Anda di halaman 1dari 22

EMULSI OLEUM RICINI

Nama zat aktif : Oleum Ricini


Bentuk sediaan : Emulsi
Kekuatan sediaan : 1,875ml / 15ml
Jumlah sediaan : 100 ml
Alat yang digunakan : Philip dengan kecepatan 1 rpm

1 Formula
R/ Oleum Ricini 1,875ml/15ml
Span 80 2,06ml
Tween 80 18,12ml
Na CMC 0,5%
Na Benzoat 0,3%
BHA 0,005%
Sorbitol 6%
Aquadest q.s

2 Alasan Pemilihan Formula


Digunakan pemilihan formula ini berdasarkan sifat dan kegunaan dari tiap
zat yang digunakan dalam sediaan ini. Oleum ricini digunakan sebagai zat aktif
dimana oleum ricini berkhasiat sebagai pencahar berupa cairan kental dan
termasuk ke dalam minyak lemak sehingga dibuat dalam bentuk emulsi.
Adapun zat tambahan yang digunakan yaitu Span 80 sebagai emulgator fasa
minyak, tween sebagai emulgator fasa air, Na CMC sebagai pengental, Na
benzoat sebagai pengawet agar tidak terjadi pertumbuhan mikroba, BHA
sebagai antioksidan untuk oleum ricini dan sebagai pengawet, sorbitol sebagai
pemanis dan aquadest sebagai pelarut dalam pembuatan emulsi.

1
3 Monografi
3.1 Zat Aktif
Oleum Ricini
Titik lebur : 12°C
Pemerian : Cairan kental, jernih Kuning pucat atau hampir tidak
berwarna, manis kemudian agak pedas umumnya
memualkan.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dapat
bercampur dengan etanol mutlak, dapat bercampur
dengan asam asetat glasial, kloroform, dan eter
PH : 5-7
Stabilitas : Minyak jarak stabil dan tidak berubah tengik
kecuali mengalami panas yang berlebihan.
Kegunaan : Laksativum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, hal 126)

3.2 Zat Tambahan


3.2.1Span 80

Gambar 3.2 Struktur Span 80


Rumus molekul : C24H44O6, BM 429
Titik lebur :-
Pemerian : Cairan kental berwarna kuning, karakteristik
dari asam lemak
Kelarutan : Mudah larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, sukar larut dalam paraffin cair, dan
sukar larut dalam minyak biji kapas.
PH : <8
Kegunaan : Agent pengemulsi, surfaktan nonionic,
pelarut agen, pembasah, pendispersi/
pensuspensi.
Penyimpanan : Disimpan ditempat sejuk.
(ROWE, 2009: 675)

3.2.2 Tween 80

Gambar 3.3 Struktur Tween 80


Rumus molekul : C64H124O26 BM 1310
Titik lebur : 160°C - 186°C
Pemerian : Cairan kental berwarna kuning
Kelarutan : Larut dalam air, dan larut dalam etanol
PH : 6,0 – 8,0
Stabilitas :
Kegunaan : Emulsifying agent
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup dan
ditempat sejuk dan kering.
(ROWE, 2009: 551 - 553)
3.2.3 Na Benzoat

Gambar 3.4 Struktur Natrium benzoat

Rumus molekul : C7H5NaO2


Pemerian : Bubuk putih atau kristal bening, tidak
berbau
Kelarutan : Larut dalm air , ammonia cair, metanol,
etanol
PH :-
Stabilitas : Stabil disuhu ruangan
Kegunaan : Digunakan sebagai tambahan dalam
kosmetik.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat
dan disuhu yang tidak lebih dari 25°C.
(ROWE, 2009: 627)

3.2.4 BHA (Butilen hidroksianisol)

Gambar 3.5 Struktur Butilen hidroksianisol

Rumus molekul : C11H16O2


Titik lebur : 478 0C
Pemerian : Hablur padat berwarna putih, bau khas
aromatic.
Kelarutan : Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut
dalam metanol; bebas larut dalam 550%
etanol berair propilena glikol, kloroform,
eter, heksana, minyak biji kapas, minyak
kacang tanah, minyak kedelai, gliseril
monooleat, dan lemak babi, dan dalam
larutan alkali hidroksida.
Kegunaan : Antioksidan, pengawet.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.
(ROWE, 2009: 627)
3.2.5 Sorbitol

