Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA


Sediaan Emulsi dengan Bahan Aktif Oleum maydis

Disusun oleh:

Ismi Fildzah Putri


P17335114055
KELOMPOK 7
I-A
Dosen Pembimbing :

Patihul Husni, M.Si., Apt

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2015

SEDIAAN EMULSI Oleum maydis 33,33%

I.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Dapat membuat formula mengevaluasi sediaan emulsi dengan bahan aktif
Oleum maydis 33,33%.

II.

LATAR BELAKANG
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Ada 2 tipe emulsi yaitu oil in water
(o/w) atau minyak dalam air (m/a) dan emulsi water in oil (w/o) atau air dalam
minyak (a/m). (Kemenkes RI, 2014)
Oleum maydis 33,33% emulsi cair adalah bentuk sediaan emulsi yang
digunakan secara oral. Bahan dalam/fase dispersi emulsi ini adalah Oleum maydis
(minyak jagung). (Rowe, dkk, 2009) Minyak jagung diperoleh dari Zea mays
Linne' (Fam. Gramineae), yang mengandung hampir 50% dari minyak tetap
dibandingkan dengan 3,0-6,5%. Minyak diperoleh dari embrio ekspresi dan / atau
ekstraksi pelarut. Penghilangan melibatkan penghapusan bebas asam lemak,
fosfolipid, dan kotoran; decolorizing dengan adsorben padat; dewaxing oleh
dingin; dan deodorisasi pada suhu tinggi dan di bawah vakum. (Rowe, dkk, 2009)
Minyak jagung digunakan terutama dalam formulasi farmasi sebagai pelarut
untuk injeksi intramuskular atau untuk sediaan topikal. Emulsi yang mengandung
minyak jagung hingga 67% juga digunakan sebagai suplemen gizi oral. Ketika
dikombinasikan dengan surfaktan dan polimer pembentuk gel, digunakan untuk
merumuskan vaksin hewan. Minyak jagung memiliki sejarah panjang digunakan
sebagai minyak goreng dan mungkin digunakan di sediaan tablet atau kapsul
untuk pemberian oral. (Rowe, dkk, 2009)
Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan emulsi dengan bahan aktif
minyak jagung. Minyak jagung atau corn oil merupakan salah satu sumber
minyak nabati yang sangat potensial khususnya sebagai bahan oleopangan dan
oleokimia. (Anonim, 2009) Minyak jagung memiliki kandungan karbohidrat dan
protein di dalamnya. Minyak jagung terdiri dari asam lemak tak jenuh dan
terdapat sejumlah kalori yang berasal dari lemak tersebut. (Anonim, 2014)

Manfaat minyak jagung diantaranya : Antikanker; asam fenolik yang


terkandung cukup banyak di dalam minyak jagung efektif berfungsi sebagai
antikanker payudara dan hati, kaya akan asam linoleat yang merupakan
katalisator asupan vitamin D dalam tubuh, akan vitamin B12 yang mampu
mencegah anemia dan mampu menjaga keseimbangan sel tubuh, sumber serat
yang berfungsi sebagai pencegah beberapa penyakit, kaya akan mineral; seperti
magnesium, fosfor, mangan, besi, seng, dan tembaga yang bermanfaat menjaga
kesehatan tubuh, dan kaya akan vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan
serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh. (Anonim, 2014)
Sediaan ini diindikasikan sebagai multivitamin/suplemen vitamin dalam
meningkatkan kekebalan tubuh dari salah satu zat yang terdapat dalam minyak
jagung tersebut yaitu vitamin E. (Anonim, 2014) Vitamin E berperan sebagai
antioksidan dan dapat melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal
bebas. Vitami E melindungi asam lemak tak jenuh pada membran fosfolipid.
(Mardjono, 2007) Dengan mekanisme kerja berdaya melindungi trombosit
terhadap oksidasi dan dengan demikian dapat mencegah terjadinya trombin dan
trombose sehingga melancarkan sirkulasi darah, menstimulan pernapaan sel dan
menghambat pembentukan parut (bekas luka). (Hoan dan Kirana, 2007)
Pembuatan sediaan emulsi ini adalah untuk mendapatkan preparat atau
sediaan yang stabil dan merata atau homogen dari campuran 2 cairan yang saling
tidak bisa bercampur. Tujuan pemakaian emulsi diantara, untuk dipergunakan
sebagai obat dalam atau digunakan per oral umumnya emulsi tipe o/w. Untuk
dipergunakan sebagi obat luar atau topikal bisa dengan tipe o/w atau tipe w/o
tergantung oleh banyak faktor misalnya sifat zatnya atau efek terapi yang
dikehendaki. Sediaan ini mengandung bahan aktif, emulgator, pelarut (digunakan
air), dan beberapa bahan tambahan lain seperti pemanis, pengawet, antioksidan,
pewarna, dan perasa. (Syamsuni, 2007)
III.

TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fasen
terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi
minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase
terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa,
sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan

penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes


kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang
memisah. (Kemenkes RI, 2014)
Keuntungan dan kerugian emulsi :
-

Keuntungan sediaan Emulsi :


Menutupi rasa minyak yang tidak enak.
Lebih mudah dicerna dan diabsorpsi karena ukuran minyak diperkecil.
Memperbaiki penampilan sediaan karena merupakan campuran yang
homogen secara visual.
Meningkatkan stabilitas obat yang lebih mudah terhidrolisa dalam air.
Kerugian sediaan Emulsi :
Sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan tablet.
Sediaan emulsi mempunyai stabilitas yang rendah daripada sediaan
tablet karena cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri.
Takaran dosisnya kurang teliti. (Syamsuni, 2007)
Bahan-bahan pengemulsi (emulgator) terbagi menjadi 2, emulgator alam dan

emulgator sintetis (emulgator buatan). (Syamsuni, 2007)


- Emulgator Alam, yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang
rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :
Emulgator dari tumbuh-tumbuhan, pada umumnya golongan karbohitrat
dan merupakan emulsi tipe o/w, dangat peka terhadap elektrolit dan
alkohol kadar tinggi dan dapat dirusak oleh bakteri. Contoh : gom arab

dan tragakan.
Emulgator hewani, contoh : kuning telur dan adeps lanae (lemak buku

domba).
Emulgator dari mineral, contoh : Magnesium alumunium silikat

(veegum) dan bentonit.


Emulagtor Buatan, contoh : Sabun (sangat banyak dipakai untuk sediaan
topikal, sangat peka terhadap elektrolit); Tween 20, 40, 60, 80; dan Span 20,
40, 80. Emulgator ini dapat dikelompokkan menjadi Anionik (sabun alkali,
Na-lauril sulfat), Kationik (senyawa ammonium kuartener), Nonionik
(Tween dan Span), dan Amfoter (protein, lesitin). (Syamsuni, 2007)
Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar

permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik di
sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan
antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama

pencampuran. Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat digunakan


bersama surfaktan pada emulsi minyak dalam air (m/a) karena akan terakumulasi
pada antar permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga
mengurangi kecepatan pembentukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti
dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran
dan yang miskin akan tetesan. (Kemenkes RI, 2014)
Secara normal kerapatan minyak lebih rendah dari pada kerapatan air,
sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim.
Makin besar kecepatan agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula
kecepatan pembentukan krim. Tetesan air dalam emulsi air dalam minyak
biasanya membentuk sedimen disebabkan oleh kerapatan yang lebih besar.
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga
krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi,
berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan
menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. (Kemenkes RI, 2014)
Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting dalam emulsi
minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur
dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat
fungistatik dan bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahan
pengemulsi nonionik dan anionik, gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam
seperti tragakan dan gom guar. Kesulitan muncul pada pengawetan sistem emulsi,
sebagai akibat memisahnya bahan antimikroba dari fase air yang sangat
memerlukannya, atau terjadinya kompleksasi dengan bahan pengemulsi yang akan
mengurangi efektivitas. Karena itu, efektivitas sistem pengawetan harus selalu
diuji pada sediaan akhir. Pengawet yang biasa digunakan dalam emulsi adalah
metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben, asam benzoat, dan senyawa amonium
kuaterner. (Kemenkes RI, 2014)
Emulsi merupakan sistem koloid yang banyak terdapat pada bahan pangan,
kosmetik dan obat-obatan. Seperti juga pada sistem minyak utuh, reaksi oksidasi
lipid juga dapat terjadi dalam sistem emulsi minyak-air, bahkan dilaporkan sistem
emulsi lebih mudah mengalami oksidasi atau mempunyai stabilitas oksidatif lebih
rendah dibandingkan minyak utuh (Schwarz et al., 2000; Huang et al., 1996).
Salah satu cara yang sering digunakan dalam mencegah terjadinya oksidasi pada
pangan berlipid adalah aplikasi antioksidan. Penggunaan antioksidan dapat

menghambat terjadinya ketengikan, menghambat pembentukan produk oksidasi


yang bersifat toksik yang diikuti dengan penurunan kualitas gizi serta untuk
memperpanjang masa simpan makanan. (Anonim, 2008)
Cara Pembuatan Emulsi :
Dikenal tiga metode dalam pembuatan emulsi, secara singkat dapat
dijelaskan sebagai berikut :
-

Metode Gom Kering atau Metode Kontinental


Dalam metode ini, zat pengemulsi (biasanya Gom Arab) dicampur dengan
minyak terlebih dahulu, kemudian ditambah air untuk membentuk corpus

emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.


