Anda di halaman 1dari 13

TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA

GEL
(Re-new by IDA)

I. D E F I N I S I
· Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel
kadang – kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7)
· Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil
senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus
dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315)
T E O R I
A. Pengolongan (Disperse Sistem, Lachman, hal 496)
1. Berdasarkan sifat fasa koloid :
· Gel anorganik, contoh : bentonit magma
· Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
2. Berdasarkan sifat pelarut :
· Hidrogel (pelarut air).
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling
sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan
hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang
tinggi sebab hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan cairan
biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi
sel; hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan
dengan berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga
meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya.
Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah
setelah mengembang. Contoh : bentonit magma, gelatin
· Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik). Contoh : plastibase (suatu polietilen
dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan secara
shock cooled), dan dispersi logam stearat dalam minyak.
· Xerogel.
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui sebagai
xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa – sisa
kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula
dengan penambahan agen yang mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel.
Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan
polystyrene.
· Emulgel
Emulgel adalah emulsi baik O/W maupun W/O yang dibuat gel dengan
mencampurkannya dengan gelling agent. Keunggulan emulgel memiliki kelebihan
daya hantar obat yang baik seperti gel maupun emulsi (The APPS jurnal,
Optimization of Chlorphenesin Emulgel Formulation, Magdy I. Mohamed)

3. Berdasarkan bentuk struktur gel: (Diktat Kuliah)


· Kumparan acak: struktur dibentuk oleh gelling agent golongan polimer sintetik
dan derivat selulosa. penambahan selanjutnya akan meningkatkan sifat viskoelastis
dan ketegaran masa gel.
· Heliks: struktur dibentuk oleh gelling agent golongan gom xanthan dan
polisakarida
· Batang (egg box):terjadi ikatan silang antara polimer kation dengan polimer
divalent. Contoh: Kalsium alginat

20
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA

· Bangunan kartu: terbentuk dari partikel anorganik terhidratasi.


4. Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel):

· Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro
yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
(misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan). Molekul organik larut dalam
fasa kontinu.
· Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang
terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar,
masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik tidak larut,
hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.
B. Kegunaan (Lachman, Dysperse system, hal 495 – 496)
· Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk
sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk
sediaan obat long – acting yang diinjeksikan secara intramuskular.
· Gel biasa digunakan untuk orang yang memiliki kulit berminyak (pada sediaan topikal)
· Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan
pelindung
koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
· Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada
shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit – dan sediaan perawatan rambut.
· Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (FI IV, hal 8)
C. Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Gel.
Keuntungan sediaan gel :
· Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan yang
jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus
pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori
tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya baik; kemampuan
penyebarannya pada kulit baik.
Kekurangan sediaan gel :
· Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada
berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika
berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih
mahal.
· Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk
mencapai kej ernihan yang tinggi.
· Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan
pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan
cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang
berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat
aktif.

Alasan pemilihan sediaan gel:


· Tujuan pengobatan: biasanya sediaan gel diberikan untuk sediaan dengan cara pemberian
topikal

D. Sifat / Karakteristik Gel (Diktat Kuliah) (lachman, 496 – 499)


· Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan
tidak bereaksi dengan komponen lain
· Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik
selama
penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang

20
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA

disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan
topikal.
· Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
· Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar
dapat
menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan).
· Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel
terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC
dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan
pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
· Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan
disebut thermogelation
Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai berikut (Disperse system):

1. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan
terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila
terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan
kelarutan komponen gel berkurang.

2. Sineresis.
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang
terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel
terjadi tekananyang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme
terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis
pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan
jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju
permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.

3. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk
larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena
pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.

4. Efek elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana
koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi
elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun
diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan
adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya
pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.

5. Elastisitas dan rigiditas


Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan
atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam
tergantung dari komponen pembentuk gel.

20
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA

(Gel lebih kental daripada sol, karena gel tersusun oleh kerangka tiga dimensi gel yang
memiliki titik hubung yang banyak antar partikelnya, sedangkan sol memiliki titik
hubung /ikatan yang sedikit sehingga sol akan membentuk sistem yang lebih encer.
(Martin, Farmasi Fisik hal.1089).

6. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non –
Newton (menggunakan alat brookfield) yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas
dan peningkatan laju aliran.

E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi (Diktat Kuliah)

1. Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi,
dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang
mempunyai struktur tiga dimensi.
2. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada
kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat
anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
3. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formulasi.
4. Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida
bersifat rentan terhadap mikroba.
5. Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat
soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat
penggunaan topikal.
6. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan
viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
7. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat
terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air
mengambang diatas permukaan gel)
Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan
gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.

F. Komponen Gel
1. Gelling Agents (Pustaka : Dysperse System, vol. I, page 499-504)
Termasuk dalam kelompok ini adalah gum alam, turunan selulosa, dan karbomer.
Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang
membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel padat koloidal dapat
berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel.

Catatan: Pada pemilihan gelling agent perhatikan dengan pH stabilita dan


inkompatibilitasnya Berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent :

A. Polimer (gel organik)


a. Gum alam (natural gums)
Umumnya bersifat anionik (bermuatan negatif dalam larutan atau dispersi dalam
air), meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan netral, seperti guar gum.
Karena komponen yang membangun struktur kimianya, maka natural gum
mudah terurai secara mikrobiologi dan menunjang pertumbuhan mikroba. Oleh
karena itu, sistem cair yang mengandung gum harus mengandung pengawet

20
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA

dengan konsentrasi yang cukup. Pengawet yang bersifat kationik inkompatibel


dengan gum yang bersifat anionik sehingga penggunaannya harus dihindari.

Beberapa contoh gum alam :

i. Natrium alginat
· Natrium alginat 5-10% digunakan dalam sediaan semisolid.
· Tersedia dalam bebrapa grade sesuai dengan viskositas yang
terstandardisasi
yang merupakan kelebihan natrium alginat dibandingkan dengan
tragakan.

· Inkompatibel dengan derivat akridin, kristal violet, fenil merkuri asetat


dan
nitrat, garam kalsium, logam berat dan etanol dengan konsentrasi lebih
dari 5%.

· Natrium alginat pada pH 4-10, sedangkan pada pH 10 viskositas


menurun (HOPE hal 543-544)
ii. Karagenan
· Fraksi kappa dan iota membentuk gel yang reversibel terhadap
pengaruh panas.
· Semua karagenan adalah anionik. Gel kappa yang cenderung getas,
merupakan gel yang terkuat dengan keberadaan ion K. Gel iota bersifat
elastis dan tetap j ernih dengan keberadaan ion K.
· Konsentrasi karagenan yang digunakan 0,3-1%.
· Inkompatibel dengan material kationik
(HOPE hal101-102)

iii. Tragakan
· Menurut NF, didefinisikan sebagai ekstrak gum kering dari Astragalus
gummifer Labillardie, atau spesies Asia dari Astragalus.
· Digunakan sebanyak 5% sebagai gelling agent.
· Tragakan kurang begitu populer karena mempunyai viskositas yang
bervariasi. Viskositas akan menurun dengan cepat di luar range pH 4,5-7
rentan terhadap degradasi oleh mikroba. Selain itu pada pH 7, dapat
menurunkan efikasi benzalkonium klorida, klorobutanol, metil paraben,
fenol, dan fenil merkuri asetat. Viskositas juga dapat menurun dengan
penambahan alkali, atau NaCl (HOPE hal 655)
· Formula mengandung alkohol dan/atau gliserol dan/atau volatile oil
untuk
mendispersikan gum dan mencegah pengentalan ketika penambahan air.

· Kompatibel dengan garam konsentrasi tinggi, suspending agent


synthetic
(Acacia, CMC, pati,sukrosa), HOPE hal 655

iv. Pektin
Polisakarida yang diekstrak dari kulit sebelah dalam buah citrus yang banyak
digunakan dalam makanan. Merupakan gelling agent untuk produk yang bersifat
asam dan digunakan bersama gliserol sebagai pendispersi dan humektan.

· Gel yang dihasilkan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat karena air
dapat menguap secara cepat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya
proses sineresis.

