Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIK TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIQUID

DEXTROMETORPHAN ELIKSIR

Disusun Oleh :
1. R.A Cendi Elsa Karin
2. Renny Puteri Utami
3. Reza Nurdesni
4. Sari Damayanti
5. Sherly Nurmeita
6. Suci Permata Sari
7. Teguh Kurnianto
Kelas / Kelompok : REGULER 1A / 6
Dosen pembimbing

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI TAHUN AKADEMIK 2013/2014

I.

TUJUAN
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu, mahasiswa diharapkan:
1.1 Mengetahui dan mampu membuat formulasi eliksir dextromethorphan yang baik serta
teknik pembuatannya.
1.2 Mengetahui cara penentuan konstanta dielektrik suatu pelarutcampur eliksir.
1.3 Mengetahui dan mampu melakukan evaluasi sediaan eliksir.

II.

PRINSIP
Membuat sediaan liquid dalam bentuk elixir dengan metode pelarutan.

III.

TEORI

3.1 Obat
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan
atau bagian badan lainnya (Joenoes, 2001).
Obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat bersifat
sebagai obat jika tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu
yang tepat. Akan tetapi apabila digunakan penyalahgunaan dalam pengobatan atau
dengan dosis yang berlebihan maka dapat menimbulkan keracunan, sebaliknya
apabila dosis yang diberikan lebih kecil maka tidak akan memperoleh efek
penyembuhan (Anief, 2000).
3.2 Eliksir
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk
penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat
yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang
dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental
karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding
sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat
hidroalkohol,eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut
dalam air dan yang larut dalam alkohol dari pada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus
dan kemudahan dalam pembuatannya,dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai dari
sirup (Ansel, 1989).Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena
masing-masing komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan dalam alkohol dan air yang
berbeda. Komponen eliksir terdiri daribahan aktif (API) dan eksipien yang terdiri dari air,
alkohol, polyol co-solvent, buffer pH, pemanis, perasa, dan pewarna. Eliksir paling

baik disimpan dalam wadah-wadah yang tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga
terhadap temperatur yang berlebihan. Disebabkan karenaeliksir mengandung alkohol (Ansel,
1989).
Semua eliksir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah kelezatan
dan hampir semua eliksir mempunyai zat warna untuk meningkatkan
penampilannya. Eliksir yang mengandung alkohol lebih dari 10 12% biasanya
bersifat sebagi pengawet sendiri dan tidak membutuhkan penambahan zat
antimikroba untuk pengawetnya. Walau monograf untuk eliksir obat menetapkan
standar-standar, mereka umumnya tidak menetapkan formula resmi. Fomulasi
diserahkan pada masing-masing pabrik. Eliksir obat diformulasikan sedemikian
rupa sehingga pasien menerima obat dengan dosis lazim untuk dewasa dalam
ukuran eliksir yang tepat. Untuk sebagian besar eliksir, satu atau dua sendok teh
penuh (5 atau 10 ml) pemberian obat dengan dosis lazim dewasa. Satu keuntungan
eliksir lebih dari obat yang dalam bentuk pemberian padat adalah kemudahan
penyesuaian dan kemudahan pemberian dosis, terutama anak-anak. Karena eliksir
mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung beberapa minyak mudah
menguap yang rusak oleh adanya sinar dan udara. Maka paling baik disimpan
dalam wadah yang tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur
yang berlebihan.
3.3 Batuk
3.3.1 Pengertian dan Fisiologi Batuk
Batuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaan sehat maupun sakit
dan dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab. Refleks batuk lazimnya
diakibatkan oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernafasan, yang
terletak dibeberapa bagian dari tenggorokan. Batuk merupakan suatu
mekanisme fisiologi yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan
saluran pernafasan dari dahak, zat-zat perangsang asing, dan unsur infeksi.
Dengan demikian, batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan
(Halim,1996).
3.3.2 Penyebab Batuk
Refleks batuk dapat timbul akibat radang (infeksi saluran pernafasan),
alergi(asma), sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor paru-paru),
perubahan suhu yang mendadak, dan rangsangan kimiawi (gas, bau).
Penyebab utama batuk adalah infeksi virus misalnya influenza, selesma, dan
radang pada cabang serta hulu tenggorokan. Penyebab lain dari batuk antara
lain peradangan pada paru-paru, tumor dan juga akibat dari suatu efek samping
obat (Tan dan Kirana, 1987).

