuk mendispersikan
gum dan mencegah pengentalan ketika penambahan air.
• Pektin
• Polisakarida yang diekstrak dari kulit sebelah dalam buah citrus yang banyak digunakan dalam
makanan. Merupakan gelling agent untuk produk yang bersifat asam dan digunakan bersama
gliserol sebagai pendispersi dan humektan.
• Gel yang dihasilkan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat karena air dapat
menguap secara cepat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya proses sineresis.
• Gel terbentuk pada pH asam dalam larutan air yang mengandung kalsium dan kemungkinan
zat lain yang befungsi menghidrasi gum.
2. Derivat selulosa
• Selulosa murni tidak larut dalam air karena sifat kristalinitas yang tinggi. Substitusi
dengan gugus hidroksi menurunkan kristalinitas dengan menurunkan pengaturan
rantai polimer dan ikatan hidrogen antar rantai.
• Derivat selulosa yang sering digunakan adalah MC, HEMC, HPMC, EHEC, HEC, dan
HPC.
• Sifat fisik dari selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus substitusi. HPMC merupakan
derivat selulosa yang sering digunakan.
• Derivat selulosa rentan terhadap degradasi enzimatik sehingga harus icegah adanya
kontak dengan sumber selulosa. Sterilisasi sediaan atau penambahan pengawet
dapat mencegah penurunan viskositas yang diakibatkan oleh depolimerisasi oleh
enzim yang dihasilkan dari mikroorganisme. Misalnya : MC, Na CMC, HEC, HPC
• Sering digunakan karena menghasilkan gel yang bersifat netral, viskositas stabil,
resisten terhadap pertumbuhan mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film
yang kuat pada kulit ketika kering. Misalnya MC, Na CMC, HPMC
3. Polimer sintetis (Karbomer = karbopol)
• Sebagai pengental sediaan dan produk kosmetik.
• Karbomer merupakan gelling agent yang kuat, membentuk gel pada konsentrasi sekitar
0,5%. Dalam media air, yang diperdagangkan dalam bentuk asam bebasnya, pertama-
tama dibersihkan dulu, setelah udara yang terperangkap keluar semua, gel akan
terbentuk dengan cara netralisasi dengan basa yang sesuai.
• Dalam sistem cair, basa anorganik seperti NaOH, KOH, dan NH4OH sebaiknya
ditambahkan.
• pH harus dinetralkan karena karakter gel yang dihasilkan dipengaruhi oleh proses
netralisasi atau pH yang tinggi.
• Viskositas dispersi karbomer dapat menurun dengan adanya ion-ion.
• Merupakan gelling agent yang kuat, maka hanya diperlukan dalam konsentrasi kecil.
• Polietilen (gelling oil)
• Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah
tersebar, dan membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit.
Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu
tinggi (di atas 800C) kemudian langsung didinginkan dengan cepat untuk
mengendapkan kristal yang merupakan pembentukan matriks.

• Koloid padat terdispersi


• Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara
pembentukan jaringan karena gaya tarik-menarik antar partikel seperti ikatan
hidrogen.
• Konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan nonpolar. Untuk cairan polar
diperlukan konsentrasi yang lebih besar untuk membentuk gel, karena adanya
kompetisi dengan medium yang melemahkan interaksi antar partikel tersebut.
• Surfaktan
• Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air,
dan konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi
tersebut membentuk mikroemulsi. Karakteristik gel yang terbentuk dapat
bervariasi dengan cara meng-adjust proporsi dan konsentrasi dari
komposisinya. Bentuk komersial yang paling banyak untuk jenis gel ini
adalah produk pembersih rambut.
• Gellants lain
• Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar seperti
beeswax, carnauba wax, setil ester wax.
• Polivinil alkohol
• Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang
terbentuk sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik
antara obat dan kulit. Tersedia dalam beberapa grade yang berbeda dalam
viskositas dan angka penyabunan.
• Clays (gel anorganik)
• Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga tidak
cocok digunakan pada kulit. Viskositas dapat menurun dengan adanya basa.
Magnesium oksida sering ditambahkan untuk meningkatkan viskositas.
Bentonit harus disterilkan terlebih dahulu untuk penggunaan pada luka
terbuka. Bentonit dapat digunakan pada konsentrasi 5-20%. Contohnya :
Bentonit, veegum, laponite
Bahan tambahan
• Pengawet
• Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel
mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam
pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.
• Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent :
• Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v
• Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau asam
benzoat 0,2 % w/v
• Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau klorokresol
0,1-0,2 % w/v
• Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
• MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v
• Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v
• Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v
• Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya
digunkan pelarut air yang mengandung metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025%
sebagai pengawet.
• Penambahan Bahan higroskopis
• Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol,
propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %
• Chelating agent
• Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam
berat. Contohnya EDTA
Kategori sediaan Gel (1)

