DEXTROMETORPHAN ELIKSIR
Disusun Oleh :
1. R.A Cendi Elsa Karin
2. Renny Puteri Utami
3. Reza Nurdesni
4. Sari Damayanti
5. Sherly Nurmeita
6. Suci Permata Sari
7. Teguh Kurnianto
Kelas / Kelompok : REGULER 1A / 6
Dosen pembimbing
I.
TUJUAN
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu, mahasiswa diharapkan:
1.1 Mengetahui dan mampu membuat formulasi eliksir dextromethorphan yang baik serta
teknik pembuatannya.
1.2 Mengetahui cara penentuan konstanta dielektrik suatu pelarutcampur eliksir.
1.3 Mengetahui dan mampu melakukan evaluasi sediaan eliksir.
II.
PRINSIP
Membuat sediaan liquid dalam bentuk elixir dengan metode pelarutan.
III.
TEORI
3.1 Obat
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan
atau bagian badan lainnya (Joenoes, 2001).
Obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat bersifat
sebagai obat jika tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu
yang tepat. Akan tetapi apabila digunakan penyalahgunaan dalam pengobatan atau
dengan dosis yang berlebihan maka dapat menimbulkan keracunan, sebaliknya
apabila dosis yang diberikan lebih kecil maka tidak akan memperoleh efek
penyembuhan (Anief, 2000).
3.2 Eliksir
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk
penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat
yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang
dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental
karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding
sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat
hidroalkohol,eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut
dalam air dan yang larut dalam alkohol dari pada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus
dan kemudahan dalam pembuatannya,dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai dari
sirup (Ansel, 1989).Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena
masing-masing komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan dalam alkohol dan air yang
berbeda. Komponen eliksir terdiri daribahan aktif (API) dan eksipien yang terdiri dari air,
alkohol, polyol co-solvent, buffer pH, pemanis, perasa, dan pewarna. Eliksir paling
baik disimpan dalam wadah-wadah yang tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga
terhadap temperatur yang berlebihan. Disebabkan karenaeliksir mengandung alkohol (Ansel,
1989).
Semua eliksir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah kelezatan
dan hampir semua eliksir mempunyai zat warna untuk meningkatkan
penampilannya. Eliksir yang mengandung alkohol lebih dari 10 12% biasanya
bersifat sebagi pengawet sendiri dan tidak membutuhkan penambahan zat
antimikroba untuk pengawetnya. Walau monograf untuk eliksir obat menetapkan
standar-standar, mereka umumnya tidak menetapkan formula resmi. Fomulasi
diserahkan pada masing-masing pabrik. Eliksir obat diformulasikan sedemikian
rupa sehingga pasien menerima obat dengan dosis lazim untuk dewasa dalam
ukuran eliksir yang tepat. Untuk sebagian besar eliksir, satu atau dua sendok teh
penuh (5 atau 10 ml) pemberian obat dengan dosis lazim dewasa. Satu keuntungan
eliksir lebih dari obat yang dalam bentuk pemberian padat adalah kemudahan
penyesuaian dan kemudahan pemberian dosis, terutama anak-anak. Karena eliksir
mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung beberapa minyak mudah
menguap yang rusak oleh adanya sinar dan udara. Maka paling baik disimpan
dalam wadah yang tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur
yang berlebihan.
3.3 Batuk
3.3.1 Pengertian dan Fisiologi Batuk
Batuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaan sehat maupun sakit
dan dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab. Refleks batuk lazimnya
diakibatkan oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernafasan, yang
terletak dibeberapa bagian dari tenggorokan. Batuk merupakan suatu
mekanisme fisiologi yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan
saluran pernafasan dari dahak, zat-zat perangsang asing, dan unsur infeksi.
Dengan demikian, batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan
(Halim,1996).
3.3.2 Penyebab Batuk
Refleks batuk dapat timbul akibat radang (infeksi saluran pernafasan),
alergi(asma), sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor paru-paru),
perubahan suhu yang mendadak, dan rangsangan kimiawi (gas, bau).
Penyebab utama batuk adalah infeksi virus misalnya influenza, selesma, dan
radang pada cabang serta hulu tenggorokan. Penyebab lain dari batuk antara
lain peradangan pada paru-paru, tumor dan juga akibat dari suatu efek samping
obat (Tan dan Kirana, 1987).
Pemerian : Jelas, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau, cair dengan rasa
manis sedikit tajam menyerupai
Kelarutan : Larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%),gliserin, dan air; larut pada
1 dalam 6 bagian eter; tidak larutdengan minyak mineral ringan, larut dalam minyak
esensial.