3.3.3 Jenis-Jenis Batuk


1. Batuk produktif
Merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi
mengeluarkan zat-zat asing ( kuman, debu dan sebagainya ) dan dahak dari
batang tenggorokan. Maka, jenis batuk ini tidak boleh ditekan.
2. Batuk Non Produktif
Bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk rejan atau
memang pengeluarannya memang tidak mungkin. Batuk jenis ini tidak ada
manfaatnya, maka haruslah dihentikan (Tan dan Kirana, 1987).
3.3.4 Pengobatan Batuk
Terapi batuk hendaknya dimulai dengan mencari penyebab batuk dan
mengobati penyebabnya. Misal pemberian antibiotik terhadap infeksi bakterial
dari saluran pernafasan kemudian dilakukan pertimbangan apakah perlu
dilakukan terapi guna menghilangkan atau mengurangi gejala batuk.
3.4 Deskripsi zat aktif dan preformulasi bahan eksipien
3.4.1 Dextromethorphan
Dextromethorphan (d-3-metoksi-N-metilmorfinan) adalah derivate dari
morfinan sintetik yang bekerja sentral dengan meningkatkan ambang
rangsang reflek batuk sama dengan kodein. Potensi antitusifnya lebih
kurang sama dengan kodein. Berbeda dengan kodein dan 1-metorfan,
dextromethorphan tidak memiliki efek analgesic, efek sedatif, efek pada
saluran cerna dan tidak mendatangkan adiksi atau ketergantungan.
Dextromethorphan efektif untuk mengontrol batuk eksperiman maupun
batuk patologik akut maupun kronis. Dextromethorphan juga memiliki efek
pengurangan sekret dan efek antiinflamasi ringan. Mekanisme kerjanya
berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak. Pada penyalahgunaan
dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SSP (Munaf, 1994).

3.4.1.1 Struktur Dextromethorphan HBr

(Gambar I : Struktur Dextromethorphan HBr)


Nama Kimia
:3-Metoksi-17-Metil-9, 13, 14,-Morfinan Hidrobromida
Rumus Empiris : CHNO.HBr.HO 18252
Berat Molekul : 370,33
Pemerian
: Hablur hampir putih atau serbuk hablur, bau lemah. Melebur
pada suhu lebih kurang 126 disertai penguraian.
Kelarutan
: Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan
kloroform, tidak larut dalam eter
pH
: 5,2 - 6.5
3.4.1.2 Efek Farmakologis
Dextromethorphan HBr mempunyai efek antidepresan (penekan batuk)
yakni bekerja langsung pada pusat batuk di otak untuk menekan refleks batuk
(Harkness, 1989).
3.4.1.3 Metabolisme
Absorpsi peroral cepat, kadar puncak plasma dicapai pada waktu 30-60
menit setelah pemberian. Metabolisme terutama terjadi di hepar, dan
metabolitnya diekskresikan melalui ginjal.
3.4.1.4 Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan ringan dan terbatas pada rasa
mengantuk, termenung, pusing, nyeri kepala, dan gangguan pada lambungusus.
3.4.1.5 Dosis
Dextromethorphan tersedia dalam bentuk tablet, sirup berisi 10-20
mg/ml. Dosis dewasa 10-20 mg setiap 4-6 jam, maksimum 120 mg/hari.
Meninggikan dosis tidak akan membantu kuatnya efek yang diberikan,
tetapi dapat memperpanjang kerjanya sampai 10-12 jam, dan ini dapat
dimanfaatkan untuk mengontrol batuk malam hari. Dosis anak 1 mg/kg
BB/hari dalam dosis terbagi 3-4 kali sehari (Munaf, 1994).
3.4.2 Propilen glikol

Pemerian : Jelas, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau, cair dengan rasa
manis sedikit tajam menyerupai

Kelarutan : Larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%),gliserin, dan air; larut pada
1 dalam 6 bagian eter; tidak larutdengan minyak mineral ringan, larut dalam minyak
esensial.
Sinonim : 1,2-Dihydroxypropane; methyl ethylene glycol
Stabilitas : Pada suhu rendah stabil, pada suhu tinggi di tempat terbuka cenderung untuk
mengoksidasi.
Inkompatibilitas: Tidak sesuai dengan reagen pengoksidasi seperti sebagai kalium

permanganate
Konsentrasi : untuk penggunaan oral 10-25%
pH
: -

3.4.3. Nipasol
Pemerian : serbuk hablur halus, putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3.5 bagian etanol 95 %,
dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian
minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
Sinonim : propil paraben
pH
:4-8
3.4.5. Dinatrium Edetate
Pemerian : serbuk hablur,putih
Kelarutan : larut dalam air
Sinonim : Dinatrii Edetas
pH
: 4,0 - 6,0
Konsentrasi : 0,01 - 0,07%
Kegunaan : pengawet (anti mikroba), pelarut atau kosolven yang dapat
bercampur dengan air
OTT : Dengan bahan pengoksidasi seperti kalium permanganat
Stabilitas : Stabil ketika bercampur dengan etanol 95%, dan air. stabil pada suhu
sejuk dan dalam wadah tertutup rapat, tapi pada temperature tinggi dan terbuka
dapat mengalami oksidasi. Stabil jika dicampurkan dengan etanol (95%),
gliserin atau air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3.4.6. Etanol
Pemerian : cairan jernih mudah menguap, rasa terbakar pada lidah, berbau khas,
dan tidak berwarna, mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih
pada suhu 78 C
Kelarutan : bercampur dalam air, dan praktis bercampur dengan semua pelarut
organik
Sinonim : aethanolum
Stabilitas : Larutan etanol dapat disterilkan denganautoclav atau filtrasi.
Inkompatibilitas: Bereaksi dengan oksidator pada kondisi asam,inkompatibel dengan
wadah alumunium dan bereaksi denganbeberapa obat.
pH
:3.4.7. Pineapple essence
Pemerian : cairan warna kuning, bau dan rasa nanas.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air


Sinonim : pasta atau esens nanas
pH
:-

3.4.8. Syrup Simpleks


Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan : sangat larut dengan air, mudah larut dengan etanol.
Sinonim : sirupus simplex
Stabilitas : Inkompatibilitas: pH
:-

3.4.9 Nipagin
Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai
rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih dalam 3,5 bagian
etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton. Mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali
hidroksida. Larut dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan larutkan tetap jernih.
Sinonim : methylis paraben atau metil paraben.
Konsentrasi : 0,015 0,2 %
OTT
: kemampuan atau aktivitas antibiotikal/antimikroba akan berkurang
jika terdapat sufaktan non ionic. Inkompabilitas terhadap bentonite, magnesium
trisilikat, talk, tragakan, sodium alginate, minyak esensial, atropine
pH
: 4,0 8,0

IV. Preformulasi Sediaan Eliksir


4.1. Alat dan Bahan
Alat :

Stamper

Mortir

Gelas ukur

Erlenmeyer

baker glass

botol 60 ml dan 500 ml warna coklat

Neraca gram

Neraca milligram

Anak timbangan

Sendok plastik

Pemanas air ( kompor gas dan tabung gas )

Kemasan

Piknometer dan viskometer

DMP Hbr

- Dinatrium Edetat

Nipasol

- Propilen glikol

Syrup simpleks

- Pinneapple essense

Etanol

- Nipagin

Aqudest

Bahan :

4.2. Perhitungan, Penimbangan dan Pembuatan


Resep Standar
Dextropim

PIM

(ISO vol. 48 hal. 527)

Dekstrometorfan hidrobromida 10 mg/5 ml. Ds per oral : dosis sesuai petunjuk dokter
atau bayi; sehari 4 x - sdtk anak, sehari 4 x - 1 sdtk; dws, sehari 4 x 1 2 sdtk.

a. Perhitungan bahan
Perhitungan obat syrup 1 botol (60ml)
DMP Hbr

= 60/5 x 10 mg

= 120 mg

Nipasol 0.02 %

= 0.02 /100 x 60 mg = 0,012 gr

Nipagin

= 0.02 /100 x 60 mg = 0,012 gr

Dinatrium Edetat

= 0,1 / 100 x 60 mg

= 0,06 gr

Syrup simpleks 40%

= 40 / 100 x 60 ml

= 24 ml

Propilen glikol

= 20/100 x 60 ml

= 12 ml

Etanol

= 5% / 96% x 60 ml = 3,125 ml

Pinneapple essense

= 2 tetes

Aqudest ad 60 ml
Kebutuhan untuk 7 botol:
DMP HBr

= (120 mg x 7) + (10/100 x 840 mg )