Flory mengkategorikan sediaan gel berdasarkan mikrostruktunya:


- Struktur terikat secara kimia
- Struktur terikat secara fisika
- Struktur gel teratur sempurna
(Agoes, 2012)
Kategori sediaan Gel (2)

Jones membagi gel dalam dua kategori utama berdasarkan 3D


network:
- Gel berbasis dispersi padatan
- Gel berbasis polimer hidrofilik polimer. Dibagi lagi menjadi 2 tipe:
tipe 1 dan tipe 2
Mikrostruktur Gel (1)
Struktur terikat secara kovalen

• Sistem yang ireversibel


• Matriks gel sangat kaku
• Umumnya merupakan polimer hidrofil sintetik.
• Struktur 3D dibentuk oleh ikatan silang antar rantai polimer
(berupa ikatan kovalen)
Sifat fisikokimia

Gel yang terikat secara kovalen memiliki sifat fisikokimia yang unik:
- Mampu menyerap air hingga 100x massanya
- Memiliki kekuatan mekanik yang besar, fleksibel
- Tidak dapat mengalir dengan adanya stress karena kekuatan
ikatan kovalennya.
Contoh: polihidroksimetakrilat (bahan soft lens)
(Jones, )
Mikrostruktur Gel (2)
Struktur terikat secara fisika

• Sistem reversibel, transisi antara sol dan gel


• Dipengaruhi faktor suhu dan jumlah ion
• Asosiasi antar molekul membentuk jaringan 3D.
Sifat Struktur

• Dipengaruhi gaya intermolekular yang lemah : Van der Walls,


Elektrostatik, gaya tolak menolak  membentuk junction zone
• Stress menyebabkan rusaknya ikatan tsb  dapat kembali setelah
stress dihilangkan
• Rheologi: pseudoplastis
• Contoh gelling agent: derivat selulosa, polisakarida dari bahan
alam, asam poliakrilat
Derivat Selulosa

• CMC-Na
• MC
• HPMC
• HPC
Polisakarida Bahan Alam

• Karagenan :
 Berasal dari rumput laut merah.
 Terdapat 3 senyawa kimia: karegenan lambda, iota, dan
kappa
• Asam Alginat:
 Berasal dari ganggang cokelat
 Penambahan ion Ca2+ dapat meningkatkan interaksi
elektrostatis.
Asam Poliakrilat (1)

• Polimer sintetik dari asam akrilat dan berikatan silang dengan allil
sukrosa atau allil eter
• dalam air membentuk agregat koloid dengan viskositas minimal
(sekitar pH 3)
• Netralisasi dengan basa (mis. TEA) menyebabkan gugus karboksil
terionisasi  ekspansi rantai polimer karena gaya tolak menolak
 viskositas meningkat tajam
Asam Poliakrilat (2)

• Digunakan pada rentang 0,5 – 2,0 % w/w


• Penambahan elektrolit >3% akan menyebabkan terbentuk massa
seperti karet (Remington)
• Contoh: Karbomer 934
Struktur kimia monomer asam akrilat
Mikrostruktur Gel (3)
Struktur gel teratur sempurna

• Terbentuk dari dispersi padatan dalam air


• Membentuk lembaran/lempengan/lamelar
• Jaringan 3D dibentuk mirip ‘house of cards’
• Ikatan antarpartikel lemah, mudah hilang dengan shearing stress
rendah namun segera kembali setelah shearing stress dihilangkan.
• Contoh: Gel Aluminium hidroksida, Bentonit Magma
House of Cards structure
Bahan Tambahan lain sediaan gel

• Humektan
• Thickening agent
• Anti-oksidan
• Pengawet
• Buffer
• Enhancer
• Air
Na Diklofenak

Marupakan suatu anti radang (NSAIDs) turunan


asam fenil asetat. Digunakan pada pengobatan
osteroarthritis dan rheumatoid arthritis.
Untuk mengurangi efek pada saluran cerna,
maka dibuat sediaan transdermal (memanfaatkan
kulit untuk masuknya obat) yaitu secara topikal.
FORMULASI NA-DICLOFENAK
Identitas Obat

Nama Kimia : Sodium [2-(2,6


dichloroanilino)phenyl]acetate
Nama Generik : Natrium diklofenak
Struktur Molekul :

Bobot Molekul : 318,1


Rumus Molekul : C14H10Cl2NNaO2
Pemerian : Bubuk berwarna putih hingga agak
kekuningan, sedikit higroskopis.
Sifat Fisikokimia Na Diklofenak

PH : 7,0 dan 8,5


Kelarutan : Sedikit larut dalam air; larut dalam
alkohol; sedikit larut dalam aseton;
bebas larut dalam metil alkohol
Bentuk kristal/amorf : Kristal
Studi Pustaka Natrium Diklofenak
• Jumlah diklofenak yang diabsorpsi melalui kulit sebanding dengan waktu kontak dan luas
daerah yang ditutupi oleh Voltaren gel, dan tergantung dari dosis topikal total yang
Absorpsi digunakan dan status hidrasi kulit. Jumlah absorpsi sampai sekitar 6% dan dosis diklofenak
setelah penggunaan topikal

• Konsentrasi maksimal diklofenak dalam plasma setelah penggunaan topical diklofenak gel adalah
sekitar 100 kali lebih rendah dibandingkan konsentrasianya setelah pemberian oral tablet
Distribusi diklofenak. 99,7% diklofenak terikat dengan protein serum, terutama dengan albumin (99,4%).

• Metabolisme diklofenak sebagian melibatkan glukoronidasi dan molekul yang intak, namun terutama melalui
hidroksilasi tunggal dan multipel yang menghasilkan beberapa metabolik fenol, yang kemudian sebagian besar akan
diubah menjadi konjugat-konjugat glukoronida.
Metabolis • Dua dan metabolit-metabolit fenol ini, sebagian besar diubah menjadi konjugat-konjugat glukoronida yang aktif
me secara biologis, namun aktifitasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan diklofenak.

• Bersihan sistemik total diklofenak dan plasma adalah 263 ± 56 mL/menit (nilai rata-rata ± deviasi
standar). Waktu-paruh plasma akhir adalah 1 sampai 2 jam. Empat dan metabolitnya, termasuk
dua metabolik yang aktif, juga memiliki waktu-paruh plasma yang singkat, yaitu 1 sampai 3 jam.
Ekskresi Satu metabolit, 3'-hidroksi-4'-metoksi-diklofenak, memiliki waktu-paruh plasma yang lebih
panjang, namun ia sudah tidak aktif. Diklofenak dan metabolit-metabolitnya terutama
diekskresikan melalui urin.
Studi Pustaka Natrium Diklofenak
• Terapi lokal inflamasi traumatic pada tendon, ligament, otot,
Indikasi persediaan salah urat, terkilir, memar. Reumatik jaringan lunak yang
terlokalisir, tendovaginitis, bursitis. Petriartropati. Penyakit
reumatik (osteoarthritis pada sendi perifer dan vertebra).

Mekanisme kerja • Menghambat sintesis prostaglandin dgn menghambat COX-1 & COX-
2. Prostaglandin merupakan mediator nyeri.

Efek samping • Ruam kulit/erupsi kulit

Kontraindikasi • Urtikaria, rhinitis akut yang ditimbulkan oleh salisilat atau obat AINS
lainnya.
Produk Inovator

Merek : Voltadex®
Nama Pabrik : Dexa Medica
Bentuk Sediaan : Gel
Kekuatan Sediaan : 1% 20g
Indikasi : Inflamasi traumatik dari tendon,
ligamen, otot, dan sendi.
Aturan Pakai : 3-4 x sehari, dioleskan pada tempat yang
sakit.
Kemasan : 1 Tube
Golongan Obat : Bebas Terbatas
Harga : Rp27.962/tube
Voltadex®
Diclofenac Sodium 1%
Preformulasi

1. Zat aktif (Na diklofenak)


Karena natrium diklofenak mudah diabsorbsi dibandingkan kalium
diklofenak. Na- diklofenak bentuk garam dan larut dalam etanol.