Sinonim : 1,2-Dihydroxypropane; methyl ethylene glycol
Stabilitas : Pada suhu rendah stabil, pada suhu tinggi di tempat terbuka cenderung untuk
mengoksidasi.
Inkompatibilitas: Tidak sesuai dengan reagen pengoksidasi seperti sebagai kalium
permanganate
Konsentrasi : untuk penggunaan oral 10-25%
pH
: -
3.4.3. Nipasol
Pemerian : serbuk hablur halus, putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3.5 bagian etanol 95 %,
dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian
minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
Sinonim : propil paraben
pH
:4-8
3.4.5. Dinatrium Edetate
Pemerian : serbuk hablur,putih
Kelarutan : larut dalam air
Sinonim : Dinatrii Edetas
pH
: 4,0 - 6,0
Konsentrasi : 0,01 - 0,07%
Kegunaan : pengawet (anti mikroba), pelarut atau kosolven yang dapat
bercampur dengan air
OTT : Dengan bahan pengoksidasi seperti kalium permanganat
Stabilitas : Stabil ketika bercampur dengan etanol 95%, dan air. stabil pada suhu
sejuk dan dalam wadah tertutup rapat, tapi pada temperature tinggi dan terbuka
dapat mengalami oksidasi. Stabil jika dicampurkan dengan etanol (95%),
gliserin atau air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3.4.6. Etanol
Pemerian : cairan jernih mudah menguap, rasa terbakar pada lidah, berbau khas,
dan tidak berwarna, mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih
pada suhu 78 C
Kelarutan : bercampur dalam air, dan praktis bercampur dengan semua pelarut
organik
Sinonim : aethanolum
Stabilitas : Larutan etanol dapat disterilkan denganautoclav atau filtrasi.
Inkompatibilitas: Bereaksi dengan oksidator pada kondisi asam,inkompatibel dengan
wadah alumunium dan bereaksi denganbeberapa obat.
pH
:3.4.7. Pineapple essence
Pemerian : cairan warna kuning, bau dan rasa nanas.
3.4.9 Nipagin
Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai
rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih dalam 3,5 bagian
etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton. Mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali
hidroksida. Larut dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan larutkan tetap jernih.
Sinonim : methylis paraben atau metil paraben.
Konsentrasi : 0,015 0,2 %
OTT
: kemampuan atau aktivitas antibiotikal/antimikroba akan berkurang
jika terdapat sufaktan non ionic. Inkompabilitas terhadap bentonite, magnesium
trisilikat, talk, tragakan, sodium alginate, minyak esensial, atropine
pH
: 4,0 8,0
Stamper
Mortir
Gelas ukur
Erlenmeyer
baker glass
Neraca gram
Neraca milligram
Anak timbangan
Sendok plastik
Kemasan
DMP Hbr
- Dinatrium Edetat
Nipasol
- Propilen glikol
Syrup simpleks
- Pinneapple essense
Etanol
- Nipagin
Aqudest
Bahan :
PIM
Dekstrometorfan hidrobromida 10 mg/5 ml. Ds per oral : dosis sesuai petunjuk dokter
atau bayi; sehari 4 x - sdtk anak, sehari 4 x - 1 sdtk; dws, sehari 4 x 1 2 sdtk.
a. Perhitungan bahan
Perhitungan obat syrup 1 botol (60ml)
DMP Hbr
= 60/5 x 10 mg
= 120 mg
Nipasol 0.02 %
Nipagin
Dinatrium Edetat
= 0,1 / 100 x 60 mg
= 0,06 gr
= 40 / 100 x 60 ml
= 24 ml
Propilen glikol
= 20/100 x 60 ml
= 12 ml
Etanol
= 5% / 96% x 60 ml = 3,125 ml
Pinneapple essense
= 2 tetes
Aqudest ad 60 ml
Kebutuhan untuk 7 botol:
DMP HBr
= 924 mg
Nipasol 0.02 %
Nipagin
Dinatrium Edetat
= 0,462 gr
Syrup simpleks
= ( 24 ml x 7) + (10/100 x 168 mg )
= 184,8 ml
Propilen glikol
= (12 ml x 7) + (10/100 x 84 mg )
= 92,4 ml
Etanol
Pinneaple essense
= 15,4 tetes
Aqudest
= 462 ml
b. Penimbangan
No
Bahan Dasar
Jumlah/kadar
Per 60 ml
Jumlah
penimbangan
1.
