Anggota Kelompok :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2020
I. Tujuan
Mengetahui cara pembuatan elixir dengan melihat pengaruh
penambahan pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat.
IV. Formula
Komposisi Formula I Formula II
100mg/5ml 100mg/5ml
Teofilin
10% 10%
Etanol
5% 15%
Gliserin
0,2% 0,2%
Na. Benzoat
20% 20%
Sirup simpleks
Essence 0,1% 0,1%
strawberry
0,05% 0,05%
Eritrosin
ad 400ml ad 400ml
Aquadest
= 2%
% pelarut campur = 100% - (2% + 0,2% + 20% + 0,1% +
0,05%)
= 77,65%
77,65
Berat pel. campur = x 400
100
= 310,6g
Berat air = 310,6 - {(40 𝑥 0,812) + (20 𝑥 1,25)}
= 253,12ml
Vol.total pel.campur = 40 + 20 + 253,12
= 313,12ml
𝑣𝑜𝑙.𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝐾𝐷 𝑎𝑖𝑟 𝑣𝑜𝑙.𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝐾𝐷 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
KD pel. campur = [ 𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙.𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟 ] + [ ]+
𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙.𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟
𝑣𝑜𝑙.𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛 𝑥 𝐾𝐷 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛
[ ]
𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙.𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟
253,12 𝑥 78,54 40 𝑥 24,30 20 𝑥 42,50
=[ ]+[ ]+[ ]
313,12 313,12 313,12
= 69,3ml
Formula II
• Teofilin 100mg/5ml x 400 = 8g
• Etanol 10/100 x 400 = 40ml
• Gliserin 15/100 x 400 = 60ml
• Na benzoat 0,2/100 x 400 = 0,8g
• Sir simplex 20/100 x 400 = 80g
• Ess straw 0,1/100 x 400 = 0,4ml
• Eritrosin 0,05/100 x 400 = 0,2g
• Aquadest 400- (8 + 40 + 60 + 0,8 + 80 + 0,4 + 0,2) = 210,6ml
Pelarut campur
8
Kadar Teofilin = 400 𝑥 100%
= 2%
% Pelarut campur = 100% - (2% + 0,2% + 20% + 0,1% +
0,05%)
= 77,65%
77,65
Berat pelarut campur = 𝑥 400
100
= 310,6g
Berat air = 310,6 - {(40 𝑥 0,812) + (60 𝑥 1,25)}
= 203,12ml
Vol. total pel.campur = 40 + 60 + 203,12
= 303,12ml
𝑣𝑜𝑙.𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝐾𝐷 𝑎𝑖𝑟 𝑣𝑜𝑙.𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝐾𝐷 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
KD pel.campur = [ 𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙.𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟 ] + [ ]+
𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙.𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟
𝑣𝑜𝑙.𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛 𝑥 𝐾𝐷 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛
[ ]
𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙.𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟
203,12 𝑥 78,54 40 𝑥 24,30 60 𝑥 42,50
=[ ]+[ ]+[ ]
303,12 303,12 303,12
= 64,25ml
B. Penimbangan
F.I F.II F.II
Komposisi F.I Teoritis
Praktikum Teoritis Praktikum
8g 8,00g 8g 8,05g
Teofilin
NPM : 2019212192
1. Zat aktif teofilin dibuat dalam bentuk sediaan eliksir karena sifat
kelarutannya yang sukar larut dalam air, sehingga memerlukan
adanya bantuan pelarut campur berupa alkohol dan gliserin untuk
meningkatkan kelarutan zat aktif tersebut.
2. Dosis teofilin:
a. Dalam Martindale ed. 28 halaman 349 yaitu sebesar 4 dd 125-
250 mg (500-100 mg/ hari).
b. Dalam IONI tahun 2008 hal. 188 yaitu dewasa 130-150 mg,
jika diperlukan dapat dinaikkan menjadi 2 kalinya; Anak 6-12
tahun 65-150 mg, kurang dari 1 tahun 65-75 mg 3-4 kali
sehari.
c. Dalam formulasi dosis yang dipakai kelompok 6-D1 adalah
300 mg/ 15 mL (2%) dan kelompok 6-D2 adalah 130 mg/ 15
mL (0,87%).
d. Pemilihan dosis 130 mg/ 15 mL didasarkan pada dosis yang
tertera dalam IONI, dengan pertimbangan lebih mudah dalam
pemakaian untuk pasien dewasa maupun anak-anak.