= 924 mg

Nipasol 0.02 %

= (0,012 mg x 7) + (10/100 x 0,084 mg ) = 0,0924 gr

Nipagin

= (0,012 mg x 7) + (10/100 x 0,084 mg ) = 0,0924 gr

Dinatrium Edetat

= (0,06 mg x 7) + (10/100 x 0,42 mg )

= 0,462 gr

Syrup simpleks

= ( 24 ml x 7) + (10/100 x 168 mg )

= 184,8 ml

Propilen glikol

= (12 ml x 7) + (10/100 x 84 mg )

= 92,4 ml

Etanol

= (3,125 ml x 7) + (10/100 x 21,875 ml ) = 25,641 ml

Pinneaple essense

= (2 gtt x 7) + (10/100 x 14)

= 15,4 tetes

Aqudest

= (60 mg x 7) + (10/100 x 420 mg )

= 462 ml

b. Penimbangan

No

Bahan Dasar

Jumlah/kadar
Per 60 ml

Produksi skala besar

Jumlah
penimbangan

1.

DMP Hbr

10 mg

924 mg

900 mg

2.

Nipasol

0.02 %

0,09424 gr

95 mg

3.

Nipagin

0,02 %

0,09424 gr

95 mg

4.

Dinatrium edetate

0,1%

0,462 gr

450 mg

5.

Syrup simpleks

40 %

184,8 ml

184 ml

6.

Propylen glikol

20%

92,4 ml

93 ml

7.

Etanol

5%

24,0625 ml

24 ml

8.

Pineaple Essence

gtt II

15,4 gtt

16 gtt

9.

Aqua

Ad 60 ml

Ad 460 ml

Ad 460 ml

c. Pembuatan sediaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Siapkan alat dan bahan.


Kalibrasi botol 460 ml dan 7 botol ukuran 60 ml.
Ambil dan timbang semua bahan pembuatan eliksir.
Larutkan DMP HBr dengan etanol dalam erlenmeyer, masukkan dalam botol.
Disodium EDTA dilarutkan dengan air dalam erlenmeyer, masukkan dalam botol.
Larutkan nipasol dengan etanol dalam erlenmeyeer. Masukkan ke dalam botol.
Larutkan nipagin dengan etanol dalam erlenmeyer. Masukkan ke dalam botol.
Tambahkan sirup simpleks dan masukkan ke dalam botol.
Tambahkan propilenglikol dan masukkan ke dalam botol.

paraf

10. Tambahkan pineapple essence dan masukkan ke dalam botol.


11. Tambahkan aqua ad 460 ml.
12. Bagi menjadi 7 botol @ 60 ml.
13. Tutup botol dan beri penandaan atau etiket.
14. Lakukan pengamatan guna uji kestabilan dan evaluasi sediaan eliksir.

V.

EVALUASI SEDIAAN

Uji Mutu Farmasetika Sediaan Akhir


1.

Evaluasi Organoleptik
Prinsip : Mengevaluasi organoleptik sampel yang meliputi rasa, warna dan bau
Tujuan : mengevaluasi organoleptis sampel
Motede :
Warna : dilihat kesesuaian warna
Rasa : rasanya disesuaikan dengan perasa yang digunakan
Bau
: dicium aroma sediaan
Penafsiran hasil : warna, rasa, dan bau harus sesuai dengan bahan pewarna dan perasa yang
digunakan.

2. Evaluasi Kejernihan
Prinsip : membandingkan kejernihan masing-masing sampel dengan suatu pembanding (pelarut

yang digunakan)
Tujuan : untuk mengetahui kejernihan larutan sampel
Metode
:
Masukkan dalam 2 tabung masing-masing sampel dan pembanding (pelarut yang
digunakan) hingga setinggi 40 mm
Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam, tegak lurus ke arah bawah

tabung
Penafsiran hasil :

Suatu larutan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan.
3. Penetapan Bobot Jenis
Prinsip : bobot jenis adalah perbandingan bobot jenis zat di udara pada suhu ditetapkan terhadap

bobot air dengan volume dan suhu yang sama.