20
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA

· Gel terbentuk pada pH asam dalam larutan air yang mengandung kalsium dan
kemungkinan zat lain yang befungsi menghidrasi gum.
b. Derivat selulosa

· Sifat fisik dari selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus substitusi. HPMC
merupakan derivat selulosa yang sering digunakan.
· Derivat selulosa rentan terhadap degradasi enzimatik sehingga harus icegah adanya
kontak dengan sumber selulosa. Sterilisasi sediaan atau penambahan pengawet
dapat mencegah penurunan viskositas yang diakibatkan oleh depolimerisasi oleh
enzim yang dihasilkan dari mikroorganisme. Misalnya : MC, Na CMC, HEC, HPC
· Sering digunakan karena menghasilkan gel yang bersifat netral, viskositas stabil,
resisten terhadap pertumbuhan mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film
yang kuat pada kulit ketika kering. Misalnya MC, Na CMC, HPMC
· CMC Na digunakan pada konsentrasi 3-6 %.Secara umum, CMC Na menunjukkan
viskositas maksimum pada pH 7-9 (HOPE hal97-99)
Inkompatibel dengan larutan asam, larutan garam, besi, dan beberapa metal lain (Al,
merkuri, zinc),HOPE hal99

· HPC stabil pada pH 6-8, inkompatibel dengan derivat fenol, seperti metil paraben
dan propil paraben, kehadiran polimer anionik akan meningkatkan viskositas HPC.
Kompatibel dengan garam inorganik(HOPE hal291)
· HEC memiliki pH stabilitas 2-12,Inkompatibel dengan zinc, inkompatibel parsial
dengan kasein, gelatin, MC,PVA, dan pati(HOPE hal 285)
· HPMC stabil pada pH3-11, inkompatibel dengan agen oksidator(HOPE 299)
c. Polimer sintetis (Karbomer = karbopol)

· Karbomer merupakan gelling agent yang kuat, membentuk gel pada konsentrasi
sekitar 0,5%. Dalam media air, yang diperdagangkan dalam bentuk asam bebasnya,
pertama-tama dibersihkan dulu, setelah udara yang terperangkap keluar semua, gel
akan terbentuk dengan cara netralisasi dengan basa yang sesuai.
· Dalam sistem cair, basa anorganik seperti NaOH, KOH, dan NH 4OH sebaiknya
ditambahkan.
· pH harus dinetralkan karena karakter gel yang dihasilkan dipengaruhi oleh proses
netralisasi atau pH yang tinggi.
· Viskositas dispersi karbomer dapat menurun dengan adanya ion-ion.
· Merupakan gelling agent yang kuat, maka hanya diperlukan dalam konsentrasi
kecil, biasanya 0,5-2 %(HOPE hal 89)
· Inkompatibel dengan fenol, polimer kationik, asam kuat, elektrolit kuat(HOPE
hal91)
B. Polietilen (gelling oil)
Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah tersebar,
dan membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel,
polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas 80 0C) kemudian
langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan kristal yang merupakan
pembentukan matriks.

C. Koloid padat terdispersi


· Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara pembentukan
jaringan karena gaya tarik-menarik antar partikel seperti ikatan hidrogen.
· Konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan nonpolar. Untuk cairan polar
diperlukan konsentrasi yang lebih besar untuk membentuk gel, karena adanya
kompetisi dengan medium yang melemahkan interaksi antar partikel tersebut.

20
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA

D. Surfaktan
Gel yang j ernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan
konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi tersebut
membentuk mikroemulsi. Karakteristik gel yang terbentuk dapat bervariasi dengan
cara meng-adjust proporsi dan konsentrasi dari komposisinya. Bentuk komersial yang
paling banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih rambut.

E. Gellants lain Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar
seperti beeswax, carnauba wax, setil ester wax.
F. Polivinil alkohol
PVA digunakan dalam emulsi pada konsentrasi 0,5 %. Inkompatibel pada konsentrasi
tinggi dengan garam inorganik terutama sulfat dan fosfat (HOPE hal 491-492). Untuk
membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat dan
plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam
beberapa grade yang berbeda dalam viskositas dan angka penyabunan.