DMP Hbr
10 mg
924 mg
900 mg
2.
Nipasol
0.02 %
0,09424 gr
95 mg
3.
Nipagin
0,02 %
0,09424 gr
95 mg
4.
Dinatrium edetate
0,1%
0,462 gr
450 mg
5.
Syrup simpleks
40 %
184,8 ml
184 ml
6.
Propylen glikol
20%
92,4 ml
93 ml
7.
Etanol
5%
24,0625 ml
24 ml
8.
Pineaple Essence
gtt II
15,4 gtt
16 gtt
9.
Aqua
Ad 60 ml
Ad 460 ml
Ad 460 ml
c. Pembuatan sediaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
paraf
V.
EVALUASI SEDIAAN
Evaluasi Organoleptik
Prinsip : Mengevaluasi organoleptik sampel yang meliputi rasa, warna dan bau
Tujuan : mengevaluasi organoleptis sampel
Motede :
Warna : dilihat kesesuaian warna
Rasa : rasanya disesuaikan dengan perasa yang digunakan
Bau
: dicium aroma sediaan
Penafsiran hasil : warna, rasa, dan bau harus sesuai dengan bahan pewarna dan perasa yang
digunakan.
2. Evaluasi Kejernihan
Prinsip : membandingkan kejernihan masing-masing sampel dengan suatu pembanding (pelarut
yang digunakan)
Tujuan : untuk mengetahui kejernihan larutan sampel
Metode
:
Masukkan dalam 2 tabung masing-masing sampel dan pembanding (pelarut yang
digunakan) hingga setinggi 40 mm
Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam, tegak lurus ke arah bawah
tabung
Penafsiran hasil :
Suatu larutan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan.
3. Penetapan Bobot Jenis
Prinsip : bobot jenis adalah perbandingan bobot jenis zat di udara pada suhu ditetapkan terhadap
Penafsiran hasil :
Bobot jenis =
4.
Penetapan pH
Prinsip : harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter)
Tujuan : untuk penetapan harga pH
Motede :
Menggunakan alat potensiometrik (pH meter) yang terkalibrasi
Pengukuran dilakukan pada suhu 25 C 2 C kecuali dinyatakan lain pada masingmasing monografi.
Penafsiran hasil : harga pH dilihat dari yang tertera pada potensiometrik.
5. Viskositas
Prinsip : Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan
viskometer.
Metode :
Pasang spindel no. 2
Atur viskometer dengan rpm 6
Cek sediaan eliksir yang telah di masukkan dalam beaker glass dengan volume
tertentu
Penafsiran hasil : suatu sediaan eliksir yang baik mempunyai viskositas yang rendah.
1.
Organoleptik
Paraf
Kejernihan
2.
Penetapan
3.
Bobot
Jenis
Botol 1 : 1,0894567 gr
Botol 2 : 1,0853356 gr
Botol 3 : 1,0885572 gr
Penetapan pH
4.
Botol 1 = 3,73
Botol 5 = 3,76
Botol 2 = 3,71
Botol 6 = 3,74
Botol 3 = 3,71
Botol 7 = 3,74
Botol 4 = 3,75
6.
Viskositas
Botol 1 : 46,6
Botol 5 : 43,4
Botol 2 : 40,4
Botol 6 : 43,4
dan rpm 6)
Botol 3 : 46,6
Botol 7 : 40,4
Botol 4 : 43,4
Keterangan :
Penetapan bobot jenis :
Botol 1 :
: 14,5432 gr
: 24,1076 gr
: 24,9632 gr
BJ =
= 0,894567
Botol 2
: 14,5852 gr
: 24,1076 gr
: 24,9202 gr
BJ
= 1,0853356
Botol 3
Botol kosong (w1)
: 14,5680 gr
: 24,1076 gr
: 24,9524 gr
BJ =
VI.
