Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI


SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR
SEDIAAN ELIXIR

Tanggal Praktikum : 12 Maret 2020


Grup/Kelompok Praktikum : D2/6
Ketua Kelpmpok :

Afif Fajri Rosyedi (2019212192)

Anggota Kelompok :

Muthia Sarrah (2019212176)*

Qurrata A’yun (2019212187)

Tia Novia Wilantika (2019212184)

Nadia Aulia Karima (2018210304)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2020
I. Tujuan
Mengetahui cara pembuatan elixir dengan melihat pengaruh
penambahan pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat.

II. Teori Dasar


Pembuatan sediaan berbentuk larutan sering kali menjadi pilihan
dalam formulasi, selain penggunaannya yang praktis dan takaran yang
pas menjadi salah satu keuntungan dalam sediaan larutan.. Teofilin
mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat, dimana kelarutannya
sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam air panas, mudah larut
dalam alkali hidroksida, agak sukar larut dalam etanol, dalam
kloroform dan eter, dan data kelarutan ini teofilin sangat sukar larut
dalam air atau pelarut tunggal, sehingga dibuat pelarut campur. Tujuan
dari dibuatnya pelarut campur ialah agar dapat melarutkan serbuk
teofilin, maka dibuat sediaan elixir. Dilihat juga dari kestabilannya jika
berbentuk anhidrat, maka akan cepat terbentuk kristalisasi
(mengkristal) jika terdapat udara (bertemu udara).
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis
dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa
untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai
pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang
dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang
manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih
rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi
rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol,
eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan
yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga
karena stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya,
dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai dari sirup. (Ansel,1989)
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan
bau yang sedap, mengandung selain obat juga zat tambahan seperti gula
dan atau pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna, dan zat pewangi,
untuk digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan
etanol 90% yang dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat .
Dapat ditambahkan gliserol , sorbitol, dan propilenglikol, sebagai
pengganti gula dapat ditambahkan sirup simpleks. (Fornas Ed. II
h.313).
Kosolven didefinisikan sebagai pelarut organik tercampur
dalam air (miscible) yang digunakan dalam formulasi sediaan cair
untuk meningkatkan kelarutan bahan obat yang memiliki kelarutan
buruk (terbatas) dalam air, atau untuk meningkatkan stabilitas obat.
Contoh kelompok formulasi yang mengandung kosolven adalah eliksir,
tinktura, formulasi obat baru untuk pemakaian oral, parenteral, dan
topical. Apabila digunakan sebagai metode untuk meningkatkan
stabilitas kimia dari suatu obat, kosolven efektif menurut salah satu dari
du acara. Jika obat mudah mengalami degradasi hidrolitik, maka
kosolven dapat mengurangi degradasi obat dengan cara mensubstitusi
sebagian atau semua air dalam formulasi. Alternatif lain, kosolven
dapat meningkatkan stabilitas obat dengan cara membentuk lingkungan
yang kurang sesuai untuk keadaan transisi reaktan sehingga keadaan
transisi lebih polar dari reaktan sendiri. (Sediaan Farmasi Likuida-
Semisolida, h. 71).
Pada awalnya bahan tambahan (eksipien) dianggap sebagai
komponen tidak berkhasiat (inactive). Dengan perkembangan waktu
dan ilmu pengetahuan ditemukan bahwa bahan tambahan tidak selalu
tidak aktif dan sering menunjukan dampak substansial pada manufaktur
dan kualitas keamanan serta efikasi dari bahan berkhasiat dalam
sediaan farmasi. Eksipien untuk sediaan cair adalah Pemanis
(sweetening agent), Agen penambah cita rasa (flavoring agent), Agen
pewarna (coloring agent), Pengawet (presertatives), Dapar (Buffers),
Agen pengontrol viskositas (viscosity controlling), dan Antioksidan.
(Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida, h. 79-80).
Teofilin mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat,
dimana kelarutannya sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam air
panas, mudah larut dalam alkali hidroksida, agak sukar larut dalam
etanol, dalam kloroform dan eter, dan data kelarutan ini teofilin sangat
sukar larut dalam air atau pelarut tunggal, sehingga dibuat pelarut
campur. Tujuan dari dibuatnya pelarut campur ialah agar dapat
melarutkan serbuk teofilin, maka dibuat sediaan elixir. Dilihat juga dari
kestabilannya jika berbentuk anhidrat, maka akan cepat terbentuk
kristalisasi (mengkristal) jika terdapat udara (bertemu udara).