3. Konsentrasi alkohol:
a. Konsentrasi alkohol yang digunakan oleh kelompok 6-D1 dan
D2 sama, yaitu sebesar 10%, baik pada formula I maupun
formula II.
b. Konsentrasi alkohol 10% dipilih dengan alasan untuk
meningkatkan kelarutan teofilin dalam sediaan dan merupakan
batas maksimal yang diperbolehkan berdasarkan FDA
(Remington Pharmaceutical Science hal. 749).
4. Tujuan utama pembuatan eliksir teofilin yaitu untuk pasien anak-
anak, maka dari itu ditambahkan sirup simpleks sebagai pemanis,
essence strawberry sebagai perasa, dan eritrosin sebagai pewarna.
a. Konsentrasi sirup simpleks yang digunakan oleh kelompok 6-
D1 dan D2 sama, yaitu sebesar 20%, baik pada formula I
maupun formula II. Alasan pemilihan sirup simpleks karena
secara kelarutan mudah larut dalam air dan memiliki nilai
ekonomis yang murah.
b. Konsentrasi essence strawberry yang digunakan oleh
kelompok 6-D1 yaitu sebesar 0,1% pada formula I (teoritis
dan praktek), sedangkan pada formula II tidak digunakan
dalam praktek. Untuk kelompok 6-D2 yaitu sebesar 0,05%
pada formula I dan II. Secara teoritis formula kelompok 6-D1
akan lebih kuat rasa strawberrynya karena memiliki
konsentrasi yang lebih besar dibandingkan formula kelompok
6-D2. Alasan pemilihan essence strawberry agar sediaan
disukai anak-anak karena memiliki rasa strawberry.
c. Konsentrasi eritrosin yang digunakan oleh kelompok 6-D1
dan D2 sama, yaitu sebesar 0,05%, baik pada formula I
maupun formula II. Alasan pemilihan eritrosin untuk
menseleraskan dengan perasa yang digunakan yaitu essence
strawberry.
5. Konsentrasi gliserin:
a. Konsentrasi yang digunakan oleh kelompok 6 D1 dan D2
sama, yaitu 5% pada formula I dan 15% pada formula II.
b. Selain difungsikan sebagai kosolven, gliserin juga dapat
difungsikan sebagai sweetening agent, dan mencegah
pengkristalan (anti caplocking) karena adanya sirup simpleks.
c. Konsentrasi gliserin yang diperbolehkan yaitu < 20% (HOPE
ed. 6 hal 183).
d. Variasi kadar gliserin bertujuan untuk melihat adakah terdapat
perbedaan dari hasil dan evaluasi sediaan eliksir.
6. Bahan pembawa yang digunakan dalam sediaan eliksir ini adalah
air, sedangkan air merupakan media yang digunakan untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu digunakan natrium
benzoat sebagai antimikroba.
a. Konsentrasi natrium benzoat yang digunakan oleh kelompok
6-D1 yaitu sebesar 0,2% pada formula I dan formula II. Untuk
kelompok 6-D2 yaitu sebesar 0,1% pada formula I dan II.
b. Konsentrasi natrium benzoat yang diperbolehkan yaitu 0,02-
05% (HOPE ed. 6 hal 627).
c. Secara teoritis formula kelompok 6-D1 akan memiliki
ketahanan yang lebih besar terhadap pertumbuhan
mikroorganisme karena memiliki konsentrasi yang lebih besar
dibandingkan formula kelompok 6-D2.
d. Alasan pemilihan natrium benzoat karena secara kelarutan
mudah larut dalam air.