Metode Gom Basah atau Metode Inggris
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut
dalam air) agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan
minyak dicampurkan untuk membentuk corpus emulsi, kemudian diencerkan

dengan sisa air.


Metode Botol atau Metode Forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke
dalam botol kering. Ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian
campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi
sedikit sambil dikocok. (Syamsuni, 2007)
Adapun metode lain yang dapat digunakan jika menggunakan emulgator

surfaktan seperti Tween dan Span yaitu dengan metode surfaktan.


- Metode HLB (Hidrofil Lipofil Balance)
Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan
yang memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu
dilakukan perhitungan harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan
pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang sesuai dengan HLB fase
internal. Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok, maka selanjutnya
dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan.
Umumnya emulsi akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator
diantara 9 12 dan emulsi tipe A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3 6.
(Syamsuni, 2007)
Dihitung jumlah surfaktan terlebih dahulu dengan perhitungan aligasi atau
substitusi sesuai dengan harga HLB butuh minyak yang dipakai. Bahan yang
larut minyak dicampurka dengan fase minyak (Span) dan bahan yang larut
air dicampurkan dengan fase air (Tween). Kemudian panaskan masing-

masing fase pada suhu 60o-70oC, kemudian dicampurkan kedua fase sambil
digerus (distier) dengan kecepatan tinggi selama waktu tertentu hingga
terbentuk corpus emulsi. (Anonim, 2015)
Stabilitas Emulsi :
-

Jika didiamkan tidak membentuk agregat.


Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi

lagi.
Jika terbentuk agregat, jika dikocok akan homogen kembali.
Tidak ada perubahan yang berarti dalam ukuran partikel atau distribusi

partikel dari globul fase dalam selama life time produk.


Distribusi globul yang teremulsi adalah homogen.
Mudah mengalir atau tersebar tetapi memiliki viskositas yang tinggi untuk
meningkatkan stabilitas fisiknya. (Syamsuni, 2007)
Emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami hal-hal seperti dibawah ini :

Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yaitu satu bagian


mengandung fase disper lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming
bersifat reversibel, artinya jika dikocok perlahan-lahan akan tersispersi

kembali.
Koalesensi dan Cracking (Breaking) adalah pecahnya emulsi karena film
yang meliputi partikel rusak dan butir minyak berkoalesensi atau menyatu
menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat irreversibel (tidak
dapat diperbaiki kembali). Hal ini terjadi karena :
Peristiwa kimia : seperti penambahan alkohol, perubahan pH,

penambahan elektrolit CaO/CaCl2 eksikatus.


Peristiwa fisika : seperti pemanasan, penyaringan pendinginan,

pengadukan.
Peristiwa biologi : seperti fermentasi bakteri, jamur atau ragi.
Inversi fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara
tiba-tiba atau sebaliknya. Sifatnya irreversibel (tidak dapat diperbaiki
kembali). (Syamsuni, 2007)

PREFORMULASI ZAT AKTIF


Zat Aktif

Oleum maydis / Corn oil / Minyak jagung (HOPE 6th ed. p.


199)

Struktur

Tidak ditemukan pada literatur Handbook of Pharmaceutical


Exipients, Farmakope Indonesia Edisi IV dan V, Japanese
Pharmacopeia, Martindale 36th, dan British Pharmacopeia.

Rumus molekul

Tidak ditemukan pada literatur Handbook of Pharmaceutical


Exipients, Farmakope Indonesia Edisi IV dan V, Japanese
Pharmacopeia, Martindale 36th, dan British Pharmacopeia.

Titik lebur

-18 sampai -10oC

Pemerian

Cairan jernih, berminyak, berwarna kuning terang dengan


karakteristik

(HOPE 6th ed. p. 199)

samar

bau

(sedikir

berbau),

rasa

manis

menyerupai jagung manis. (HOPE 6th ed. p. 199)


Kelarutan

Terlarut dalam benzen, kloroform, diklorometana, eter, heksan,


dan petrolum eter; praktis tidak larut dalam air dan etanol
(95%).
(HOPE 6th ed. p. 199)

Stabilita

Panas : Harus dihindarkan dari paparan panas berlebih.

(HOPE 6th ed. p. 199)


Cahaya : Harus disimpan dalam wadah kedap udara, tahan
cahaya dan di tempat sejuk dan kering. (HOPE 6th ed. p.

199)
Air : (Tidak ditemukan pada literatur Handbook of
Pharmaceutical Exipients, Farmakope Indonesia Edisi IV
dan V, Japanese Pharmacopeia, Martindale 36th, dan British

Pharmacopeia).
pH : (Tidak ditemukan pada literatur Handbook of
Pharmaceutical Exipients, Farmakope Indonesia Edisi IV
dan V, Japanese Pharmacopeia, Martindale 36th, dan British
Pharmacopeia).

Inkompatibilitas

Fotooksidai minyak jagung peka teradap kosmetik dan sampel


dari titanium oksida dan seng oksida. (HOPE 6th ed. p. 199)

Keterangan lain

Kegunaan :

Penyimpanan

Disimpan dalam wadah kedap udara, tahan cahaya dan di

tempat sejuk dan kering. (HOPE 6th ed. p. 199)

PREFORMULASI
1. Sukrosa

EKSIPIEN

Zat

Sukrosa (HOPE 6th, p 703 - 706)

Sinonim

Gula bit; gula tebu; a-D-glucopyranosyl-b-D-fructofuranoside;


gula halus; sakarosa; saccharum; gula pasir.
(HOPE 6th, p 703 - 706)

Struktur

(HOPE 6th, p 703 - 706)


Rumus

C12H22O11 (HOPE 6th, p 703 - 706)

molekul
Titik lebur

160-1860C (HOPE 6th, p 703 - 706)

Pemerian

Gula yang berasal dari Saccharum oficinarum Linne, Beta


vulgaris Linne. Berbentuk kristal tak berwarna, massa kristal
atau blok, bubuk kristal putih, tidak berbau, dan memiliki rasa

Kelarutan

manis (HOPE 6th, p 703 - 706)


Kelarutan dalam air 1 : 0,2 pada suhu 1000C, 1 : 400 dalam
etanol pada suhu 200C, 1 : 170 dalam etanol 95% pada suhu
200C, 1 : 400 dalam propan-2-ol, tidak larut dalam kloroform

Stabilita

(HOPE 6th, p 703 - 706)


Stabilitas baik pada suhu kamar dan pada kelembaban yang
rendah. Sukrosa akan menyerap 1% kelembaban yang akan
melepaskan panas pada 90oC. Sukrosa akan menjadi karamel

pada suhu di atas 160oC. Sukrosa yang encer dapat


terdekomposisi dengan keberadaan mikroba
Inkompabilita

(HOPE 6th, p 703 - 706)


Bubuk sukrosa dapat terkontaminasi dengan adanya logam

berat yang akan berpengaruh terhadap zat aktif seperti asam


askorbat. Sukrosa dapat terkontaminasi sulfit dari hasil
penyulingan. Dengan jumlah sulfit yang tinggi, dapat terjadi
perubahan warna pada tablet yang tersalut gula. Selain itu,
sukrosa dapat bereaksi dengan tutup aluminium

Keterangan

(HOPE 6th, p 703 - 706)


Kegunaan :

lain

Pemanis, coating agent, granulating agent, suspending agent,


tablet binder, sugar coating adjust, peningkat viskositas

Penyimpanan

(HOPE 6th, p 703 - 706)


Disimpan dalam wadah yang tertutup dalam sejuk dan kering.
(HOPE 6th, p 703 - 706)

Kadar

Sirup oral 67%

penggunaan

Pemanis 67%
Tablet pengikat 2-20%
Tablet pengikat 50-67%
Coating tablet 50-67% (HOPE 6th, p 703 - 706)

2. Tween 80
Zat

Tween 80 (HOPE 6th, p 549)

Sinonim

Polisorbatum 80, polisorbat 80 (HOPE 6th, p 550)

Struktur

(HOPE 6th, p 549)


Rumus molekul
Titik lebur
Pemerian

C64H124O26
-

(HOPE 6th, p 550)

(HOPE 6th, p 550)

Cairan berminyak, warna kuning, bau yang khas dan hangat


rasa agak pahit. (HOPE 6th, p 549)

Kelarutan

Larut dalam air dan etanol , tidak larut dalam minyak.

