Disusun oleh:
I.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Dapat membuat formula mengevaluasi sediaan emulsi dengan bahan aktif
Oleum maydis 33,33%.
II.
LATAR BELAKANG
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Ada 2 tipe emulsi yaitu oil in water
(o/w) atau minyak dalam air (m/a) dan emulsi water in oil (w/o) atau air dalam
minyak (a/m). (Kemenkes RI, 2014)
Oleum maydis 33,33% emulsi cair adalah bentuk sediaan emulsi yang
digunakan secara oral. Bahan dalam/fase dispersi emulsi ini adalah Oleum maydis
(minyak jagung). (Rowe, dkk, 2009) Minyak jagung diperoleh dari Zea mays
Linne' (Fam. Gramineae), yang mengandung hampir 50% dari minyak tetap
dibandingkan dengan 3,0-6,5%. Minyak diperoleh dari embrio ekspresi dan / atau
ekstraksi pelarut. Penghilangan melibatkan penghapusan bebas asam lemak,
fosfolipid, dan kotoran; decolorizing dengan adsorben padat; dewaxing oleh
dingin; dan deodorisasi pada suhu tinggi dan di bawah vakum. (Rowe, dkk, 2009)
Minyak jagung digunakan terutama dalam formulasi farmasi sebagai pelarut
untuk injeksi intramuskular atau untuk sediaan topikal. Emulsi yang mengandung
minyak jagung hingga 67% juga digunakan sebagai suplemen gizi oral. Ketika
dikombinasikan dengan surfaktan dan polimer pembentuk gel, digunakan untuk
merumuskan vaksin hewan. Minyak jagung memiliki sejarah panjang digunakan
sebagai minyak goreng dan mungkin digunakan di sediaan tablet atau kapsul
untuk pemberian oral. (Rowe, dkk, 2009)
Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan emulsi dengan bahan aktif
minyak jagung. Minyak jagung atau corn oil merupakan salah satu sumber
minyak nabati yang sangat potensial khususnya sebagai bahan oleopangan dan
oleokimia. (Anonim, 2009) Minyak jagung memiliki kandungan karbohidrat dan
protein di dalamnya. Minyak jagung terdiri dari asam lemak tak jenuh dan
terdapat sejumlah kalori yang berasal dari lemak tersebut. (Anonim, 2014)
TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fasen
terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi
minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase
terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa,
sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan
dan tragakan.
Emulgator hewani, contoh : kuning telur dan adeps lanae (lemak buku
domba).
Emulgator dari mineral, contoh : Magnesium alumunium silikat
permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik di
sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan
antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama
masing fase pada suhu 60o-70oC, kemudian dicampurkan kedua fase sambil
digerus (distier) dengan kecepatan tinggi selama waktu tertentu hingga
terbentuk corpus emulsi. (Anonim, 2015)
Stabilitas Emulsi :
-
lagi.
Jika terbentuk agregat, jika dikocok akan homogen kembali.
Tidak ada perubahan yang berarti dalam ukuran partikel atau distribusi
kembali.
Koalesensi dan Cracking (Breaking) adalah pecahnya emulsi karena film
yang meliputi partikel rusak dan butir minyak berkoalesensi atau menyatu
menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat irreversibel (tidak
dapat diperbaiki kembali). Hal ini terjadi karena :
Peristiwa kimia : seperti penambahan alkohol, perubahan pH,
pengadukan.
Peristiwa biologi : seperti fermentasi bakteri, jamur atau ragi.
Inversi fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara
tiba-tiba atau sebaliknya. Sifatnya irreversibel (tidak dapat diperbaiki
kembali). (Syamsuni, 2007)
Struktur
Rumus molekul
Titik lebur
Pemerian
samar
bau
(sedikir
berbau),
rasa
manis
Stabilita
199)
Air : (Tidak ditemukan pada literatur Handbook of
Pharmaceutical Exipients, Farmakope Indonesia Edisi IV
dan V, Japanese Pharmacopeia, Martindale 36th, dan British
Pharmacopeia).
pH : (Tidak ditemukan pada literatur Handbook of
Pharmaceutical Exipients, Farmakope Indonesia Edisi IV
dan V, Japanese Pharmacopeia, Martindale 36th, dan British
Pharmacopeia).