2. Natrium benzoat
Dipilih sebagai pengawet sebab mampu menghambat
pertumbuhan mikroba pada konsentrasi kecil (0,05-0,2%). Karena
medium dari sediaan gel adalah air sehingga memungkinkan
ditumbuhi oleh mikroba.
Preformulasi

3. Karbopol, dipilih karena ia sebagai gelling agent


yang kuat (HOPE ed V, 111)
4. Trietanolamin (TEA) konsentrasi 2-4%, ditambah
untuk menetralisir polimer karbopol (ph 6-11) hingga
terbentuk gelling agent. (HOPE ed V, 794)
5. Aquadest, untuk melarutkan gelling agent.
Alasan dibuatnya sediaan gel :

Karena gel memiliki viskositas dan daya lekat yang tinggi, sehingga tidak mudah mengalir
pada permukaan kulit

Memiliki sifat tiksotropik sehingga mudah merata bila oles

Tidak meninggalkan bekas hanya lapisan tipis seperti film

Mudah tercucikan dengan air dan memberikan sensasi dingin setelah digunakan (Lund,
1994).
Kadar air yang tinggi pada gel dapat menghidrasi stratum corneum sehingga dapat
mengurangi resiko peradangan lebih lanjut.
Karena tujuan terapi sistemik pada sendi-sendi dan rute penetrasinya adalah transdermal
melalui epidermis kulit maka dipilih sediaan bentuk topikal yaitu gel.
Alasan pemilihan zat aktif

Na diklofenak memiliki kemampuan melawan COX-2 lebih baik dibandingkan


indometasin, naprosen, dan NSAID lain.

Na Diklofenak pemberian topikal terabsorbsi ke dalam sirkulasi sistemik, tetapi


konsentrasi plasmanya sangat rendah jika dibandingkan dengan oral.

Dalam sediaan gel Na Diklofenak tidak mengalami distribusi dan metabolisme.

Na Diklofenak tidak mengalami interaksi dengan obat lain selama digunakan secara
topikal.

Na diklofenak kurang toksik dan efek sampingnya lebih minim.


Alasan Na Diklofenak dijadikan sediaan gel

Natrium diklofenak dipilih untuk dibuat sediaan gel karena:


• Kelarutannya yang cukup baik pada setiap bahan tambahannya
meskipun sedikit dipengaruhi oleh pH (karbopol mengembang pada
pH 7)
• Kelarutan dipengaruhi oleh pH dalam arti Na diklofenak dapat
larut sempurna pada suatu bahan tetapi jika pH nya berubah maka
larutan tersebut dapat berubah warna menjadi keruh sebagai
akibat dari berubahnya kelarutan Na diklofenak.
• Afinitas Na diklofenak pada basis gel yang cukup rendah.
Identitas bahan tambahan

TEA (Triethanolamine)
- Pemerian : Tidak berwarna atau kuning pucat, cairan kental pH 10,5 (0.1 N
solusi), sangat higroskopik. Titik didih 20-21o C. Kandungan moisture = 0,09 %.
- Kelarutan : Pada suhu 20o C dapat bercampur dengan aseton, carbon
tetrachloride, methanol, air. Kelarutan dengan benzene = 1:24, etil eter = 1:63.
- Inkompatibilitas : Bereaksi dengan amin tersier dan alcohol. Bereaksi dengan
asam mineral membentuk garam kristal dan ester. Dengan asam lemak TEA
membentuk garam larut air dan dapar menimbulkan penyabunan. TEA bereaksi
dengan thionil klorida untuk mengganti gugus hidroksi dan halogen. Produk yang
dihasilkan sangat toksik.
Identitas bahan tambahan

- Alasan Pemilihan :
1. Triethanolamine
1. banyak digunakan dalam formulasi topical, terutama pada formulasi
sediaan emulsi.
2. Berfungsi sebagai emulsifying agent, stabil dalam emulsi o/w (minyak
dalam air).
3. Meningkatkan viskositas carbopol.
4. Sering digunakan dalam sediaan topical analgesic dan juga pada sediaan
sunscreen.
5. Untuk emulsifier 2-4 % v/v. Tidak menimbulkan toksisitas yang berarti pada
penggunaan, kemungkinan hipersensitivitas dan iritasi.
Identitas bahan tambahan

Karbopol
Pemerian : serbuk halus, putih,sedikit berbau khas,higroskopis
Kelarutan : setelah netralisasi, dengan alkali hidroksida, atau amina
larut dalam air, dalam etanol, dan dalam gliserol
Fungsi : gelling base
Kosentrasi : 0,5-2%
pH : 2,5-4,0 untuk 0,2 % w/o sistem disperse
Alasan Pemilihan
• Karbopol merupakan bahan pembentuk gel dengan menambah
viskositas gel
• Penggunaannya relatif aman karena tidak menimbulkan toksik dan
hipersensitivitas pada penggunaan topikal
• Karbopol juga merupakan basis yang kuat dan dapat membentuk
gel pada konsentrasi 0.5%
Identitas bahan tambahan