III. Data Preformulasi


A. Zat Aktif
1. Teofilin (FI III h.598 ; FI V h.1250 ; Martindale 28 h.349 ;
Martindale 36th h.1140)
Komponen : Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan
tidak lebih dari 101,0% dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah
menguap
dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyala
biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 180 bagian air,
lebih mudah larut dalam air panas, larut
dalam lebih kurang 120 bagian etanol
(95%P), mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida dan dalam ammonia encer P.
Stabilitas : Dapat disimpan pada suhu kamar dibawah
pencahayaan floresen terus-menerus
setidaknya 180 hari tanpa perubahan,
signifikan dalam konsentrasi teofilin.
Disarankan agar terlindung dari cahaya
karena potensi perubahan warna.
BM : 198,18
RM : C₇H₈N₄0₂
Inkompabilitas : Tidak kompatibel dengan tannin
Wadah : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Spasmolitikum bronkial
Dosis : Anak-anak 5mg/kg tiap 6 jam,
Dewasa 125mg 4x sehari
B. Eksipien
1. Etanol (FI III h.65 ; HOPE ed 6 h.17)
Komponen : Mengandung tidak kurang dari 94,7% v/v
atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2% v/v
atau 92,7% C₂H₆O
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah
menguap
dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyala
biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam eter P
Wadah : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
cahaya, sejuk, jauh dari nyala api
Stabilitas : Larutan etanol berair dapat disterilkan
dengan cara autoklaf atau dengan iterasi dan
harus disimpan dalam wadah kedap udara,
ditempat yang dingin
Inkompatibilitas : Dalam kondisi asam larutan etanol dapat
bereaksi keras dengan bahan pengoksidasi.
Campuran dengan alkali dapat berwarna
gelap karena reaksi dengan jumlah residu
aldehida. Garam atau akasia organik dapat
diendapkan dari larutan atau dispersi berair.
Larutan etanol juga tidak sesuai dengan
wadah alumunium dan dapat berinteraksi
dengan beberapa obat
Konsentrasi : Pengawet antimikroba ≥ 10%
Pelarut dalam cairan oral variabel
Kegunaan : Kosolven
2. Gliserin (FI III h.271 ; HOPE ed 6 h.284)
Pemerian : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, manis diikuti rasa hangat,
higroskopik, jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah dapat memadat membentuk
massa hablur tidak berwarna yang tidak
melebur hingga suhu mencapai lebih kurang
20˚
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan denga
etanol (95%)P, praktis tidak larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak
lemak
Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni
tidak rentan terhadap oksidasi oleh atmosfer
dalam kondisi penyimpanan biasa, tetapi ia
dipanaskan dengan evolusi acrolein toksik.
Campuran kristal tidak meleleh sampai
dipanaskan hingga 20˚. Gliserin dengan air,
etanol 95%, dan PPG stabil secara kimia.
Gliserin dapat mengkristal jika disimpan
dalam suhu rendah. Harus disimpan dalam
wadah kedap udara, ditempat yang sejuk dan
kering.
Inkompatibilitas : Gliserin dapat meledak jika dicampur
dengan
zat pengoksidasi kuat seperti kromium
trioksida, kalium klorat, atau kalium
permanganat
BM : 92,10
KD : 42,50
Wadah : Wadah tertutup baik
Konsentrasi : Pemanis dalam eliksir ≤ 20%
Kegunaan : Kosolven
3. Aquadest (FI III h.96 ; HOPE ed 6 h.766)
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Stabilitas : Air stabil secara kimiawi di semua kondisi
fisik
Inkompatibilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi
dengan obat-obatan dan eksipien lain yang
rentan terhadap hidrolisis (penguraian di
hadapan air atau uap air) pada suhu sekitar
suhu tinggi. Air dapat bereaksi keras dengan
logam alkali dan oksida seperti kalsium
oksida dan magnesium oksida. Air juga
bereaksi dengan garam anhidrat
BM : 18,9 g/mol
KD : 78,54
RM : H₂O
Wadah : Wadah tertutup baik
Kegunaan : Kosolven
4. Sirup simpleks (FI III h.567 ; HOPE ed 6 h.282)
Pemerian : cairan jernih, tak berwarna
Penetapan kadar : Menurut syarat penetapan sakarosa yang
tertera pada sirupi
Stabilitas : Glukosa cair harus disimpan dalam wadah
yang tertutup di tempat yang sejuk dan kering
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan xat pengoksidasi
kuat
Konsentrasi : 20% - 60%
Wadah : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk
Kegunaan : Pemanis
5. Na. Benzoat (FI III h.395 ; HOPE ed 6 h.627)
Pemerian :Butiran atau sebruk hablur, putih, tidak
berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air dan dalam 80
bagian etanol 95%P
Stabilitas :Larutan encer dapat disterilkan dengan
autoklaf atau filtrasi. Bahan curah harus
disimpan dalam wadah yang tertutup rapat
ditempat yang sejuk dan kering
Inkompatibilitas :Tidak kompatibel dengan senyawa
kuartener, gelatin, garam besi, garam
kalsium, dan garam logam berat, termasuk
perak, timah, dan merkuri. Aktivitas
pengawet dapat dikurangi dengan interaksi
dengan kaolin atau surfaktan nonionik
Konsentrasi : 0,2% - 0,5%
Wadah : Wadah tertutup baik
Kegunaan : Pengawet
6. Essence strawberry (HOPE ed 6 h.189)
Pemerian : Larutan warna kemerahan berupa cairan
memiliki rasa dan bau strawberry
Kelarutan : Mudah larut dalam 30 bagian etanol dan 83
bagian air
Konsentrasi : < 1%
Kegunaan : Flavoring agent
7. Eritrosin (HOPE ed 6 h.189)
Pemerian : Cairan berwarna merah
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Konsentrasi : < 1%
Kegunaan : Colouring agent

IV. Formula
Komposisi Formula I Formula II

100mg/5ml 100mg/5ml
Teofilin

10% 10%
Etanol

5% 15%
Gliserin

0,2% 0,2%
Na. Benzoat

20% 20%
Sirup simpleks
Essence 0,1% 0,1%
strawberry

0,05% 0,05%
Eritrosin

ad 400ml ad 400ml
Aquadest

V. Perhitungan dan Penimbangan


A. Perhitungan
Formula I :
• Teofilin 100mg/5ml x 400 = 8g
• Etanol 10/100 x 400 = 40ml
• Gliserin 5/100 x 400 = 20ml
• Na benzoat 0,2/100 x 400 = 0,8g
• Sir simplex 20/100 x 400 = 80g
• Ess straw 0,1/100 x 400 = 0,4ml
• Eritrosin 0,05/100 x 400 = 0,2g
• Aquadest 400- (8 + 40 + 20 + 0,8 + 80 + 0,4 + 0,2)
= 250,6ml
Pelarut campur
8
Kadar teofilin = 400 x 100%

= 2%
% pelarut campur = 100% - (2% + 0,2% + 20% + 0,1% +
0,05%)
= 77,65%
77,65
Berat pel. campur = x 400
100