Inkompatibilitas
Keterangan lain
Kegunaan :
Penyimpanan
PREFORMULASI
1. Sukrosa
EKSIPIEN
Zat
Sinonim
Struktur
molekul
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
Stabilita
Keterangan
lain
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
Pemanis 67%
Tablet pengikat 2-20%
Tablet pengikat 50-67%
Coating tablet 50-67% (HOPE 6th, p 703 - 706)
2. Tween 80
Zat
Sinonim
Struktur
C64H124O26
-
Kelarutan
Stabilitas
Inkompabilitas
Keterangan lain
Penyimpanan
Kadar
Emulgator
penggunaan
115%
115%
Wetting agent
0.13%
3. Span 80
Zat
Sinonim
Struktur
Kelarutan
Stabilita
Inkompatibilita
Keterangan lain
Penyimpanan
Kadar
Emulgator
penggunaan
115%
110%
Solubilizing agent
110%
Wetting agent
0.13%
4. Metil paraben
Zat
Sinonim
Struktur
Rumus molekul
C8H8O3
Titik lebur
125128oC
Pemerian
bubuk. Hal ini tidak berbau atau hampir tidak berbau dan
memiliki pembakaran sedikit
Kelarutan
Eter 1 : 10
Gliserin 1 : 60
Minyak mineral Praktis tidak larut
Minyak kacang 1 : 200
Propilen glikol 1 : 5
Air 1 : 400, 1 : 50 di 50oC air, 1 : 30 di 80oC air. (
Stabilita
Inkompatibilita
surfaktan
dan
mencegah
interaksi
antara
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
5. Propil paraben
Zat
Sinonim
Struktur
molekul
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
Minyak kacang 1 di 70
Propilen glikol 1 di 3,9
Polietilen glikol (50%) 1 di 110
Air 1 di 4350 di 158C
1 2500
1 di 225 di 808C (HOPE 6th ed. p. 596)
Stabilita
Inkompabilita
menyerap
propil
paraben,
sehingga
mengurangi
lain
(HOPE 6th ed. p. 596)
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
6. Propilen glikol
(HOPE 6th, p 593-594)
Zat
Propilen glikol
Sinonim
Struktur
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
Stabilita
Inkompatibilita
Keterangan lain
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
Kosolven 1030%
Larutan oral 1025%
Parenteral 1060%
Topikal 580% (HOPE 6th, p 593-594)
Sinonim
butylhydroxytoluenum;
Dalpac;
E321;
Embanox
BHT;
Rumus molekul
Titik lebur
Pemerian
Serbuk atau zat padat kristal kuning pucat atau putih dengan
(HOPE 6th, p. 75)
Stabilita
Inkompatibilita
karakteristik
feno,
kontak
dengan
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
b-Carotene
0.01%
0.01%
0.020.5%
Minyak lemak
0.02%
Minyak ikan
0.010.1%
0.03%
0.00090.002%
Formula topikal
0.00750.1%
Vitamin A
Zat
Natrium CMC
Sinonim
carmellosum
natricum;
Cel-O-Brandt;
gum
selulosa;
Rumus molekul
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
Stabilita
Dalam
kondisi
kelembaban
tinggi,
karboksimetilselulosa
membentuk
coacervates
kompleks
dengan
kolagen
dan
mampu
p 120)
Keterangan lain
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
9. Natrium sakarin
Zat
Sinonim
1,2-Benzisothiazolin-3-satu-1,1
dioksida,
natrium
garam;
molekul
Titik lebur
Pemerian
Stabilita
Inkompabilita
s
Keterangan
lain
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
10. Aquadest
Zat
Sinonim
Struktur
Rumus molekul
Titik lebur
Pemerian
Cairan
jernih,
tidak
berwarna,
tidak
berbau,
tidak
Stabilitas
Inkompatibilitas
Keterangan lain
Penyimpanan
SPESIFIKASI SEDIAAN
Bentuk sediaan
: Emulsi
Warna
: Kuning
Rasa
Bau
pH sediaan
Kadar sediaan
: 33,33%
Volume sediaan
: 100 ml/botol
Dewasa : 10 g/15 ml (The Journal of Nuclear Medicine Vol. 46 No.1 Jan 2005)
Anak-anak : x dosis dewasa (Syamsuni, 2007).