Na. Benzoat
• Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau
praktis tidak berbau, stabil di udara
• Kelarutan : 1 bagian pada 75 bagian etanol 95%, 1 bagiandalam 50
bagian etanol 90%, 1 bagian dalam 1,8 bagian air, 1bagian dalam 1,4
bagian air panas.
• pH larutan/pH stabilitas : pH 8 (pada suhu 25°C), tidak
aktif dibawah pH 5.
• Stabilitas :Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf dan filtrasi
• Wadah dan penyimpanan : Wadah tertutup baik
Alasan Pemilihan
• Na Benzoat berperan sebagai antimikroba (bakteriostatik dan
antijamur) pada dalam kosmetik, makanan dan obat-obatan
• Na Benzoat mudah larut dalam air, yaitu dalam 1,8 bagian air
Identitas bahan tambahan

Aqua destillata
Warna : Jernih tidak berwarna
Rasa : Tidak mempunyai rasa
Bau : Tidak berbau
Pemerian : Cairan
Titik didih : 1800C
Pka/pkb : 8,4
Bobot Jenis : 1 gr/cm3 atau 1 gr/ml
pH larutan :7
Stabilitas : Stabil diudara
FORMULA

% atau
Nama Zat Fungsi
mg per unit
Natrium diklofenak 1% Zat Aktif

karbopol 1% Gelling agent


TEA 2% Netralizing agent
Natrium benzoat 0,5% pengawet
Aquadest qs Pelarut

Jadi, sediaan yang akan dibuat adalah gel natrium diklofenak dengan kekuatan
sediaan 1% Na-diklofenak dan bobot sediaan 20g
Penimbangan
No Bahan Fungsi Konsentrasi 1 Tube (20g) 1 Batch
(100tube)

1 Na Bahan aktif 1% 0,2g 20g


Diklofenak

2 Carbopol Gelling agent 1% 0,02178g 21,78g


3 TEA Alkaliazing Agent 2% 0,04356g 43,56g

4 Na Benzoat Pengawet 0,5% 0,01089g 10,89g

5 Aquadest Pelarut 95,5% 2,07999 ml 2079,99ml

Bahan Tambahan dilebihkan 10% untuk mencegah jumlah bahan yang berkurang
selama proses produksi
Penimbangan Bahan (Zat Aktif dan Eksipien)

Zat Aktif dilarutkan dengan Kembangkan Carbopol dengan


Purified Water Purified Water (M1B)
(MIA)

Natrium Benzoat dilarutkan TEA + Purified Water (M2B)


dengan Purified Water
(M2A)

Campurkan M1B + M2B

Campurkan M1A + M2A

MB

MA

Pencampuran MA + MB, Gerus


Homogen

ALUR PENGOLAHAN
LANJUTAN

Homogenisasi Cek IPC:


• Organoleptik
• Daya Sebar
Cek IPC : • pH
• Penampilan Pengisian dalam Tube • Homogenitas
• Kelengkapan (Tube Filling) • Viskositas
Penandaan • Uji Kesukaan
• Uji Iritasi

Pengemasan Sekunder
Cek IPC:
• Penampilan
• Kelengkapan Penandaan
Gudang Obat Jadi
ALUR PRODUKSI

BAHAN BAKU PENGEMASAN


GUDANG OBAT JADI
SEKUNDER

KARANTINA
EVALUASI (QC)

PENIMBANGAN BAHAN

LABELLING

PEMCAMPURAN BAHAN

PENGISIAN KE DALAM
EVALUASI (QC) TUBE (PENGEMASAN
PRIMER)
Evaluasi Sediaan

Evaluasi Penampilan

Fisik Homogenitas
Uji kesukaan
Uji stabilitas
Distribusi ukuran partikel
Penetapan pH
viskositas
Stabilitas gel
Evaluasi Sediaan

memeriksa kesesuaian bau dan warna dimana


sedapat mungkin mendekati dengan
Penampilan spesifikasi sediaan yang telah ditentukan
selama formulasi

Memeriksa distribusi bahan aktif yang


homogen dengan mengoleskan pada sekeping
Homogenitas kaca atau bahan transparan lain yang cocok
harus menunjukkan susunan yang homogen
Evaluasi Sediaan