7. Menurut Yani dalam Journal of Pharmaceutical Care Anwar
Medika (J-PhAM), prinsip pembuatan sediaan eliksir adalah sebagai
berikut:
a. Zat aktif dan kosolven sedikit demi sedikit di masukkan ke
dalam beaker glass aduk ad homogen. Setelah homogen
ditambahkan alkohol 90% aduk ad larut (M1).
b. Bahan-bahan yang larut air (pengawet dan/atau pemanis)
dilarutkan dalam air secukupnya terlebih dahulu (M2).
c. Campuran M1 dicampurkan dengan campuran M2, aduk ad
homogen.
d. Ditambahkan bahan tambahan lain (pewarna dan/atau perasa),
aduk ad homogen.
e. Tambahkan air ad 100%.
8. Pada uji organoleptik formula kelompok 6-D1 diperoleh hasil
larutan yang memiliki bau dan rasa strawberry serta berwarna merah
anggur (formula I) dan merah muda (formula II).
9. Pada uji evaluasi penetapan berat jenis (BJ) formula kelompok 6-D1
diperoleh BJ untuk formula I sebesar 1,0539 g/ mL dan untuk
formula II sebesar 1,1144 g/ mL. Formula II memiliki nilai BJ lebih
besar dari formula I, ini dikarenakan konsentrasi gliserin yang lebih
tinggi pada formula II (15%) dibandingkan dengan formula I (5%).
Nilai BJ gliserin menurut data preformulasi yakni sebesar 1,25 g/
mL.
10. Pada uji pH sediaan eliksir formula kelompok 6-D1 diperoleh nilai
pH yang sama pada kedua formula, yaitu sebesar 8. Nilai pH
sediaan diharuskan mendekati pH zat aktif untuk menjaga
stabilitasnya, sedang menurut data preformulasi untuk teofilin
memiliki rentang nilai pH-nya yakni 3,8-6,1. Jadi untuk nilai pH
sediaan eliksir yang dibuat kurang sesuai karena tidak masuk dalam
range pH dari zat aktif.
11. Pada uji stabilitas atau uji kejernihan bertujuan untuk mengetahui
apakah sediaan yang telah dibuat tetap stabil jernih dalam
penyimpanan. Uji stabilitas sedianya diamati setiap hari selama 7
hari penyimpanan, akan tetapi dalam praktek ini hanya dilakukan
dalam rentang waktu 60 menit dengan jarak pengamatan setiap 15
menit. Hasil pengamatan didapatkan sediaan yang jernih, artinya
zat-zat dalam sediaan telah larut secara homogen dan sempurna.
12. Pada uji volume terpindahkan sediaan eliksir formula kelompok 6-
D1 tidak dilakukan.
Tia Novia Wilantika
NPM : 2019212186
1. Pada praktikum kali ini, dibuat sediaan Elixir dengan bahan aktif
Teofilin yang mempunyai sifat kelarutan sukar larut dalam air.
Sehingga dibutuhkan pelarut campur untuk meningkatkan kelarutan
bahan aktifnya. Pelarut campur yang digunakan ialah etanol dan
gliserin . Kadar etanol yang digunakan adalah 10% dikarenakan
kelarutan teofilin agak sukar larut dalam etanol. Selain itu
penggunaan gliserin (cosolvent) sebagai bagian dari suatu pelarut
campur karena dapat meningkatkan kelarutan teofilin.
2. Penambahan Syrup Simpleks digunakan sebagai pemanis untuk
menutupi rasa yang tidak enak (pahit) dari teofilin. Sirup symplek
dibuat dengan melarutkan 65 bagian sukrosa dalam aquadest ad 100
bagian.
3. Berdasarkan hasil praktikum formula I dan II, hasil yang didapat
ialah larutan jernih sesuai dengan syarat dari sediaan elixir, namun
pada formula I masih terdapat teofilin yang tidak larut secara
sempurna. Hal ini dikarenakan pada saat penambahan teofilin tidak
dilakukan dengan perlahan atau sedikit demi sedikit.
4. Uji Organoleptik bertujuan untuk melihat keadaan fisik dari suatu
sediaan. Kedua formula memiliki karakteristik yang sesuai dengan
yang diharapkan yaitu berbentuk cair, berwarna merah dengan
aroma strawberry.