5 g/15 ml
IV.
No
Nama Bahan
.
1.
2.
3.
Oleum maydis
Sukrosa
Tween 80
4.
5.
6.
7.
Span 80
Metil paraben
Propil paraben
PPG
10%
Jumlah
Kegunaan
33,33% b/v
20% b/v
3,46% b/v
Bahan aktif
Pemanis
Emulgator
6,54% b/v
0,2% b/v
0,02% b/v
1,2% b/v
Emulgator
Pengawet, antimikroba
Pengawet, antimikroba
Pelarut metil paraben & propil
paraben,
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
V.
peningkat
pengawet / antimikroba
Antioksidan
Peningkat viskositas
Pemanis buatan
Pewarna
Perasa, pengaroma
Adjust pH (bila perlu)
Adjust pH (bila perlu)
Pelarut, pembawa
BHT
0.01% /v
Natrium CMC
0,5% b/v
Natrium sakarin
0,25% b/v
Pasta lemon yellow
Qs
Oleum aurantii
Qs
HCl 0,1 N
Qs
NaOH 0,1 N
Qs
Aquadest
ad 100% v/v
PENIMBANGAN
Volume per botol 100 ml dilebihkan 3%
100ml + 3%(100ml) = 103 ml
Dibuat sediaan 4 botol (@103 ml) = 103 ml x 4 = 412 ml
Pada pembuatan, volume total dilebihkan 10 %
aktivitas
500 ml
PERHITUNGAN HLB
HLB butuh minyak jagung : 8 (Modern Pharmaceutics 4th ed. p. 407)
HLB butuh Span 80 : 4,3 (HOPE 6th ed. p. 678)
HLB butuh Tween 80 : 15,0 (HOPE 6th ed. p. 551)
Tween 80
Tween 80 10%
3,7
x 10 g=3,457 g 3,46 g
15,0
3,7
10,7
8
Span 80
Span 80
7
x 10 g=6,54 g
7,0
10,7
4,3
10,7
No.
1.
Nama Bahan
Oleum maydis
2.
Sukrosa
3.
Tween 80
10%
3,46 gram
x 500 ml=17,3 gram
100 ml
6,54 gram
x 500 ml=32,7 gram
100 ml
4.
Span 80
5.
Metil paraben
0,2 gram
x 500 ml=1 gram
100 ml
6.
Propil paraben
0,02 gram
x 500 ml=0,1 gram
100 ml
7.
PPG
1,2 gram
x 500 ml=6 gram
100 ml
PPG untuk metil paraben
PPG untuk propil paraben
1 g x 5=5 gram
BHT
0,01 gram
x 500 ml=0,05 gram
100 ml
9.
Natrium CMC
10.
Natrium sakarin
11.
Aquadest
0,5 gram
x 500 ml=2,5 gram
100 ml
0,25 gram
x 500 ml=1,25 gram
100 ml
ad 100% v/v
maka , penggunaan Tween 80 tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .
6,54 gram
x 15 ml=0,981 gram=981 mg<1134 mg
100 ml
maka , penggunaan Span 80 tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .
maka , penggunaan Metil paraben tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .
0,02 gram
x 15 ml=0,003 gram=3 mg<453,6 mg
100 ml
maka , penggunaan Propil paraben tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .
maka , penggunaan Propilen glikol tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .
0,01 gram
x 15 ml=0,0015 gram=1,5 mg=1500 g < 5670 g
100 ml
maka , penggunaan BHT tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .
PERHITUNGAN ADI NATRIUM SAKARIN
2,5 mg/kg BB (HOPE 6th p. 609)
BB Pasien Anak usia 14 tahun = 45,36 kg (ISO Vol. 48 hlm. 671)
2,5 mg x 45,36 = 113,4 mg
-
maka , penggunaan Natrium sakarin tidak melebihi batas ADI dan dapat dikonsumsi .
VI.
PROSEDUR PEMBUATAN
Pembuatan aqua bebas CO2
1. Memanaskan 500 ml air hingga mendidih.
2. Diamkan selama 30 menit, lalu ditututp dan didinginkan.
Pengkalibrasian Botol dan Beaker Glass Utama
a) Kalibrasi Botol Coklat 103 ml
1. Masukkan air kran sebanyak 100 ml pada gelas ukur 100 ml, lalu
tuangkan air tersebut ke dalam botol coklat 100 ml.