Stabilitas

(HOPE 6th, p 550)


Polisorbat stabil untuk elektrolit dan asam lemah dan basa
lemah terjadi saponifikasi bertahap dengan asam kuat dan
basa kuat. Ester asa oleat sensitif terhadap oksidasi.
Polisorbat yang higroskopis harus diperiksa untuk kadar air
sebelum digunakan dan dikeringkan jika diperlukan. Juga,
sama dengan surfaktan polietiena lainnya, penyimpanan
lama dapat menyebabkan pembentukan peroksida. (HOPE
6th, p 550)

Inkompabilitas

Perubahan warna dan atau pengendapan terjadi dengan


berbagai zat. Khususnya fenol, tannin, ter dan bahan tarlike.
Aktivitas antimikroba pengawet paraben dapat berkurang
dalam kehadiram polisorbat. (HOPE 6th, p 550)

Keterangan lain

Kegunaan : wetting agent, emulgator, dan surfaktan


nonionik. (HOPE 6th, p 550)

Penyimpanan

Disimpan di tempat sejuk, kering dan terlindung dari cahaya.


(HOPE 6th, p 551)

Kadar

Emulgator

penggunaan

Tunggal dalam emulsi tipe m/a

115%

Kombinasi emulgator dalam emulsi tipe m/a 110%


Solubilizing agent

115%

Wetting agent

0.13%

(HOPE 6th, p 550)

3. Span 80
Zat

Span 80 (HOPE 6th, p 676)

Sinonim

Sorbitan monooleate Ablunol S-80; Arlacel 80; Armotan MO;


Capmul O; Crill 4; Crill 50; Dehymuls SMO; Drewmulse
SMO; Drewsorb 80K; E494;
GlycomulO; Hodag SMO; Lamesorb SMO; LiposorbO;
Montane 80; Nikkol SO-10; Nissan Nonion OP-80R; Norfox
Sorbo
S-80; Polycon S80 K; Proto-sorb SMO; Protachem SMO; SMaz 80K; Sorbester P17; Sorbirol O; sorbitan oleate;
sorbitani
oleas; Sorgen 40; Sorgon S-40-H; Span 80; Tego SMO

Struktur

(HOPE 6th, p 675)


Rumus molekul
Titik lebur
Pemerian

C24H44O6 (HOPE 6th, p 675)


(HOPE 6th, p 678)
Krim-cairan kental atau padatan berwarna kuning dengan bau
dan rasa yang khas. (HOPE 6th, p 676)

Kelarutan

Umumnya larut atau terdispersi dengan minyak, larut dalam


sebagian pelarut organik. Dalam air meskipun tidak larut
tetapi dapat terdispersi. (HOPE 6th, p 676)

Stabilita

Pembentukan sabun dapat terjadi bertahap dengan asam kuat


atau basa, sorbitan ester stabil dalam asam lemah atau basa.
(HOPE 6th, p 550)

Inkompatibilita

Tidak ditemukan pada literatur Handbook of Pharmaceutical

Exipients edisi 6 (HOPE 6th)

Keterangan lain

Kegunaan : Bahan pengemulsi, emulgator surfaktan. (HOPE


6th, p 676)

Penyimpanan

Disimpan di tempat sejuk, kering dan terlindung dari cahaya.


(HOPE 6th, p 677)

Kadar

Emulgator

penggunaan

Tunggal dalam emulsi tipe a/m

115%

Kombinasi dengan emulgator hidrofilik dalam emulsi tipe


m/a

110%

Solubilizing agent

110%

Wetting agent

0.13%

(HOPE 6th, p 676)

4. Metil paraben
Zat

Metil Paraben (HOPE 6th ed. p. 443)

Sinonim

Aseptoform M; CoSept M; E218; Metil asam 4


hidroksibenzoat, ester; metagin; Methyl Chemosept;
parahydroxybenzoas methylis; methyl p-hydroxybenzoate;
Methyl Parasept; Nipagin M; Solbrol
M; Tegosept M; Uniphen P-23. (HOPE 6th ed. p. 443)

Struktur

(HOPE 6th ed. p. 443)


(HOPE 6th ed. p. 443)

Rumus molekul

C8H8O3

Titik lebur

125128oC

Pemerian

kristal tidak berwarna atau kristal putih

(HOPE 6th ed. p. 443)

bubuk. Hal ini tidak berbau atau hampir tidak berbau dan
memiliki pembakaran sedikit
Kelarutan

rasa. (HOPE 6th ed. p. 443)


Etanol 1 di 2, Etanol (95%) 1 : 3
Etanol (50%) 1 : 6

Eter 1 : 10
Gliserin 1 : 60
Minyak mineral Praktis tidak larut
Minyak kacang 1 : 200
Propilen glikol 1 : 5
Air 1 : 400, 1 : 50 di 50oC air, 1 : 30 di 80oC air. (
Stabilita

HOPE 6th ed. p. 443)


Larutan air dari methylparaben pada pH Mei 03-06
disterilisasi oleh autoklaf pada 120oC selama 20 menit, tanpa
dekomposisi.
Larutan air pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10%
dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar,
sedangkan larutan air pada pH 8 atau di atas dikenakan
hidrolisis cepat (10% atau lebih setelah penyimpanan sekitar

Inkompatibilita

60 hari pada suhu kamar) (HOPE 6th ed. p. 444)


Aktivitas antimikroba dari Methylparaben dan paraben lain

sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti


sebagai polisorbat 80, sebagai akibat dari micellization.
(10,11) Namun, propilen glikol (10%) telah terbukti
mempotensiasi aktivitas antimikroba dari paraben di hadapan
nonionik

surfaktan

dan

mencegah

interaksi

antara

methylparaben dan polisorbat 80.


Tidak kompatibel dengan bahan lain, seperti bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragakan, natrium alginat, minyak
esensial, sorbitol, dan atropin. Juga bereaksi dengan berbagai
gula dan alkohol gula yang terkait.
Penyerapan methylparaben dengan plastik juga telah
dilaporkan. Methylparaben berubah warna dengan adanya
besi dan mudah terhidrolisis oleh alkali lemah dan asam
kuat. (HOPE 6th ed. p. 443)
Keterangan lain

Kegunaan : Pengawet, antimikroba (HOPE 6th ed. p. 443)

Penyimpanan

Disimpan pada suhu kamar. (HOPE 6th ed. p. 443)

Kadar

Larutan oral dan suspensi 0,015-0,2% (HOPE 6th ed. p. 443)

penggunaan
5. Propil paraben
Zat

Propil paraben (HOPE 6th ed. p. 596)

Sinonim

Aseptoform P; CoSept P; E216; Propil asam 4-hidroksibenzoat


ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propil Aseptoform;
propil
butex; Propil Chemosept; propylis parahydroxybenzoas; propil
phydroxybenzoate;
Propil Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen (HOPE 6th ed.
p. 596)

Struktur

(HOPE 6th ed. p. 596)


Rumus

C10H12O3 (HOPE 6th ed. p. 596)

molekul
Titik lebur
Pemerian

(HOPE 6th ed. p. 596)

Putih, kristal, tidak berbau, dan tidak berasa


bubuk. (HOPE 6th ed. p. 596)

Kelarutan

Aseton Bebas larut


Etanol (95%) 1 di 1.1
Etanol (50%) 1 di 5.6
Eter Bebas larut
Gliserin 1 di 250
Mineral minyak 1 di 3330

Minyak kacang 1 di 70
Propilen glikol 1 di 3,9
Polietilen glikol (50%) 1 di 110
Air 1 di 4350 di 158C
1 2500
1 di 225 di 808C (HOPE 6th ed. p. 596)
Stabilita

Larutan propil paraben berair pada pH 3-6 dapat disterilisasi


oleh
autoklaf, tanpa dekomposisi. (4) Pada pH 3-6, berair
solusi yang stabil (kurang dari 10% dekomposisi) sampai
sekitar
4 tahun pada suhu kamar, sementara solusi pada pH 8 atau di
atas
tunduk pada hidrolisis yang cepat (10% atau lebih setelah
sekitar 60 hari di
suhu kamar). (HOPE 6th ed. p. 596)

Inkompabilita

Aktivitas antimikroba dari propil paraben berkurang jauh

dengan adanya surfaktan nonionik. Penyerapan propil paraben


dengan plastik telah dilaporkan, dengan jumlah yang diserap
tergantung pada jenis plastic. Magnesium aluminium silikat,
magnesium trisilikat, oksida besi kuning, dan biru laut biru
juga

menyerap

propil

paraben,

sehingga

mengurangi

efektivitas pengawet. Propylparaben berubah warna dengan


adanya besi dan mudah terhidrolisis oleh alkali lemah dan
asam kuat. (HOPE 6th ed. p. 596)
Keterangan

Kegunaan : Pengawet, antimikroba.