Gambar 3.5 Struktur Sorbitol


Rumus molekul : C6H14O6
Pemerian : Kristalin, tidak berbau, putih atau hampir
semua bahan stabil di udara. Kondisi dingin
suasana asam dan basa. Higroskopis,
disimpan di tempat sejuk dan kering
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, Sukar larut
dalam etanol dan methanol.
PH : 4.5 -7 untuk 10% larutan air
Stabilitas : Stabil disuhu ruangan
Kegunaan : Sebagai pemanis sekaligus mencegah
kristalisasi pada tutup botol
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat
dan disuhu yang tidak lebih dari 25°C.
(ROWE, 2009: 679)
3.2.6 Na CMC (Carboxymethylcellulose Calcium)

Gambar 3.6 Struktur Na CMC


Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem,
tidak berbau, tidak berasa, dan bersifat
higroskopis
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk
larutan koloidal, tidak larut dalam etanol,
dalam eter dan dalam pelarut organik lain.
PH : 6,5 – 8,5
Stabilitas : Na CMC stabil, meskipun bersifat
higroskopis. Dalam kondisi kelembaban
yang tinggi, Na CMC dapat menyerap air
dalam jumlah besar (> 50 %).
Kegunaan : Agen pelapis, agen penstabil, zat
pensuspensi, disintegran tablet dan kapsul,
tablet binder, agen peningkat viskositas,
agen penyerap air
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat
dan disuhu yang tidak lebih dari 25°C.
(ROWE, 2009: 117)
3.2.7 Aquadest
Rumus molekul : H2O
Titik lebur :-
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar.
PH : 5,0 – 7,0
Stabilitas : Secara kimiawi stabil pada semua suasana
(es, cair, uap air).
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat
dan disuhu yang tidak lebih dari 25°C.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 1124)
4 Perhitungan dan Penimbangan
4.1 Perhitungan
A. Perhitungan per unit
12,5 mg 1,875 ml x 100
1. Oleum ricini = x 15 ml = =
100 ml 15 ml

12,5ml
9,7
2. Tween 80 = 10,7 x 25 gram = 22,66 gram
1
3. Speen 80 = 10,7 x 25 gram = 2,33 gram
0,5
4. Na CMC = 100 x 100 ml = 0,5 gram
0,3
5. Na benzoate = 100 x 100 ml = 0,3 gram
0,005
6. BHA = x 100 ml = 0,005 gram
100
6
7. Sorbitol = 100 x 100 ml = 6 ml

8. Aquadest = 100 – (12,5ml+22,66g+2,23g


+0,5g+0,3g+0,005g+6ml)
= 55,805 ml

B. Perhitungan 1 batch
1. Oleum ricini = 12,5 mg x 5 = 62,5 mg
2. Tween 80 = 22,66 gram
3. Speen 80 = 2,33 gram
4. Na CMC = 0,5 gram x 5 = 2,5 gram
5. Na benzoate = 0,3 gram x 5 = 1,5 gram
6. BHA = 0,005 gram x 5 = 0,025 gram
7. Sorbitol = 6 ml x 5 = 30 ml
8. Aquadest = 55,805ml x 5 = 268,675 ml

C. Penimbangan
1. Oleum ricini = 62,5 mg
2. Tween 80 = 22,66 gram
3. Speen 80 = 2,33 gram
4. Na CMC = 2,5 gram
5. Na benzoate = 1,5 gram
6. BHA = 0,025 gram
7. Sorbitol = 30 ml
8. Aquadest = 268,675 ml