2. Masukkan air kran sebanyak 3 ml pada gelas ukur 10 ml, lalu tuangkan air
tersebut ke dalam botol coklat 100 ml.
3. Tandai batas kalibrasi, air yang ada dalam botol dibuang.
4. Bilas botol tersebut dengan aquadest secukupnya sebanyak 1x dan botol
dikeringkan.
5. Lakukan tahap diatas untuk 4 botol lain.
6. Botol siap dipakai.
b) Kalibrasi Beaker Glass Utama 500 ml
1. Masukkan air kran sebanyak 500 ml ke dalam gelas ukur 1000 ml (1 L),
lalu tuangkan air tersebut ke dalam beaker glass 500 ml.
2. Tandai batas klibrasi, air yang ada dalam beaker glass dibuang.
3. Bilas beaker glass tersebut dengan aquadest secukupnya sebanuak 1x dan
250 ml.
Pembuatan Sediaan Emulsi dengan Bahan Aktif Oleum maydis 33,33%
1. Mortir dan stamper dipanaskan.
2. Tween 80 diencerkan dengan aquadest (sesuai data kelarutan) sebanyak 170
ml di dalam beaker glass 250 ml, aduk ad homogen (fase air).
3. Span 80 dicampurkan dengan Oleum maydis, aduk ad homogen (fase
minyak).
4. Fase air (Tween dan air) dan fase minyak (Span dan minyak) dipanaskan
diatas hotplate hingga suhu mencapai 60o-70oC.
5. Setelah suhu mencapai 60o-70oC, campuran tween dan air (fase air) dan
campuran span dan minyak (fase minyak) dicampurkan selagi panas di dalam
mortir yang telah dipanaskan, gerus kuat ad corpus emulsi ad dingin.
6. BHT dilarutkan dengan 0,5 gram Oleum maydis di cawan penguap, aduk ad
larut masukkan ke dalam mortir, gerus ad homogen.
7. Natrium CMC dikembangkan di mortir terpisah diatas aquadest sebanyak 50
ml gerus ad mucilago.
8. Corpus emulsi yang telah terbentuk dan terdapat BHT dimasukkan ke dalam
mucilago Na.CMC sedikit-sedikit sambil digerus ad homogen, bilas mortir
emulsi tadi dengan aquadest secukupnya sebanyak 2x hasil bilasan
dimasukkan ke dalam mortir yang berisi mucilago Na. CMC tadi, gerus ad
homogen.
9. Metil paraben dilarutkan dengan 5 gram propilen glikol (PPG) di dalam
cawan penguap, aduk ad larut, masukkan ke dalam mortir gerus ad homogen,
bilas cawan penguap dengan aquadest secukupnya sebanyak 2x hasil bilasan
dimasukkan ke dalam mortir gerus ad hompgen.
10. Propil paraben dilarutkan dengan 1 gram propilen glikol (PPG) di dalam
cawan penguap, aduk ad larut, masukkan ke dalam mortir gerus ad homogen,
bilas cawan penguap dengan aquadest secukupnya sebanyak 2x hasil bilasan
dimasukkan ke dalam mortir gerus ad hompgen.
11. Sirupus simpleks diencerkan dengan 10 ml aquadest aduk ad homogen,
masukkan ke dalam mortir gerus ad homogen, bilas beaker glass dengan
aquadest secukupnya sebanyak 2x hasil bilasan dimasukkan ke dalam mortir
gerus ad hompgen.
12. Natrium sakarin dilarutkan dengan 5 ml aquadest di dalam beaker glass 50 ml
aduk ad larut masukkan ke dalam mortir, gerus ad homogen, bilas beaker
VII.
No
Prinsip evaluasi
evaluasi
Jumlah
Hasil
sampel
pengamatan
Syarat
Sediaan
Sediaan berwarna
1.
FISIKA
Dilakukan pengujian
Organoleptis
kuning
Sediaan
1 botol
kuning
berasa Sediaan berasa
manis
yang
botol
teteskan 1 botol
Homogenitas
menggunakan
pipet
manis diikuti
FISIKA
berwarna
Ukuran
sama
beraroma
jeruk
partikel Suspensi
secara dianggap
diratakan
dilihat
dan
homogen
ukuran
visual : Homogen
partikelnya,
dilakukan sebanyak 3
jika
ukuran partikel
terlihat
sama
secara visual.
kali.
Zat warna
Teteskan
terlarut dan
sedikit
FISIKA
Tipe emulsi
kaca
blue tersebar
arloji,
dalam sediaan =
blue
dan
amati
perubahan
emulsi tipe
minyak dalam air
(o/w)
yang terjadi.
homogen pada
fase
eksternalnua
berupa air.
(Farmasi fisika
hlm. 11441145)
Menggunakan
piknometer
FISIKA
Penetapam
4
Bobot Jenis
(FI V hlm.
1553)
Bobot jenis
dikalibrasi
sediaan harus
dengan
menetapkan
bobot
piknometer
dan
3 botol
mendekati atau
sediaaan = 1,030
sama dengan
/ml
1 g/ml
dididihkan,
dinginkan
bersih
hingga
FISIKA
25oC
Menggunakan
Penetapan
indikator
pH
universal.
(FI V hlm.
Pengukuran
1563)
(ditetapkan
setelah sediaan
jadi)
masing-masing
1 botol
pH
pH sediaan = 6
Ditentukan
dengan
spesifikasi
internal
monografi
Pengukuran
kekentalan
menguunakan
FISIKA
6
Uji viskositas
(FI V hlm.
1562)
viskometer
alat
stormer
dengan memasukkan
Viskositas
580 cP s
sekitar 500 cP s
700 cP s
spindel dimasukkan
dan dinyalakan. Akan
tertera
viskositas
sediaan tersebut.
Tuang isi perlahanlahan dari tiap wadah
ke dalam gelas ukur
kering
terpisah
dengan
kapasitas
Volume
rata
dikalibrasi,
secara
yang diperoleh
hati-hati
untuk
tidak
Volume
menghindarkan
terpindahkan
pembentukan
3 botol
100 ml
ratalarutan
kurang
gelembung
udara
pada
waktu
95%,
seperti
dan
yang
tertera
penuangan,
diamkan
selama
Jika
bebas
gelembung
telah
dari
udara,
pada etiket.
Sediaan
emulsi
1 hari : tidak
dituangkan ke dalam
terjadi pemisahan
gelas
fase/tidak terjadi
ukur
dan
Pemisahan
fase
1 botol
creaming
6 hari : 24 ml
Tidak terjadi
pemisahan
fase/tidak
terjadi
creaming.
7 hari :
(pemisahan fase).
Penentuan
ukuran
Ukuran globul
globul
berkisar 0,1
rata-rata
Ukuran
globul
tertentu
3 botol
menggunakan
10 m dan
mengikuti
distribusi
mikroskop.
normal.
KIMIA
Identifikasi
zat aktif
10
(British
Pharmacopei
a vol. I dan II
p. 1)
KIMIA
11
Penetapan
12
kadar
BIOLOGI
Dengan
menggunakan
3 botol
3 botol
kromatografi
lapis
tipis.
Menggunakan HPLC
atau densitometri
Harus
yang
ditunjukkan
pengawet
ditambahkan
pada
untuk semua
(FI V hlm.
sediaan
non-steril
produk dosis
1354)
unuk
melindungi
sediaan
terhadap
pertumbuhan
mikroba
atau
yang
yang
ada
masuk
ganda
proses produksi
PERHITUNGAN BOBOT JENIS SEDIAAN
W1 = 29,916 g
W2 = 39,487 g
W3 = 39,779 g
W 3W 1
BJ = W 2W 1
39,779 g29,916 g
=1,030 g /ml
39,48729,916 g
VIII. PEMBAHASAN
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Ada 2 tipe emulsi yaitu oil in water
(o/w) atau minyak dalam air (m/a) dan emulsi water in oil (w/o) atau air dalam
minyak (a/m). (Kemenkes RI, 2014)
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan emulsi tipe O/W (emulsi minyak dalam
air) dimana bahan aktif dalam emulsi ini adalah Oleum maydis sebanyak 33.33% .
Oleum maydis atau minyak jagung mengandung beberapa zat seperti vitamin E,
bitamin B12, vitamin D, dan asam-asam lemak. Minyak jagung ini terdapat
banyak manfaat, yang pada umumnya digunakan sebagai suplemen gizi oral
dengan kadar hingga 67%. (Rowe, dkk, 2009)
Dalam pembuatan sediaan ini, bahan aktif (minyak jagung) memiliki bau khas
jagung yang samar, memiliki rasa sedikit minyak jagung serta praktis tidak larut
dalam etanol (95%) dan air. Bahan aktif pun tidak stabil pada panas dan cahaya.
Bahan aktif akan mengalami fotooksidasi minyak jagung jika bahan aktif telah
teroksiadasi. (Rowe, dkk, 2009)
Emulsi harus bebas dari pemisahan fase dan terbentuk kembali globul-globul
minyak diatas air. Sehingga untuk mencegah penggabungan kembali globulglobul minyak tersebut, dapat ditambahkan emulgator. Emulgator yang dipakai
pada sediaan ini adalah emulgator golongan surfaktan nononik (Tween dan Span).
Sehingga
pada
pembuatannya
menggunakan
metode
surfaktan
dengan
mencampurkan fase minyak dan fase air. Sehingga diperlukan perhitungan HLB
butuh minyak dan emulgator. (Anonim, 2015)
Sediaan emulsi ini digunakan secara multipledose dan mengandung air yang
rentan terhadap petumbuhan mikroorganisme, maka perlu ditambahkan pengawet,
antiikroba berupa metil paraben dan propil paraben. Sifat minyak jagung yang
tidak tahan panas dan rentan terhadap cahaya sehingga sediaan ini dikemas dalam
botol coklat sebagai kemasan primer, yang telah dikalibrasi.
Untuk meningkatkan akseptabilitas/penerimaan terhadap pasien terutama
untuk pasien anak, sediaan ditambahkan oleum aurantii sebagai perasa dan
pengaroma. Dan pewarna pasta lemon yellow sebagai pewarna. Juga ditambahkan
sukrosa sebagai pemanis. Dalam pembuatan sediaan ini, diperlukan adanya
tambahan zat pemanis, Natrium sakarin sebagai pemanis buatan dikarenakan
sediaan ini kurang manis ketika ditambahkan sukrosa saja. Umumnya minyak
mudah teroksidasi sehingga ditambahkan BHT (Butil Hidroksi Toluen) sebagai
antioksidan.
Di dalam formulasi eksipien (bahan tambahan), dikatakan bahwa aktivitas
antimikroba/pengawet dapat menurun karena kehadiran polisorbat 80 (Tween 80).
Maka pada sediaan ini ditambahkan PPG (propilenglikol) sebagai peningkat
aktivitas antimikroba dan sebagai pelarut dalam metil paraben dam propil
paraben. (Rowe, dkk, 2009)
Untuk mendapatkan sediaan yang optimal diperlukan adanya pembuatan
sediaan otimasi sebanyak 1 botol. Sediaan emulsi ini akan lebih stabil jika
viskositasnya tinggi. Sehingga ditambahkan Natrium CMC itu sebanyak 0,5%
sebagai peningkat viskositas. Tidak ditemukannya pH stabilitas zat aktif. Maka
ditentukan pH sediaan pada saat sediaan telah jadi (Spesifikasi intern). Sehingga
tidak diperlukan adanya pendapar dan adjust pH.
Pembuatan sediaan cair agar volume sediaan sesuai dengan yang tertera pada
etiket, maka setiap botol dilebihkan 2% untuk sediaan akhir. yang tidak terlalu
kental, dan 3% untuk sediaan akhir yang kental. Pada proses pembuatan sediaan
ini, tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan volume. Sehingga jumlah
keseluruhan dilebihkan 10% pada penimbangan untuk mencegah kehilangan
sediaan. (Anonim, 2015) Sediaan emulsi ini merupakan sediaan kental, maka
untuk volume per botol dilebihkan sebanyak 3% .
Pada pembuatan sediaan ini, konsentrasi emulgator ditingkatkan menjadi 2x
nya namun tidak melebihi ADI anak usia 14 tahun ke atas. Hal ini dikarenakan
sediaan akan mudah terbentuk creaming jika didiamkan dalam waktu tertentu
meskipun masalah ini bersifat reversibel. Serta untuk mencegah terjadinya
creaming dalam waktu yang cukup singkat, dapat pula dengan penambahan
Natrium CMC untuk memperlamat terbentuknya creaming. (Syasuni, 2007)
Tidak menutup kemungkinan adanya kegagalan dalam pembuatan emulsi.
Seperti tidak terbentuknya emulsi (pecah) pada saat pencampuran kedua fase yang
dikarenakan kedua fase yang dicampur banyaknya tidak sama, atau karena panas
yang tidak seragam antar motrir, fase air; dan fase minyak.
Pada uji evaluasi, sediaan ini memiliki rasa, warna, dan bau yang sesuai
dengan spesifikasi sediaan yang ditetapkan. Tidak digunakannya adjust pH karena
pH sediaan tidak ditentukan di awal melainkan ditentukan setelah sediaan jadi,
sehingga tidak adanya pH target sediaan tersebut. Pada uji homogenitas, sediaan
dinyatakan homogen karena ukuran partikel emulsi terlihat sama, berdasarakan uji
evaluasi untuk menentukan tipe emulsi menunjukkan bahwa sediaan ini
merupakan emulsi tipe o/w (emulsi tipe minyak dalam air). Volume terpindahkan
dilakukan pada uji evaluasi ini menunjukkan bahwa sediaan ini memenuhi syarat
volume terpindahkan. Uji pH pada indikator pH universal menunjukkan bahwa
pH sediaan ini adalah 6 dengan bobot jenis mendekati bobot jenis air, viskositas
sediaan 580 c Ps, terjadi creaming pada hari ke-6.
IX.
KESIMPULAN
A. Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.
No
Nama Bahan
.
1.
2.
3.
Oleum maydis
Sukrosa
Tween 80
4.
5.
6.
7.
Span 80
Metil paraben
Propil paraben
PPG
10%
Jumlah
Kegunaan
33,33% b/v
20% b/v
3,46% b/v
Bahan aktif
Pemanis
Emulgator surfaktan
6,54% b/v
0,2% b/v
0,02% b/v
1,2% b/v
Emulgator surfaktan
Pengawet, antimikroba
Pengawet, antimikroba
Pelarut metil paraben & propil
paraben,
8.
9.
10.
11.
BHT
Natrium CMC
Natrium sakarin
Pasta lemon yellow
0.01% b/v
0,5% b/v
0,25% b/v
9 gtt
peningkat
pengawet / antimikroba
Antioksidan
Peningkat viskositas
Pemanis buatan
Pewarna
aktivitas
12.
13.
Oleum aurantii
Aquadest
50 gtt
ad 100% v/v
Perasa, pengaroma
Pelarut, pembawa
B. Kesimpulan Sediaan
Berdasarkan hasil pengaamatan dan evaluasi yang dilakukan, sediaan
X.
-
Kedokteran UI.
Martin, A., Bustamante, P., & Chun, A.H.C., 1993, Physical Pharmacy: Physical
Chemical Principles in the Pharmaceutical Sciences, Fourth Edition, Lea &
Febiger, Philadelphia, 331-336, 463.
The
Complete
Drug Reference
36th
XI.
LAMPIRAN
1. Kemasan Sekunder
2. Etiket
3. Brosur
SIMAYDIS
Oleum Maydis
EMULSI
SIMAYDIS dibuat dengan bahan aktif Oleum Maydis (Minyak jagung) yang berkhasiat
untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Komposisi :
Tiap 15 ml mengandung
Oleum maydis
5g
Mekanisme Kerja :
Berdaya melindungi trombosit terhadap oksidasi, dan dengan demikian mencegah terjadinya
trombi dan trombose, sehingga melancarkan sirkulasi darah, menstimulir pernapasan sel dan
menghambat pembentukkan parut (bekas luka).
Peringatan dan perhatian :
Tidak dikonsumsi secara berlebihan, karena akan mengganggu keseimbangan sistem
metabolisme tubuh.
Dosis :
Sehari satu kali 15 ml (1 sendok makan)
No. Reg : DBL1500700632A1
Diproduksi oleh :
PT. PHARAFAM FARMA
Bandung-Indonesia
4. Lampiran Evaluasi
Uji pH
Volume
terpindahkan
Uji Pemisahan
Fase
Uji Pemisahan
Fase
H+1
H+6