(HOPE 6th ed. p. 596)

lain
(HOPE 6th ed. p. 596)

Penyimpanan

Kadar

Larutan oral dan suspensi 0.010.02% (HOPE 6th ed. p. 596)

penggunaan

6. Propilen glikol
(HOPE 6th, p 593-594)

Zat

Propilen glikol

Sinonim

1,2-Dihidroksipropana; E1520; 2-hidroksi propanol; metil


etilen glikol;metil glikol; propan-1,2-diol; propilenglikol
(HOPE 6th, p 593-594)

Struktur

(HOPE 6th, p 593-594)


Rumus molekul

C3H8O2 (HOPE 6th, p 593-594)

Titik lebur

-59oC (HOPE 6th, p 593-594)

Pemerian

Bening, tidak berwarna, kental-praktis encer, tidak berbau,


manis, mepunyai rasa yang agak tajam mirip dengan giserin
(HOPE 6th, p 593-594)

Kelarutan

Dapat tercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%,


gliserin dan air. Kelarutan di 1 dai 6 bagian eter, tidak
tercampur dengan sedikit minyak, atau dengan minyak, tetapi
akan larut dengan beberapa minyak yang diperlukan (HOPE
(HOPE 6th, p 592-594)

Stabilita

Pada suhu dingin stabil di tempat tertutup rapat, tetapi di


suhu panas dan terbuka menjadi mudah teroksidasi,
memberikan produk baru seperti propionaldehid, lactic acid,
provic acid, dan acetic acid. Propilen glikol secara kimiawi
stabil bila bercampur dengan eyanol 95%, gliserin atau air,
larutan air bisa disterilisasi dengan autoklaf. Propilen glikol
bersifat higroskopis dan harus disimpan di tempat tertutup
rapat, terlindung dari cahaya, tempat kering.
(HOPE 6th, p 592-594)

Inkompatibilita

Dengan reaksi oksidasi seperti Kalium permanganat

(HOPE 6th, p 592-594)

Keterangan lain

Kegunaan : Antimikroba, pengawet, desinfektan, humektan,


pembuat plastik, pelarut, penstabil, pencampur, kosolven air
(HOPE 6th, p 593-594)

Penyimpanan

Terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering


(HOPE 6th, p 593-594)

Kadar

Pengawet (larutan & semi solid) 1530%

penggunaan

Kosolven 1030%
Larutan oral 1025%
Parenteral 1060%
Topikal 580% (HOPE 6th, p 593-594)

7. BHT (Butil Hidroksi Toluena)


Zat

BHT (Butil Hidroksi Toluena) (HOPE 6th, p. 75)

Sinonim

Agidol; BHT; 2,6-bis (1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol;


butylhydroxytoluene;

butylhydroxytoluenum;

Dalpac;

dibutylated hydroxytoluene; 2,6-di-tert-butyl-p-cresol; 3,5-ditert-butyl-4-hydroxytoluene;

E321;

Embanox

BHT;

Impruvol; Ionol CP; Nipanox BHT; OHS28890; Sustane;


Tenox BHT; Topanol; Vianol. (HOPE 6th, p. 75)
Struktur

(HOPE 6th, p. 75)


th

Rumus molekul

C15H24O (HOPE 6 , p. 75)

Titik lebur

70oC (HOPE 6th, p. 75)

Pemerian

Serbuk atau zat padat kristal kuning pucat atau putih dengan
(HOPE 6th, p. 75)

bau khas fenol samar.


Kelarutan

Praktis tidak larut dalam air, giserin, propilenglikol, larutan


hidroksida alkali, dan asam mineral; larut dalam aseton,
benzen, etanol (95%), eter, metanol, minyak dan minyak
mineral; lebih larut dalam minyak makanan dan minyak

Stabilita

lemak. (HOPE 6th, p. 75)


Paparan cahaya, kelembaban, panas menyebabkan perubahan
warna dan kerugian aktivitas. Harus disimpan dalam wadah
tertutup, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk dan kering.

Inkompatibilita

(HOPE 6th, p. 75)


Mengalami reaksi

oksidator dapat menyebabkan pembakaran spontan garam

karakteristik

feno,

kontak

dengan

besi yang menyebabkan perubahan asam yang menyebabkan


dekomposisi yang cepat dengan nilai isobutana yang mudah
Keterangan lain

terbakar. (HOPE 6th, p. 75)


Kegunaan : Antioksidan (HOPE 6th, p. 75)

Penyimpanan

Disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya,

Kadar

ditempat sejuk dan kering. (HOPE 6th, p. 75)


Antioksidan untuk :

penggunaan

b-Carotene

0.01%

Minyak sayur (dimakan)

0.01%

Minyak atsiri dan pewarna

0.020.5%

Minyak lemak

0.02%

Minyak ikan

0.010.1%

Injeksi intramuskular (i.m)

0.03%

Injeksi intravena (i.v)

0.00090.002%

Formula topikal

0.00750.1%

Vitamin A

10mg per million units

(HOPE 6th, p. 75)


8. Natrium CMC
(HOPE 6th, p 118-121)

Zat

Natrium CMC

Sinonim

Akucell; Aqualon CMC; Aquasorb; Blanose; Carbose D;

carmellosum

natricum;

Cel-O-Brandt;

gum

selulosa;

Cethylose; CMC natrium; E466; Finnfix; Glykocellan;


Nymcel ZSB; SCMC; sodium karboksimetilselulosa; glikolat
selulosa natrium; Sunrose; Tylose CB; Tylos MGA; Walocel
C; Xylo-Mucine. (HOPE 6th, p 118)
Struktur

(HOPE 6th, p 118)


(HOPE 6th ed. p. 118)

Rumus molekul

Titik lebur

227o C (HOPE 6th, p 119)

Pemerian

Natrium karboksimetilselulosa terjadi sebagai putih untuk


hampir putih, tidak berbau, berasa, bubuk granular. Ini adalah
higroskopis setelah pengeringan.

Kelarutan

(HOPE 6th, p 118)

Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter, dan


toluena. Mudah tersebar dalam air pada semua suhu.
(HOPE 6th, p 118)

Stabilita

Natrium karboksimetilselulosa adalah stabil, meskipun


higroskopis.

Dalam

kondisi

kelembaban

tinggi,

karboksimetilselulosa natrium dapat menyerap jumlah besar


(> 50%) air. (HOPE 6th, p 120)
Inkompatibilita

Natrium karboksimetilselulosa tidak kompatibel dengan

larutan asam dan dengan garam larut besi dan beberapa


lainnya seperti logam, aluminium, merkuri, dan seng. Hal ini
juga kompatibel dengan xanthan gum. Curah hujan dapat
terjadi pada pH <2, dan juga bila dicampur dengan etanol
(95%).
Natrium

karboksimetilselulosa

membentuk

coacervates

kompleks dengan gelatin dan pektin. Hal ini juga


membentuk

kompleks

dengan

kolagen

dan

mampu

mempercepat tertentu protein bermuatan positif. (HOPE 6th,

p 120)
Keterangan lain

Kegunaan : Coating agent; menstabilkan agen; pensuspensi;


tablet dan disintegran kapsul; pengikat tablet; viskositas
meningkat agen; menyerap air agen. (HOPE 6th, p 119)

Penyimpanan

Disimpan dalam wadah tertutup baik dalam keadaan sejuk


dan kering. (HOPE 6th, p 120)

Kadar

Pengemulsi agen 0,25-1,0%

penggunaan

Gel pembentuk agen 3,0-6,0%


injector 0,05-0,75%
obat minum 0,1-1,0%
Tablet pengikat 1,0-6,0% (HOPE 6th, p 119)

9. Natrium sakarin
Zat

Natrium sakarin (HOPE 6th, p 608)

Sinonim

1,2-Benzisothiazolin-3-satu-1,1

dioksida,

natrium

garam;

Crystallose; E954; Gendorf 450; saccharinum natricum;


natrium o-benzosulfimide; sakarin sodium; gluside larut;
sakarin larut; natrium sucaryl . (HOPE 6th, p 608)
Struktur

(HOPE 6th, p 608)


Rumus

C7H4NNaO3S (HOPE 6th, p 608)

molekul
Titik lebur

Terurai pada pemanasan (HOPE 6th, p 608)