5. Uji Bobot Jenis bertujuan untuk mengetahui stabilitas sediaan. BJ
yang baik adalah yang mendekati BJ air (1 g/mol). Berdasarkan
hasil praktikum formula I memiliki BJ sebesar 1,05 g/mol dan
formula II memiliki BJ sebesar 1,11 g/mol. hal ini menunjukan
bahwa sediaan yang dibuat memiliki stabilitas yang baik.
6. Uji pH Larutan bertujuan untuk mengetahui pH suatu zat aktif.
Buntuk sediaan elixir diharapkan memiliki pH antara 3,8 – 6,1,
karena pH sediaan harus mengikuti pH zat aktif. Berdasarkan hasil
praktikum, pada kedua formula elixir ini didapatkan pH 8, kedua
formula ini melebihi range formula teofilin. Hal ini bisa terjadi
karena disebabkan oleh kosentrasi pH dari penambahan zat eritrosin
pada proses pembuatannya. Karena eritrosin memiliki pH 8-10.5,
sehingga pH menjadi naik.
7. Uji Kejernihan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
partikel yang tertinggal/tidak larut. Berdasarkan hasil praktikum,
hasil yang didapat pada formula I dan II ialah jernih.
8. Perbandingan : perbedaaan formula antara kelompok D1-6 dan D2-
6 yang dibuat ialah terletak pada kadar teofilin yaitu 130mg/15ml
(0.95%) serta Na.Benzoat 0.1%. dalam formula D2 kadar teofilin
lebih sedikit dibandingkan dengan formula D1 dikarenakan kadar
teofilin lebih sedikit dimaksudkan untuk mengontrol dosis
pemakaian dan mempermudah jika dikonsumsi. Penggunaan
Na.benzoat lebih sedikit dikarenakan sediaan elixir sudah
mengandung alkohol yang bersifat antimikroba, hanya saja untuk uji
stabilitas tidak dapat diabndingkan karena praktikum pembuatan
sediaan tidak dilakukan.
Qurrata A’yun
NPM : 2019212184
NPM : 2018210304
XI.
TEOLIN®
XII.
Aturan Pakai: Komposisi :
XIII. -Anak-anak : 3 x 1 sendok teh Tiap 5 ml mengandung teofilin
-Dewasa : 3 x 1 sendok makan 100mg
XIV.
TEOLIN® Peringatan :
TEOLIN® Indikasi :
ELIXIR TEOFILIN -Tidak dianjurkan diberikan ELIXIR TEOFILIN Asma, Radang batang paru-paru
penderita tekanan darah tinggi dan akut dan Radang batang paru-paru
tukak lambung kronik
-Dapat mengiritasi saluran cerna
Netto : 60 mL -Tidak dianjurkan untuk diberikan
Netto : 60 mL
Kontraindikasi:
kepada wanita hamil, ibu menyusui Hipersensitivitas komponen obat
dan anak-anak etilendiamin, pasien tukak peptic
-Bila dalam 1 jam tidak ada aktif dan penyakit jantung.
perubahan segera hubungi dokter
-Tidak dianjurkan diberikan kepada
KETERANGAN LEBIH LENGKAP
penderita gangguan fungsi hati dan
Diproduksi oleh: paru-paru kronik Diproduksi oleh: LIHAT BROSUR
Efek Samping :
TEOLIN® Indikasi :
Asma, Radang batang paru-paru akut
dan Radang batang paru-paru kronik
Dapat menyebabkan diare, muntah, ELIXIR TEOFILIN
sakit kepala, susah tidur dan
menyebabkan kadar gula meningkat. Kontraindikasi:
Hipersensitivitas komponen obat
Penyimpanan :
etilendiamin, pasien tukak peptic
Simpan di tempat kering dan sejuk Netto : 60 mL
aktif dan penyakit jantung.
Komposisi :
Tiap 5 ml mengandung teofilin 100 mg
Farmakologi :
Teofilin merupakan turunan metil xantin yang mempunyai efek antara lain merangsang susunan saraf pusat dan
melemaskan otot polos terutama bronkus.