5 Prosedur Kerja
5.1 Pembuatan Emulsi
Dilakukan kalibrasi pada masing masing botol 100 ml. Kemudian lakukan
penimbangan terhadap zat aktif dan zat tambahan. Dibuat terlebih dahulu
Na CMC dengan menaburkan kedalam air panas dan dibiarkan
mengembang, digerus dimasukkan oleum ricini yang telah dicampur dengan
BHA, digerus ad homogen. Dimasukkan tween 80, digerus ad homogen.
Dimasukkan span 80, digerus ad homogen. Dipindahkan kedalam beaker
glass dan kemudian diaduk menggunakan philip dengan kecepatan 1 rpm.
Kemudian dimasukkan natrium benzoat yang sudah dilarutkan dengan air.
Lalu di ad dengan air sebanyak 328,485 ml. Selanjutnya sediaan
dimasukkan kedalam botol yang sudah dikalibrasi.
5.2 Prosedur evaluasi
A. Organoleptis
Sampel dituangkan kedalam beker gelas, kemudian diamati warna,
rasa, dan bau dari sediaan.
B. Massa jenis
Piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Piknometer kosong
ditimbang. Piknometer diisi dengan sampel dan kemudian ditimbang.
Massa jenis dihitung dan dicatat.
C. Viskositas
Dipasang spindel pada gantungan spindel, tuang 1 botol sediaan
pada tempat yang telah disediakan, diturunkan spindel sedemikian rupa
sehingga batas spindel tercelup kedalam cairan yang akan diukur
viskositasnya. Dinyalakan motor sambil menekan tombol, dibiarkan
spindel berputar dan dilihat jarum merah pada skala. Dibaca angka yang
ditunjukan oleh jarum tersebut. (FI IV, 1995)
D. PH
Dilakukan pengujian pH dengan menggunakan pH meter dimana pH
meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan buffer
pH 4, pH 7, dan pH 9, setelah itu baru dilakukan pengecekan pH pada
sediaan. (FI IV, 1995)
E. Volume terpindahkan
Tuang isi sediaan di dalam tiap botol perlahan-lahan ke dalam gelas
ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5 kali
volume yang diukur dan telah dikalibrasi, kemudian diamkan selama
tidak lebih dari 30 menit. Terakhir, diukur volume dari tiap campuran
(sediaan). (FI IV, 1995)
F. Sentrifugasi sediaan
Sampel dimasukkan kedalam tabung sentrifugasi, dilakukan
sentrifugasi dengan variasi waktu 1,2,3 menit.
G. Sedimentasi
Sediaan dalam botol yang telah ditempel millimeter block. Volume
yang diisikan merupakan volume awal. Dilihat dan dicatat volume pada
hari ke 0, 1, 2, dan 3 dengan terjadinya sedimentasi volume terakhir
terhadap volume yang diukur. (FI IV, 1995)

6 Hasil Pengamatan
Hari Hari Hari
No Pengujian Persyaratan Kesimpulan
ke-1 ke-2 ke-3
1. Organoleptis
Memenuhi
Rasa Manis Manis Manis Manis
persyratan
Memenuhi
Bau Menyengat Menyengat Menyengat Menyengat
persyratan
Memenuhi
Warna Putih Putih Putih Putih
persyratan
Tidak
0,918 –
2. Massa Jenis 1,025 g/ml 1,006 g/ml 0,99 g/ml memenuhi
0,927 g/ml
persyaratan
Tidak
110 – 230
3. Viskositas 100 mpass 100 mpass 100 mpass memenuhi
mpass
persyaratan
Tidak
Volume Memenuhi
4. kurang dari 97% 97,9% 98,94%
terpindahkan persyaratan
95 ml
Memenuhi
5. pH 6,0 – 7,0 6,67 6,24 6,58
persyaratan
Tidak
Tidak ada Memenuhi
6. Sentrifugasi boleh ada - -
endapan persyaratan
endapan
Tidak
7. Sedimentasi 1 1 0.93 0,93 memenuhi
persyaratan