Pemerian

Sakarin natrium adalah serbuk putih, tidak berbau atau sedikit


aromatik, efflorescent, bubuk kristal. Memiliki rasa yang
sangat manis, dengan logam atau rasa pahit bahwa pada
tingkat normal penggunaan dapat terdeteksi sekitar 25% dari
populasi. Rasa pahit bisa ditutupi dengan memadukan sakarin

natrium dengan pemanis lainnya. Sakarin natrium dapat


mengandung jumlah variabel air (HOPE 6th, p 608)
Kelarutan

1 : 1,2 dalam air


1 : 102 dalam etanol
1 : 50 dalam etanol (95%)

Stabilita

(HOPE 6th, p 609)

Sakarin natrium stabil di bawah kisaran normal kondisi


digunakan dalam formulasi. Hanya bila terkena suhu (125oC)
pada pH rendah (pH 2) selama lebih dari 1 jam tidak terjadi
dekomposisi yang signifikan. Konsentrasi 84% adalah yang
paling stabil bentuk sakarin natrium sedangkan bentuk 76%
akan kering di bawah kondisi kamar. Larutan untuk injeksi

Inkompabilita
s
Keterangan

dapat disterilkan dengan autoklaf (HOPE 6th, p 608)


Natrium sakarin tidak mengalami Maillard browning
(HOPE 6th, p 608)
Kegunaan : Pemanis (HOPE 6th, p 608)

lain
Penyimpanan

Sakarin natrium harus disimpan dalam wadah yang tertutup


dalam tempat yang kering (HOPE 6th, p 609)

Kadar

Sirup oral 0.040.25% (HOPE 6th, p 608)

penggunaan

10. Aquadest
Zat

Aquadest (HOPE 6th , p.766-770)

Sinonim

Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide (HOPE 6th p.766770)

Struktur

(HOPE 6th p.766-770)

Rumus molekul

H2O (HOPE 6th p.766-770)

Titik lebur

00C (HOPE 6th p.766-770)


Densitas: 1,00 g/cm3 (HOPE 6th p.766-770)

Pemerian

Cairan

jernih,

tidak

berwarna,

tidak

berbau,

tidak

mempunyai rasa. (HOPE 6th p.766-770)


Kelarutan

Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya. (HOPE 6th


p.766-770)

Stabilitas

Stabilitas baik pada keadaan fisik (padat, cair, gas)


(HOPE 6th p.766-770)

Inkompatibilitas

Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan bahan tambahan


lain yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam
adanya air atau uap air) pada suhu yang tinggi. Air juga
dapat bereaksi dengan logam alkali seperti kalsium oksida
dan magnesium oksida. Selain itu air juga bereaksi dengan
garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai
komposisi, dan dengan bahan organik tertentu dan kalsium
karbida. (HOPE 6thed. p.766-770)

Keterangan lain

Kegunaan: Pelarut untuk pembuatan produk obat-obatan dan


sediaan farmasi, tidak cocok untuk digunakan dalam
pembuatan produk parenteral. (HOPE 6th ed. p.766-770)

Penyimpanan

Disimpan dalam wadah tertutup rapt. Jika disimpan dalam


jumlah besar, kondiri penyimpanan harus dirancang untuk
membatasi pertumbuhan mikroorganisme dan mencegah
kontaminasi kegunaan. (HOPE 6th ed. p.766-770)

SPESIFIKASI SEDIAAN
Bentuk sediaan

: Emulsi

Warna

: Kuning

Rasa

: Manis, diikuti rasa jeruk

Bau

: Bau khas minyak jagung, diikuti bau jeruk

pH sediaan

: Spesifikasi Internal (6)

Kadar sediaan

: 33,33%

Volume sediaan

: 100 ml/botol

Viskositas sediaan : 500 mPa s (cPs) 700 mPa s (cPs)

PERHITUNGAN DOSIS Oleum maydis (MINYAK JAGUNG)

Dewasa : 10 g/15 ml (The Journal of Nuclear Medicine Vol. 46 No.1 Jan 2005)
Anak-anak : x dosis dewasa (Syamsuni, 2007).
5 g/15 ml

Kadar Oleum maydis


5g
x 100 =33,33
15 ml

IV.

Sehari 1 x 1 sendok makan (15 ml)


Untuk usia 14 tahun keatas.
PENDEKATAN FORMULA

No

Nama Bahan

.
1.
2.
3.

Oleum maydis
Sukrosa
Tween 80

4.
5.
6.
7.

Span 80
Metil paraben
Propil paraben
PPG

10%

Jumlah

Kegunaan

33,33% b/v
20% b/v
3,46% b/v

Bahan aktif
Pemanis
Emulgator

6,54% b/v
0,2% b/v
0,02% b/v
1,2% b/v

Emulgator
Pengawet, antimikroba
Pengawet, antimikroba
Pelarut metil paraben & propil
paraben,

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
V.

peningkat

pengawet / antimikroba
Antioksidan
Peningkat viskositas
Pemanis buatan
Pewarna
Perasa, pengaroma
Adjust pH (bila perlu)
Adjust pH (bila perlu)
Pelarut, pembawa

BHT
0.01% /v
Natrium CMC
0,5% b/v
Natrium sakarin
0,25% b/v
Pasta lemon yellow
Qs
Oleum aurantii
Qs
HCl 0,1 N
Qs
NaOH 0,1 N
Qs
Aquadest
ad 100% v/v
PENIMBANGAN
Volume per botol 100 ml dilebihkan 3%
100ml + 3%(100ml) = 103 ml
Dibuat sediaan 4 botol (@103 ml) = 103 ml x 4 = 412 ml
Pada pembuatan, volume total dilebihkan 10 %

aktivitas

412 ml + 10%(412 ml) = 453,2 ml


-

500 ml

PERHITUNGAN HLB
HLB butuh minyak jagung : 8 (Modern Pharmaceutics 4th ed. p. 407)
HLB butuh Span 80 : 4,3 (HOPE 6th ed. p. 678)
HLB butuh Tween 80 : 15,0 (HOPE 6th ed. p. 551)
Tween 80
Tween 80 10%
3,7

x 10 g=3,457 g 3,46 g
15,0
3,7
10,7

8
Span 80

Span 80
7

x 10 g=6,54 g
7,0
10,7

4,3

10,7
No.
1.

Nama Bahan
Oleum maydis

2.

Sukrosa

3.

Tween 80

Jumlah yang Ditimbang


33,33 gram
x 500 ml= 166,65 gram
100 ml
20 gram
x 500 ml=100 gram
100 ml

10%

3,46 gram
x 500 ml=17,3 gram
100 ml
6,54 gram
x 500 ml=32,7 gram
100 ml

4.

Span 80

5.

Metil paraben

0,2 gram
x 500 ml=1 gram
100 ml

6.

Propil paraben

0,02 gram
x 500 ml=0,1 gram
100 ml

7.

PPG

1,2 gram
x 500 ml=6 gram
100 ml
PPG untuk metil paraben
PPG untuk propil paraben

1 g x 5=5 gram

0, 1 g x 3,9=3,9 gram 1 gram


8.

BHT

0,01 gram
x 500 ml=0,05 gram
100 ml

9.

Natrium CMC

10.

Natrium sakarin

11.

Aquadest

0,5 gram
x 500 ml=2,5 gram
100 ml
0,25 gram
x 500 ml=1,25 gram
100 ml
ad 100% v/v

PERHITUNGAN ADI TWEEN 80


25 mg/kg BB (HOPE 6th p. 553)
BB Pasien Anak usia 14 tahun = 45,36 kg (ISO Vol. 48 hlm. 671)
25 mg x 45,36 = 1134 mg
-

Tween 80 1x minum : 15 ml; 1 hari 1x minum


15 ml x 1= 15 ml

Jumlah Tween 80 dalam sediaaan 3,46 % b/v


3,46 gram
x 15 ml=0,519 gram=519 mg<1134 mg
100 ml

maka , penggunaan Tween 80 tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .

PERHITUNGAN ADI SPAN 80


25 mg/kg BB (HOPE 6th p. 678)
BB Pasien Anak usia 14 tahun = 45,36 kg (ISO Vol. 48 hlm. 671)
25 mg x 45,36 = 1134 mg
-

Span 80 1x minum : 15 ml; 1 hari 1x minum


15 ml x 1= 15 ml

Jumlah Span 80 dalam sediaaan 6,54 % b/v

6,54 gram
x 15 ml=0,981 gram=981 mg<1134 mg
100 ml
maka , penggunaan Span 80 tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .

PERHITUNGAN ADI METIL PARABEN


10 mg/kg BB (HOPE 6th p. 444)
BB Pasien Anak usia 14 tahun = 45,36 kg (ISO Vol. 48 hlm. 671)
10 mg x 45,36 = 453,6 mg
-

Metil paraben 1x minum : 15 ml; 1 hari 1x minum


15 ml x 1= 15 ml

Jumlah Metil paraben dalam sediaaan 0,2 % b/v


0,2 gram
x 15 ml=0,03 gram=30 mg<453,6 mg
100 ml

maka , penggunaan Metil paraben tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .

PERHITUNGAN ADI PROPIL PARABEN


10 mg/kg BB (HOPE 6th p. 596)
BB Pasien Anak usia 14 tahun = 45,36 kg (ISO Vol. 48 hlm. 671)
10 mg x 45,36 = 453,6 mg
-

Propil paraben 1x minum : 15 ml; 1 hari 1x minum


15 ml x 1= 15 ml

Jumlah Propil paraben dalam sediaaan 0,02 % b/v

0,02 gram
x 15 ml=0,003 gram=3 mg<453,6 mg
100 ml
maka , penggunaan Propil paraben tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .

PERHITUNGAN ADI PROPILEN GLIKOL


25 mg/kg BB (HOPE 6th p. 593)
BB Pasien Anak usia 14 tahun = 45,36 kg (ISO Vol. 48 hlm. 671)
25 mg x 45,36 = 1134 mg
-

Propilen glikol 1x minum : 15 ml; 1 hari 1x minum


15 ml x 1= 15 ml

Jumlah Propilen glikol dalam sediaaan 1,2 % b/v


1,2 gram
x 15 ml=0,18 gram=1800 mg< 1134 mg
100 ml

maka , penggunaan Propilen glikol tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .

PERHITUNGAN ADI BHT (BUTIL HIDROKSI TOLUENA)


125 g/kg BB (HOPE 6th p. 75)
BB Pasien Anak usia 14 tahun = 45,36 kg (ISO Vol. 48 hlm. 671)
125 g x 45,36 = 5670 g
-

BHT 1x minum : 15 ml; 1 hari 1x minum


15 ml x 1= 15 ml

Jumlah BHT dalam sediaaan 0,01 % b/v

0,01 gram
x 15 ml=0,0015 gram=1,5 mg=1500 g < 5670 g
100 ml
maka , penggunaan BHT tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .
PERHITUNGAN ADI NATRIUM SAKARIN
2,5 mg/kg BB (HOPE 6th p. 609)
BB Pasien Anak usia 14 tahun = 45,36 kg (ISO Vol. 48 hlm. 671)
2,5 mg x 45,36 = 113,4 mg
-

Natrium sakarin 1x minum : 15 ml; 1 hari 1x minum


15 ml x 1= 15 ml

Jumlah Natrium sakarin dalam sediaaan 0,25 % b/v


0,25 gram
x 15 ml=0,0375 gram=37,5 mg<113,4 mg
100 ml

maka , penggunaan Natrium sakarin tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .

VI.

PROSEDUR PEMBUATAN
Pembuatan aqua bebas CO2
1. Memanaskan 500 ml air hingga mendidih.
2. Diamkan selama 30 menit, lalu ditututp dan didinginkan.
Pengkalibrasian Botol dan Beaker Glass Utama
a) Kalibrasi Botol Coklat 103 ml
1. Masukkan air kran sebanyak 100 ml pada gelas ukur 100 ml, lalu
tuangkan air tersebut ke dalam botol coklat 100 ml.
2. Masukkan air kran sebanyak 3 ml pada gelas ukur 10 ml, lalu tuangkan air
tersebut ke dalam botol coklat 100 ml.
3. Tandai batas kalibrasi, air yang ada dalam botol dibuang.
4. Bilas botol tersebut dengan aquadest secukupnya sebanyak 1x dan botol
dikeringkan.
5. Lakukan tahap diatas untuk 4 botol lain.
6. Botol siap dipakai.
b) Kalibrasi Beaker Glass Utama 500 ml

1. Masukkan air kran sebanyak 500 ml ke dalam gelas ukur 1000 ml (1 L),
lalu tuangkan air tersebut ke dalam beaker glass 500 ml.
2. Tandai batas klibrasi, air yang ada dalam beaker glass dibuang.
3. Bilas beaker glass tersebut dengan aquadest secukupnya sebanuak 1x dan

beaker glass dikeringkan.


4. Beaker glass siap dipakai.
Penimbangan bahan
1. Oleum maydis ditimbang sebanyak 166,65 gram di beaker glass 250 ml
menggunakan neraca analitik dengan penimbangan tidak langsung dan diberi
nama.
2. Sukrosa ditimbang sebanyak 97,5 gram di beaker glass 250 ml menggunakan
neraca analitik dengan penimbangan tidak langsung dan diberi nama.
3. Tween 80 ditimbang sebnayak 17,3 gram di beaker glass 250 ml
menggunakan neraca analitik dengan penimbangan tidak langsung dan diberi
nama.
4. Span 80 ditimbang sebanyak 32,7 gram di beaker glass 50 ml menggunakan
neraca analitik dengan penimbangan tidak langsung dan diberi nama.
5. Metil paraben ditimbang sebanyak 1 gram di kertas perkamen menggunakan
neraca analitik dan diberi nama.
6. Propil paraben ditimbang sebanyak 0,1 gram di kertas perkamen
menggunakan neraca analitik dan diberi nama.
7. Propilen glikol (PPG) untuk melarutkan metil paraben ditimbang sebanyak 5
gram di cawan penguap menggunakan neraca analitik dengan penimbangan
tidak langsung dan diberi nama.
8. Propilen glikol (PPG) untuk melarutkan propil paraben ditimbang sebanyak 1
gram di cawan penguap menggunakan neraca analitik dengan penimbangan
tidak langsung dan diberi nama.
9. BHT ditimbang sebanyak 0,05 gram di kertas perkamen menggunakan neraca
analitik dan diberi nama.
10. Natrium CMC ditimbang sebanyak 2,5 gram di kertas perkamen
menggunakan neraca analitik dan diberi nama.
11. Natrium sakarin ditimbang sebanyak 1,25 gram di kertas perkamen
menggunakan neraca analitik dan diberi nama.
12. Minyak jagung (Oleum maydis) utnuk melarutkan BHT ditimbang sebanyak
0,5 ml di cawan penguap menggunakan neraca analitik dengan penimbangan

tidak langsung dan diberi nama.


Pembuatan Sirupus simpleks
1. Sukrosa / saccharum album yang telah ditimbang tadi diambil.
2. Menambahkan aquadest ke dalam beaker glass yang sudah berisi sukrosa
hingga genap 150 gram (air sebanyak 52,5 gram).

3. Campuran dipanaskan di atas hotplate dan diaduk sesekali hingga larut.


4. Hasil campuran disaring dengan menggunakan kain batis selagi panas.
5. Filtrat diambil sebanyak 100 gram dan dimasukkan ke dalam beaker glass

250 ml.
Pembuatan Sediaan Emulsi dengan Bahan Aktif Oleum maydis 33,33%
1. Mortir dan stamper dipanaskan.
2. Tween 80 diencerkan dengan aquadest (sesuai data kelarutan) sebanyak 170
ml di dalam beaker glass 250 ml, aduk ad homogen (fase air).
3. Span 80 dicampurkan dengan Oleum maydis, aduk ad homogen (fase
minyak).
4. Fase air (Tween dan air) dan fase minyak (Span dan minyak) dipanaskan
diatas hotplate hingga suhu mencapai 60o-70oC.
5. Setelah suhu mencapai 60o-70oC, campuran tween dan air (fase air) dan
campuran span dan minyak (fase minyak) dicampurkan selagi panas di dalam
mortir yang telah dipanaskan, gerus kuat ad corpus emulsi ad dingin.
6. BHT dilarutkan dengan 0,5 gram Oleum maydis di cawan penguap, aduk ad
larut masukkan ke dalam mortir, gerus ad homogen.
7. Natrium CMC dikembangkan di mortir terpisah diatas aquadest sebanyak 50
ml gerus ad mucilago.
8. Corpus emulsi yang telah terbentuk dan terdapat BHT dimasukkan ke dalam
mucilago Na.CMC sedikit-sedikit sambil digerus ad homogen, bilas mortir
emulsi tadi dengan aquadest secukupnya sebanyak 2x hasil bilasan
dimasukkan ke dalam mortir yang berisi mucilago Na. CMC tadi, gerus ad
homogen.
9. Metil paraben dilarutkan dengan 5 gram propilen glikol (PPG) di dalam
cawan penguap, aduk ad larut, masukkan ke dalam mortir gerus ad homogen,
bilas cawan penguap dengan aquadest secukupnya sebanyak 2x hasil bilasan
dimasukkan ke dalam mortir gerus ad hompgen.
10. Propil paraben dilarutkan dengan 1 gram propilen glikol (PPG) di dalam
cawan penguap, aduk ad larut, masukkan ke dalam mortir gerus ad homogen,
bilas cawan penguap dengan aquadest secukupnya sebanyak 2x hasil bilasan
dimasukkan ke dalam mortir gerus ad hompgen.
11. Sirupus simpleks diencerkan dengan 10 ml aquadest aduk ad homogen,
masukkan ke dalam mortir gerus ad homogen, bilas beaker glass dengan
aquadest secukupnya sebanyak 2x hasil bilasan dimasukkan ke dalam mortir
gerus ad hompgen.
12. Natrium sakarin dilarutkan dengan 5 ml aquadest di dalam beaker glass 50 ml
aduk ad larut masukkan ke dalam mortir, gerus ad homogen, bilas beaker