G. Clays (gel anorganik)


Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga tidak cocok
digunakan pada kulit. Viskositas dapat menurun dengan adanya basa. Magnesium
oksida sering ditambahkan untuk meningkatkan viskositas. Bentonit harus disterilkan
terlebih dahulu untuk penggunaan pada luka terbuka. Bentonit dapat digunakan pada
konsentrasi 5-20%. Contohnya : Bentonit, veegum, laponite

Nama gelling agent Konsentrasi Cara pengembangan


(sering digunakan)

Hidroksi metil selulosa 1-3% HPMC dikembangkan menggunakan


(HPMC) air panas (60-70oC), serbuk
didispersikan secara merata diatas air
panas yang terdapat dalam wadah,
kemudian didiamkan selama satu
malam hingga terbasahi sempurna.
HPMC yang telah dikembangkan
diaduk hingga didapatkan basis gel
yang homogen

HPC 4-6% HPC dikembangkan menggunakan air


dingin. serbuk didispersikan merata
diatas air dingin yang terdapat dalam
wadah kemudian dibiarkan selama satu
malam hingga serbuk terbasahi
sempurna, HPC yang telah
dikembangkan diaduk hingga
didapatkan basis gel yang homogen

HEC Serbuk HEC didispersikan dengan


cepat kedalam air yang sedang diaduk
dengan cepat pada suhu kamar, ketika
HEC terbasahi sempurna, temperatur
larutan dinaikkan menjadi 60-70oC
untuk meningkatkan kecepatan dispersi.

20
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA

Karbomer:TEA (1::1) 0,5-2% Serbuk karbomer terlebih dahulu


didispersikan kedalam air yang sedang
diaduk. kuat, hati-hati jangan sampai
terbentuk gumpalan yang tidak
terdispersi, kemudian netralkan dengan
penambahan basa (bisa KOH, NaOH,
TEA, borax, Na bikarbonat)

CMC Na 3-6% Serbuk CMC Na didispersikan diatas


air dalam mortar hingga terbasahi
semua. aduk larutan CMC Na yang
telah terbasahi hingga terbentuk gel
yang homogen

2. Bahan tambahan

a. Pengawet

Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel
mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam
pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.
Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent :

· Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v
· Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau
asam benzoat 0,2 % w/v
· Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau
klorokresol 0,1-0,2 % w/v
· Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
· MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v
· Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v
· Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v
Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya
digunkan pelarut air yang mengandung metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025%
sebagai pengawet.

b. Penambahan Bahan higroskopis Bertujuan untuk mencegah kehilangan air.


Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %
c. Chelating agent Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap
logam berat. Contohnya EDTA
I . _F O R M U L A
A. Formula
Umum/standar R/ Zat
aktif
Basis gel
Zat tambahan

B. Formula Basis Gel


CONTOH BASIS FORMULA GEL
1. R/ Ichtimol 2g
Tragakan 5g
Alkohol 10 mL

20
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA

Gliserol 2g
Air hingga 100 g
Buat 50 g
Metoda pembuatan:
· Disiapkan untuk 60 g sebagai antisipasi kehilangan dalam proses
· Botol ditara dan siapkan mucilago tragakan dengan 33 mL air
· Ichtimol, gliserol dan 10 mL air dicampurkan, kemudian tambahkan mucilage tragakan,
lalu diaduk/dikocok
· Berat diadjust dengan air, kemudian dikocok kembali, lalu dimasukkan ke dalam wadah
Pembuatan mucilage tragakan :
· Pembawa disiapkan
· Botol bermulut lebar dikalibrasi, dikeringkan di dalam oven kemudian dinginkan
· Alkohol dimasukkan kemudian tambahkan tragakan (jangan terbalik karena akan
mengakibatakan terjadinya pengentalan) kemudian dilakukan pengocokkan untuk
mencampurkan
· Ditungkan kedalam wadah yang berisi pembawa, lalu ditutup dan dikocok segera
· Volume digenapkan, lalu dicampurkan dan dimasukkan kedalam wadah untuk
penyimpanan
2. R/ Na-alginat 7g
Gliserol 7g
Metal hidroksi 0,2 g
benzoate 0,05 g
Ca-glukonat 100 g
Air hingga
Catatan : basis ini harus disimpan semalam sebelum digunakan
Metoda pembuatan :
· Na-alginat dibasahkan dengan gliserol dalam mortir
· Pengawet dan Ca-glukonat dilarutkan ke dalam 80 mL air dengan bantuan pemanasan,
lalu dinginkan hingga 60°C dan diaduk atau distirer cepat
· Campuran Na-lginat-gliserol ditambahkan ke dalam vorteks dengan jumlah sedikit, lalu
diaduk lebih lanjut hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam wadah