Tujuan : mengukur bobot jenis sampel.
Motede :
Ukur bobot piknometer kosong dan piknometer + air pada suhu 25 C
Ukur bobot pikno + sampel
Hitung bobot jenis dengan menggunakan rumus

Penafsiran hasil :

Bobot jenis =

4.

Penetapan pH
Prinsip : harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter)
Tujuan : untuk penetapan harga pH
Motede :
Menggunakan alat potensiometrik (pH meter) yang terkalibrasi
Pengukuran dilakukan pada suhu 25 C 2 C kecuali dinyatakan lain pada masingmasing monografi.
Penafsiran hasil : harga pH dilihat dari yang tertera pada potensiometrik.

5. Viskositas
Prinsip : Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan
viskometer.

Tujuan : mengetahui kekentalan sediaan eliksir

Metode :
Pasang spindel no. 2
Atur viskometer dengan rpm 6
Cek sediaan eliksir yang telah di masukkan dalam beaker glass dengan volume
tertentu

Penafsiran hasil : suatu sediaan eliksir yang baik mempunyai viskositas yang rendah.

Hasil Evaluasi Eliksir Dextromethorphan HBr


No.

Unsur yang diuji

1.

Organoleptik

Paraf

Warna : kuning jernih


Rasa : tidak begitu terasa pahit, lidah terasa agak tebal.
Hampir tidak terasa manis,
Bau : wangi/khas dari perpaduan propilenglikol dan etanol

Kejernihan

2.

Seluruh botol menunjukkan kejernihan yang sama satu


sama lain. Warna kuning tembus cahaya dan tidak ada
gumpalan ataupun endapan.

Penetapan

3.

Bobot

Jenis

Botol 1 : 1,0894567 gr
Botol 2 : 1,0853356 gr
Botol 3 : 1,0885572 gr

Penetapan pH

4.

Botol 1 = 3,73

Botol 5 = 3,76

Botol 2 = 3,71

Botol 6 = 3,74

Botol 3 = 3,71

Botol 7 = 3,74

Botol 4 = 3,75
6.

Viskositas

Botol 1 : 46,6

Botol 5 : 43,4

(Pada spindel no. 2

Botol 2 : 40,4

Botol 6 : 43,4

dan rpm 6)

Botol 3 : 46,6

Botol 7 : 40,4

Botol 4 : 43,4
Keterangan :
Penetapan bobot jenis :
Botol 1 :

Botol kosong (w1)

: 14,5432 gr

Piknometer + air (w2)

: 24,1076 gr

Piknometer + eliksir (w3)

: 24,9632 gr

BJ =

= 0,894567

Botol 2

Botol kosong (w1)

: 14,5852 gr

Piknometer + air (w2)

: 24,1076 gr

Piknometer + eliksir (w3)

: 24,9202 gr

BJ

= 1,0853356

Botol 3
Botol kosong (w1)

: 14,5680 gr

Piknometer + air (w2)

: 24,1076 gr

Piknometer + eliksir (w3)

: 24,9524 gr

BJ =

VI.

= 1,0885572

PEMBAHASAN
a. Analisa zat-zat sediaan eliksir

Nama bahan

Konsentrasi of oral
solutions

pH

Fungsi

DMP HBr

5,2 - 6.5

Zat aktif

Syrup simpleks

4,0 - 6,0

Pemanis

Disodium EDTA

0,01 - 0,07%

Pembentuk
khelat/pengikat air

Propilen glikol

10% - 25%

Kosolven (pelarut)

Variable (tidak tetap)

Kosolven (pelarut)

Corrigensia

Nipasol

0,01% 0,02%

4,0 8,0

Antimikroba

Nipagin

0,015 0,2 %

3,0 6,0

Antimikroba

Aquadest

Etanol
Pineapple essence

Range pH yang didapat : 3,0 8,0

b. Analisa hasil

Pembawa

Dalam percobaan ini dilakukan percobaan membuat sediaan eliksir dengan cara
Dekstrometrophan HBr dilarutkan ke dalam etanol

kemudian ditambahkan air dan

dimasukkan ke dalam botol. Dari hasil pengamatan yang didapat terlihat bahwa
percobaan tersebut memberikan hasil yang maksimal dengan sempurna. Hal ini dapat
dilihat dari kejernihan sediaan eliksir yang dibuat. Hal ini disebabkan karena
Dekstrometrophan HBr larut dalam 60 bagian air dan dalam 10 bagian etanol (95%) yang
berarti bahwa 1 gr Dekstrometrophan HBr larut dalam 60 ml air dan 1 gr
Dekstrometrophan HBr larut dalam 10 ml etanol, sehingga Dekstrometrophan HBr yang
dilarutkan dalam etanol, Dekstrometrophan HBr cepat larut. Disini etanol berfungsi
mempertinggi kelarutan obat pada eliksir dapat pula ditambahkan propilenglikol.
Sedangkan untuk pengganti gula digunakan sirup gula yakni sirup simpleks (Lahman,
1994).
Dilakukan evalusi terhadap eliksir yang mencakup evaluasi organoleptik (warna, rasa,
bau), pH, kejernihan, berat jenis, dan viskositas. Dari hasil pengamatan organoleptik
tidak terjadi perubahan warna, rasa, ataupun bau. Sediaan eliksir tersebut menunjukkan
pH rata-rata adalah 3,73 yang berada sesuai dengan range pH yang diharapkan.
Pengontrolan pH sangat penting karena untuk meningkatkan kelarutan zat aktif dan
kestabilan sediaan obat. Profil laju katalis asam spesifik dengan stabiltas maksimumnya
pada jarak pH 5 7 (Connors, et, al., 1986).

VII.

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1.

pH rata-rata sediaan = 3,73

2.

Bobot Jenis rata-rata sediaan = 1,0877832

3.

Viskositas rata-rata sediaan = 43,45

4.

Larutannya jernih tidak ada zarah.

Sediaan eliksir telah memenuhi prinsip pembuatan sediaan liquid dengan metode
kelarutan. Dalam percobaan ini dilakukan percobaan membuat sediaan eliksir dengan
cara Dekstrometrophan HBr dilarutkan ke dalam etanol kemudian ditambahkan air
dan dimasukkan ke dalam botol. Dari hasil pengamatan yang didapat terlihat bahwa
percobaan tersebut memberikan hasil yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari
kejernihan sediaan eliksir yang dibuat.

VIII. PENGEMASAN
Pengemasan dilakukan secara tekhnik industri pabrik dengan:

Botol berwarna coklat

Ukuran botol 60 ml

Pemberian etiket pada botol

Penambahan brosur obat

Kemasan berupa kotak obat

IX.

LAMPIRAN

Brosur

DEXRTOLIXIR
DEXTROMETHORPHAN 10mg/5ml
Komposisi :
Tiap sendok takar (5 ml) mengandung dextromethorphan 10mg
Cara Kerja Obat :
Dextromethorphan merupakan penekan obat batuk non opiat sintetik yang
bekerja secara sentral dengan jalan meningkatkan ambang rangsang reflex

Indikasi :
Meredakan batuk tidak berdahak atau yang menimbulkan rasa sakit
Kontra Indikasi :
Penderita hipersensitif terhadap obat ini.
Efek Samping :
Menyebabkan kantuk, mual , pusing, dan konstipasi
Dosis :
Tiap 4 - 6 jam. Dewasa : 10 mL; 4 - 12 tahun, 5 - 10 mL; 2 - 4 tahun, 2,5 mL
atau sesuai petunjuk dokter
Peringatan dan perhatian :
Jauhkan obat-obatan dari jangkauan anak-anak. Tidak dianjurkan untuk
anak-anak dibawah 2 tahun kecuali atas petunjuk dokteran mengantuk,
debil, dan hipoksia(kekurangan oksigen). Dapat menyebabkan depresi
pernapasan dan susunan saraf pusat pada pengguanaan dengan dosis
besar atau pada pasien dengan gangguan fungsi pernafasan (misal asma,
emfisema). Hati- hati bila digunakan pada penderita dengan gangguan
fungsi hati.
Simpan di tempat sejuk dan kering terhindar dari cahaya
Kemasan : Botol 60 ml
No. Reg : DTL1411802234A1

Design Kemasan Obat

Etiket

DAFTAR PUSTAKA

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Rusdi.M.Drs. dkk . 1995. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
Anief Moh.1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta
Rowe C Raymond, Sheskey J Paul, Quinn E Marian Handbook of Pharmaceutical Excipients
sixth edition.
K Niazi, sarfaraz. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Compressed
Solid Press.

Lampiran
a. Pembuatan sediaan eliksir

b. Hasil evaluasi

Anda mungkin juga menyukai