glass dengan aquadest secukupnya sebanyak 2x hasil bilasan dimasukkan ke


dalam mortir gerus ad hompgen.
13. Sediaan dalam mortir dimasukkan ke dalam beaker glass utama yang telah
dikalibrasi, bilas mortir dengan dengan aquadest secukupnya sebanyak 2x,
hasil bilasan dimasukkan ke dalam beaker glass utama aduk ad hompgen.
14. Aquadest dimasukkan ke dalam beaker glass utama hingga kira-kira 80% nya,
aduk ad homogen.
15. Sediaan di cek pH nya dengan menggunakan indikator pH universal.
16. Pasta lemon yellow ditambahkan ke dalam sediaan sebanyak secukupnya
hingga memberikan warna sesuai yang diinginkan (pada spesifikasi) aduk ad
homogen.
17. Oleum aurantii ditambahkan ke dalam sediaan sebanyak secukupnya, aduk ad
homogen.
18. Sediaan digenapkan volumenya dengan aquadest hingga batas kalibrasi, aduk
ad homogen.
19. Sediaan dimasukkan ke dalam 4 botol dengan menggunakan corong masingmasing hingga batas kalibasi.
20. Botol ditutup rapat, untuk 1 botol diberi etiket, brosur dan dimasukkan ke
dalam kemasan sekunder.

VII.
No

DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN


Jenis

Prinsip evaluasi

evaluasi

Jumlah

Hasil

sampel

pengamatan

Syarat
Sediaan

Sediaan berwarna

1.

FISIKA

Dilakukan pengujian

Organoleptis

rasa, bau, dan warna

kuning
Sediaan
1 botol

kuning
berasa Sediaan berasa

manis

yang

botol

teteskan 1 botol

Homogenitas

menggunakan

pipet

manis diikuti

diikuti rasa jeruk


rasa jeruk
Sediaan beraroma Sediaan
khas jeruk

FISIKA

berwarna

Ukuran
sama

beraroma

jeruk
partikel Suspensi
secara dianggap

ke dalam kaca arloji,


lalu

diratakan

dilihat

dan

homogen

ukuran

visual : Homogen

partikelnya,
dilakukan sebanyak 3

jika

ukuran partikel
terlihat

sama

secara visual.

kali.
Zat warna
Teteskan

terlarut dan

sedikit

Zat warna metilen berdifusi

sediaan emulsi pada


3

FISIKA
Tipe emulsi

kaca

blue tersebar

arloji,

dalam sediaan =

tambahkan indikator 1 botol


metilen

blue

dan

amati

perubahan

emulsi tipe
minyak dalam air
(o/w)

yang terjadi.

homogen pada
fase
eksternalnua
berupa air.
(Farmasi fisika
hlm. 11441145)

Menggunakan
piknometer
FISIKA
Penetapam
4

Bobot Jenis
(FI V hlm.
1553)

dan kering yang telah

Bobot jenis

dikalibrasi

sediaan harus

dengan

menetapkan

bobot

piknometer

dan

3 botol

bobot air yang baru

Berat jenis (BJ)

mendekati atau

sediaaan = 1,030

sama dengan

bobot jenis air :

/ml

1 g/ml

dididihkan,
dinginkan

bersih

hingga

FISIKA

25oC
Menggunakan

Penetapan

indikator

pH

universal.

(FI V hlm.

Pengukuran

1563)

dilakukan pada suhu

(ditetapkan

25oC 30oC kecuali

setelah sediaan

dinyatakan lain pada

jadi)

masing-masing

1 botol
pH

pH sediaan = 6

Ditentukan
dengan
spesifikasi
internal

monografi
Pengukuran
kekentalan
menguunakan
FISIKA
6

Uji viskositas
(FI V hlm.
1562)

viskometer

alat
stormer

dengan memasukkan

Viskositas

larutan suspensi ke 3 botol

580 cP s

dalam wadah, lalu

sekitar 500 cP s
700 cP s

spindel dimasukkan
dan dinyalakan. Akan
tertera

viskositas

sediaan tersebut.
Tuang isi perlahanlahan dari tiap wadah
ke dalam gelas ukur
kering

terpisah

dengan

kapasitas

gelas ukur tidak lebih

dari 2.5 kali volume

Volume

yang diukur dan telah

rata

dikalibrasi,

secara

yang diperoleh

hati-hati

untuk

tidak

Volume

menghindarkan

terpindahkan

pembentukan

3 botol

100 ml

ratalarutan
kurang

dari 100% dan


untuk 1 botol

gelembung

udara

tidak lebih dari

pada

waktu

95%,

seperti

dan

yang

tertera

penuangan,
diamkan

selama

tidak lebih dari 30


menit.

Jika

bebas
gelembung

telah
dari
udara,

ukur volume dari tiap


campuran.

pada etiket.

Sediaan

emulsi

1 hari : tidak

dituangkan ke dalam

terjadi pemisahan

gelas

fase/tidak terjadi

ukur

dan

Pemisahan

disimpan dalam suhu

fase

kamar selama waktu

1 botol

creaming
6 hari : 24 ml

tertentu dan diamati


terjadinya creaming

Tidak terjadi
pemisahan
fase/tidak
terjadi
creaming.

7 hari :

(pemisahan fase).
Penentuan
ukuran

Ukuran globul

globul

berkisar 0,1

rata-rata

Ukuran

dengan selang waktu

globul

tertentu

3 botol

menggunakan

10 m dan
mengikuti
distribusi

mikroskop.

normal.

KIMIA
Identifikasi
zat aktif
10

(British
Pharmacopei
a vol. I dan II
p. 1)
KIMIA

11

Penetapan

12

kadar
BIOLOGI

Dengan
menggunakan

3 botol

3 botol

Pengawet adalah zat 3 botol

kromatografi

lapis

tipis.

Menggunakan HPLC
atau densitometri

Harus

Uji efektifitas antimikroba

yang

ditunjukkan

pengawet

ditambahkan

pada

untuk semua

(FI V hlm.

sediaan

non-steril

produk dosis

1354)

unuk

melindungi

sediaan

terhadap

pertumbuhan
mikroba
atau

yang

yang

ada

masuk

secara tidak sengaja


selama/sesudah

ganda

proses produksi
PERHITUNGAN BOBOT JENIS SEDIAAN
W1 = 29,916 g
W2 = 39,487 g
W3 = 39,779 g
W 3W 1
BJ = W 2W 1

39,779 g29,916 g
=1,030 g /ml
39,48729,916 g

VIII. PEMBAHASAN
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Ada 2 tipe emulsi yaitu oil in water
(o/w) atau minyak dalam air (m/a) dan emulsi water in oil (w/o) atau air dalam
minyak (a/m). (Kemenkes RI, 2014)
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan emulsi tipe O/W (emulsi minyak dalam
air) dimana bahan aktif dalam emulsi ini adalah Oleum maydis sebanyak 33.33% .
Oleum maydis atau minyak jagung mengandung beberapa zat seperti vitamin E,
bitamin B12, vitamin D, dan asam-asam lemak. Minyak jagung ini terdapat
banyak manfaat, yang pada umumnya digunakan sebagai suplemen gizi oral
dengan kadar hingga 67%. (Rowe, dkk, 2009)
Dalam pembuatan sediaan ini, bahan aktif (minyak jagung) memiliki bau khas
jagung yang samar, memiliki rasa sedikit minyak jagung serta praktis tidak larut
dalam etanol (95%) dan air. Bahan aktif pun tidak stabil pada panas dan cahaya.
Bahan aktif akan mengalami fotooksidasi minyak jagung jika bahan aktif telah
teroksiadasi. (Rowe, dkk, 2009)
Emulsi harus bebas dari pemisahan fase dan terbentuk kembali globul-globul
minyak diatas air. Sehingga untuk mencegah penggabungan kembali globulglobul minyak tersebut, dapat ditambahkan emulgator. Emulgator yang dipakai
pada sediaan ini adalah emulgator golongan surfaktan nononik (Tween dan Span).

Sehingga

pada

pembuatannya

menggunakan

metode

surfaktan

dengan

mencampurkan fase minyak dan fase air. Sehingga diperlukan perhitungan HLB
butuh minyak dan emulgator. (Anonim, 2015)
Sediaan emulsi ini digunakan secara multipledose dan mengandung air yang
rentan terhadap petumbuhan mikroorganisme, maka perlu ditambahkan pengawet,
antiikroba berupa metil paraben dan propil paraben. Sifat minyak jagung yang
tidak tahan panas dan rentan terhadap cahaya sehingga sediaan ini dikemas dalam
botol coklat sebagai kemasan primer, yang telah dikalibrasi.
Untuk meningkatkan akseptabilitas/penerimaan terhadap pasien terutama
untuk pasien anak, sediaan ditambahkan oleum aurantii sebagai perasa dan
pengaroma. Dan pewarna pasta lemon yellow sebagai pewarna. Juga ditambahkan
sukrosa sebagai pemanis. Dalam pembuatan sediaan ini, diperlukan adanya
tambahan zat pemanis, Natrium sakarin sebagai pemanis buatan dikarenakan
sediaan ini kurang manis ketika ditambahkan sukrosa saja. Umumnya minyak
mudah teroksidasi sehingga ditambahkan BHT (Butil Hidroksi Toluen) sebagai
antioksidan.
Di dalam formulasi eksipien (bahan tambahan), dikatakan bahwa aktivitas
antimikroba/pengawet dapat menurun karena kehadiran polisorbat 80 (Tween 80).
Maka pada sediaan ini ditambahkan PPG (propilenglikol) sebagai peningkat
aktivitas antimikroba dan sebagai pelarut dalam metil paraben dam propil
paraben. (Rowe, dkk, 2009)
Untuk mendapatkan sediaan yang optimal diperlukan adanya pembuatan
sediaan otimasi sebanyak 1 botol. Sediaan emulsi ini akan lebih stabil jika
viskositasnya tinggi. Sehingga ditambahkan Natrium CMC itu sebanyak 0,5%
sebagai peningkat viskositas. Tidak ditemukannya pH stabilitas zat aktif. Maka
ditentukan pH sediaan pada saat sediaan telah jadi (Spesifikasi intern). Sehingga
tidak diperlukan adanya pendapar dan adjust pH.
Pembuatan sediaan cair agar volume sediaan sesuai dengan yang tertera pada
etiket, maka setiap botol dilebihkan 2% untuk sediaan akhir. yang tidak terlalu
kental, dan 3% untuk sediaan akhir yang kental. Pada proses pembuatan sediaan
ini, tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan volume. Sehingga jumlah
keseluruhan dilebihkan 10% pada penimbangan untuk mencegah kehilangan
sediaan. (Anonim, 2015) Sediaan emulsi ini merupakan sediaan kental, maka
untuk volume per botol dilebihkan sebanyak 3% .
Pada pembuatan sediaan ini, konsentrasi emulgator ditingkatkan menjadi 2x
nya namun tidak melebihi ADI anak usia 14 tahun ke atas. Hal ini dikarenakan

sediaan akan mudah terbentuk creaming jika didiamkan dalam waktu tertentu
meskipun masalah ini bersifat reversibel. Serta untuk mencegah terjadinya
creaming dalam waktu yang cukup singkat, dapat pula dengan penambahan
Natrium CMC untuk memperlamat terbentuknya creaming. (Syasuni, 2007)
Tidak menutup kemungkinan adanya kegagalan dalam pembuatan emulsi.
Seperti tidak terbentuknya emulsi (pecah) pada saat pencampuran kedua fase yang
dikarenakan kedua fase yang dicampur banyaknya tidak sama, atau karena panas
yang tidak seragam antar motrir, fase air; dan fase minyak.
Pada uji evaluasi, sediaan ini memiliki rasa, warna, dan bau yang sesuai
dengan spesifikasi sediaan yang ditetapkan. Tidak digunakannya adjust pH karena
pH sediaan tidak ditentukan di awal melainkan ditentukan setelah sediaan jadi,
sehingga tidak adanya pH target sediaan tersebut. Pada uji homogenitas, sediaan
dinyatakan homogen karena ukuran partikel emulsi terlihat sama, berdasarakan uji
evaluasi untuk menentukan tipe emulsi menunjukkan bahwa sediaan ini
merupakan emulsi tipe o/w (emulsi tipe minyak dalam air). Volume terpindahkan
dilakukan pada uji evaluasi ini menunjukkan bahwa sediaan ini memenuhi syarat
volume terpindahkan. Uji pH pada indikator pH universal menunjukkan bahwa
pH sediaan ini adalah 6 dengan bobot jenis mendekati bobot jenis air, viskositas
sediaan 580 c Ps, terjadi creaming pada hari ke-6.

IX.

KESIMPULAN
A. Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.
No

Nama Bahan

.
1.
2.
3.

Oleum maydis
Sukrosa
Tween 80

4.
5.
6.
7.

Span 80
Metil paraben
Propil paraben
PPG

10%

Jumlah

Kegunaan

33,33% b/v
20% b/v
3,46% b/v

Bahan aktif
Pemanis
Emulgator surfaktan

6,54% b/v
0,2% b/v
0,02% b/v
1,2% b/v

Emulgator surfaktan
Pengawet, antimikroba
Pengawet, antimikroba
Pelarut metil paraben & propil
paraben,

8.
9.
10.
11.

BHT
Natrium CMC
Natrium sakarin
Pasta lemon yellow

0.01% b/v
0,5% b/v
0,25% b/v
9 gtt

peningkat

pengawet / antimikroba
Antioksidan
Peningkat viskositas
Pemanis buatan
Pewarna

aktivitas

12.
13.

Oleum aurantii
Aquadest

50 gtt
ad 100% v/v

Perasa, pengaroma
Pelarut, pembawa

B. Kesimpulan Sediaan
Berdasarkan hasil pengaamatan dan evaluasi yang dilakukan, sediaan
X.
-

dinyatakan memenuhi syarat.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1 (2007). British Pharmacopoeia 2007. Volume I. Electronic Version.
London: hal. 843.
Anonim, diakses pada Minggu, 10 Mei 2015 Pk. 18.46
http://kitapunya.info/2014/09/15/Beragam-manfaat-minyak-jagung-yang-jarangdiketahui/
Anonim (2006 ). Japanense Pharmacopoeia, Fifteen Edition. Electronic Version.

hal. 267, 268, 744.


- Anonim. Modern Pharmaceutics ed. 4. P. 3,46.
Anonim. 2015. Teori Pengantar Sediaan Farmasi. Emulsi.
- Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,

Jakarta: Departemen Kesehatan.


Komisi Farmakope Eropa. 2005. European Pharmacopoeia 5.0. Uppsala. Dewan
Eropa.
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek
Farmasi. Industri II, Edisi III diterjemahkan oleh Siti Suyatmi dan Iin Asyiyah.

UI. Press, Jakarta, 943, 963, 965, 969.


Mardjono. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas

Kedokteran UI.
Martin, A., Bustamante, P., & Chun, A.H.C., 1993, Physical Pharmacy: Physical
Chemical Principles in the Pharmaceutical Sciences, Fourth Edition, Lea &
Febiger, Philadelphia, 331-336, 463.

Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,

London : Pharmaceutical Press. .


Sweetman, S.C., 2009. Martindale

The

Complete

Drug Reference

36th

edition, Pharmaceutical Press: London.


- Syamsuni H.A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta, EGC.
- Tjay Tan Hoan, Tahardja Kirana. 2007. Obat-Obat Penting (Khasiat, Cara
penggunaan dan efek-efek sampingnya), Edisi keenam. Jakarta. PT ELEX
MEDIA KOMPTINDO KELOMPOK KOMPAS-GRAMEDIA.

XI.

LAMPIRAN
1. Kemasan Sekunder

2. Etiket

3. Brosur

SIMAYDIS
Oleum Maydis
EMULSI
SIMAYDIS dibuat dengan bahan aktif Oleum Maydis (Minyak jagung) yang berkhasiat
untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Komposisi :
Tiap 15 ml mengandung
Oleum maydis

5g

Mekanisme Kerja :
Berdaya melindungi trombosit terhadap oksidasi, dan dengan demikian mencegah terjadinya
trombi dan trombose, sehingga melancarkan sirkulasi darah, menstimulir pernapasan sel dan
menghambat pembentukkan parut (bekas luka).
Peringatan dan perhatian :
Tidak dikonsumsi secara berlebihan, karena akan mengganggu keseimbangan sistem
metabolisme tubuh.
Dosis :
Sehari satu kali 15 ml (1 sendok makan)
No. Reg : DBL1500700632A1
Diproduksi oleh :
PT. PHARAFAM FARMA
Bandung-Indonesia

4. Lampiran Evaluasi

Uji pH

Volume
terpindahkan

Uji Pemisahan
Fase

Uji Pemisahan
Fase

H+1

H+6

Anda mungkin juga menyukai