KELOMPOK 2B
Pradia Paramita (145070509111001)
Suspensi harus mengandung zat anti mikroba yang sesuai untuk melindungi
kontaminasi bakteri. Sesuai sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspense dapat
mengendap dalam dasar wadah bila didiamkan. Pengendapan dapat mempermudah
pengerasan dan pemadatan sehingga sulit terdispersi kembali. Untuk mengatasi hal
tersebut, dapat ditambahkan zat yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan
bentuk gel suspense. Yang penting adalah bahwa suspense harus dikocok baik
sebelum digunakan, untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam
pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus
disimpan dalam wadah yang tertutup rapat (Depkes RI, 1995).
d. Struktur kimia :
e. Rumus molekul : C7H4NNaO3S
f. Bobot molekul : 205,16
g. pH stabilitas : 2 6,6
h. pH larutan : 6,6
i. Stabilitas : Stabil dibawah kondisi rentang normal dalam formulasi,
hanya saja ketika suhu tinggi 125 C dengan pH rendah (<2) maka selama
lebih dari 1 jam akan menjadi dekomposisi
j. Titik didih dan titik leleh : 226 230 C
k. Inkompatibilitas : Kompatibel
l. Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terhindar dari
cahaya (Ditjen POM, 1995)
m. Sifat khusus : Memilki kekuatan kadar 300- 600 kali sukrosa
n. Koefisien partisi : -
3.4 Propilen Glikol
d. Struktur kimia :
e. Rumus molekul : C3H8O2
f. Beratmolekul : 76,09
g. Kelarutan : dapat bercampur dengan air,dengan aseton,dengan
kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial. Tetapi tidak
dapat bercampur dengan minyak lemak
h. pH larutan :-
i. pH stabilitas :-
j. Titik didih :-
k. Titik leleh :-
l. Stabilitas : pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam wadah
tertutup baik,tetapi pada temperature tinggi pada udara terbuka propilen glikol
cenderung beroksidasi dan secara kimia senyawa ini stabil ketika dicampur
etanol (95%)P, gliserin atau air. Propilen glikol bersifat higroskopis
m. Inkompatibilitas: inkompatibel dengan reagen penyebab oksidasi seperti
kalium permanganat
n. Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
o. Sifat khusus yang penting untuk formulasi : -
p. Koefisien partisi :
a. Pemerian : Granul atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau praktis
tidak berbau, stabil di udara (HOPE 6th Edition, 2009).
b. Nama lain : Sodium Benzoate (HOPE 6th Edition, 2009).
c. Nama kimia : Sodium benzenecarboxylate (HOPE 6th Edition, 2009).
d. Struktur kimia :
4. 2 Rasionalisasi formula
Pada formulasi suspensi digunakan sulfametoksazol sebagai bahan aktif yang
berfungsi sebagai antibiotic yang memiliki sifat tidak mudah larut dalam air, sehingga
perlu dibuat sediaan yang dapat mendispersikan padatan bahan aktif obat ke dalam
mediumnya yaitu suspensi (Ditjen POM, 1979).
Propilen glikol digunakan dalam formulasi ini sebagai wetting agent dengan
konsentrasi 10 % sesuai dengan di HOPE. Dasar pemilihan wetting agent ini karena
PG dapat menurunkan sudut kontak partikel. Bahan obat dapat lebih mudah
tercampur dengan medium pendispersinya jika sudut kontak partikel kecil (HOPE hal
592).
Natrium benzoat dinyatakan aman apabila digunakan sebagai bahan tambahan
makanan Preservative. Bukti-bukti menunjukkan, pengawet ini mempunyai toksisitas
sangat rendah terhadap hewan maupun manusia, hingga saat ini benzoat dipandang
tidak memiliki efek teratogenik (menyebabkan cacat bawaan) jika dikonsumsi dan
tidak mempunyai efek karsinogenik. Selain itu PH dari natrium benzoat sudah sesuai
dengan PH bahan aktif (4-6) (Ditjen POM, 1979).
Saccaharin sodium dipilih karena memiliki tingkat kemanisa 300x dari sukrosa
sehingga menguntungkan dari segi ekonomis. Saccharin sodium digunakan dalam
persentase yang kecil sehingga tidak membuat sediaan kental (HOPE, 2009).
Raspberry digunakan sebagai perasa untuk menutupi rasa yang kurang enak atau
pahit dari sediaan sehingga dapat meningkatkan acceptabilitas konsumen (Ditjen
POM, 1979).