Farmakokinetik:
Teofilin diadsorpsi cepat melalui oral, parenteral dan rektal; distribusi obat keseluruh bagian tubuh; berikatan
dengan protein plasma sebanyak 50%; dieliminasi melalui metabolisme dalam hati; sebagian di ekskresi bersama
urin.
Farmakodinamik:
Merangsang pusat napas di medulla oblongata, memperkuat kontraktilitas diafragma, dimanfaatkan sebagai
bronkodilator pada asma bronkial.
Indikasi :
Asma, Radang batang paru-paru akut dan Radang batang paru-paru kronik
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas komponen obat etilendiamin, pasien tukak peptic aktif dan penyakit jantung.
Interaksi Obat:
-Teofilin meningkatkan ekskresi sium, meningkatkan efek antikoagulan. Dengan Amefidin, Allepurinol dosis tinggi,
Eritromisin, Propanolol.
-Jangan diberikan bersamaan dengan preparat Xanhin yang lain.
Efek Samping:
Dapat menyebabkan diare, muntah, sakit kepala, susah tidur dan menyebabkan kadar gula meningkat.
Aturan Pakai:
-Anak-anak : 3 x 1 sendok teh ( 5 ml )
-Dewasa : 3 x 1 sendok makan ( 15 ml )
Kemasan:
Botol 60 mL
Diproduksi oleh:
PT. NAFARMA
Jakarta-Indonesia
B. Kelompok D2-6
ELIXIR
NATAFILIN®
Komposisi:
Tiap 15 ml mengandung Teofilin 130 mg
Farmakologi:
Antiasma
Meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial, berdaya spasmolitik
terhadap otot polos khususnya otot bronchi.
Menstimulasi jantung (efek inotropositif) dan mendilitasinya.
Menstimulasi SSP dan pernafasan serta bekerja diuretis lemah dan singkat.
Farmakokinetik:
Teofilin diabsorpsi cepat melalui oral, parenteral dan rektan; distribusi ob ke
seluruh bagian tubuh; berikatan dengan protein plasma sebanyak 50%; dieliminasi
melalui metabolisme dalam hati; sebagian diekskresi bersama urine.
Farmakodinamik:
Merangsang pusat nafas di medula oblongata, memperkuat kontraktilitas
diafragma, dimanfaatkan sebagai bronkodilator pada asma bronkial.
Indikasi:
Meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial.
Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap teofilin atau derivat xhantin, pada penderita tukak lambung.
Interaksi Obat:
-Teofilin meningkatkan ekskresi sium, meningkatkan efek antikoagulan. Dengan
Amefidin, Allepurinol dosis tinggi, Eritromisin, Propanolol.
-Jangan diberikan bersamaan dengan preparat Xanhin yang lain
Efek samping:
Gangguan sistem saraf pusat, sakit kepala, insomnia, mudah tersinggung, gelisah,
dan kejang. Diare, mual, dan muntah. Diuresis (peningkatan jumlah urine). Tremor.
Gangguan irama jantung. Meningkatnya kadar kalsium dalam darah. Kesulitan
buang air kecil, pada pria lanjut usia yang menderita gangguan prostat. Serangan
jantung. Kejang. Sulit buang air kecil. Efek samping dapat berlangsung secara
berkelanjutan dan berpotensi membahayakan kesehatan. Apabila terjadi, hentikan
pengobatan dan segera temui dokter.
Aturan Pakai:
Dewasa: 1 sendok makan, 3-4 kali sehari
Anak-anak usia 6-12 tahun: ½ sendok makan, 3-4 kali sehari
Kemasan:
Botol 60 mL
Saran :
1. Penggunaan eritrosin dikurangi karena dapat membuat pH sediaan
menjadi naik
2. Penambahan pendapar dapat memperbaiki pH sediaan
3. Penambahan teofilin ke dalam campuran harus secara perlahan dan
sedikit demi sedikit karena dapat mempengaruhi kelarutan teofilin