7 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas mengenai pembuatan atau produksi
sediaan emulsi. emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV,1995).
. Dalam pembuatan emulsi kali ini, pelarut yang digunakan adalah air,
dikarenakan dalam sediaan ini termasuk pada emulsi dengan fase emulsi oil in
water atau minyak dalam air, sebagai butiran minyak yang tersebar atau terdispersi
dalam air sebagai fase eksternal. Sehingga pelarut yang digunakan adalah air, dapat
uji dengan pengujian tipe emulsi pada evaluasi sediaan.
Dalam sediaan emulsi ini terdapat zat aktif yang berupa Oleum Ricini, dan
zat tambahan atau eksipien yang digunakan yaitu tween 80 dan span 80 sebagai
emulgator Antara fasa minyak dan fasa air, Na CMC sebagai pengental sediaan,
sehingga semakin besar konsentrasi NaCMC yang digunakan semakin kental pula
sediaan emulsi, Na Benzoat yang digunakan sebagai pengawet antimikroba
spectrum luas, BHA yang digunakan sebagai antioksidan terhadap zat aktif
dikarenakan zat aktif yaitu oleum ricini tidak stabil pada suhu tinggi sehingga
dibutuhkan antioksidan yaitu BHA,. Oleum Ricini yang memiliki sifat kelarutan
yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam etanol, mudah larut dalam larutan
alkali hidroksida dan amonia, serta agak sukar larut dalam etanol, kloroform dan
eter. Sehingga, berdasarkan kelaurtan ini oleum ricini dibuat menjadi sediaan
emulsi, karena sediaan emulsi sebagai system 2 fase antara minyak dengan air yang
salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, seperti oleum ricini yang
terdispersi dalam air dalam bentuk tetesan-tetesan kecil (Ansel,2008).
Pada pembuatan emulsi dapat distabilkan dengan bahan pengemulsi yang
disebut emulgator(emulsyifing agent) atau sufraktan yang dapat mencegah
terbentuknya koalesensi yaitu penyatuan kembali tetesan-tetesan kecil menjadi
tetesan-tetesan besar dan akhirnya menjadi fase tunggal yang memisah.pengemulsi
atau emulgator yang digunakan pada formula oleum ricini ini adalah tween 80 dan
span 80, emulgator dapat menstabilkan emulsi dengan cara menempati antar
permukaan tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling
partikel yang akan berkoalesensi, emulgator juga dapat mengurangi tegangan
permukaan antar fase sehingga meningkatkan proses semusifikasi selama
pencampuran, dilakukan perhitungan HLBB untuk emulgator, dengan HLB pada
span 80 yaitu 4,3 sedangkan pada tween 80 yaitu 15.
Sebelumnya dibuat massa Na CMC dikarenakan Na CMC kelarutannya
yaitu Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam
etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain, maka dilakukan pembuatan Na
CMC dengan membentuk koloidal, maka menggunakan air panas yang disimpan
dalam mortir lalu ditaburkan Na CMC dalam permukaan air panas yang telah
disiapkan dalam mortir, Na CMC akan terdispersi dalam air, kemudian butir-butir
Na CMC yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan terjadi pembekakan atau
butir Na CMC mengembang, air yang sebelumnya berada di luar butir atau granula
Na CMC dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak dengan bebas kembali dengan
bebas sehinggam keadaan larutan lebih mantap dan didapatkan peningkatan
viskositas, lalu Na CMC ditambahkan tween 80 sebagai emulgator fasa air
Oleum Ricini yang memiliki sifat kelarutan yang tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam etanol, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan amonia, serta
agak sukar larut dalam etanol, kloroform dan eter, sehingga oleum ricini dilarutkan
dalam span 80 sedikit demi sedikit. Span 80 sebagai emulgator fase minyak
dikarenakan span 80 sebagai emulgator nonionic dimana gugus lipofiliknya lebih
dominan sehingga span 80 sebagai pelarut oleum ricini dan pengikat salah satu fasa
minyak yang akan digabungkan sebagai formula emulsi fasa minyak. Selanjutnya
dilarutkan BHA dengan sorbitol dikarenakan kelarutan dari BHA yaitu praktis tidak
larut dalam air; larut dalam metanol; bebas larut dalam 550% etanol berair
propilena glikol, kloroform, eter, heksana, minyak biji kapas, minyak kacang tanah,
minyak kedelai, gliseril monooleat, dan lemak babi, dan dalam larutan alkali
hidroksida. Lalu dilakukan pencampuran Antara massa 1 yaitu Na CMC dengan
Tween 80, massa 2 yaitu span 80 dengan oleum ricini, dan massa 3 yaitu BHA dan
sorbitol, dengan menggunakan mixer homogenizer dengan kecepatan rpm 5000,
tetapi terjadi hambatan yaitu saat dimasukan massa 1, spindle pengaduk pada alat
tidak berjalan, sehingga massa 1 diharuskan diencerkan dengan aquadest panas,
agar sediaan tidak pecah, tetap tidak bergerak spindle mixer homomginizer sehingga
ditukar dengan alat mixer Philips dengan kecepatan 1, sehingga dapat sedikit encer
dari sebelumnya, tetapi saat dipindahkan kembali pada mixer homogenizer tetap
tidak berjalan spindle pengaduknya, mixer homogenizer tidak bisa untuk sediaan
yang agak kental, dikarenakan bagian spindle pengadukannya yang kecil.
Didapatkan sediaan emulsi yang memiliki 2 fase dikarnakan suhu saat
pengadukan, diharuskan saat pengadukan pada suhu 40-60˚C, tetapi sediaan ini
tidak dengan pemanasan, sehingga saat pengadukan terjadinya koalesensi, sebagai
pemisahan antara fasa air dengan fasa minyak.
Selanjutnya, sediaan di masukkan kedalam botol bening 100 ml yang sudah
dikalibrasi sampai 100mL. Tujuan dari adanya kalibrasi ini adalah untuk mengecek
dan mengatur akurasi dari alat ukur dengan cara membandingkan dengan standar
atau tolak ukur. Penggunaan botol bening ini karena memudahkannya untuk
mengevaluasi sedimentasi, dan juga dikarenakan tidak adanya zat yang mudah
teroksidasi pada suhu ruang.
Adapun, untuk menjamin kualitas dari sediaan yang telah dibuat, maka
dilakukan evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan ini mencakup dari organoleptis, massa
jenis, viskositas, pH, volume terpindahkan, sentrifugasi dan volume sedimentasi.
Pada evaluasi yang pertama dilakukan uji organoleptis pada sediaan emulsi
selama 3 hari berturut-turut, meliputi warna, bau, dan rasa. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas produk. Dari hasil pengamatan yang didapat bahwa, warna
sediaan yaitu berwarna putih, bau sediaan yaitu menyengat, dan rasa dari sediaan
yaitu manis. Dan dari hasil pengamatan ini diketahui bahwa uji organoleptis ini
memenuhi persyaratan.
Pada evaluasi kedua dilakukan uji massa jenis pada sediaan emulsi selama
3 hari berturut-turut. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui massa jenis dari
sediaan emulsi oleum ricini dengan perbandingan kerapatan. Dari hasil pengamatan
yang didapat bahwa massa jenis sediaan emulsi pada hari ke-1 yaitu 1,025 g/ml,
hari ke-2 yaitu 1,066 g/ml, dan hari ke-3 yaitu 0,99 g/ml. Dan dari hasil pengamatan
ini, diketahui bahwa uji massa jenis dari sediaan emulsi oleum ricini tidak
memenuhi persyaratan, karena tidak memasuki rentang 0,918 g/ml – 0,927 g/ml.
Adapun, perbedaan dari hasil pengamatan hari ke 1,2,3 ini kemungkinan
dikarenakan penggunaan alat yang berbeda saat pengujian karena kesalahan pada
saat pemegangan piknometer sehingga terdapat minyak lemak yang tertempel pada
alat piknometer bisa mempengaruhi bobot pikno. Oleh karena itu, saat akan
ditimbang bobot piknometer diharuskan dan dipastikan piknometer dilap terlebih
dahulu menggunakan tisu untuk menghindari menempelnya zat asing yang dapat
mempengaruhi bobot piknometer, harus dipastikan juga menggunkan ukuran
piknometer yang sama pada tiap pengujian evaluasi dan sampel yang diisikan pada
piknometer harus benar-benar penuh.
Pada evaluasi ketiga, dilakukan uji viskositas pada sediaan emulsi selama 3
hari berturut-turut dengan menggunakan alat berupa viskometer brookfield. Tujuan
dari uji ini ialah untuk mengetahui waktu alir dari sediaan emulsi oleum ricini. Dari
hasil pengamatan yang didapat bahwa viskositas sediaan eliksir teofilin pada hari
ke-1 yaitu 100 mpass, hari ke-2 yaitu 100mpass, dan hari ke-3 yaitu 100mpass. Dari
hasil pengamatan ini didapatkan bahwa sediaan emulsi tidak memenuhi
persyaratan, karena tidak memasuki rentang 110-230mpass yang telah ditentukan
dalam british farmakopeia, hal ini disebabkan terlalu encernya sediaan sehingga
viskositasnya terlalu rendah dibandingkan syarat emulsi oleum ricini dengan
menggunakan spindle LV 2 .
Pada evaluasi keempat, yaitu dilakukan uji pH pada sediaan emulsi selama
3 hari berturut-turut dengan menggunakan alat berupa pH meter. pH meter yang
akan digunakan dibilas terlebih dahulu dengan aquadest, yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi pada saat proses pengujian. Lalu dilakukan
penetralan dengan menggunakan dapar dari pH 4 lalu pH 7 dan pH 9 agar dapat
hasil yang tidak terkontaminasi dari pH lainnya. Dari hasil pengamatan yang
didapat bahwa pH sediaan emulsi oleum ricini pada hari ke-1 yaitu 6,67 hari ke-2
yatu 6,24, dan hari ke-3 yaitu 6,58. Dari hasil pengamatan ini didapatkan bahwa
sediaan memenuhi persyaratan, karena memasuki rentang antara 6 – 7 hal ini
diartikan bahwa pH sediaan emulsi stabil dalam suhu ruang.
Pada evaluasi kelima, yaitu dilakukan uji volume terpindahkan pada sediaan
emulsi selama 3 hari berturut-turut dengan menggunakan alat berupa gelas ukur.
Tujuan dari uji ini ialah untuk mengetahui volume sediaan yang terdapat dalam
botol dengan menggunakan gelas ukur sebagai alat ukurnya. Dari hasil pengamatan
yang didapat bahwa volume terpindahkan sediaan emulsi 100ml pada hari ke-1
yaitu 97ml sebesar 97%, hari ke-2 yaitu 95 ml sebesar 97,9%, dan hari ke-3 yaitu
94 ml sebesar 98,94%. Perbedaan hasil yang di dapat dari hari ke hari disebakan
karena pada saat proses pemindahan sediaan kedalam gelas ukur mengakibatkan
sediaan tertinggal didalam botol sehingga dapat mempengaruhi volume sediaan,
tetapi hasil yang di dapat masih memenuhi persyaratan yaitu tidak kurang dari 95%.
Pada evaluasi keenam, yaitu dilakukan uji sentrifugasi pada sediaan eliksir
yang bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan sudah terlarut dengan sempurna
atau masih terlihat campuran yang tidak homogen. Dari hasil pengamatan ini
didapatkan bahwa sediaan eliksir teofilin didapat yaitu tidak ada endapan sehingga
hasil yang didapat memenuhi persyaratan.
Pada evaluasi ketujuh, yaitu dilakukan pengujian tipe emulsi dengan cara
meneteskan metilen blue kedalam sediaan, dan dihasilkan warna biru diseluruh
sediaan yang menutupi warna sediaan, sehingga didapatkan hasil bahwa sediaan
emulsi oleum ricini termasuk tipe emulsi fase oil in water atau minyak dalam air.
Pada evaluasi kedelapan, yaitu dilakukan pengujian volume sedimentasi,
dengan menempelkan pada botol millimeter blok untuk mempermudah pengukuran
volume sedimentasi, dan didapatkan hasil pada hari pertama didapatkan nilai
sedimentasinya 1, pada hari kedua di dapatkan nilai sedimentasi 0,93 sedangkan
pada hari ketiga didapatkan nili sedimentasi 0,93. Maka pada pengujian volume
sedimentasi tidak memenuhi persyaratan, hal ini disebabkan dalam tahapan
prosedur sudah terjadi kesalahan dengan suhu pengadukan yang menyebabkan
terpisahnnya 2 fase atau koalesen, sehingga tidak dapat memenuhi persyaratan
volume sedimentasi.
8 Kesimpulan
Jadi pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa sediaan emulsi oleum
ricini yang dibuat tidak layak dipasarkan, karena berdasarkan evaluasi Massa Jenis,
Viskositas dan Volume sedimentasi tidak memenuhi persyaratan.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta :
Universitas Indonesia
Anief, M. 2007. Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
British Pharmacopoeia. (2009). British Pharmacopoeia. Volume 1 & 2. London:
The British Pharmacopoeia Commission.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6th Edition. London : Pharmaceutical Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Evaluasi
1 Perhitungan Massa Jenis
a. Hari ke-1
Piknometer kosong = 19,38 g
Piknometer + sampel = 45,41 g
Volume = 25 ml

