Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 2

Windy Widayanti 1904015026


Akmal Wafiq 1904015099
Nadinda Putri M 1904015261
Sitti Noer Athiyah 1904015270
GEL CLINDAMYCIN
KOMPONEN KADAR DALAM
20 GRAM
Clindamycin 1% 0,2 gram
(Martindale36, hal: 251)

Propilenglikol 15% 3 gram


(Rowe et al., 2009)

Cabopol 1% 0,2 gram


(RP Asmi · 2013)

TEA 2% 0,4 gram


(Martinde36, hal: 2405)

Nipagin 0,2% 0,04 gram


(Martindale36, hal: 1649)

aq dest ad 20 gram
Bahan aktif (Clindamycin)
Kosolven (Propilenglikol)
Gelling agent (Carbopol)
Alkalizing agent (TEA)
Pengawet (Nipagin)
Pelarut (Aqua dest)
PERHITUNGAN
1. Clindamycin 1% = 1/100 x 20 gram = 0,2 gram
2. Propilenglikol 15 % = 15/100 x 20 gram = 3 gram
3. Carbopol 1% = 1/100 x 20 gram = 0,2 gram
4. TEA 2% = 2/100 x 20 gram = 0,4 gram
5. Nipagin 0,2% = 0,2/100 x 20 gram = 0,04 gram
6. Aqua dest ad 20 gram - (0,2+3+0,2+0,4+0,04)= 16,16 gram
PERHITUNGAN 1 BATCH

1. Clindamycin = 0,2 gram x 9 tube = 1,8 gram


2. Propilenglikol = 3 gram x 9 tube = 27 gram
3. Carbopol = 0,2 gram x 9 tube = 1,8 gram
4. TEA = 0,4 gram x 9 tube = 3,9 gram
5. Nipagin = 0,04 gram x 9 tube = 0,39 gram
6. Aqua dest ad 180 gram - (1,8+27+1,8+3,9+0,39) =
145,46 gram
ALASAN PEMILHAN ZAT AKTIF DAN EKSIPIEN LAIN
1. Clindamycin (FI V Hal, 658)
Pemerian : Serbuk hablur putih sampai hampir putih;
higroskopis; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sukar larut dalam
etanol mutlak; sangat sukar larut dalam aseton; praktis
tidak larut dalam klorofom, dalam benzen dan dalam eter.
Khasiat : clindamycin adalah antibiotik untuk mengobati berbagai
infeksi akibat bakteri
Alasan : Dalam sediaan topical clindamycin efektif untuk
perawatan masalah jerawat (Martindale36, hal: 252)
2. Propilen glikol (FI V 1070)
Pemerian : cairan kental jernih tidak berwarna.rasa khas, praktis
tidak berbau, menyerap air pada udara, lembab.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan
dengan kloroform, etanol 95%. larut dalam eter, dan dalam
beberapa minyak essensial, tetapi tidak bercampur dengan minyak
lemak
Alasan : propilenglikol merupakan pelarut yang digunakan untuk
melarutkan nipagin karena, nipagin mudah larut dalam propilenglikol
yaitu propilenglikol : nipagin (5:1)
3. Karbopol (FI V 1719)
Pemerian : serbuk halus, putih,sedikit berbau khas,higroskopis
Kelarutan : larut dalam air, dalam etanol, dan dalam gliserol
Alasan : sebagai gelling base yang efektif

4. Trietanolamin (FI V 1743)


Pemerian : Tidak berwarna atau kuning pucat, cairan kental
Titik didih 20-21oC. Kandungan moisture = 0,09 %.
Kelarutan : Pada suhu 20oC dapat bercampur dengan
aseton,carbon tetrachloride, methanol, air. Kelarutan dengan
benzene =1:24, etil eter = 1:63.
Alasan : Triethanolamin banyak digunakan dalam formulasi
topical, Meningkatkan viskositas carbopol. Sering digunakan
dalam sediaan topical analgesic dan juga pada sediaan sunscreen.
Tidak menimbulkantoksisitas yang berarti pada penggunaan.
Sebagai alkalizing agent yaitu dapat memberikan suasana basa
sehingga membuat gel yang dihasilkan menjadi kental dan jernih
(Septiawan,2012)
5. Nipagin (FI V Hal 1072)
Pemerian : kristal tak berwarna atau bubuk kristal putih, tidak
berbau
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
dan dalam eter.
Alasan : sebagai pengawet/Antimiroba yang efektif dengan kaddar
0,02-0,03%
ALAT BAHAN