= 1,0885572
PEMBAHASAN
a. Analisa zat-zat sediaan eliksir
Nama bahan
Konsentrasi of oral
solutions
pH
Fungsi
DMP HBr
5,2 - 6.5
Zat aktif
Syrup simpleks
4,0 - 6,0
Pemanis
Disodium EDTA
0,01 - 0,07%
Pembentuk
khelat/pengikat air
Propilen glikol
10% - 25%
Kosolven (pelarut)
Kosolven (pelarut)
Corrigensia
Nipasol
0,01% 0,02%
4,0 8,0
Antimikroba
Nipagin
0,015 0,2 %
3,0 6,0
Antimikroba
Aquadest
Etanol
Pineapple essence
b. Analisa hasil
Pembawa
Dalam percobaan ini dilakukan percobaan membuat sediaan eliksir dengan cara
Dekstrometrophan HBr dilarutkan ke dalam etanol
dimasukkan ke dalam botol. Dari hasil pengamatan yang didapat terlihat bahwa
percobaan tersebut memberikan hasil yang maksimal dengan sempurna. Hal ini dapat
dilihat dari kejernihan sediaan eliksir yang dibuat. Hal ini disebabkan karena
Dekstrometrophan HBr larut dalam 60 bagian air dan dalam 10 bagian etanol (95%) yang
berarti bahwa 1 gr Dekstrometrophan HBr larut dalam 60 ml air dan 1 gr
Dekstrometrophan HBr larut dalam 10 ml etanol, sehingga Dekstrometrophan HBr yang
dilarutkan dalam etanol, Dekstrometrophan HBr cepat larut. Disini etanol berfungsi
mempertinggi kelarutan obat pada eliksir dapat pula ditambahkan propilenglikol.
Sedangkan untuk pengganti gula digunakan sirup gula yakni sirup simpleks (Lahman,
1994).
Dilakukan evalusi terhadap eliksir yang mencakup evaluasi organoleptik (warna, rasa,
bau), pH, kejernihan, berat jenis, dan viskositas. Dari hasil pengamatan organoleptik
tidak terjadi perubahan warna, rasa, ataupun bau. Sediaan eliksir tersebut menunjukkan
pH rata-rata adalah 3,73 yang berada sesuai dengan range pH yang diharapkan.
Pengontrolan pH sangat penting karena untuk meningkatkan kelarutan zat aktif dan
kestabilan sediaan obat. Profil laju katalis asam spesifik dengan stabiltas maksimumnya
pada jarak pH 5 7 (Connors, et, al., 1986).
VII.
KESIMPULAN
2.
3.
4.
Sediaan eliksir telah memenuhi prinsip pembuatan sediaan liquid dengan metode
kelarutan. Dalam percobaan ini dilakukan percobaan membuat sediaan eliksir dengan
cara Dekstrometrophan HBr dilarutkan ke dalam etanol kemudian ditambahkan air
dan dimasukkan ke dalam botol. Dari hasil pengamatan yang didapat terlihat bahwa
percobaan tersebut memberikan hasil yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari
kejernihan sediaan eliksir yang dibuat.
VIII. PENGEMASAN
Pengemasan dilakukan secara tekhnik industri pabrik dengan:
Ukuran botol 60 ml
IX.
LAMPIRAN
Brosur
DEXRTOLIXIR
DEXTROMETHORPHAN 10mg/5ml
Komposisi :
Tiap sendok takar (5 ml) mengandung dextromethorphan 10mg
Cara Kerja Obat :
Dextromethorphan merupakan penekan obat batuk non opiat sintetik yang
bekerja secara sentral dengan jalan meningkatkan ambang rangsang reflex
Indikasi :
Meredakan batuk tidak berdahak atau yang menimbulkan rasa sakit
Kontra Indikasi :
Penderita hipersensitif terhadap obat ini.
Efek Samping :
Menyebabkan kantuk, mual , pusing, dan konstipasi
Dosis :
Tiap 4 - 6 jam. Dewasa : 10 mL; 4 - 12 tahun, 5 - 10 mL; 2 - 4 tahun, 2,5 mL
atau sesuai petunjuk dokter
Peringatan dan perhatian :
Jauhkan obat-obatan dari jangkauan anak-anak. Tidak dianjurkan untuk
anak-anak dibawah 2 tahun kecuali atas petunjuk dokteran mengantuk,
debil, dan hipoksia(kekurangan oksigen). Dapat menyebabkan depresi
pernapasan dan susunan saraf pusat pada pengguanaan dengan dosis
besar atau pada pasien dengan gangguan fungsi pernafasan (misal asma,
emfisema). Hati- hati bila digunakan pada penderita dengan gangguan
fungsi hati.
Simpan di tempat sejuk dan kering terhindar dari cahaya
Kemasan : Botol 60 ml
No. Reg : DTL1411802234A1
Etiket
DAFTAR PUSTAKA
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Rusdi.M.Drs. dkk . 1995. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
Anief Moh.1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta
Rowe C Raymond, Sheskey J Paul, Quinn E Marian Handbook of Pharmaceutical Excipients
sixth edition.
K Niazi, sarfaraz. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Compressed
Solid Press.
Lampiran
a. Pembuatan sediaan eliksir
b. Hasil evaluasi