FD & C Red digunakan sebagai pewarna kaarean dapat memberikan warna merah
yang sesuai atau cocok dengan perasa yang digunakan sehingga dapat meningkatkan
acceptabilitas konsumen (Ditjen POM, 1979).
V. Perhitungan
Jumlah sediaan sirup yang dibuat sejumlah 5 botol masing-masing 60 ml. Menurut
USP, Setiap bahan dilebihkan 5%. Perhitngannya adalah sebagai berikut.
1. Sulfamethoxazole 50mg/5 ml
50 mg x 60 ml = 600 mg (1 botol)
5 ml
600 mg x 5 = 3 g (5 botol)
5__ x 3000 mg = 150 mg
100
Total sulfametoksazol yang dibutuhkan adalah 3,15 g.
Pelarut etanol 95% = 3150 mg x 50 ml = 157 ml
1000 mg
0,2 x 300 ml = 0,6 ml= 1ml
100
2. Natrium alginat
3. Sakarin sodium
5. Natrium benzoat
6. Rasbery = q.s
8. Aquades = ad 60ml
60 ml x 5 = 300 ml
VI. Penimbangan
- Didihkan
- Didinginkan dalam kondisi tertutup
-
Air bebas
- Ditimbang
Natrium Benzoat
Sulfamethoxazo PG Na Alginat Sakarin Sodium
- Ditimbang 3 g 0,315 g
-le PG dimasukkan ke
- Ditimbang 3,15 gglass - Ditimbang - Ditimbang 0,315
- Dilarutkan
dalam beaker - Didispersikan
sebanyak dalam 297 ml dalam g
yang berisidalam
- Dimasukkan 31,5 g aquadest ditunggu aquadest <1
zulfamethoxazole
beaker - glass
Hasil 1 dimasukkan - Dilarutkan dalam
-> aduk ad ad mucilago -> di ml sampai
aquadest < 1 ml
Hasil
Hasil13 homogendlam hasil 2 sambil di Hasil 2 Hasil 4 Hasillarut
5
stirrer
- Hasil 4 dan 5 dimasukkan dalam hasil 3 sambil di strirer
- Ditambahkan pewarna FD & C red sampai berwarna merah yang diinginkan -> aduk
ad homogen
Hasil
Prinsip : Perbandingan berat piknometer yang berisi sampel dengan berat piknometer
yang berisi air
Metode : Evaluasi bobot jenis digunakan piknometer bersih, kering dan telah
dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang telah dididihkan
pada suhu 25c. Suhu zat uji diatur kurang lebih 20c, kemudian dimasukkan ke dalam
piknometer. Piknometer yang telah diatur suhunya hingga 25c, buang kelebihan zat uji
dan timbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah
diisi.
Penafsiran hasil : Seusai dengan bobot jenis suspense dengan bahan aktif
sulfametoksazol
Penafsiran hasil : 4 6
8.4 Volume terpindahkan (FI IV, halaman 1089)
Prinsip : mengukur volume sediaan larutan dari masing-masing botol sediaan
Tujuan : untuk mengetahui volume terpindahkan sediaan
Metode : Tuang isi perlahan-lahan dari setiap wadah ke dalam gelas ukur kering yang
terpisah dengan kapasitas tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan
didiamkan selama tidak lebih dari 30 menit
Penafsiran hasil : Volume rata-rata larutan suspense atau sirup yang diperoleh tidak
kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume
pada etiket
8.5 Sedimentasi (Emilia, 2003)
Prinsip : Perbandingan antara volume sedimentasi (Vu) dengan volume awal sediaan
(Vo) sebelum terjadi pengendapan. Semakin besar Vo, maka semakin baik
suspendibilitas
Tujuan : Mengetahui kestabilan sediaan dalam membentuk suspensi
Metode : 1. Dimasukkan sediaan ke dalam tabing sedimen
2. Volume merupakan Vo (Volume awal)
3. Setelah beberapa hari diamati volume akhir yang terjadi. Sedimentasi volume akhir
tersebut diukur.
4. Dihitung nilai F
F = Vu/Vo x 100%
Penafsiran hasil : 1. Bila nilai F = 1 flukulatting equilibrium merupakan suspense
yang baik
2. Bila F>1 maka terjadi folc sangat longgar dan halus sehingga volume akhir
sedimentasi sediaan lebih besar
8.6 Uji waktu redispersi (Emilia, 2003)
Prinsip : Dilakukan pengocokkan secara mekanik dengan kecepatan 20 rpm dan
diamati sehingga terjadi endapan dan dapat kembali
Tujuan : Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan suspense untuk redispersi
Metode : Ditentukan dengan mengocok sediaan dakam wadah atau pengocok
mekanik. Jika secara mekanik, suspense yang tidak tersedimentasi ditempatkan dalam
silinder tingkat 100 mL, kemudian dilakukan pengocokkan dengan kecepatan 20 rpm.
Titik akhirnya apabila dasar tabung tidak terdapat endapan.
Penafsiran hasil :
8.7 Uji Homogenitas (FI III, 1979)
Prinsip : Dengan mengamati partikel yang terbentuk dari sediaan akhir secara visual
Tujuan : Mengamati homogenitas sediaan akhir yang telah dibuat
Metode : Sampel diamati dari berbagai tempat (atas, bawah, tengah). Setelah
suspense dikocok, lalu sampel dioleskan pada gelas objek dan ditutup dengan gelas
objek lain sehingga terbentuk lapisan tipis, susunan yang terbentuk diamati secara
visual dan diraba dengan jari
X. Pembahasan
Suspensi adalah system heterogen yang terdiri dari dua fase yaitu fase luas atau fase
continue yang pada umumnya merupakan cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau
fase dalam yang terdiri dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut tetapi
terdispersi seluruhnya pada fase continue (Lachman,1994).
Secara umum, suspense merupakan sediaan yang mengandung obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang tredispersi harus
halus dan tidak boleh cepat mengendap dan bila dikocok perlahan endapan harus segera
terdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung zat tambahan untukmenjamin
stabilitasnya, sebagai stabilitator dapat dipergunakan bahan-bahan yang disebut suspending
agent (Anief,1994).
Berdasarkan (Ansel,1989) ada beberapa sifat yang spesifik dimiliki oleh sediaan
suspensi, antara lain :
Suatu suspensi yang dibuat harus mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila
dikocok.
Ukuran partikel suspensi tetap agak konstan untuk waktu lama pada penyimpanan.
Suspensi harus bias dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
Dari beberapa sifat spesifik tersebut, sehingga diperlukan bahan tambahan dan
teknik pembuatan tertentu untuk mendapatkan sediaan suspensi yang sesuai dengan kriteria,
yaitu dengan menambahkan suspending agent yaitu natrium diklofenak , selain sebagai
media pendispersi bahan aktif yang tidak larut,natrium diklofenak juga dapat memberikan
kekentalan pada sediaan suspense sehingga mudah dituang karena sediaan tidak terlalu
encer dan juga partikel suspensinya akan sulit bergerak dalam sediaan sehingga waktu
pengendapannya lama , sesuai dengan bunyi hukum stokes:
Dimana : v = kecepatan terminal (m/s)
r = jari-jari (m)
Agar partikel suspensi halus dan konstan atau derajat kehalusan bahan aktif yaitu
Sulfamethoxazole yang seragam, sebelum di basahi dengan wetting agent digerus terlebih
dahulu untuk menghasilkan partikel yang ukurannya lebih kecil danhomogen. Selain itu,
digunakan bahan tambahan lain yaitu Sakarin sodium agar sediaan suspensi yang
dihasilkan manis untuk menutupi rasa dari bahan aktif yaitu Sulfamethoxazole, Natrium
benzoate digunakan untuk pengawet sediaan suspensi agar dapat menghambat
pertumbuhan mikroba pada sediaan suspensi, propilen glikol sebagai pembasah untuk
menurunkan tegangan antarmuka partikel padat dan cairan pembawa sehingga partikel
padat yang tidak larut dapat terdispersi pada pembawanya(Anief,1994), serta
penambahan perasa raspberry dan pewarna FD & C Red agar penampilan dari sediaan
suspensi lebih menarik.
Pada praktikum suspensi ini, sediaan yang dihasilkan tidak sesuai dengan criteria
dari sediaan suspense karena partikel dari Sulfametoksazol benar-benar larut dalam
pembawanya sehingga tidak ada partikel halus tidak larut yang terdispersi dalam cairan
pembawa, sehingga secara visual dikatakan sediaan yang dihasilkan seperti sediaan sirup.
Hal tersebut dikarenakan jumlah wetting agentnya terlalu banyak dengan presentase
penggunaannya 10% yaitu sekitar 31,5 g untuk membasahi 3,15 g. Wetting agent ini
dapat menunrunkan sudut kontak antara serbuk dengan permukaan cairan. Jika sudut
kontak mendekati 90, serbuk tidak akan mudah terbasahi dengan mediumnya(Martin,
1993), sehingga serbuk obat atau sulfamethoxazol diinginkan untuk terdispersi dengan
medium pembawanya sudut kontak antar keduanya harus dikurangi dengan penambahan
wetting agent ,tetapi jika wetting agent yang digunakan terlalu banyak maka sudut
kontaknya pun akan kecil sekali sehingga bahan aktif tersebut akan mudah terbasahi
dengan pembawanya yang artinya larut dalam medium pendisersinya. Berdasarkan
(Lachman,1994) kosentrasi wetting agent yang biasa digunakan dari 0,05% sampai 0,5%
dan juga tegantung dari bahanpadat yang digunakan. Jika kosentrasinya kurangdari
0,05% pembasahan yang dihasilkan tidak akan sempurna, sehingga bahan padatnya tidak
akan terdispersi dengan sempurna pada medium pembawanya, sedangkan jika
kosentrasinya lebih dari 0,5% partikel yang dihasilkan akan halus dan juga bias larut
dalam medium pendispersinya, sehingga sediaan suspensi yang dihasilkan tidak sesuai
dengan kriteria. Berdasarkan HOPE, propilenglikol yang dibutuhkan sebagai wetting
agent sebesar 10%-25%, presentase penggunaan wetting agent propilenglikol terlalu
banyak, sehingga dapat digunakan wetting agent lain yang sekiranya presentasenya tidak
terlalu besar dari pada dengan propilen glikol yaitu gliserin sebesar 5% , dimungkinkan
sudut kontak antar partikel dengan medium pendispersinya lebih besar dari propilen
glikol, penggunaan wetting agent etanol tidak disarankan dikarenakan berdasarkan data
kelarutan dari sulfametoxazole itu agak sukar larut dalam etanol, sehingga akan sulit
terbasahi jika menggunakan wetting agent etanol, atau kosentrasi penggunaan propilen
glikol atau gliserin karena keduanya tidak ada inkompatibilitas pada semua bahan yang
digunakan untuk pembuatan sediaan suspense disesuaikan dengan range kosentrasi
wetting agent yang biasa digunakan yaitu 0,05% sampai 0,5%.
pada percobaan kali ini uji yang dilakukan pada sediaan suspensi adalah uji
organoleptis, volume terpindahkan, bobot jenis, uji viskositas, uji PH dan uji redipersi.
Pada uji PH selama pengukuran sebanyak 3 kali didapatkan hasil yang tetap sama yaitu
PH 6,49. Pada uji organoleptis, dari segi warna tidak sesuai dengan intrepretasi hasil
karena natrium alginate yang digunakan sudah bewarna coklat sehingga dengan
penambahan warna merah akan menghasilkan warna yang tidak sesuai dengan
intrepretasi hasil warna sediaan yaitu didapatkan warna coklat agak kemerahan,
sedangkan berdasarkan pada pemerian pada (DepartemenKesehatan RI,1995) Natrium
Alginat berbentuk serbukhablur putih. Pada uji homogenitas interpretasi hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan, pada percobaan suspensi ini
semua bahan terlarut sehingga tidak terdapat partikel kasar hal tersebut dikarenakan
penggunaan wetting agent yang terlalu banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C ,. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. UI Press. Jakarta.
Fitriani, Yeyen Nor, Cikra INHS, Ninis Yuliati dan Dyah Aryantini. 2015. Formulasi dan
Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomea batatas Linn.) dengan
Suspending Agent CMC-Na dan PGS Sebagai Antihiperkolesterol. Jurnal Farmasi
Sains dan Terapan Volume 2 Nomor 1.
Luchman, L., Lieberman, H. A. dan Kanig J. I. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi III. Jakarta: UI Press.
Lachman, L, Liebermann, H.A dan J.I. Kanig. 1994. Teori dan Praktik Farmasi Industri II Edisi
3. UI Press. Jakarta.
Maryam, S., Taurina T dan Fahrurroji F. 2013. Formulasi dan Evaluasi Stabilitas Fisik
Suspensi Ibuprofen dengan Menggunakan Carbopol 934 Sebagai Bahan
Pensuspensi. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Raymond, Paul., dan Marian., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition.
Royal P[harmaceutical Society of Great Britain. London.
Troy, D and Beringer P. 2006. Remington: The Science and Practice of Pharmacy.
Baltimore: Lippincot Williams and Wilkins.