Dilakukan terhadap 20 orang sukarelawan


dengan menggunakan angket. Pengujian
dilakukan dengan cara sukarelawan
Uji kesukaan menggunakan gel antiseptik dengan
berbagai formulasi kemudian diminta
tanggapannya dari warna, aroma, tekstur
dan kesan tidak lengket.
Evaluasi Sediaan

Sekitar 1 gram sediaan diletakkan diantara 2 kaca


akrilik. Sebelumnya, kaca akrilik bagian atas
ditimbang terlebih dahulu kemudian diletakkan di
atas sediaan dan dibiarkan selam 1 menit.
Uji daya sebar Diatasnya diberi beban dengan berat sekita 19
gram, dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian
diukur diameter sebarnya. Setelah itu diambahkan
kembali beban dengan berat 20 gram dan diukur
daya sebarnya. Hal ini dilakukan hingga beban
maksimum di atas sediaan 99 gram.
Evaluasi Sediaan

Distribusi ukuran
partikel pemeriksaan dengan mengamati dibawah
mikrosokop.
Dengan cara :
- Sebarkan sejumlah gel yang membentuk
lapisan tipis pada slide mikroskop
- Lihat dibawa mikroskop
- Suatu partikel tidak dapat ditetapkan bila
ukurannya mendekati sumber cahaya
- Untuk cahaya putih, suatu mikroskop bisa
dapat mengukur partikel 0,4-0,5 µm. Dengan
lensa khusus dan sinar UV, batas yang lebih
rendah dapat diperluas sampai 0,1
Evaluasi Sediaan

Penetapan pH Menggunakan pH
meter

Pengukuran menggunakan
viskositas Brookfield Helipth
Viskositas stand. Konsistensi gel
dilakukan pada suhu kamar
dengan kecepatan (RPM)
tertentu.
Evaluasi Sediaan
Evaluasi Sediaan

Stabilitas gel
Alat : Oven
Jumlah Sampel : 10 mg
Sampel : Produk Ruahan
Cycling test Cara kerja : Sediaan gel disimpan pada
suhu 4± 20 C selama 24 jam, kemudian
dipindahkan ke dalam oven yang bersuhu
40 ± 20 C selama 24 jam (satu siklus). Uji
ini dilakukan sebanyak 6 siklus atau
selama 12 hari kemudian diamati adanya
pemisahan fase.
Evaluasi Sediaan

Stabilitas gel
Alat : Oven
Jumlah Sampel : 10 mg
Sampel : Produk Ruahan
Pemeriksaan Cara kerja : Sediaan gel disimpan pada
beberapa suhu. Diantaranya suhu kamar
Stabilitas Suhu (270±20 C),dan suhu tinggi (400±20C)
selama 21 hari, kemudian dilakukan
pengamatan organoleptis, pH,
homogenitas, daya sebar, dan uji mekanik.
Uji stabilitas dipercepat

• Alat : Climatic chamber


• Jumlah sampel : 3 batch atau 2 kontainer yang mewakili
• Sumber sampel : Produk baru
• Zona uji : I dan II
• Waktu : 0, 2, 4, 6 bulan
• Lama : 30 hari
• Interval : 6 bulan
• Suhu : 25OC dan 40OC ± 2OC
UJI STABILITAS
Uji stabilitas Dipercepat Uji stabilitas Jangka Panjang
Ruang penyimpanan
Alat Climatic chamber
terkendali
3 batch atau 2 kontainer
Jumlah sampel 3 batch atau 2 kontainer yang mewakili
yang mewakili
Sumber sampel Produk baru Produk baru
Zona uji I dan II III dan IV
3 bulan pada tahun pertama
Waktu 0, 2, 4, 6 bulan
6 bulan pada tahun kedua
Sampai waktu ED sebenarnya
Lama 30 hari
di kemasan
Interval 6 bulan 12 bulan
Pada suhu 25OC ± 2OC
Suhu 25OC dan 40OC ± 2OC
(ruangan)
Cara penentuan umur simpan
Model Arrhenius, yaitu penentuan orde reaksi ditentukan
berdasarkan kurva

Orde reaksi ditentukan berdasarkan nilai R2 yang paling


mendekati 1

Reaksi dengan orde 0

• Kurva menunjukkan hubungan yang linear antara konsentrasi dengan


waktu pada berbagai suhu penyimpanan

Reaksi orde 1

• Hubungan yang linear antara ln konsentrasi terhadap waktu


Penentuan umur simpan

• Reaksi orde 2
• Hubungan yang linear antara konsentrasi terhadap waktu
Evaluasi Sediaan

Uji efektivitas
pengawet
antimikroba
Evaluasi biologi

Kandungan zat
antimikroba
Evaluasi Sediaan

Evaluasi Biologi

Uji efektivitas pengawet


antimikorba
Penafsiran nya :
1. Jumlah bakteri viabel pada hari ke 14
Dengan cara pengurangan jumlah mikroba yang berkurang hingga tidak lebih dari 0,1%
dimasukkan kedalam sediaan yang mengandung dari awal
2. Jumlah kapang dan khamir viabel
pengawet dalam selang waktu tertentu dapat selama 14 hari pertama adalah tetap
digunakan sebagai parameter efektfitas pengawet atau berkurang dari jumlah awal
dalam sediaan. Inokulasi dengan cara 3. Jumlah tiap mikroba uji selama hari
menginkubasi tabung bakteri biologik yang berisi tersisa dari 28 hari adalah tetap atau
sampel pada suhu 20-25°C dalam media Soybean- kurang dari bilangan yang disebut pada
Casein Digest Agar a dan b
Evaluasi Sediaan

Evaluasi Biologi

Kandungan zat antimikroba

Menentukan kadar pengawet terendah yang masih


efektif dan ditunjukan untuk zat-zat yang paling
umum digunakan untuk menunjukkan bahwa zat Ditafsirkan kandungan zat
yang tertera memang ada, tetapi tidak lebih dari antimikroba dinyatakan dalam
20% dari jumlah yang tertera dietiket . Penentuan satuan b/v atau v/v
dengan menggunakan kromatografi gas atau
polarografi (sesuai dengan pengawet yang
digunakan)
VALIDASI METODE ANALISIS

Metode yang digunakan untuk analisis natrium diklofenak


emulgel adalah HPTLC (High-performance thin-layer
chromatography).

Metode yang diusulkan sederhana, cepat, sensitif dan akurat


dengan presisi yang baik cocok untuk analisis rutin obat ini
dalam formulasi.

Metode ini juga mengkonsumsi lebih sedikit reagen dibandingkan


dengan metode HPLC. Oleh karena itu metode ini cocok untuk
analisis rutin obat ini dalam bahan baku dan formulasi.
Validasi Metode Analisis
Sensitivity dan Linearity
• Sensitivity untuk menentukan nilai LOD, LOQ, linearity range, dan koefisien
korelasi. Batas deteksi dari metode ini diselidiki dengan menerapkan berbagai
konsentrasi larutan natrium diklofenak standar pada plat HPTLC. Setelah
pengembangan area titik diukur secara kuantitatif dengan densitometri. LOD
dan LOQ dihitung dari standar deviasi (SD). Hasil densitometric dan kemiringan
kurva ve (S) menggunakan persamaan;
• LOD = 3.3 (S.D. / S)
• LOQ = 10 (S.D. / S)
• Setelah analisis densitometri natrium diklofenak pada 282 nm, jumlah terendah
obat, yang dapat dideteksi ditemukan μg.mL-1 (3 µmole.L-1, yang lebih sensitif
daripada metode spektrofotometri UV [5] dan jumlah terendah obat yang dapat
dikuantifikasi ditemukan menjadi 5 μg.mL-1. Kurva kalibrasi dari standar
natrium diclofenac ditemukan linier dalam kisaran 5-80 μg.mL-1.
VALIDASI METODE ANALISIS

Accuracy
• Keakuratan metode yang diusulkan diverifikasi dengan menganalisis aliquot
larutan sampel yang setara dengan natrium diklofenak 2 μg.mL -1 dengan
berbagai konsentrasi larutan natrium diklofenak standar masing-masing 25, 30
dan 35 µg.mL-1, menggunakan usulan prosedur. Pemulihan setiap natrium
diklofenak standar spiked dihitung. Hasilnya disajikan dalam tabel.

Precision
• Reproduksibilitas intra-hari dievaluasi dengan menganalisa sampel berulang
kali dan reproduktifitas antar-hari dievaluasi dengan menganalisis sampel
natrium diklofenak selama tiga hari. Ketepatan yang baik diperoleh dengan%
CV 2,13 dan 2,46 untuk intra-hari dan antar-hari, masing-masing
METODE PENETAPAN KADAR - HPTLC
METODE PENETAPAN KADAR - HPTLC

Pelarut yang digunakan : toluena: etil asetat: asam asetat glasial (60: 40: 1, v / v / v) sebagai
fase gerak. Metode HPTLC untuk menentukan penambangan natrium diklofenak dalam formula
emulgel dikembangkan menggunakan toluena: etil asetat: asam asetat glasial (60: 40: 1, v / v /
v) sebagai fase gerak.

Area puncak densitas dikuantifikasi dengan densitometer pada 282 nm.

Batas deteksi dan batas kuantitasi ditemukan masing-masing 1 dan 5 μg.mL-1.

Kurva kalibrasi linear pada rentang 5-80 μg.mL-1. Nilai rata-rata (± S.D.)

Dari koefisien korelasi, kemiringan dan intercept ditemukan menjadi 0,9993 (± 7,0 × 10-5),
564,08 (± 30,08) dan 6838,63 (± 20,98), masing-masing.
Reagen Kimia
• Natrium Diclofenac, Etil asetat, Toluena, asam asetat glasial,
Metanol. Pelat precoated HPTLC larutan suntik dengan
kromatografi gas silika gel 60 F 20 × 10 cm, ketebalan lapisan
0,2 mm 254
Larutan Standar
• Larutan stok standar natrium diklofenak (1.000 µg.mL-1)
disiapkan dalam metanol. Larutan standar kerja dalam kisaran
5-80 μg.mL-1 disiapkan oleh pengenceran dari larutan stok ini.
Cara penyiapan Sampel

• Satu gram sampel ditimbang dengan akurat ke dalam 100 mL


gelas dan dilarutkan dalam 10 mL metanol.
• Kemudian larutan sampel dipindahkan ke dalam labu ukur 25
mL dan disesuaikan dengan volumenya dengan metanol.
• Larutan divortex selama 30 detik kemudian sentris pada 4.000
rpm selama 30 menit.
• Supernat mengandung natrium diklofenak diambil dan disaring
oleh filter membran (90 mm Dia. Whatman®).
• Supernatan yang disaring digunakan untuk analisis lebih lanjut.
 Serangkaian larutan standar yang mengandung 5-80 µg.mL-1 diklofenak dan larutan sampel
diterapkan masing-masing,
 Diterapkan lebar pita 3 mm dengan jarum suntik sampel Camag 100 µL (Hamilton, Bonaduz, Swiss)
pada pelat aluminium silika gel precoated 60 F254 (20 × 10 cm) dengan ketebalan lapisan 200 µm (E.
Merck, Darmstadt, Jerman).
 Sebuah linomat IV dipekerjakan dengan laju konstan 3 s.µL-1 dan ruang antara dua band adalah 5
mm.
 Pengembangan dilakukan dalam sistem Automatic Multiple Development (AMD) menggunakan
toluene: ethyl acetate: asam asetat glasial (60: 40: 1, v / v / v) sebagai fase gerak, pemindaian
densitometri dilakukan pada Camag TLC scanner III dalam reflektansi - mode absorbansi (Zig-Zag)
pada 282 nm untuk semua pengukuran dan dioperasikan oleh perangkat lunak CATS.
 Konsentrasi senyawa kromatogram (spot) pada pelat ditentukan dari intensitas cahaya yang
dipantulkan secara difus.
 Area spot diplot terhadap konsentrasi natrium diklofenak.
 Kemudian isi natrium diklofenak dalam setiap sampel dihitung dengan mengacu pada kurva kalibrasi.
Pengembangan kemasan

Kemasan primer:
• Tube (Timah)
• Penutup tube (Plastik )
• Alasan penggunaan: Bahannya mudah dibentuk dan bahanya lebih murah.
Kemasan sekunder:
• Kotak untuk botol (karton tipis)
• Etiket (kertas)
• Brosur (kertas)
Kemasan tersier
• Kotak karton (karton tebal)
Referensi

• Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia


Edisi IV, Depkes RI. Jakarta.
• Felton, L. 2012. Remington Essentials of Pharmaceutics. Pharmaceutical
press. London.
• Handbook of Pharmaceutical Excipients, 5th Edition. Pharmaceutical
Press, UK.
• Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk, 1994. Teori Dan Praktek Farmasi
Industri Edisi III, penerbit universitas indonesia. UI-Press, jakarta.
• Lund, W. (ed), 1994. the pharmaceutical codex: principles and practice
of pharmaceutics, 12th edition. London: the pharmaceutical press.

Anda mungkin juga menyukai