C. Formula gel
(Pustaka : Liweberman, Herbert A., martin M. R., Gilbert S. B., 1989. Phamaceutical Dosage Forms
Disperse System, Vol II, Macel Dekker Inc., New york. Hal 504-506)
1. Gel minyak mineral
R/ Polietilen 10 %
Minyak mineral 90 %
Cara pembuatan ;
Dicampurkan dan aduk atau kocok. Campuran dipanaskan hingga 90 °C campur hingga
homogen, lalu dinginkan dengan cepat melalui pengadukan.
2. Gel efedrin sulfat
R/ Efedrin sulfat 10 g
Tragakan 10 g
Metil salisilat 0,1 g
Eucalyptol 1 mL
Minyak pine needle 0,1 mL
Gliserin 150 g
Air 830 g

20
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA
Cara pembuatan :
Efedrin sulfat dilarutkan ke dalam air dan ditambahkan gliserin, tragakan, kemudian komponen
lainnya. Campurkan dengan baik dan simpan dalam wadah tertutup baik selama 1 minggu dengan
pengadukan.
3. Clear gel
R/ Minyak mineral 10 %
Polioksietilen 10 oleil eter 20,7 %
Polioksietilen fatty gliserida 10,3 %
Propilen glikol 8,6 %
Sorbitol 6,9 %
Air 43,5 %
Cara pembuatan :
Semua komponen dipanaskan kecuali air hingga 90°C, kemudian air dipanaskan secara terpisah
hingga 85°C. Air dicampurkan ke dalam komponen lain tersebut dengan pengadukan, lalu dinginkan
hingga 60°C
4. Gel zinc oksida
R/ Karbomer 934 P (karbopol 934 P) 0,8 %
NaOH (larutan 10 %) 3,2 %
ZnO 20 %
Air 76 %
Cara pembuatan :
Karbomer didispersikan ke dalam air, kemudian ditambahakan NaOH dengan pengadukan yang
lambat untuk menghindari penyerapan /penjerapan udara. Kemudian tambahkan ZnO dan campurkan
hingga homogen.
5. Gel sun Screening
R/ Etanol 53 %
Karbomer 940 1%
Gliseril-p-amino benzoat 3%
Monoisopropanolamin 0,09 %
Air 52,91 %
Cara pembuatan :
Karbomer 940 didispersikan ke dalam alcohol dan giseril-p-amino benzoat dilarutkan ke dalm
larutan. Secara perlahan Monoisopropanolamin ditambahkan. Kemudian secara perlahanlahan
ditambahkan air dan dikocok dengan seksama untuk menghindari penyerapan udara, larutan akan
jernih dan terbentuk gel.
6. Gel hidroksi peroksida
R/ Poloksamer F-127 25 %
Hidrogen peroksida (larutan 30 %) 10 %
Air murni 65 %
Cara pembuatan :
Air dipanakan hingga 40-50° F dan disimpan pada wadah pencampuran. Poloksamer F-127
ditambahkan secara perlahan dengan pengadukan yang baik kemudian pengadukan dilakukan kembali
hingga larutan terbentuk. Temperatur dijaga pada suhu 50 ° F. Tambahkan larutan hydrogen peroksida
dingin secara perlahan dengan pengadukan yang baik. Lalu pindahkan ke dalam wadah dan disimpan
dalam temperatur ruangan hingga cairan menjadi gel yang jernih.
7. Basis clear Jelly
R/ Na-alginat 3g
Metil paraben 0,2 g
Natrium heksametafosfat 5g
Gliserin 10 g
Air murni 100 g
Cara pembuatan :
Metil paraben dilarutkan ke dalam gliserin dengan penambahan panas. Kemudian ditambahkan
air ke dalm gliserin yang hangat dengan pengadukanm yang cepat, kemudian Natrium
heksametafosfat dilarutkan ke dalam larutan. Lalu ditambahkan Na-alginat dengan pengadukan
cepat yang kontinu hingga terlarut sempurna.