1. Beakerglass
2. Mattglass 1. Bahan aktif (Clindamycin)
3. Batang pengaduk 2. Kosolven (Propilenglikol)
4. Erlenmeyer 3. Gelling agent (Carbopol)
5. Sendok 4. Alkalizing agent (TEA)
6. Cawan Porselen 5. Pengawet (Nipagin)
7. Timbangan Analitik 6. Pelarut (Aqua dest)
8. pH meter
KRITERIA DAN PERSYARATAN UJI/EVALUASI
1. Uji organoleptis
meliputi bentuk, warna, bau dan tekstur.
2. Uji homogenitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui homogenitas bahan aktif dan
bahantambahan lainnya dalam sediaan.
Diamati homogenitas dari gel yang dioleskan pada objek glass
3. Uji Stabilitas gel :
a. Amati stabilitas sediaan gel selama penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5 dan
10 hari.
b. Amati terjadi pertumbuhan mikroorganisme dengan mengamati
timbulnya mikroorganisme pada permukaan sediaan gel setelah
penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5 dan 10 hari
4. Uji daya sebar
Uji ini dilakukan untuk mengetahui luas permukaan daya sebar
sediaan pada kulit.
Prosedur:
1) Timbang 1 gram sediaan, letakkan pada pusat diameter
lempeng kaca, tutup dengan lempeng kaca selanjutnya
2) Diamkan selama 1 menit, ukur diameter persebaran sediaan
3) Tambahkan beban 5 gram diatas permukaan kaca
4) Diamkan selama 1 menit, ukur diameter persebaran sediaan
5) Ulangi perlakuan (4-5) dengan penambahan beban 5 gram tiap
menit sampai diameter sudah tidak bertambah lagi.
(Muharni.2008).
5. Uji daya lekat
Uji ini bertujuan untuk mengetahui lama perlekatan sediaan pada
kulit.
Prosedur:
1) Timbang 0,25 gram sediaan
2) Letakkan pada kaca obyek, tutup dengan kaca obyek lain
3) Beri beban 1 kg selama 5 menit
4) Pasang gelas obyek pada alat uji
5) Tambahkan beban 80 gram pada alat uji
6) Catat waktu pelepasan sediaan dari gelas obyek
(Muharni.2008).
6. Uji viskositas
dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan suatu cairan untuk
mengalir. Jika semakin tinggi viskositas, maka semakin besar tahanannya.
Alat: Viskotester VT-04
Prosedur pengujian:
1) Sejumlah sediaan ditempatkan dalam wadah tertentu
2) Alat dirangkai dengan memasang rotor dengan ukuran tertentu
3) Celupkan rotor pada sediaan hingga bagian bawah rotor tertutup
rata oleh sediaan
4) Alat dinyalakan, biarkan rotor berputar
5) Amati angka yang tertera pada jarum penunjuk angka hinggaharum penunjuk
konstan
6) Angka tersebut menunjukkan nilai viskositas sediaan. (Muharni.2008)
Viskotester VT-04
7. Uji pH
prinsip uji derajat keasaman (pH) yakni berdasarkan pengukuran
aktivitas ion hidrogen secara potensiometri/ elektrometri dengan
menggunakan pH meter (Anonim,2004).
a. Ambil sampel air yang akan di ukur kadar pHnya (letakkan dalam
wadah).
b. Nyalakan dengan menekan tombol on pada pH meter.
c. Masukkan pH meter ke dalam wadah yang berisi air yang akan
di uji.
d. Pada saat di celupkan ke dalam air, skala angka akan bergerak
acak.
e. Tunggu hingga angka tersebut berhenti dan tidak berubah-ubah.
pH meter
CARA PEMBUATAN
1. Siapkan alat dan bahan
2. Setarakan timbangan
3. Timbang seluruh bahan obat
4. masukkan carbopol yang sudah dihaluskan tambahkan sebagian
aqua dest diamkan 15 menit agar mengembang
5. Tambahkan TEA sedikit demi sedikit, aduk hingga menjadi basis
gel (M1)
6. Larutkan Clindamycin dengan sisa aqua dest dalam beaker glass
(M2)
7. Larutkan nipagin dengan propilenglikol dalam beaker glass (M3)
8. Campurkan hasil M1 + M2 + M3, aduk ad homogen
PEMBAHASAN
Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan. Gel kadang – kadang disebut jeli.

Ada 2 macam basis gel yaitu gel hidrofobik dan gel hidrofilik :
1. Gel hidrofobik (oleogel)
adalah sediaan dengan basis yang biasanya mengadung parafin cair dengan
polietilen atau minyak lemak membentuk gel dan silika koloidal atau aluminium
atau sabung seng.
2. Gel hidrofilik (hidrogel)
adalah sediaan dengan basis yang biasanya mengandung air, gliserol atau
propilen glikol membentuk gel dengan gelling agent (pembentuk gel) yang
sesuai seperti tragakan, pati, derivat selulosa, polimer karboksivinil, dan
magnesium-aluminium silikat.
1. Keuntungan sediaan gel
efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan
yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah dicuci dengan
air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit
baik.

2. Kekurangan sediaan gel


harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan agar gel tetap jernih
pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat
mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat,
REFERENSI TAMBAHAN
Departemen kesehatan Republik Indonesia . 1995. Farmakope
Indonesia Edisi V, Jakarta : Depkes RI

Sweetman, S. C (2009). Martindale : The Complete Drug Reference


(Thirthy-sixth ed.). (S. C. Sweetman, Ed) Chicago, London

Departemen kesehatan Republik Indonesia . 1995. Farmakope


Indonesia Edisi IV, Jakarta : Depkes RI

Syamsuni . 2008 . Ilmu Resep. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai