I.
TUJUAN PRAKTIKUM
Dapat menentukan formula yang tepat, membuat sediaan dan mampu megevaluasi
sediaan steril berupa gel mata dengan bahan aktif Pilokarpin HCl 0,675% dengan
teknik aseptik.
AI.
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Sediaan setengah padat terdiri dari : salep, krim, pasta, jeli, cerata dan
kataplasma. Salep yang digunakan untuk mata dibuat khusus dan disebut
okulenta. Salep dibuat dengan substansi berlemak seperti adeps lanae,
vaselinum dan minyak mineral, (Kemenkes RI, 2014).
Gel kadang-kadang disebut Jeli/Jelly, merupakan sistem semi padat
terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel
terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai
sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Dalam sistem dua
fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadangkadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel
maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika
dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu
sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada
etiket. (Kemenkes RI, 2014).
Gel fase tungal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba
sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara
molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya
Tragakan). Sediaan tragakan disebut juga mucilago. Walaupun gel-gel ini
umumnya mengandung air, etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase
pembawa. Sebagai contoh, minyak mineral dapat dikombinasi dengan resin
polietilena untuk membentuk dasar salep berminyak. Gel dapat digunakan
untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang
tubuh, (Kemenkes RI, 2014).
BI.
TINJAUAN PUSTAKA
-
Jelaskan mengenai efek farmakologi dan dosis penggunaan bahan aktif untuk
injeksi atau infus berdasarkan pustaka
Gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan, (Kemenkes RI, 2014). Gel dapat diberikan
untuk
penggunaan
topikal
atau
dimasukkan
ke
dalam
lubang
tubuh.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, dalam botol bermulut lebar terlindung
dari cahaya, ditempat sejuk, (Syamsuni, 2007).
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem sediaan setengah padat yang terdiri
dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan. Gel dalam makro
molekulnya disebarkan ke seluruh cairan sampai tidak terlihat ada batasan di
antaranya, cairan ini disebut gel satu fase. Dalam hal di mana massa gel terdiri
dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan
sebagai sistem gel dua fase dan sering pula disebut magma atau susu. Gel dan
magma dianggap sebagai dispersi koloid oleh karena masing-masing mengandung
partikel-partikel dengan ukuran koloid. (Ansel, 390-391)
Dalam basis gel diperlukan suatu bahan pembentuk gel yang disebut gelling
agent. Gel biasanya bersifat transparan, tembus cahaya dan jernih. Tapi dalam hal
tertentu gel akan keruh bila:
1. Gelling agent tidak mampu melarutkan seluruh bahan aktif (hanya terdispersi
dalam bentuk koloidal).
2. Gel berasal dari agregat yang terdispersi homogen (biasanya gelling agent dari
golongan anorganik yang tidak larut).
3. Mengandung fase minyak (emulgel)
Ada beberapa penggolongan gel yaitu:
1. Berdasarkan sifat fasa koloid, yang terdiri dari :
a. Gel anorganik
b. Gel organik
2. Berdasarkan sifat pelarut, yang terdiri dari:
a. Hidrogel (Pelarut air)
Contoh : bentonit magma, gelatin gel.
b. Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik)
Contoh : plastibase, petrolatum dan dispersi logam stearat dalam minyak.
c. Xerogel
Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa
kering dan polystyrene.
d. Emulgel
Emulgel adalah emulsi baik O/W maupun W/O yang dibuat gel dengan
mencampurkannya dengan gelling agent. Keunggulan emulgel memiliki
kelebihan daya hantar obat yang baik seperti gel maupun emulsi.
3. Berdasarkan bentuk struktur gel, yang terdiri dari:
a. Kumparan acak
Contoh: struktur dibentuk oleh gelling agent golongan polimer sintetik
dan derivat selulosa, penambahan selanjutnya akan meningkatkan sifat
viskoelastis dan ketegaran masa gel.
b. Heliks
Jalinan antara dua rantai polimer. Contoh: struktur dibentuk oleh gelling
agent golongan gom xanthan dan polisakarida.
c. Batang
Yaitu ikatan silang polimer dengan kation valensi 2. Contoh: Kalsium
alginat
d. Bangunan kartu
Koloid positif dan negatif bergabung pada permukaan datar koloid.
4. Berdasarkan jenis fase terdispersi, yang terdiri dari:
a. Sistem satu fase
b. Sistem dua fase
Ada 2 macam basis gel yaitu gel hidrofobik dan gel hidrofilik :
1. Gel hidrofobik (organogel) adalah sediaan dengan basis yang biasanya mengadung
parafin cair dengan polietilen atau minyak lemak membentuk gel dan silika
koloidal atau aluminium atau sabung seng.
2. Gel hidrofilik (hidrogel) adalah sediaan dengan basis yang biasanya mengandung
air, gliserol atau propilen glikol membentuk gel dengan gelling agent (pembentuk
gel) yang sesuai seperti tragakan, pati, derivat selulosa, polimer karboksivinil, dan
magnesium-aluminium silikat. (Anonim, 2013)
Sifat dan Karakteristik Gel :
1.
Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi
larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi
diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.
Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di
dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel
berkurang
2. Sineresis
Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel, akibat
adanya kontraksi di dalam massa gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi
tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar Mekanisme
terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan
elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan
mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan
bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun
organogel.
3. Efek suhu
Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga
pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer
separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan
yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel.
4. Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik
dimana koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan
konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi
waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat
akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang
disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai
kalsium alginat yang tidak larut.Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi satelah pemanasan hingga
suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada
air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada
peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
5. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan
aliran non Newton (menggunakan alat brookfield) yang dikarakterisasi oleh
penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran. (Anonim, 2013)
6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelation, (Lachman, 1994).
Wadah gel :
1. Gel lubrikan harus dikemas dalam tube dan harus disterilkan.
2. Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube steril.
3. Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas dalam tube atau pot salep.
4. Wadah harus diisi cukup penuh dan kedap udara untuk mencegah penguapan.
(Anonim, 2013)
IV.
FORMULASI
1. Bahan aktif
Bahan aktif
Pemerian
Kelarutan
Stabilita
Panas
Hidrolisis/Oksidas
i
Cahaya
pH sediaan injeksi
Kesimpulan
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Garam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) :
gel
Cara sterilisasi sediaan : panas kering (Oven suhu 160oC, 2 jam)
Kemasan : Wadah kedap udara terlindung dari cahaya (USP 30)
Daftar Pustaka :
-
Kesehatan.
The Council of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. The
Pharmaceutical
Codex,
12th
ed.,
Principles
and
Practice
of
Kelarutan
Stabilitas
Panas
Hidrolisis/oksidas
Cahaya
pH sediaan injeksi
Kegunaan
Inkompatibilitas
tidak
kompatibel
tertentu
protein
bermuatan
positif.
Dinatrium EDTA
Pemerian
Kelarutan
Stabilita
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
pH sediaan injeksi
243)
dipanaskan sampai 120oC.dengan autoklaf.
Tidak ditemukan di pustaka HOPE, FI.
Inkompatibilitas
asam
lemah,
Kelarutan
Ed. p. 56)
Praktis tidfak larut dalam eter;nsangat larut dalam
aseton, etanol (95%), metanol, propanol dan air.
(HOPE 6th Ed. p. 56)
Stabilitas
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
pH sediaan injeksi
Kegunaan
Inkompatibilitas
kapas,
fluorescein,
hypromellose,
(9)
iodida,
surfaktan
nonionik
hidrogen
kaolin,
peroksida,
lanolin,
dalam
nitrat,
konsentrasi
campuran
karet,
danbeberapa
campuran
cara
destilasi/reverse
osmotik,
th
tidak
Ed. p.
769)
Terlarut dalam sebagian besar pelarut organik.
(HOPE 6 th Ed. p. 769)
Stabilitas
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
pH sediaan injeksi
Kegunaan
Inkompatibilitas
lain
yang
rentan
terhadap
hidrolisis
Kelarutan
Stabilitas
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
pH sediaan injeksi
Kegunaan
V.
PENDEKATAN FORMULA
No. Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
1.
Pilokarpin HCl
3,88 %
Bahan aktif
Benzalkonium klorida
0,02%
Pengawet
Na2.EDTA
0,1%
Pengkompleks
2.
3.
4.
Gliserin
3%
Emolien
40%
Pelarut
5.
6.
Na.CMC 5%
7.
H HCl 0,1 N/NaOH 0,1 N
VI.
Ad 100%
qs
Pembawa
Adjust pH (bilaperlu)
VII.
PENIMBANGAN
Dibuat 3 tube (@ 5 g) , tiap tube dilebihkan 10% = 5,5 g
3 x 5,5 g = 16,5 gram
Total bobot dilebihkan 50%, 16,5 g + (50% x 16,5 g) = 24,75 g ~ 30 g
Penimbangan dibuat sebanyak 30 g berdasarkan pertimbangan isi
minimum terpindahkan dan kehilangan selama proses produksi.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Nama Bahan
Na. CMC :
6.
Na. CMC 5%
VIII. STERILISASI
a. Alat
Air : 20 ml
Dibuat 30 g
5g
x 30 g=1,5 g
100 g
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
Nama Alat
Jm
Cara Sterilisasi
Waktu Sterilisasi
l
Mortir + stamper
Kaca arloji
1
2
Pipet tetes
Beaker glass 50 ml
Spatel logam
1
3
6.
Karet pipet
7.
Batang pengaduk
3
3
1 jam
170oC)
Panas kering (Oven,
1 jam
170oC)
Panas kering (Oven,
1 jam
170oC)
Panas lembab (Autoklaf,
15 menit
121oC, 15 psi)
Panas kering (Oven,
1 jam
170oC)
Desinfeksi (wadah berisi
24 jam
alkohol 70%)
Panas kering (Oven,
1 jam
170oC)
b. Wadah
No.
Nama alat
Jumlah
1.
Tube logam
2.
Tutup tube
c. Bahan
No
IX.
Nama Bahan
Jumlah
.
1.
Pilokarpin HCl
1,166 g
2.
Benzalkonium klorid
0,006 g
3.
Na2EDTA
0,03 g
4.
Gliserin
0,9 g
5.
6 ml
6.
Na.CMC 5%
30 g
PROSEDUR PEMBUATAN
RUANG
PROSEDUR
1. Dicuci bersih dan dikeringkan semua wadah dan alat yang akan
dipakai.
2. Wadah dan alat yang telah dikeringkan dibungus dengan kertas
perkamen dan direkatkan dengan selotip.
3. Sterilisasi dilakukan dengan :
- Sterilisasi panas lembab
Dilakukan sterilisasi pada beaker glass, gelas ukur, bahan seperti
gliserin, benzalkonium klorid, aqua pro injeksi dangelling agent
Grey Area
(Sterilisasi)
tekanan 15 psi.
-
selama 1 jam.
Desinfeksi
Direndam tutup tube dalam wadah berisi alkohol 70% selama 1x24
jam.
1. Ditimbang bahan-bahan yang ditmbang dengan kaca arloji steril :
- Pilkarpin HCl sebanyak 1,166 gram
- Benzalkonium klorida sebnayak 0,006 gram
- Na2EDTA sebanyak 0,03 gram
- Gliserin sebanyak 0,9 gram
Grey Area
- Aqua pro injeksi sebnayak 6 ml
(Penimbangan)
- Na.CMC sebanya 1,5 gram dan air sebanyak 20 ml
2. Kaca arlogi yang telah berisi bahan ditutup menggunakan alumunium
foil dan dieri nama serta jumlahnya, dimasukkan ke white area
meggunakan pass box.
1. Aquadest sebanyak 100 ml disterilkan dengan autoklaf pada suhu
White Area
Grade C
(Pembuatan
aqua pro injeksi)
White Area, 1.
Grade A
Background B 2.
(Pembuatan 3.
gelling agent) 4.
gerus ad homogen.
3. Larutkan benzalkonium klorida dengan 1 ml aqua pro injeksi di
Background B
(Pencampuran
bahan)
Grade C
(Evaluasi)
X.
Jenis
Prinsip evaluasi
evaluasi
FISIKA
1.
Organoleptis
Dilakukan
Jumlah
Hasil
sampel
pengamatan
pengujian
2.
Uji pH
Syarat
Warna:
Warna:
keruh
transparan
Tidak
Brimonidine
Berbau
Dilakukan dengan pH
meter (Kemenkes RI,
2014).
Menggunakan indikator
pH
meter
dengan
mengencerkan
1 tube
8,93
pH sediaan
3,5 5,5
gel
Viskositas
air.
Penentuan
kekentalan
sediaan
4.
Isi minimun
dengan
1 tube
W1 = 5,495 Tidak ada
gram.
W2 = 5,424 pun
dihitung
Homogenitas
viscometer stormer.
Tube kosong, bersih
ditimbang.
5.
Kemudian
selisih
tube
3 tube
gram.
satu wadah
yang
bobotnya
gram.
bobot yang
kosong.
Rata rata :
tertera
Ditentukan berdasarkan
5,486 g
Ukuran
pada etiket.
Ukuran
partikel
partikel
distribusi
ukuran
terlihat
terlihat
partikelnya
dengan
homogen
homogen
pengambilan
sampel
(seragam).
(seragam).
1 tube
6.
Uji
visual.
Menggunakan vacuum
Tidak
kebocoran
mengalami
tube
tube
mengalami
dan
tube.
kecepatan
Bahan aktif
dari sediaan
dari
kebocoran
berwarna
biru.
Uji pelepasan Mengukur
bahan
sediaan
yang
krim
digunakan
mudah
konsentrasi
terlepas
zat
aktif
dari
sediann
apabila
waktu
tunggu
semakin
kecil.
8.
dari dari
sediaan
krim
dengan
mengukur
bahan
cara
konsentrasi
aktif
Vield value
dalam
sediaan
ditentukan
dapat
dengan
antara 1001000
dines/cm3
penetrometer.
Dilakukan
uji
dipercepat
dengan
menunjukk
an
agitasi/sentifungal yaitu
kempuan
untuk
dengan
kecepatan
mudah
tersebar.
1081)
KIMIA
10. Identifikasi
zat aktif
Dengan
Pada
spektrofotometri
sediaan
inframerah.
terdapat zat
aktif
Brimonidin
11.
Penetapan
Titrasi
dengan
kadar
perklorat 0,1 N
e.
Kadar
asam
-
zat
aktif
sebesar
3%.
BIOLOGI
12. Uji
Pengawet
adalah
efektivitas
anti
mikroba
pengawet
ditambahkan
zat
Harus
yang
ditujukan
pada
untuk
semua
1354)
produk
melindungi
sediaan
terhadap pertumbuhan
masuk
dosis
ganda.
secara
Uji Sterilitas
sesudah
produksi.
Melihat
proses
ada/tidak
Tidak
adanya
partikel
terjadi
mikroba
dengan
petumbuha
inokulasi mikrobiologi
langsung/filtrasi secara
aseptik
n mikroba
selama
atau
setelah
inokulasi
XI.
PEMBAHASAN
Dibuat sediaan gel steril Pilokarpin HCl. Pilokarpin HCl merupakan zat
memiliki efek farmakologi untuk mengobati konjungtiva pada mata. Shingga
dalam pembuatannya dibutuhkan teknologi steril dan di sterilisasi.
Pilokarpin HCl merupakan salah satu obat dengan golongan obat keras.
Menurut Undang-undang, yang dimasksud dengan obat keras adalah oabt
dengan daftar G = Geverlijk = berbahaya adalah semua obat yang :
mempunyai takaran/dosis maksimum (DM) atau yang tercantum dalam daftar
obat obat keras yang ditetapkan pemerintah, diberi tanda khusu lingkaran bulat
dengan garis tepi berwarna hita, dan terdapat huruf K didalamnya yang
menyentuh garis tepinya, semua obat baru yang kecuali dinyatakan lain oleh
pemerintah
(Depkes
RI)
tidak
membahayakan,
semua
sediaan
XII.
KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan steril injeksi/ infus adalah sebagai berikut.
No
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
.
1.
Pilokarpin HCl
1,166 g
Bahan aktif
2.
Benzalkonium klorid
0,006 g
Pengawet
3.
Na2EDTA
0,03 g
pengkelat
4.
Gliserin
0,9 g
Emolien
5.
6 ml
Pelarut
6.
Na.CMC 5%
30 g
Gelling agent
Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan gel steril Pilokarpin HCl adalah
dengan teknik aseptik.
Dari evaluasi didapatkan bahwa sediaan gel yang dibuat adalah sediaan tidak
memenuhi syarat karena pH sediaan berbeda jauh dan sangat basa.
GmbH, Possneck
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,
Eropa.
Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
Complete
Drug
Reference
Tjay Tan Hoan, Tahardja Kirana. 2007. Obat-Obat Penting (Khasiat, Cara
penggunaan dan efek-efek sampingnya), Edisi keenam. Jakarta. PT ELEX
MEDIA KOMPTINDO KELOMPOK KOMPAS-GRAMEDIA.
ETIKET
KEMASAN
BROSUR
PinGel
Pilokarpin HCl gel mata steril
Mengandung Pilokarpin HCl 3%,
Benzalkonium klorida 0,02%, .
Komposisi:
Tiap 10 ml larutan mengandung
Pilokarpin HCl 3%
Benzalkonium klorida 0,01 %
Na2EDTA 0,1%,
Gliserin 3%,
Gelling Agent
Mekanisme kerja:
Menurunkan tekanan intraokular, kontraksi
sfinkter iris dan otot iris sehingga kontriksi
pupil
Indikasi:
Midriasis karena Atropin,
Untuk glaukoma dan sebelum pembedahan
glaucoma sudut terbuka.
Kontraindikasi:
Pasien resiko retinal detachment
Efek samping:
Iritasi dan efek miosis awal
Peringatan dan Perhatian:
Jangan digunakan bila gel berubah warna
dan keruh, Untuk mencegah kontaminasi
jangan memegang ujung mulut tube, tube
ditutup rapat, jauhkan dari jangkauan anakanak, bila terasa sakit, gangguan
penglihatan, pemerahan (iritasi lanjut) yang
makin parah lebih
dari 72 jam hentikan pemakaian dan segera
hubungi dokter.
Dosis:
Diaplikasikan pada mata/mukosa mata
banyak 1,5 cm pada waktu tidur.
Penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar, terlindung
dari cahaya, ruang bersih dan kering.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
No.Reg : DKL1505500330A1
Meg. Date : November 2015
Exp. Date : November 2016
PT.PHARAFAM FARMA
Bandung - Indonesia