31
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA
IV. PERHITUNGAN FORMULA
Perhitungan formula gel :
Mengacu pada salep! ! !

V. METODA DAN PROSEDUR PEMBUATAN


1. Sediaan yang akan dibuat adalah gel…..dengan kekuatan sediaan……..
2. Bobot sediaan gel dalam kemasan tube………g
3. Jumlah yang akan dibuat……..tube ditambah dengan kebutuhan evaluasi sebanyak….tube. Jadi
total yang akan dibuat……tube.
4. Jumlah gel yang akan dibuat adalah………..g (kapasitas minimal alat pengisi sediaan semisolid
250 g).
Proses pembuatan (Pustaka : Lachman, Disperse System Vol. 2):
1. Timbang sejumlah gelling agent sesuai dengan yang dibutuhkan
2. Gelling agent dikembangkan sesuai dengan caranya masing-masing
3. Timbang zat aktif dan zat tambahan lainnya
4. Tambahkan gelling agent yang sudah dikembangkan ke dalam campuaran tersebut atau
sebaliknya sambil diaduk terus-menerus hingga homogen tapi jangan terlalu kuat karena akan
menyerap udara sehingga menyebabkan timbulnya gelembung udara dalam sediaan yang
nantinya dapat mempengaruhi pH sediaan.
5. Gel yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi gel dan diisikan ke dalam tube sebanyak
yang dibutuhkan
6. Ujung tube ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wa dah ynag dilengkapi brosur dan
etiket
Wadah Gel
· Gel lubrikan harus dikemas dalam tube dan harus disterilkan
· Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube steril.
· Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas dalam tube atau pot salep.
· Wadah harus diisi cukup penuh dan kedap udara untuk mencegah penguapan.

V I . PEMBUATAN GEL STERIL


Metoda sterilisasi :
Gel steril digunakan untuk penggunaan mata dan untuk lubrikan alat/kateter yang dimasukkan ke dalam
tubuh. Gel disterilkan dengan metoda sterilisasi awal yaitu bahan awal disterilkan masingmasing
kemudiaan dibuat secara aseptic. Gel kemudian di masukkan ke dalam wadah yang steril.
Cara lain gel dapat disterilkan dengan metoda sterilisasi akhir dengan radiasi sinar gamma Co 60.
Metoda sterilisasi wadah
Wadah untuk gel sterl adalah tube yang terbuat Dari logam. Tube disterilkan dengan metoda panas
kering, yaitu dengan pemanasan 160° C selama 1 jam.
Contoh formula gel steril : Pilokarpin Hidroklorida (Sediaan Gel untuk Mata)
R/ Pilokarpin HCl (zat aktif) 4%
Benzalkonium klorida (pengawet) 0.08%
Dinatrium edetat (chelating agent)
Karbomer 940 (gelling agent)
Natrium hidroksida (adjust pH) qs
dan atau
Asam Hidroklorida (adjust pH) qs
Air murni (purified water) qs 100 mL
Cara Pembuatan :

Karbomer didispersikan ke dalam sebagian air dan disterilisasi dalam autoklaf. Pilokarpin HCl,
dinatrium edetat, dan benzalkonium klorida dilarutkan dalam air yang berbeda. Larutan ini kemudian
disterilisasi dengan metode filtrasi membran. Dispersi karbomer kemudian ditambahkan ke dalam larutan
pilokarpin pada kondisi aseptik. Volume akhir disesuaikan dengan menambahkan air steril, juga
dilakukan pada kondisi aseptik. Produk yang sudah jadi kemudian diisikan ke dalam tube gel untuk mata
yang sebelumnya sudah disterilkan, dilakukan pada kondisi aseptik.

31
29
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA
Pustaka : Avis, Lieberman, Lachman, 1993. Pharmaceutical Dosage Forms, Parenteral Medication,
Vol. I, 2nd Ed. Hal. 576

VI. EVALUASI GEL

(Total perkiraan yang dibutuhkan 20 tube)

A. Evaluasi fisik

1. Penampilan (Diktat teknologi likuida dan semisolid hal.127)


Yang dilihat penampilan, warna dan bau.

2. Homogenitas ( Diktat teknologi likuida dan semisolid hal.127)


Caranya: oleskan sedikit gel diatas kaca objek dan diamati susunan partikel yang terbentuk atau
ketidak homogenan.

3. Viskositas/rheologi (lihat lampiran martin, Farfis hal 501)


Menggunakan viscometer Stromer dan viscometer Brookfield

4. Distribusi ukuran partikel


Prosedur :

· sebarkan sejumlah gel yang membentuk lapisan tipis pada slide mikroskop
· Lihat di bawah mikroskop
· Suatu partikel tidak dapat ditetapkan bila ukurannya mendekati sumber cahaya
· Untuk cahaya putih, suatu mikroskop bisa dapat mengukur partikel 0,4 – 0,5 µm. Dengan
lensa khusus dan sinar UV, batas yang lebih rendah dapat diperluas sampai 0,1

5. Uji Kebocoran ( Lihat Lampiran FI IV Hal. 1096)


6. Isi minimum (Lihat Lampiran FI IV hal.997)
7. Penetapan pH (Lihat Lampiran FI IV hal 1039)
8. Uji pelepasan Bhan aktif dari sediaan gel (Pustaka TA Ivantina “Pelepasan Diklofenak
Dari Sediaan Salep ”)
Prinsip : mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan gel dengan cara mengukur
konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima pada waktu-waktu tertentu

9. Uji difusi bahan aktif dari sediaan gel (Pustaka TA Sriningsih “Kecepatan difusi
kloramfenikol dari sediaan salep”)
Prinsip : Menguji difusi bahan aktif dari sediaan gel menggunakan suatu sel difusi dengan cara
mengukur konsentrasi bahan aktif dalam cairan penerima pada selang waktu tertentu)

10. Stabilitas gel (Dosage Form, disperse system vol.2 hal 507) 1 tube
a. Yield value suatu sediaan viskoelastis dapat ditentukan dengan menggunakan penetrometer.
Alat ini berupa logam kerucut atau j arum. Dalamnya penetrasi yang dihasilkan dilihat dari
sudut kontak dengan sediaan diwawah suatu tekanan. Yield value ini dapat dihitung dengan
rumus :

K1.m.g
So =
p.n

So = yield value
m = massa kerucut dan fasa gerak (g)
g = percepatan gravitasi
p = dalamnya penetrasi (cm)
n = konstanta material mendekati 2
Cos 2 .cos α
K1 =
π2

31
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ 2007/2008 SEMISOLIDA
Yield value antara 100-1000 dines/cm 2 menunjukkan kemampuan untuk mudah tersebar.
Nilai dibawah ini menunjukkan sediaan terlalu lunak dan mudah mengalir., diatas nilai ini
menunjukkan terlalu keras dan tidak dapat tersebar.

b. Dilakukan uji dipercepat dengan :

· Agitasi atau sentrifugasi (Mekanik)


Sediaan disentrifugasi dengan kecepatan tinggi (sekitar 30000 RPM). Amati apakah
terjadi pemisahan atau tidak (Lachman hal 1081)

· Manipulasi suhu
Gel dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50, 60, 70 ° C.
Amati dengan bantuan indicator (seperti sudan merah) mulai suhu berapa terjadi
pemisahan, makin tinggi suhu bearti makin stabil)

B. Evaluasi kimia
Identifikasi zat aktif (sesuai dengan monografi FI IV/kompendia lain)
Penetapan kadar zat aktif (sesuai dengan monografi FI IV/kompendia lain)

C. Evaluasi biologi
· Uji penetapan potensi antibiuotik (lihat lampiran FI IV hal 891)
· Uji sterilitas ( lihat lampiran FI IV, hal 855)

31

Anda mungkin juga menyukai