= 310,6g
Berat air = 310,6 - {(40 𝑥 0,812) + (20 𝑥 1,25)}
= 253,12ml
Vol.total pel.campur = 40 + 20 + 253,12
= 313,12ml
𝑣𝑜𝑙.𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝐾𝐷 𝑎𝑖𝑟 𝑣𝑜𝑙.𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝐾𝐷 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
KD pel. campur = [ 𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙.𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟 ] + [ ]+
𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙.𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟
𝑣𝑜𝑙.𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛 𝑥 𝐾𝐷 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛
[ ]
𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙.𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟
253,12 𝑥 78,54 40 𝑥 24,30 20 𝑥 42,50
=[ ]+[ ]+[ ]
313,12 313,12 313,12

= 69,3ml

Formula II
• Teofilin 100mg/5ml x 400 = 8g
• Etanol 10/100 x 400 = 40ml
• Gliserin 15/100 x 400 = 60ml
• Na benzoat 0,2/100 x 400 = 0,8g
• Sir simplex 20/100 x 400 = 80g
• Ess straw 0,1/100 x 400 = 0,4ml
• Eritrosin 0,05/100 x 400 = 0,2g
• Aquadest 400- (8 + 40 + 60 + 0,8 + 80 + 0,4 + 0,2) = 210,6ml
Pelarut campur
8
Kadar Teofilin = 400 𝑥 100%

= 2%
% Pelarut campur = 100% - (2% + 0,2% + 20% + 0,1% +
0,05%)
= 77,65%
77,65
Berat pelarut campur = 𝑥 400
100

= 310,6g
Berat air = 310,6 - {(40 𝑥 0,812) + (60 𝑥 1,25)}
= 203,12ml
Vol. total pel.campur = 40 + 60 + 203,12
= 303,12ml
𝑣𝑜𝑙.𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝐾𝐷 𝑎𝑖𝑟 𝑣𝑜𝑙.𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝐾𝐷 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
KD pel.campur = [ 𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙.𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟 ] + [ ]+
𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙.𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟
𝑣𝑜𝑙.𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛 𝑥 𝐾𝐷 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛
[ ]
𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙.𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟
203,12 𝑥 78,54 40 𝑥 24,30 60 𝑥 42,50
=[ ]+[ ]+[ ]
303,12 303,12 303,12

= 64,25ml
B. Penimbangan
F.I F.II F.II
Komposisi F.I Teoritis
Praktikum Teoritis Praktikum

8g 8,00g 8g 8,05g
Teofilin

40ml 40ml 40ml 40ml


Etanol

20ml 20ml 60ml 60ml


Gliserin

80ml 80ml 80ml 80ml


Sir.simplex

0,4ml 0,4ml 0,4ml 0,4ml


Ess.Straw

0,2g 0,3g 0,2g 0,2g


Eritrosin

0,8g 0,8g 0,8g 0,8g


Na.Benzoat

ad 400ml ad400 ad 400ml ad 400


Aquadest

VI. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
1. Beaker glass 1. Teofilin
2. Batang pengaduk 2. Etanol
3. Timbangan 3. Gliserin
4. Pipet tetes 4. Sirup simplex
5. Gelas ukur 5. Ess. strawberry
6. Stirer 6. Eritrosin
7. Piknometer 7. Na.benzoat
8. Spatula 8. Aquadest
9. pH meter
10. Cawan penguap

VII. Cara Pembuatan


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang masing-masing bahan
3. Dikalibrasi botol ad 60ml
4. Dibuat sirup simplex
5. Gerus teofilin ad halus
6. Dibuat pelarut campur etanol, air, dan gliserin dalam beaker glass,
homogenkan di magnetic stirrer
7. Ditambahkan teofilin ke dalam beaker glass sedikit demi sedikit,
dihomogenkan dengan stirrer
8. Ditambahkan sirup simpleks ke dalam beaker glass, diaduk ad
homogen
9. Ditambahkan aquadest ad 200ml
10. Ditambahkan strawberry essence, eritrosin kedalam beaker glass
11. Dimasukan 60ml sediaan ke dalam botol, beri etiket, brosur, kemas,
dan serahkan
12. Sisa sediaan digunakan untuk uji evaluasi (uji organoleptic, berat
jenis, pH larutan, kejernihan)

VIII. Evaluasi dan Tabulasi Data


1. Uji Organoleptik (Drug Information vol 187 h.265)
Cara : Dengan mengamati sediaan eliksir dari segi bentuk, warna,
dan bau
Organoleptik Formula I Formula II
Warna Merah anggur Merah muda
Bentuk Cair Cair
Bau Strawberry Strawberry

2. Uji bobot jenis (FI V h.1030)


Cara Kerja
• Atmosfer dibersihkan dan dikeringkan
• Piknometer kosong ditimbang
• Piknometer diisi dengan aquadest suhu 25˚ ditimbang
• Piknometer dibersihkan kemudian diisi dengan sampel bersuhu
25˚ ditimbang
• Dihitung bobot jenis sampel dengan cara :
(𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 + 𝑒𝑙𝑖𝑘𝑠𝑖𝑟) − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝐵𝐽 =
(𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 + 𝑎𝑖𝑟) − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Pikno Pikno +
Formula Pikno + air BJ
kosong sampel
I 33,70 81,12 83,68 1,05
II 33,90 81,10 86,50 1,11

3. Uji pH larutan (FI IV h.1034)


Cara Kerja
• Dikalibrasi pH meter menggunakan buffer 4,7
• Dibilas batang pH meter dengan aquadest
• Dilakukan pengukuran pH
Formula pH
I 8
II 8