Bobot = (piknometer + sampel) - (piknometer kosong)


= 45,41 g – 19,38 g
= 26.03g
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 26,03g
P (massa jenis) = = = 1,041 g/ml
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 25 𝑚𝑙

b. Hari ke-2
Piknometer kosong = 19,64 g
Piknometer + sampel = 45,34g
Volume = 25 ml

Bobot = (piknometer + sampel) - (piknometer kosong)


= 45,34 g – 19,64 g
= 25,7 g
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 25,7g
P (massa jenis) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 25 𝑚𝑙 = 1,028 g/ml

c. Hari ke-3
Piknometer kosong = 22,60 g
Piknometer + sampel = 47,75 g
Volume = 25 ml

Bobot = (piknometer + sampel) - (piknometer kosong)


= 47,75 g – 22,60 g
= 25,15 g
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 25,15 g
P (massa jenis) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = = 1,006 g/ml
25 𝑚𝑙
2 Perhitungan Viskositas
a. Hari ke-1
𝑛1 𝑝1 𝑥 𝑡1
= 𝑝2
𝑛2 𝑥 𝑡2
0,89 0,98 𝑥 10
= 1,041 𝑥
𝑛2 17,18
0,89 9,8
= 17,88
𝑛2

n2 = 1,62 cps
b. Hari ke-2
𝑛1 𝑝1 𝑥 𝑡1
= 𝑝2
𝑛2 𝑥 𝑡2
0,89 0,98 𝑥 10
= 1,028 𝑥
𝑛2 25,19
0,89 9,8
=
𝑛2 25,89

n2 = 2,35 cps
c. Hari ke-3
𝑛1 𝑝1 𝑥 𝑡1
= 𝑝2
𝑛2 𝑥 𝑡2
0,89 0,98 𝑥 10
= 1,006 𝑥
𝑛2 22,13
0,89 9,8
= 22.26
𝑛2

n2 = 2.06 cps

3 Perhitungan Volume Terpindahkan


b. Hari ke-1
Data : 60 ml
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑥 100 %
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙
60 𝑚𝑙
𝑥 100 % = 100%
60 𝑚𝑙
c. Hari ke-2
Data : 58 ml
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑥 100 %
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙
58 𝑚𝑙
𝑥 100 % = 96,67%
60 𝑚𝑙
d. Hari ke-3
Data : 57 ml
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑥 100 %
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙
57 𝑚𝑙
𝑥 100 % = 98,27%
58 𝑚𝑙

Lampiran 2 Gambar

Massa Jenis
1.100
1.066

1.025
BJ (g/mL

0.990
1.000

0.900
0 1 2 3 4
Hari Pengamatan

Gambar 1 Grafik massa jenis

Viskositas
106.2
Viskositas (mpass)

100 100 100


100.6

95
0 1 2 3 4
Hari Pengamatan

Gambar 2 Grafik viskositas


Volume Terpindahkan

% Volume Terpindahkan 100%

98.94%

97.90%
98%
97%

96%
0 1 2 3 4
Hari Pengamatan

Gambar 3 Grafik volume terpindahkan

pH Sediaan
6.8

6.67

6.58
6.6
Tingkat pH

6.4

6.24

6.2
0 1 2 3 4
Hari Pengamatan

Gambar 4 Grafik pH sediaan


Gambar 5 Kemasan Obat

Gambar 6 Label Obat


Gambar 7 Brosur Obat

Anda mungkin juga menyukai