4. Uji Kejernihan (Lachman h.972)


Cara Kerja :
• Dilakukan pemeriksaan secara visual
• Diberikan suatu cahaya terfokus melalui larutan
• Partikel-partikel tidak terlarut mengacaukan cahaya
Waktu ke- Formula I Formula II
0 menit Jernih Jernih
15 menit Jernih Jernih
30 menit Jernih Jernih
45 menit Jernih Jernih
60 menit Jernih Jernih
IX. Pembahasan
Muthia Sarrah
NPM : 2019212176
1. Pembuatan Sediaan Eliksir pada Theofilin dimaksudkan agar Zat
aktif yang memiliki kelarutan Agak Sukar Larut dapat dibuat dalam
bentuk sediaan larutan.
2. Penggunaan Etanol dengan kadar maksimal dalam eliksir yaitu 10%
dikarenakan kelarutan teofilin agak sukar larut dalam etanol.
3. Digunakan Cosolvent yaitu gliserin sebagai bagian dari pelarut
campur karena dapat meningkatkan kelarutan Theofilin.
4. Sirup simpleks digunakan sebagai pemanis untuk menutupi rasa
pahit dari teofilin. Sirup simpleks dibuat dengan melarutkan 65
bagian sukrosa dalam aquadest ad 100 bagian. Untuk meningkatkan
daya tarik dari sediaan eliksir, maka ditambahkan strawberry
essence sebagai corigen odoris dan eritrosin sebagai colouring agent
yang memberikan warna merah.
5. Berdasarkan praktikum, hasil yang didapat dari formula I dan
formula II adalah larutan jernih sesuai syarat dari sediaan eliksir,
namun pada formula I masih terdapat teofilin yang tidak larut
sempurna. Hal ini dikarenakan penambahan teofilin tidak secara
perlahan dan sedikit demi sedikit. Penambahan yang seperti ini
membuat waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan bahan obat
dengan sempurna menjadi semakin lama. Solusinya penambahan
teofilin ke pelarut harus sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan, dan
sebelum teofilin dimasukan ke dalam larutan harus digerus sampai
halus terlebih dahulu. Apabila dengan cara tersebut teofilin masih
belum larut sempurna maka mungkin dapat menurunkan dosis
teofilin
6. Sediaan elixir teofilin harus memiliki pH antara 3,8 – 6,1, karena pH
sediaan harus mengikuti pH zat aktif. Pada formula I dan formula II
didapatkan pH 8, kedua formula ini melebihi range formula teofilin.
Hal ini mungkin diakibatkan karena penambahan eritrosin yang
memiliki pH 8-10,5, sehingga pH menjadi naik. Seharusnya perlu
ditambahkan pendapar untuk membuat sediaan mencapai pH ideal.
7. Pada Uji organoleptik kedua formula memiliki karakteristik yang
sesuai dengan yang diharapkan yaitu berbentuk cair berwarna merah
dengan aroma strawberry.
8. Pada uji evaluasi bobot jenis yang dimaksudkan untuk mengetahui
stabilitas sediaan. BJ yang baik adalah yang mendekati BJ air
(1g/mol). Pada formula I didapatkan BJ sebesar 1,05 dan formula II
didapatkan BJ sebesar 1,11 yang menandakan sediaan eliksir yang
dibuat memiliki stabilitas yang baik.
9. Perbandingan : perbedaan formula yang dibuat oleh kelompok D2-6
terletak pada kadar Theofilin yaitu 130 mg/15 ml (0,95 %) serta
natrium benzoate 0,1%. Dalam formula kelompok D2-6 kadar
Theofilin yang lebih sedikit dimaksudkan untuk mengontrol dosis
pemakaian dan mempermudah jika dikonsumsi anak-anak.
Penggunaan natrium benzoat lebih sedikit dikarenakan sediaan
Eliksir sudah mengandung alkohol yang bersifat antimikroba dan
sediaan dibuat menggunakan pengawet dengan kadar serendah
mungkin, hanya saja untuk uji stabilitas tidak dapat dibandingkan
karena praktikum pembuatan sediaan tidak dilakukan.
Afif Fajri Rosyiedi

NPM : 2019212192

1. Zat aktif teofilin dibuat dalam bentuk sediaan eliksir karena sifat
kelarutannya yang sukar larut dalam air, sehingga memerlukan
adanya bantuan pelarut campur berupa alkohol dan gliserin untuk
meningkatkan kelarutan zat aktif tersebut.
2. Dosis teofilin:
a. Dalam Martindale ed. 28 halaman 349 yaitu sebesar 4 dd 125-
250 mg (500-100 mg/ hari).
b. Dalam IONI tahun 2008 hal. 188 yaitu dewasa 130-150 mg,
jika diperlukan dapat dinaikkan menjadi 2 kalinya; Anak 6-12
tahun 65-150 mg, kurang dari 1 tahun 65-75 mg 3-4 kali
sehari.
c. Dalam formulasi dosis yang dipakai kelompok 6-D1 adalah
300 mg/ 15 mL (2%) dan kelompok 6-D2 adalah 130 mg/ 15
mL (0,87%).
d. Pemilihan dosis 130 mg/ 15 mL didasarkan pada dosis yang
tertera dalam IONI, dengan pertimbangan lebih mudah dalam
pemakaian untuk pasien dewasa maupun anak-anak.
3. Konsentrasi alkohol:
a. Konsentrasi alkohol yang digunakan oleh kelompok 6-D1 dan
D2 sama, yaitu sebesar 10%, baik pada formula I maupun
formula II.
b. Konsentrasi alkohol 10% dipilih dengan alasan untuk
meningkatkan kelarutan teofilin dalam sediaan dan merupakan
batas maksimal yang diperbolehkan berdasarkan FDA
(Remington Pharmaceutical Science hal. 749).
4. Tujuan utama pembuatan eliksir teofilin yaitu untuk pasien anak-
anak, maka dari itu ditambahkan sirup simpleks sebagai pemanis,
essence strawberry sebagai perasa, dan eritrosin sebagai pewarna.
a. Konsentrasi sirup simpleks yang digunakan oleh kelompok 6-
D1 dan D2 sama, yaitu sebesar 20%, baik pada formula I
maupun formula II. Alasan pemilihan sirup simpleks karena
secara kelarutan mudah larut dalam air dan memiliki nilai
ekonomis yang murah.
b. Konsentrasi essence strawberry yang digunakan oleh
kelompok 6-D1 yaitu sebesar 0,1% pada formula I (teoritis
dan praktek), sedangkan pada formula II tidak digunakan
dalam praktek. Untuk kelompok 6-D2 yaitu sebesar 0,05%
pada formula I dan II. Secara teoritis formula kelompok 6-D1
akan lebih kuat rasa strawberrynya karena memiliki
konsentrasi yang lebih besar dibandingkan formula kelompok
6-D2. Alasan pemilihan essence strawberry agar sediaan
disukai anak-anak karena memiliki rasa strawberry.
c. Konsentrasi eritrosin yang digunakan oleh kelompok 6-D1
dan D2 sama, yaitu sebesar 0,05%, baik pada formula I
maupun formula II. Alasan pemilihan eritrosin untuk
menseleraskan dengan perasa yang digunakan yaitu essence
strawberry.
5. Konsentrasi gliserin:
a. Konsentrasi yang digunakan oleh kelompok 6 D1 dan D2
sama, yaitu 5% pada formula I dan 15% pada formula II.
b. Selain difungsikan sebagai kosolven, gliserin juga dapat
difungsikan sebagai sweetening agent, dan mencegah
pengkristalan (anti caplocking) karena adanya sirup simpleks.
c. Konsentrasi gliserin yang diperbolehkan yaitu < 20% (HOPE
ed. 6 hal 183).
d. Variasi kadar gliserin bertujuan untuk melihat adakah terdapat
perbedaan dari hasil dan evaluasi sediaan eliksir.
6. Bahan pembawa yang digunakan dalam sediaan eliksir ini adalah
air, sedangkan air merupakan media yang digunakan untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu digunakan natrium
benzoat sebagai antimikroba.
a. Konsentrasi natrium benzoat yang digunakan oleh kelompok
6-D1 yaitu sebesar 0,2% pada formula I dan formula II. Untuk
kelompok 6-D2 yaitu sebesar 0,1% pada formula I dan II.
b. Konsentrasi natrium benzoat yang diperbolehkan yaitu 0,02-
05% (HOPE ed. 6 hal 627).
c. Secara teoritis formula kelompok 6-D1 akan memiliki
ketahanan yang lebih besar terhadap pertumbuhan
mikroorganisme karena memiliki konsentrasi yang lebih besar
dibandingkan formula kelompok 6-D2.
d. Alasan pemilihan natrium benzoat karena secara kelarutan
mudah larut dalam air.
7. Menurut Yani dalam Journal of Pharmaceutical Care Anwar
Medika (J-PhAM), prinsip pembuatan sediaan eliksir adalah sebagai
berikut:
a. Zat aktif dan kosolven sedikit demi sedikit di masukkan ke
dalam beaker glass aduk ad homogen. Setelah homogen
ditambahkan alkohol 90% aduk ad larut (M1).
b. Bahan-bahan yang larut air (pengawet dan/atau pemanis)
dilarutkan dalam air secukupnya terlebih dahulu (M2).
c. Campuran M1 dicampurkan dengan campuran M2, aduk ad
homogen.
d. Ditambahkan bahan tambahan lain (pewarna dan/atau perasa),
aduk ad homogen.
e. Tambahkan air ad 100%.
8. Pada uji organoleptik formula kelompok 6-D1 diperoleh hasil
larutan yang memiliki bau dan rasa strawberry serta berwarna merah
anggur (formula I) dan merah muda (formula II).
9. Pada uji evaluasi penetapan berat jenis (BJ) formula kelompok 6-D1
diperoleh BJ untuk formula I sebesar 1,0539 g/ mL dan untuk
formula II sebesar 1,1144 g/ mL. Formula II memiliki nilai BJ lebih
besar dari formula I, ini dikarenakan konsentrasi gliserin yang lebih
tinggi pada formula II (15%) dibandingkan dengan formula I (5%).
Nilai BJ gliserin menurut data preformulasi yakni sebesar 1,25 g/
mL.
10. Pada uji pH sediaan eliksir formula kelompok 6-D1 diperoleh nilai
pH yang sama pada kedua formula, yaitu sebesar 8. Nilai pH
sediaan diharuskan mendekati pH zat aktif untuk menjaga
stabilitasnya, sedang menurut data preformulasi untuk teofilin
memiliki rentang nilai pH-nya yakni 3,8-6,1. Jadi untuk nilai pH
sediaan eliksir yang dibuat kurang sesuai karena tidak masuk dalam
range pH dari zat aktif.
11. Pada uji stabilitas atau uji kejernihan bertujuan untuk mengetahui
apakah sediaan yang telah dibuat tetap stabil jernih dalam
penyimpanan. Uji stabilitas sedianya diamati setiap hari selama 7
hari penyimpanan, akan tetapi dalam praktek ini hanya dilakukan
dalam rentang waktu 60 menit dengan jarak pengamatan setiap 15
menit. Hasil pengamatan didapatkan sediaan yang jernih, artinya
zat-zat dalam sediaan telah larut secara homogen dan sempurna.
12. Pada uji volume terpindahkan sediaan eliksir formula kelompok 6-
D1 tidak dilakukan.
Tia Novia Wilantika
NPM : 2019212186
1. Pada praktikum kali ini, dibuat sediaan Elixir dengan bahan aktif
Teofilin yang mempunyai sifat kelarutan sukar larut dalam air.
Sehingga dibutuhkan pelarut campur untuk meningkatkan kelarutan
bahan aktifnya. Pelarut campur yang digunakan ialah etanol dan
gliserin . Kadar etanol yang digunakan adalah 10% dikarenakan
kelarutan teofilin agak sukar larut dalam etanol. Selain itu
penggunaan gliserin (cosolvent) sebagai bagian dari suatu pelarut
campur karena dapat meningkatkan kelarutan teofilin.
2. Penambahan Syrup Simpleks digunakan sebagai pemanis untuk
menutupi rasa yang tidak enak (pahit) dari teofilin. Sirup symplek
dibuat dengan melarutkan 65 bagian sukrosa dalam aquadest ad 100
bagian.
3. Berdasarkan hasil praktikum formula I dan II, hasil yang didapat
ialah larutan jernih sesuai dengan syarat dari sediaan elixir, namun
pada formula I masih terdapat teofilin yang tidak larut secara
sempurna. Hal ini dikarenakan pada saat penambahan teofilin tidak
dilakukan dengan perlahan atau sedikit demi sedikit.
4. Uji Organoleptik bertujuan untuk melihat keadaan fisik dari suatu
sediaan. Kedua formula memiliki karakteristik yang sesuai dengan
yang diharapkan yaitu berbentuk cair, berwarna merah dengan
aroma strawberry.
5. Uji Bobot Jenis bertujuan untuk mengetahui stabilitas sediaan. BJ
yang baik adalah yang mendekati BJ air (1 g/mol). Berdasarkan
hasil praktikum formula I memiliki BJ sebesar 1,05 g/mol dan
formula II memiliki BJ sebesar 1,11 g/mol. hal ini menunjukan
bahwa sediaan yang dibuat memiliki stabilitas yang baik.
6. Uji pH Larutan bertujuan untuk mengetahui pH suatu zat aktif.
Buntuk sediaan elixir diharapkan memiliki pH antara 3,8 – 6,1,
karena pH sediaan harus mengikuti pH zat aktif. Berdasarkan hasil
praktikum, pada kedua formula elixir ini didapatkan pH 8, kedua
formula ini melebihi range formula teofilin. Hal ini bisa terjadi
karena disebabkan oleh kosentrasi pH dari penambahan zat eritrosin
pada proses pembuatannya. Karena eritrosin memiliki pH 8-10.5,
sehingga pH menjadi naik.
7. Uji Kejernihan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
partikel yang tertinggal/tidak larut. Berdasarkan hasil praktikum,
hasil yang didapat pada formula I dan II ialah jernih.
8. Perbandingan : perbedaaan formula antara kelompok D1-6 dan D2-
6 yang dibuat ialah terletak pada kadar teofilin yaitu 130mg/15ml
(0.95%) serta Na.Benzoat 0.1%. dalam formula D2 kadar teofilin
lebih sedikit dibandingkan dengan formula D1 dikarenakan kadar
teofilin lebih sedikit dimaksudkan untuk mengontrol dosis
pemakaian dan mempermudah jika dikonsumsi. Penggunaan
Na.benzoat lebih sedikit dikarenakan sediaan elixir sudah
mengandung alkohol yang bersifat antimikroba, hanya saja untuk uji
stabilitas tidak dapat diabndingkan karena praktikum pembuatan
sediaan tidak dilakukan.
Qurrata A’yun

NPM : 2019212184

1. Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan sediaan


elixir dengan melihat pengaruh penambahan pelarut campuran terhadap
kelarutan suatu zat
2. Uji organoleptik bertujuan untuk mendapatkan sediaan yang baik secara
fisik sebagai salah satu indikator stabilitas dari suatu sediaan. Pada
formula I dan II memiliki bau Stawberry karena penambahan Strawberry
Essence. Pada formula I dan formula II terdapat perbedaan warna karena
perbedaan takaran jumlah essence yang ditetesi
3. Pada sediaan elixir Teofilin ditambahkan syrupus simplex sebagai
corrigen saporis karena rasa teofilin yang cenderung pahit menimbulkan
ketidaknyaman saat dikonsumsi. Penambahan Syrup simpleks juga
digunakan untuk meningkatkan konstituen sediaan atau zat pembantu
dalam kosolven.
4. Penambahan essence strawberry sebagai pewangi (corringens odoris)
pada sediaan eliksir. Dan penambahan eritrosin sebagai pewarna
(corringens coloris) untuk untuk memperbaiki warna obat supaya
menarik perhatian.
5. Uji pH bertujuan untuk mengetahui stabilitas zat aktif. Pada percobaan
yang dilakukan dari Formula I dan Formula II didapatkan pH 8 yang
tidak terlalu jauh dari pH Teofilin yang mungkin diperoleh karena
adanya penambahan eritrosin
6. Pada sediaan elixir Teofilin dilakukan juga uji kejernihan. Tujuan uji
kejernihan adalah untuk memastikan sediaan eliksir yang dibuat tetap
dalam kondisi jernih dalam waktu tertentu. Berdasarkan pengamatan
praktikan dalam kurun waktu 60 menit tidak ditemukan kekeruhan untuk
formula I tetapi untuk formula II terdapat sedikit kotoran. Hal ini dapat
dicegah dengan penambahan teofilin ke pelarut harus sedikit demi
sedikit dan perlahan apabila kelarutan zat aktif belum sempurna maka
dapat diatasi dengan menurunkan dosis teofilin
7. Uji berat jenis bertujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap stabilitas
sediaan yaitu sebaiknya berat jenis suatu sediaan mendekati berat jenis
air (1g/mol). Pada praktikum yang dilakukan praktikan didapatkan BJ
pada Formula I 1,05 dan Formula II 1,11 dimana stabilitas dari kedua
formula tersebut berarti baik yaitu mendekati BJ air.
Nadia Aulia Karima

NPM : 2018210304

1. Bahan aktif yang digunakan (teofilin) memiliki sifat kelarutan yang


sukar larut dalam air, maka dari itu perlu penambahan bahan pelarut
seperti alkohol dan gliserin.
2. Keuntungan dari sediaan bentuk rekonstitusi adalah menstabilkan
zat aktif dapat dipersingkat dengan mendispersikan zat padat dalam
medium saat akan digunakan.
3. Pada uji organoleptik D-1 didapatkan hasil larutan yang berbau dan
memiliki rasa sama yaitu strawberry serta berwarna merah anggur
(formula I) dan merah muda (formula II).
4. Pada uji eveluasi penetapan BJ memperoleh hasil berbeda karena
perbedaan pada penggunaan gliserin.
5. Pada uji pH kelompok D-1 diperoleh pH 8 di kedua formula yang
menyatakan bahwa hasil tersebut tidak tepat karena range pH
seharusnya berkisar antara 3,8 – 6,1.
X. Kemasan, Brosur, dan Etiket
A. Kelompok D1-6

XI.

TEOLIN®

XII.
Aturan Pakai: Komposisi :
XIII. -Anak-anak : 3 x 1 sendok teh Tiap 5 ml mengandung teofilin
-Dewasa : 3 x 1 sendok makan 100mg
XIV.
TEOLIN® Peringatan :
TEOLIN® Indikasi :
ELIXIR TEOFILIN -Tidak dianjurkan diberikan ELIXIR TEOFILIN Asma, Radang batang paru-paru
penderita tekanan darah tinggi dan akut dan Radang batang paru-paru
tukak lambung kronik
-Dapat mengiritasi saluran cerna
Netto : 60 mL -Tidak dianjurkan untuk diberikan
Netto : 60 mL
Kontraindikasi:
kepada wanita hamil, ibu menyusui Hipersensitivitas komponen obat
dan anak-anak etilendiamin, pasien tukak peptic
-Bila dalam 1 jam tidak ada aktif dan penyakit jantung.
perubahan segera hubungi dokter
-Tidak dianjurkan diberikan kepada
KETERANGAN LEBIH LENGKAP
penderita gangguan fungsi hati dan
Diproduksi oleh: paru-paru kronik Diproduksi oleh: LIHAT BROSUR

PT. NAFARMA PT. NAFARMA


Jakarta-Indonesia Jakarta-Indonesia No. Reg : DKL 2012300134A1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER No. Batch: 02C1996
Mfg. Date : Maret 2020
Exp. Date: Maret 2022

Aturan Pakai: Komposisi :


-Anak-anak 3x1 sendok teh Tiap 5 ml mengandung teofilin 100mg
-Dewasa 3x1 sendok makan

Efek Samping :
TEOLIN® Indikasi :
Asma, Radang batang paru-paru akut
dan Radang batang paru-paru kronik
Dapat menyebabkan diare, muntah, ELIXIR TEOFILIN
sakit kepala, susah tidur dan
menyebabkan kadar gula meningkat. Kontraindikasi:
Hipersensitivitas komponen obat
Penyimpanan :
etilendiamin, pasien tukak peptic
Simpan di tempat kering dan sejuk Netto : 60 mL
aktif dan penyakit jantung.

KETERANGAN LEBIH LENGKAP


LIHAT BROSUR
Diproduksi oleh: No. Reg : DKL 2012300134A1
No. Batch: 02C1996
PT. NAFARMA
Mfg. Date : Maret 2020
Jakarta-Indonesia Exp. Date: Maret 2022
TEOLIN®
ELIXIR TEOFILIN

Komposisi :
Tiap 5 ml mengandung teofilin 100 mg

Farmakologi :
Teofilin merupakan turunan metil xantin yang mempunyai efek antara lain merangsang susunan saraf pusat dan
melemaskan otot polos terutama bronkus.

Farmakokinetik:
Teofilin diadsorpsi cepat melalui oral, parenteral dan rektal; distribusi obat keseluruh bagian tubuh; berikatan
dengan protein plasma sebanyak 50%; dieliminasi melalui metabolisme dalam hati; sebagian di ekskresi bersama
urin.

Farmakodinamik:
Merangsang pusat napas di medulla oblongata, memperkuat kontraktilitas diafragma, dimanfaatkan sebagai
bronkodilator pada asma bronkial.

Indikasi :
Asma, Radang batang paru-paru akut dan Radang batang paru-paru kronik

Kontraindikasi:
Hipersensitivitas komponen obat etilendiamin, pasien tukak peptic aktif dan penyakit jantung.

Interaksi Obat:
-Teofilin meningkatkan ekskresi sium, meningkatkan efek antikoagulan. Dengan Amefidin, Allepurinol dosis tinggi,
Eritromisin, Propanolol.
-Jangan diberikan bersamaan dengan preparat Xanhin yang lain.

Efek Samping:
Dapat menyebabkan diare, muntah, sakit kepala, susah tidur dan menyebabkan kadar gula meningkat.

Peringatan dan Perhatian


-Tidak dianjurkan diberikan penderita tekanan darah tinggi dan tukak lambung
-Dapat mengiritasi saluran cerna
-Tidak dianjurkan untuk diberikan kepada wanita hamil, ibu menyusui dan anak-anak
-Bila dalam 1 jam tidak ada perubahan segera hubungi dokter
-Tidak dianjurkan diberikan kepada penderita gangguan fungsi hati dan paru-paru kronik

Aturan Pakai:
-Anak-anak : 3 x 1 sendok teh ( 5 ml )
-Dewasa : 3 x 1 sendok makan ( 15 ml )

Kemasan:
Botol 60 mL

Wadah dan Penyimpanan :


Simpan ditempat kering dan sejuk

No. Reg : : DKL 2012300134A1

Diproduksi oleh:
PT. NAFARMA
Jakarta-Indonesia
B. Kelompok D2-6

ELIXIR
NATAFILIN®

Aturan Pakai: Isi bersih: 60 ml


Komposisi : Isi bersih: 60 ml -Anak-anak : 3 x 1 sendok teh
Tiap 5 ml mengandung teofilin
100mg
NATAFILIN® -Dewasa : 3 x 1 sendok
makan
NATAFILIN®
ELIXIR ELIXIR
Indikasi : Peringatan :
Asma, Radang batang paru- Teofilin -Tidak dianjurkan diberikan Teofilin
paru akut dan Radang batang penderita tekanan darah tinggi
paru-paru kronik dan tukak lambung
-Dapat mengiritasi saluran
Kontraindikasi: cerna
Hipersensitivitas komponen -Tidak dianjurkan untuk
obat etilendiamin, pasien diberikan kepada wanita
tukak peptic aktif dan penyakit hamil, ibu menyusui dan anak-
jantung. anak
Spasmolitikum -Bila dalam 1 jam tidak ada Spasmolitikum
KETERANGAN LEBIH Bronkial perubahan segera hubungi Bronkial
dokter
LENGKAP LIHAT BROSUR
-Tidak dianjurkan diberikan
kepada penderita gangguan
No. Reg. DKL 2013301534 PT. NATA fungsi hati dan paru-paru PT. NATA
Batch : 02 C 19D2 kronik
Mfg.Date : MAR 20
PHARMACEUTICAL PHARMACEUTICAL
Exp.Date : MAR 23 JAKARTA - INDONESIA JAKARTA - INDONESIA
HET : Rp. 56,789.-

KOMPOSISI: Isi bersih: 60 ml


Aturan Pakai:
Tiap 15 ml mengandung: Dewasa: 1 sendok makan, 3-4 kali sehari
Teofilin ....................... 130 mg NATAFILIN® Anak-anak usia 6-12 tahun: ½ sendok
ELIXIR makan, 3-4 kali sehari
Indikasi, kontraindikasi,
interaksi obat, efek samping,
aturan pakai, peringatan dan Teofilin
perhatian dapat dilihat pada
brosur terlampir. Spasmolitikum
Bronkial
No. Reg. DKL 2013301534
Simpan pada suhu dibawah
Batch : 02 C 19D2
25oC dan kering, terlindung dari Mfg.Date : MAR 20
PT. NATA PHARMACEUTICAL
cahaya. Exp.Date : MAR 23
JAKARTA - INDONESIA HET : Rp. 56,789.-
NATAFILIN®
ELIXIR

Komposisi:
Tiap 15 ml mengandung Teofilin 130 mg

Farmakologi:
Antiasma
Meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial, berdaya spasmolitik
terhadap otot polos khususnya otot bronchi.
Menstimulasi jantung (efek inotropositif) dan mendilitasinya.
Menstimulasi SSP dan pernafasan serta bekerja diuretis lemah dan singkat.

Farmakokinetik:
Teofilin diabsorpsi cepat melalui oral, parenteral dan rektan; distribusi ob ke
seluruh bagian tubuh; berikatan dengan protein plasma sebanyak 50%; dieliminasi
melalui metabolisme dalam hati; sebagian diekskresi bersama urine.

Farmakodinamik:
Merangsang pusat nafas di medula oblongata, memperkuat kontraktilitas
diafragma, dimanfaatkan sebagai bronkodilator pada asma bronkial.

Indikasi:
Meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial.

Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap teofilin atau derivat xhantin, pada penderita tukak lambung.

Interaksi Obat:
-Teofilin meningkatkan ekskresi sium, meningkatkan efek antikoagulan. Dengan
Amefidin, Allepurinol dosis tinggi, Eritromisin, Propanolol.
-Jangan diberikan bersamaan dengan preparat Xanhin yang lain

Efek samping:
Gangguan sistem saraf pusat, sakit kepala, insomnia, mudah tersinggung, gelisah,
dan kejang. Diare, mual, dan muntah. Diuresis (peningkatan jumlah urine). Tremor.
Gangguan irama jantung. Meningkatnya kadar kalsium dalam darah. Kesulitan
buang air kecil, pada pria lanjut usia yang menderita gangguan prostat. Serangan
jantung. Kejang. Sulit buang air kecil. Efek samping dapat berlangsung secara
berkelanjutan dan berpotensi membahayakan kesehatan. Apabila terjadi, hentikan
pengobatan dan segera temui dokter.

Peringatan dan Perhatian:


Beri tahu dokter apabila sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk
suplemen dan produk herba. Harap berhati-hati bagi penderita gangguan sistem
saraf pusat, gangguan jantung, gangguan pembuluh darah, edema paru, hepatitis,
gangguan fungsi tiroid, sirosis, sepsis, kejang, peradangan pada dinding lambung,
dan depresi. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Aturan Pakai:
Dewasa: 1 sendok makan, 3-4 kali sehari
Anak-anak usia 6-12 tahun: ½ sendok makan, 3-4 kali sehari

Kemasan:
Botol 60 mL

Wadah dan Penyimpanan :


Simpan ditempat kering dan sejuk

No. Reg. DKL 2013301534


PT. NATA PHARMACEUTICAL
JAKARTA - INDONESIA
XI. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
No Uji Hasil Syarat Keterangan
Bobot Formula I : 1,05
1. 1g/mol MS
jenis Formula II : 1,11
Formula I : Jernih
2. Kejernihan Jernih MS
Formula II : Jernih
Formula I : 8
3. pH 3,8 – 6,1 TMS
Formula II : 8

Saran :
1. Penggunaan eritrosin dikurangi karena dapat membuat pH sediaan
menjadi naik
2. Penambahan pendapar dapat memperbaiki pH sediaan
3. Penambahan teofilin ke dalam campuran harus secara perlahan dan
sedikit demi sedikit karena dapat mempengaruhi kelarutan teofilin

XII. Daftar Pustaka


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (2014), Farmakope
Indonesia edisi V. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Martindale : The Extra Pharmacopoeia 28th ed., 1982. London: The
Pharmaceutical Press.
Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. London : The
Pharmaceutical, Press.
Rowe RC. Paul JS. Marian EQ. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Sixth edition. London: Pharmaceutical Press.
Agoes, G., 2012, Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida, Edisi 7, 154-
160, Bandung: ITB.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium
Nasional, edisi 2. Jakarta: (tp).
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan
oleh Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat.
Jakarta: UI Press.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai